Pembimbing :
dr. Dyah Ratri Anggraini Sp KK
Etiologi
Kuman penyebab lepra adalah Mycobacterium leprae berbentuk basil
Gram bersifat tahan asam dan alkohol, bereproduksi optimal pada
suhu 27°C – 30°C. Tumbuh dengan baik pada jaringan yang lebih
dingin (kulit, sistem saraf perifer, hidung, cuping telinga, anterior
chamber of eye, saluran napas atas, kaki dan testis),
Epidemiologi
Tahun 2016
•Asia Tenggara 161.263 kasus.
•Indonesia 16.286 kasus
Tahun 2017
•Jawa Timur 3.373 kasus dengan cacat kusta tingkat 2
293 kasus.
PATOGENESIS
• Masuknya M. leprae dalam tubuh akan ditangkap oleh APC
(Antigen Presenting Cell) dan melalui dua sinyal yaitu sinyal
pertama dan sinyal kedua
• Sinyal pertama adalah tergantung pada TCR- terkait antigen
(TCR = T cell receptor) yang dipresentasikan oleh molekul
MHC pada permukaan APC sedangkan sinyal kedua adalah
produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul
kostimulator APC yang berinteraksi dengan ligan sel T melalui
CD28.
PATOGENESIS
• Kedua sinyal ini akan mengaktivasi To sehingga To akan
berdifferensiasi menjadi Th1 dan Th.
• Th 1 akan menghasilkan IL 2 dan IFN γ yang akan meningkatkan
fagositosis makrofag
• Th2 akan menghasilkan IL 4, IL 10, IL 5, IL 13. IL 5 akan mengaktifasi
dari eosinofil. IL 4 dan IL 10 akan mengaktifasi dari makrofag.
• Pada Tuberkoloid Leprosy, kita akan melihat bahwa Th 1 akan lebih
tinggi dibandingkan dengan Th2 sedangkan pada Lepromatous
leprosy, Th2 akan lebih tinggi dibandingkan dengan Th1
KLASIFIKASI DAN MANIFESTASI KLINIS
Klasifikasi Ridley dan Jopling
Klasifikasi Ridley dan Jopling
GAMBARAN KLINIS
Borderline Lepromatosa
Sifat Lepromatosa (LL) Mid Borderline (BB)
(BL)
Lesi
Makula
Makula Plakat
Infiltrat difus
Bentuk Plakat Dome-shape (kubah)
Papul
Papul Punched-out
Nodus
Tidak terhitung, praktis Sukar dihitung, masih ada Dapat dihitung, kulit sehat
Jumlah
tidak ada kulit sehat kulit sehat jelas ada
Distribusi Simetris Hampir simetris Asimetris
Permukaan Halus berkilat Halus berkilat Agak kasar, agak berkilat
Batas Tidak jelas Agak jelas Agak jelas
Anestesia Biasanya tidak jelas Tak jelas Lebih jelas
BTA
Lesi kulit Banyak (ada globus) Banyak Agak banyak
Sekret hidung Banyak (ada globus) Biasanya negatif Negatif
Tes Lepromin Negatif Negatif Negatif
Karakteristik Tuberkuloid (TT) Borderline Tuberculoid (BT) Indeterminate (I)
Lesi
Makula ; makula Makula dibatasi infiltrat saja;
Tipe Hanya Infiltrat
dibatasi infiltrat infiltrat saja
Satu atau dapat Beberapa atau satu dengan lesi
Jumlah Satu atau beberapa
beberapa satelit
Terlokalisasi &
Distribusi Asimetris Bervariasi
asimetris
Dapat halus agak
Permukaan Kering, skuama Kering, skuama
berkilat
Dapat jelas atau dapat
Batas Jelas Jelas
tidak jelas
Tak ada sampai tidak
Anestesia Jelas Jelas
jelas
BTA
Hampir selalu
TT BT I
LL BL BB
DIAGNOSIS
• Cardinal sign:
Hipopigmentasi/eritema dengan anastesi yang jelas
Penebalan saraf
BTA (+) Pemeriksaan Fungsi Saraf
• Tes sensorik
• Tes Otonom
• Tes Motoris
Pemeriksaan Fungsi Saraf
Mengenai saraf perifer yang perlu diperhatikan
ialah pembesaran, konsistensi, dan nyeri atau
tidak. Hanya beberapa saraf superfisial yang dapat
dan perlu diperiksa, yaitu N. fasialis, N.
aurikuralis magnus, N. radialis, N. ulnaris, N.
medianus, N. poplitea lateralis, dan N. tibialis
posterior.
Pemeriksaan Penunjang
Indeks Bakteri • Indeks Morfologi
• 1 + Bila 1 – 10 BTA dalam 100 LP persentase bentuk solid
• 2+ Bila 1 – 10 BTA dalam 10 LP dibandingkan dengan jumlah solid
• 3+ Bila 1 – 10 BTA rata – rata dalam 1 LP dan non solid.
• 4+ Bila 11 – 100 BTA rata – rata dalam 1 LP
• 5+ Bila 101 – 1000BTA rata – rata dalam 1IM=
LP Jumlah solidx 100 %/ Jumlah
solid + Non solid
• 6+ Bila> 1000 BTA rata – rata dalam 1 LP
Pemeriksaan histopatologi
Adanya massa epiteloid yang berlebihan dikelilingi oleh
limfosit yang disebut tuberkel
Pemeriksaan Serologik
Diagnosis kusta yang meragukan, karena tanda klinis dan
bakteriologik tidak jelas.Pemeriksaan serologik adalah MLPA
(Mycobacterium Leprae Particle Aglutination), uji ELISA
(Enzyme Linked ImmunoSorbent Assay) dan ML dipstick
(Mycobacterium Leprae dipstick).
DIAGNOSIS BANDING
PENATALAKSANAAN
Pengobatan kusta disarankan memakai program Multi Drugs
Therapy(MDT) dengan kombinasi rifampisin, klofazimin,
dan DDS, direkomendasikan oleh WHO sejak 1981.
PB dgn lesi tunggal diberikan ROM (Rifampicin Ofloxacin Minocyclin) dosis tunggal.
Rifampicin Ofloxacin Minocyclin
Dewasa
600 mg 400 mg 100 mg
(50-70 kg)
Anak-
anak
300 mg 200 mg 50mg
*(5-14
tahun)
Obat
Dapson Rifampisin
dan 600 mg
Dewasa 100 mg
dosis 50-70 kg Setiap hari
Sebulan sekali di bawah
pengawasan
Pada
450 mg
PerbedaanReaksi
Bercak kulit lama menjadi lebih Timbul nodul kemerahan, lunak, dan
2 Peradangan di kulit meradang (merah), dapat timbul bercak nyeri tekan. Biasanya pada lengan dan
baru tungkai. Nodul dapat pecah (ulserasi)
Sering terjadi
5 Saraf Umumnya berupa nyeri tekan saraf dan Dapat terjadi
atau gangguan fungsi saraf
Melahirkan Emosi
7 Faktor pencetus Obat-obat yang meningkatkan Kelelahan dan stress fisik lainnya
kekebalan tubuh kehamilan
Perbedaan RR dan ENL Berdasarkan Derajat Keparahan
Gejala/
Tipe I Tipe II
tanda
Ringan Berat Ringan Berat
Bercak : merah,
Bercak : merah, tebal, panas, nyeri Nodul : Nodul : merah, panas, nyeri yang
Kulit
tebal, panas, nyeri yang bertambah merah,panas, nyeri bertambah parah sampai pecah
parah sampai pecah
Nyeri pada Nyeri pada perabaan Nyeri pada perabaan
Saraf tepi Nyeri pada perabaan (+)
perbaan (-) (+) (-)
Keadaan
Demam (-) Demam (+) Demam (+) Demam (+)
umum
+
Terjadi peradangan pada :
mata : iridocyclitis
Keterlibatan
- - - testis : epididimoorchitis
organ lain ginjal : nefritis
kelenjar limpa : limfadenitis
gangguan pada tulang,
hidung, dan tenggorokan
Fenomena lucio merupakan reaksi kusta yang sangat berat yang terjadi pada kusta
tipe lepromatosa non nodular difus. Gambaran klinis berupa plak atau infiltrat
difus, bewarna merah muda, bentuk tidak teratur dan terasa nyeri. Lesi
terutama di ekstremitas, kemudian meluas ke seluruh tubuh. Lesi yang berat tampak
lebih eritematous disertai purpura dan bula kemudian dengan cepat terjadi nekrosis
serta ulserasi yang nyeri. Lesi lambat menyembuh dan akhirnya terbentuk jaringan
parut.
FENOMENA LUCIO
Minggu pemberian Dosis prednisone harian yang
dianjurkan
1-2 40 mg
3-4 30 mg
5-6 20 mg
7-8 15 mg
9-10 10 mg
11-12
Apabila tidak 5 mg dapat digunakan
membaik dengan kortikosteroid,
klofazimin dengan dosis 3x100 mg per hari dengan lama
maksimum 12 minggu, dengan tappering menjadi 2 x 100 mg
selama 12 minggu dan 1 x 100 mg selama 12-24 minggu.
PENGOBATAN
KLASIFIKASI CACAT PADA PENDERITA KUSTA
MENURUT WHO
Cacat pada mata
Cacat pada tangan dan kaki • Tingkat 0 : tidak ada kelainan
• Tingkat 0 : tidak ada gangguan atau kerusakan pada mata
sensibilitas, tidak ada kerusakan (termasuk visus).
atau deformitas yang terlihat. • Tingkat 1 : ada kelainan atau
• Tingkat 1 : ada gangguan kerusakan pada mata, tetapi
sensibilitas, tanpa kerusakan tidak terlihat, visus sedikit
atau deformitas yang terlihat. berkurang.
• Tingkat 2 : terdapat kerusakan • Tingkat 2 : ada kelainan mata
atau deformitas. yang terlihat (misalnya
PENCEG
AHAN
CACAT
Jika sudah ada kontraktur dan ulkus kronik, prognosis kurang baik.
PROGNOSIS
KESIMPULAN
• Diagnosa pada kusta didasarkan pada diagnostik secara klinis dimana
terdapat tiga tanda kardinal yang khas yaitu lesi kulit yang mati rasa
(hipopigmentasi atau eritema yang mati rasa atau anestesi), penebalan
saraf perifer dan ditemukan M. leprae (bakteriologis positif).
• Tujuan dari program MDT adalah mengatasi resistensi dapson yang
semakin meningkat, menurunkan angka putus obat (drop-out rate) dan
ketidaktaatan penderita.
• Komplikasi utama yang ditakutkan adalah kecacatan bagian tubuh
akibat hilangnya sensitifitas terutama pada kulit.
Terimakasih