Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN KASUS

SEORANG WANITA 29 TAHUN, P2A0 PASCA SC T INCISION


ATAS INDIKASI BEKAS SC, INPARTU KALA I, LETAK
LINTANG, DENGAN ILEUS PARALITIK
Dr Ari

PPDS MIKROBIOLOGI KLINIK RSUP DR KARIADI/FK UNDIP


Laporan Kasus
Identitas pasien

ldentitas Ny.DDU

No. RM/CM C712071

Alamat Jl. Tempurkali, RT 001/RW 001, Wonogiri, Jawa Tengah

Status Menikah

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

DPJP dr. Rachmad Rizal Budi Wicaksono Sp.OG

Tanggal Masuk RS 15/09/2018

Tanggal Keluar RS 25/09/2018

Biaya BPJS Non PBI


Anamnesis
Keluhan Utama : Perut membesar sejak 3 hari
Pasien rujukan dari RS Banyumanik seorang wanita 29 tahun, P2A0, pasca SCTP 6 hari yang lalu, saat
ini mengeluh perut membesar sejak 3 hari ini.

 post SC a.i letak lintang dan partus


prematurus rujukan dari RS
Banyumanik, pasien mengeluh perut membesar
 SCTP di IGD RS Dr Kariadi

9 September 2018 12 september 2018

• Perut dirasakan semakin hari semakin membesar.


• mual kadang muntah.
• buang air besar dan kentut terakhir 2 hari yang lalu.
• Pasien demam dan nyeri pada perut.
• Buang air kecil dalam batas normal.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat tekanan darah tinggi dan penyakit jantung disangkal
 Riwayat kencing manis disangkal.
 Riwayat asma disangkal
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran Composmentis (GCS = E4M6V5 = 15)
Kondisi Umum Baik
TD 100/70mmHg
Tanda Vital
HR 80 x/mnt isi/tegangan cukup
RR 20x/mnt
T 36,7˚ C

TB : 1,47 m; BB = 70 Kg
BMI = (BB/[TB]2)= (70/2,1609) = 32,4 kg/m2

Mata : Sklera ikterik (-/-), Conjungtiva palpebra pucat (-/-), mata cekung (-/-), bibir kering (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : JVP tidak meningkat, trakea ditengah,
Thoraks : Cor, pulmo dalam batas normal tidak ada kelainan
Abdomen :
I : tampak membuncit, tegang, tampak bekas luka operasi
A : bising usus (+) menurun
Pa : TFU tidak teraba, nyeri andomen regio suprapubis
Pe : redup

PPV : Lochea sanguelenta berbau


ASI : engorgement (-/-)
Pemeriksaan fisik
Ekstremitas Sup Inf
Sianosis : -/- -/-
Edema : -/- -/-
Cap refill : <2”/<2” -/< 2”
Akral dingin : -/- -/-

BAK : dalam batas normal


BAB : 2 hari yang lalu

Status Obstetri :
R. Haid : HPHT 9 bulan yang lalu
R. Nikah : 1x, selama 5 tahun
R. Obstetri: P2A0
1. Laki-laki, BBL 3100 gr, aterm, SC a.i partus tak maju, RS Banyumanik, 4 tahun. Sehat.
2. Laki-laki, BBL 1700 gr, SC a.i bekas SC, letak lintang, RS dr Kariadi, 6 hari, sehat
R. KB : KB suntik
R. ANC : bidan >4x, SpOG x
RPD : Asma (-), DM (-), Hipertensi (-), Peny Jantung (-), Riw operasi (+) SC tahun 2014 di RS
Banyumanik a.i partus tak maju
RPK : Asma, hipertensi, DM , penyakit jantung disangkal.
Pemeriksaan penunjang
Hasil Laboratorium
PEMERIKSAAN 15/9/2018 SATUAN NILAI NORMAL
Hemoglobin 13,4 g/dL 12-16
Hematokrit 40 % 37-47
Eritrosit 4,96 10^6/ul 3.80-5.20
Leukosit 22,3 10^3/uL 4.8-10.8
Trombosit 345 10^3/uL 150-450
MCH 27 Pg 27.00-32.00
MCV 80,6 fL 76-96
MCHC 33,5 g/dL 29-36
RDW 15,5 % 11.60-14.80
MPV 8,8 fL 4.00-11.00
Koagulasi
Kimia Klinik
Plasma Prothrombin Time (PPT)
GDS 100 Mg/dL 80-160
Prothrombin 10,2 Detik 9,4-11,3
SGOT 34 U/L 15-34 Time
SGPT 20 U/L 15-60 PPT kontrol 10,7 Detik
Ureum 58 mg/dL 15-39 Partial Thromboplastin Time (PTTK)
Kreatinin 1,0 mg/dL 0.60-1.30 Thromboplas 40,7 Detik 27,7-40,2
Elektrolit mmol/L tin Time

Natrium 135 mmol/L 136-145 APTT kontrol 33,1 Detik

Kalium 3.7 mmol/L 3.5-5.1


Chlorida 94 mmol/L 98-107
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hitung jenis
Eosinofil 0 % 1-3
Basophil 0 %
0-2
Batang 4 %
Segmen 83 %
2-5
Limfosit 8 % 47-80
Monosit 5 % 20-40
Lain-lain LPB : 2/100 2-10
lekosit

Kimia klinik 228,05 mg/L 0-0.30


CRP kuantitatif Duplotes

Imunoserologi PEWARNAAN GRAM (17 September


2018) (-) / negatif
Prokalsitonin 2.73 ng/ml
Clue cell (-) / negatif
(risiko tinggi untuk sepsis berat atau syok sepsis) Diplococcus gram (-) (+) / positif
Pemeriksaan Mikrobiologi Kuman bentuk batang gram (+) (+) / positif
Kuman bentuk batang gram (-) 0-1/LP
Hasil kultur (15 September 2018)
Lekosit
Hasil Kultur A : TIdak ada pertumbuhan kuman PEWARNAAN JAMUR
Hasil Kultur B : Tidak ada pertumbuhan kuman Yeast cell (-) / negatif
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan sensitifitas antibiotik (17 September 2018)

Selected organism : Escherichia coli (ESBL)


Sumber : sekret vagina
Antimicrobial MIC Interpretation
ESBL POS +
Ampicillin >=32 R
Ampicillin/Sulbactam 4 S
Piperacillin/Tazobactam <=4 S
Cefazolin
Urine >=64 R
Other >=64 R
Ceftazidime 4 S
Ceftriaxone >=64 R
Cefepime <=1 S
Aztreonam 2 R
Ertapenem <=0.5 S
Meropenem <=0.25 S
Amikacin <=2 S
Gentamicin <=1 S
Ciprofloxacin >=4 R
Tigecycline <=0.5 S
Nitrofurantoin <=16 S
Trimethoprim/Sulfamethoxazole >=320 R
Fosfomycin S
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Radiologi

Foto polos Abdomen


Hasil
2 posisi (AP supine-LLD)

Tanggal : 15/09/2018 • Preperitoneal fat line kanan kiri terpotong


• Psoas line kanan kiri dan kontur kedua ginjal superposisi udara
usus
• Jumlah dan distribusi udara usus meningkat
• Tampak distensi dan dilatasi loop loop usus halus dan usus besar
• Tampak gambaran coiled spring
• Pada proyeksi LLD, tampak multiple air fluid level panjang
• Tak tampak adanya free air

Kesan :
Gambaran ileus paralitik
Assesment
• P2A0 29 Tahun
Instruksi awal dokter
• Pasca SC T incision H-6 a.i bekas SC,
Perbaikan KU
letak lintang, partus prematurus
Infus RL 30 tpm
• Ileus dd/paralitik, obstruktif
Pasang NGT dan rectal tube
• Febris Puerperalis ec susp
Cek lab darah rutin, GDS, elektrolit
endometritis
Inj. Ranitidin 50 mg extra
Inj. Metoklopramid 10 mg/8jam
Paracetamol 500 mg po
Inj. Neostigmine (extra)
Inj. Ceftriaxone 2 gram/24 jam
Inj. Metronidazole 200 mg/8 jam
Inj. Gentamicin 80 mg/12 jam
Usul : kultur darah, kultur lochea
Konsul TS bedah
Konsul TS Interna
Follow up
Tanggal Follow – Up Terapi
16/09/201 S : nyeri perut - Infus RL 30 tpm
8 O : KU baik, Composmentis - Pasang NGT dan rectal tube
H-1 TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 94 x/mnt ; RR : 20 x/mnt ; t : 37,40C - Inj Ceftriaxon 2gram/24 jam
Balance cairan : DC : 600 cc, IWL : 700 = 1300 cc - Inj Metronidazol 500mg/8j
Status internus : - Inj Gentamicin 80 mg/12 jam
Abdomen : membuncit, tegang (+), Bising usus 4-5x / menit - Inj metoklopramid 10 mg/8 jam
TFU tidak teraba - Paracetamol 500 mg (jika demam)
PPV : lochea Sanguelenta , berbau Kultur darah tunggu hasil
ASI : (+/+) Kultur lochea  TS mikrobiologi

A : P2A0, 29 tahun Konsul


pasca SC T incision a.i bekas SC, letak lintang, partus prematurus H-7 TS interna : tunda makan
ileus paralitik TS bedah : pasang rectal tube, usul : MSCT andomen
Susp. Ogilvie syndrome DC balance cairan
Febris puerperalis ec susp endometritis
Pengawasan KU, TFU, TV, PPV, ASI, BAB, BAK

17/09/201 S : nyeri perut - Infus RL 30 tpm


8 O : KU baik, Composmentis - Pasang NGT dan rectal tube
TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 94 x/mnt ; RR : 20 x/mnt ; t : 37,40C - Inj Ceftriaxon 2gram/24 jam
Balance cairan : DC : 600 cc, IWL : 700 = 1300 cc - Inj Metronidazol 500mg/8j
Status internus : - Inj Gentamicin 80 mg/12 jam
Abdomen : membuncit, tegang (+), Bising usus 4-5x / menit - Inj metoklopramid 10 mg/8 jam
TFU tidak teraba - Paracetamol 500 mg (jika demam)
PPV : lochea Sanguelenta , berbau Hasil kultur lochea, uji sensitifitas antibiotik dan pewarnaan gram
ASI : (+/+) + jamur sudah keluar hasil
(terlampir di pemeriksaan laboratorium)
A : P2A0, 29 tahun
pasca SC T incision a.i bekas SC, letak lintang, partus prematurus H-7 Pengawasan KU, TFU, TV, PPV, ASI, BAB, BAK
ileus paralitik
Susp. Ogilvie syndrome
Follow up
20/09/201 S : nyeri perut, mual, kadang muntah - Infus RL 20 tpm
8 O : KU baik, Composmentis - Inj cefoperazone sulbactam 1 gram/12 jam H-1
TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 86 x/mnt ; RR : 20 x/mnt ; t : 36,80C - Inj Metronidazol 500mg/8jam H-5
Status internus : - Inj Gentamicin 80 mg/12 jam H-5
Abdomen : membuncit, tegang (+), Bising usus 4-5x / menit - Inj Ranitidin1 amp/12 jam
PPV : lochea - Paracetamol 500 mg/8 jam (jika demam)
ASI : (+/+) Kultur darah tunggu hasil
Kultur lochea  TS mikrobiologi
A : P2A0, 29 tahun
pasca SC T incision a.i bekas SC, letak lintang, partus prematurus Raber
H-12 TS interna : sudah tidak ada tatalaksana
ileus paralitik perbaikan TS bedah : mobilisasi
Susp. Ogilvie syndrome Diet TS Gizi
Riwayat febris puerperalis ec susp endometritis ASI eksklusif, mobilisasi aktif
Hypokalemia
Pengawasan KU, TFU, TV, PPV, ASI, BAB, BAK

22/09/201 S : nyeri perut berkurang - Infus RL 20 tpm


8 O : KU baik, Composmentis - Inj cefoperazone sulbactam 1 gram/12 jam H-3
TD : 120/70 mmHg ; Nadi : 90 x/mnt ; RR : 20 x/mnt ; t : 36,80C - Inj Metronidazol 500mg/8jam H-7
Status internus : - Inj Gentamicin 80 mg/12 jam H-7
Dalam batas normal - Inj Ranitidin1 amp/12 jam
TFU teraba 3 jari di bawah pusat , kontraksi kuat - Paracetamol 500 mg/8 jam (jika demam)
PPV : lochea Kultur darah tunggu hasil
ASI : (+/+) Kultur lochea  TS mikrobiologi
BAB dan BAK spontan
Raber
A : P2A0, 29 tahun TS interna : sudah tidak ada tatalaksana
pasca SC T incision a.i bekas SC, letak lintang, partus prematurus H- TS bedah : mobilisasi
12 Diet TS Gizi
ileus paralitik perbaikan ASI eksklusif, mobilisasi aktif
Susp. Ogilvie syndrome
Riwayat febris puerperalis ec susp endometritis Pengawasan KU, TFU, TV, PPV, ASI, BAB, BAK
Follow up

25/09/20 S : nyeri perut berkurang, tidak mual, muntah - Infus RL 20 tpm


18 O : KU baik, Composmentis - Inj cefoperazone sulbactam 1 gram/12 jam H-5
TD : 110/70 mmHg ; Nadi : 88 x/mnt ; RR : 20 x/mnt ; t : - Inj Metronidazol 500mg/8jam H-10
370C - Inj Gentamicin 80 mg/12 jam H-10
Status internus : - Inj Ranitidin1 amp/12 jam
Dalam batas normal - Paracetamol 500 mg/8 jam (jika demam)
TFU teraba 3 jari di bawah pusat , kontraksi kuat
PPV : lochea Usus pulang
ASI : (+/+) Aff infus
BAB dan BAK spontan Terapi ganti peroral
- Amoxiclav po
A : P2A0, 29 tahun - Metronidazol 500 mg/8 jam po
pasca SC T incision a.i bekas SC, letak lintang, partus - Paracetamol 500 mg/8 jam po
prematurus H-15
ileus paralitik perbaikan
Susp. Ogilvie syndrome
Riwayat febris puerperalis ec susp endometritis
Hypokalemia
Pembahasan
Ileus obstruktif
• Obstruksi usus merupakan salah satu komplikasi yang umum dan fatal setelah operasi saesar atau
pembedahan obstetri ginekologi lain. Dahulu angka mortalitas berkisar 40-60 %, namun sekarang
ini, angka mortalitas telah menurun walaupun masih berkisar antara 10 hingga 20%
• Pseudo-obstruksi terbatas pada usus besar saja, sedangkan ileus melibatkan baik usus kecil dan
usus besar.
Ileus obstruktif
• Pada pasien ini, telah dilakukan pemeriksaan foto polos abdomen untuk menyingkirkan diagnosis
banding ileus obstruksi, paralitik atau Sindroma Ogilvie.
• Dari pemeriksaan tersebut didapatkan gambaran coiling spring yang menunjukkan adanya ileus
paralitik.
• tatalaksana perbaikan keadaan umum, cairan, pemasangan NGT dan rectal tube untuk
dekompresi, antikolinergik yaitu neostigmine injeksi, kemudian pemeriksaan lab darah rutin, GDS,
elektrolit.
Infeksi post partum
• Selain obstruksi usus, Operasi bedah Caesar juga dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya
infeksi post partum seperti infeksi luka operasi, selulitis atau infeksi puerperalis
• eksogen (dari udara, dari alat kesehatan, dokter bedah dan petugas petugas lainnya), maupun
endogen dari mikroorganisme pada kulit yang diinsisi.
• Infeksi mikroorganisme bervariasi, tergantung tipe dan lokasi dari operasi dan antibiotik yang
diberikan.

mikroorganisme yang dilaporkan menjadi


penyebab infeksi pasca bedah Caesar.
Infeksi post partum
• Patogen dominan adalah kokus gram positif aerobik (kelompok B streptokokus, enterococci, dan
spesies staphylococcal), coc positif gram anaerob (peptococci dan peptostreptococci spesies),
basil gram negatif aerobik (Escherichia coli, Klebsiella pneumonia, dan spesies Proteus), dan basil
gram negatif anaerobik (spesies Bacteroides dan Prevotella)

• Antibiotik profilaksis tindakan bedah caesar  cephalosporin generasi pertama,dosis tunggal


yang diberikan secara intravena 15 – 60 menit sebelum dilakukan dilakukan insisi
Endometritis post partum
• Endometritis terjadi pada endometrium dan miometrium tetapi dapat berkembang melewati
uterus, menyebabkan abses, peritonitis, dan tromboflebitis pelvis.
• Gejala dan tanda :
• Demam
• nyeri tekan uterus,
• perdarahan, dan
• lokia berbau busuk sebagai tanda-tanda tambahan
•  sepsis
Endometritis post partum

• ACOG menyatakan bahwa agen yang direkomendasikan sebagai terapi profilaksis terhadap
endometritis postpartum adalah sefalosporin generasi pertama seperti cefazolin, 1 g intravena,
atau ampisilin 1 hingga 2 g secara intravena

• Pada kelahiran sesar, laporan mencatat bahwa tidak ada rejimen yang lebih unggul daripada
gentamisin, 1,5 mg per kg dicampur dengan klindamisin 900 mg, dalam larutan intravena yang
sama, diberikan setiap delapan jam
Endometritis post partum
• Gejala yang dialami pasien seperti demam subfebris, nyeri abdomen bagian bawah, pengeluaran
pervaginam berupa lochea sanguelenta berbau serta ditemukan leukositosis dengan jumlah
22.300/uL  endometritis post partum.
• pemeriksaan kultur dari lochea dan darah pasien, pewarnaan gram, dan pemeriksaan kepekaan
antibiotik
• Sebagai terapi empiris diberikan antibiotik seftriakson sambil menunggu hasil kultur dan
kepekaan antibiotik  cefoperazone sulbactam 1 gram/12 jam, Inj Metronidazol 500mg/8jam,
Inj Gentamicin 80 mg/12 jam, dan simpotamik parasetamol 500 mg
Endometritis post partum
LAPORAN KASUS

TERIMA KASIH

PPDS MIKROBIOLOGI KLINIK RSUP DR KARIADI/FK UNDIP

Anda mungkin juga menyukai