Anda di halaman 1dari 45

P E R A TUR AN U N D ANG - UND ANG

K E S EH AT AN Y A NG B E R L A KU D I
I N D ONESIA D I B I D A NG A KK

Toto Surianto S., SKM., MH.Kes


PRODI S1 Kesehatan Masyarakat
Universitas Mandala Waluya
TOPIK BAHASAN

1 Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan

Pengaturan terkait Bidang AKK dalam Undang-Undang


2 Kesehatan
Administrasi Dan Kebijakan Kesehatan
Pengertian Administrasi

Administrasi mengandung
Administrasi unsur-unsur :

Administrasi adalah Aktivitas- a) adanya orang-orang,


aktivitas untuk mencapai tujuan b) adanya pedoman/petunjuk,
atau proses penyelenggaraan kerja c) adanya kegiatan-kegiatan,
untuk mencapai tujuan d) adanya kerjasama,
e) adanya rasionalitas dan
f) adanya tujuan yang hendak
dicapai
Secara umum administrasi dapat dibedakan dalam arti sempit dan arti
luas :
1. Administrasi dalam pengertian sempit. Dimaksudkan ditinjau dari
lingkup kerja yang sempit yaitu hanya berkisar pada kegiatan tata
usaha kantor seperti: tulis menulis, pengetikan surat menyurat
(termasuk menggunakan komputer), agenda, kearsipan, pembukuan
dan lain sebagainya.
2. Administrasi dalam pengertian luas. Dibedakan dalam 3 (tiga) aspek,
yaitu :
a) Administrasi sebagai suatu proses. Ditinjau dari Aspek Proses,
Administrasi merupakan keseluruhan proses, mulai dari proses
pemikiran, proses perencanaan, proses pengaturan, proses
penggerakan, proses pengawasan sampai pada proses
pencapaian tujuan.
c) Fungsi atau tugas administrasi. Ditinjau dari fungsi atau tugas
administrasi, maka administrasi adalah keseluruhan tindakan
(aktivitas) yang harus dilakukan oleh seseorang yang
berkedudukan sebagai “administrator” (memegang jabatan
dalam manajemen suatu organisasi).
d) Kepranataan / institusi adminsitrasi. Ditinjau dari kepranataan
(institusi), maka administrasi adalah melihat kegiatan dalam
suatu lembaga yang melakukan aktivitas tertentu, misalnya:
Dinas Kesehatan, Rumah Sakit, Puskesmas, maka ada orang-
orang yang melakukan kegiatan administrasi dalam lembaga itu.
Unsur unsur pokok administrasi dari rincian berbagai pengertian tentang
administrasi, antara lain:
1. Masukan (input), yaitu segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan administrasi. Masukan masukan ini dikenal
juga dengan perangkat administrasi (tools of administration), antara
lain:
a) Sumber (resources), yaitu segala sesuatu yang dapat dipakai
untuk menghasilkan barang atau jasa
b) IPTEK (science and technology) adalah tata cara kerja dengan
memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
c) Kemampuan dan Kesanggupan (skill / capacity) adalah
pengetahuan dan keadaan fisik, mental biologis tenaga
pelaksana.
2. Proses (process), yaitu langkah2 yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Proses ini dalam ilmu
administrasi dikenal dengan sebutan fungsi administrasi (functions of
administration). Pada umumnya fungsi administrasi menjadi
tanggung jawab pimpinan.
Beberapa fungsi administrasi yang dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya Perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing),
Penyusunan personalia (Staffing) Pengkoordinasian (Coordinating),
dan Penyusunan anggaran (Budgeting).
3. Keluaran (output), yaitu hasil dari suatu pekerjaan administrasi. Bila
ditinjau dari pengertiannya, dapat dibedakan menjadi 2, yaitu :
a) Pengertian sempit. Keluaran yang dihasilkan adalah, catatan surat
masuk dan keluar, kumpulan surat masuk dan keluar, daftar nama
pegawai, daftar inventaris barang, daftar gaji pegawai, dan lain-lain.
b) Pengertian luas, terdiri dari :
1) Hasil dari proses. Keluaran yang dihasilkan adalah pengembangan
organisasi, kegiatan organisasi, pengembangan pegawai, petunjuk
pelaksanaan / petunjuk teknis, tugas-tugas / personil kepanitian,
dan lain2.
2) Hasil dari fungsi/tugas. Keluaran yang dihasilkan adalah kebijakan,
program kegiatan, hasil pengawasan, hasil pengorganisasian.
3) Kelembagaan. Keluaran yang dihasilkan adalah fungsi/aktivitas
kelembagaan, sistim, layanan umum (in servise dan public service).
4. Sasaran (target group), yaitu tujuan keluaran yang dihasilkan atau
kepada siapa hasil kegiatan tersebut ditujukan atau kepada siapa
kebijakan yang dihasilkan ditujukan. Untuk kebijakan publik, sasaran
yang dimaksud dapat dibedakan perseorangan, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
5. Dampak (impact) adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu
kebijakan.
6. Administrasi sebagai sistim, yaitu semua tata aturan yang berlaku
untuk menjalankan tugas-tugas / fungsi-fungsi administrasi dibuat
secara sistimatis, dalam rangka efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan.
Pengertian Kebijakan

Kebijakan merupakan suatu Kebijakan Publik atau public Jadi Kebijakan publik adalah
konsensus atau kesepakatan para policy merupakan suatu suatu arahan untuk melakukan
pengambil keputusan dengan keputusan yang dimaksud untuk atau tidak melakukan tindakan
tujuan untuk menanggulangi suatu mengatasi permasalahan tertentu sehingga menggerakkan
masalah atau untuk pencapaian tertentu, untuk melakukan seluruh sektor atau perangkat
suatu tujuan tertentu dengan nilai- kegiatan tertentu, atau untuk pemerintahan dan menciptakan
nilai tertentu dan merupakan mencapai tujuan tertentu, yang perubahan pada kehidupan yang
pedoman utama untuk bertindak dilakukan oleh lembaga terkena dampak dari kebijakan
pemerintah yang berwenang tersebut
dalam rangka penyelenggaraan
tugas pemerintahan negara dan
pembangunan bangsa
Kebijakan Kesehatan

Kebijakan kesehatan melingkupi berbagai Kebijakan Kesehatan dianggap penting karena sektor
upaya dan tindakan pengambilan keputusan kesehatan merupakan bagian dari ekonomi. Jelasnya
yang meliputi aspek teknis medis dan sektor kesehatan ibarat suatu spons yang
pelayanan kesehatan, serta keterlibatan mengabsorpsi banyak anggaran belanja negara untuk
pelaku/aktor baik pada skala individu maupun membayar sumber daya kesehatan.
organisasi atau institusi dari pemerintah, Namun yang lebih penting lagi adalah keputusan
swasta, LSM dan representasi masyarakat kebijakan Kesehatan melibatkan persoalan hidup dan
lainnya yang membawa dampak pada mati manusia.
kesehatan.
WHO menetapkan delapan elemen yang harus tercakup dan menentukan
kualitas dari sebuah kebijakan kesehatan, yaitu :
1) Pendekatan holistik, kesehatan sebaiknya didefinisikan sebagai sesuatu
yang dinamis dan lengkap dari dimensi fisik, mental, sosial, dan spritual.
2) Partisipatori, melalui partisipasi masyarakat dapat dibangun collective
action (aksi bersama masyarakat) yang akan menjadi kekuatan
pendorong dalam pengimplementasian kebijakan dan penyelesaian
masalah.
3) Kebijakan publik yang sehat, yaitu setiap kebijakan harus diarahkan
untuk mendukung terciptanya pembangunan kesehatan yang kondusif
dan berorientasi kepada masyarakat.
4) Ekuitas, yaitu harus terdapat distribusi yang merata dari layanan
kesehatan. Ini berarti negara wajib menjamin pelayanan kesehatan
setiap warga negara tanpa memandang status ekonomi maupun status
sosialnya.
5) Efisiensi, yaitu layanan kesehatan harus berorientasi proaktif dengan
mengoptimalkan biaya dan teknologi.
6) Kualitas, artinya pemerintah harus menyediakan pelayanan
kesehatan yang berkualitas bagi seluruh warga negara. Di samping
itu, dalam menghadapi persaingan pasar bebas dan menekan
pengaruh globalisasi dalam sector kesehatan, pemerintah perlu
meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan setara dengan
pelayanan kesehatan bertaraf internasional.
7) Pemberdayaan masyarakat, terutama pada daerah terpencil, dan
perbatasan untuk mengoptimalkan kapasitas sumber daya yang
dimiliki.
8) Self-reliant, kebijakan kesehatan yang ditetapkan sebisa mungkin
dapat memenuhi keyakinan dan kepercayaan masyarakat akan
kapasitas kesehatan di wilayah sendiri
Pengaturan terkait Bidang AKK dalam
Undang-Undang Kesehatan
Kewajiban Setiap Orang (Pasal 9-13)
Kewajiban setiap orang:
1. Setiap orang berkewajiban ikut mewujudkan, mempertahankan,
dan meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya.
2. Pelaksanaa Kewajiban meliputi upaya kesehatan perseorangan,
upaya kesehatan masyarakat, dan pembangunan berwawasan
kesehatan.
3. Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam
upaya memperoleh lingkungan yang sehat, baik fisik, biologi,
maupun sosial.
4. Setiap orang berkewajiban berperilaku hidup sehat untuk
mewujudkan, mempertahankan, dan memajukan Kesehatan yang
setinggi-tingginya.
5. Setiap orang berkewajiban menjaga dan meningkatkan derajat
kesehatan bagi orang lain yang menjadi tanggung jawabnya.
6. Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan
kesehatan sosial.
Tanggung Jawab Pemerintah (Pasal 14-20)
Tanggung jawab pemerintah antara lain :
1. Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan
upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.
Tanggung jawab Pemerintah dikhususkan pada pelayanan publik.
2. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan lingkungan,
tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial bagi
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
3. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan sumber daya di
bidang kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakat
untuk memperol eh deraj at kesehatan yang setinggi-tingginya.
4. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan akses terhadap
informasi, edukasi, dan fasilitas pelayanan Kesehatan untuk
meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya.
5. Pemerintah bertanggung jawab memberdayakan dan mendorong
peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan.
6. Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk
upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan terjangkau.
7. Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan
kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi
upaya kesehatan perorangan.
Sumber Daya Di Bidang Kesehatan (Pasal 21-44)
Dari Pemerintah 5% APBN, Pemerintah daerah 10% APBD, masyarakat,
Dana Kesehatan swasta dan sumber lain.

Tenaga Kesehatan Diatur lebih lanjut dlm UU 36 Tahun 2014

Semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk


Perbekalan Kesehatan menyelenggarakan upaya kesehatan

Sediaan Farmasi Obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika.


Instrumen, aparatus, mesin dan/atau implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
Alat Kesehatan mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit, memulihkan kesehatan pada
manusia, dan/atau membentuk struktur dan memperbaiki fungsi tubuh.
RS (UU 44 Tahun 2009), PKM (PMK 75 Tahun2014) dan
Fasilitas Pelayanan Kesehatan fasilitas2 kesehatan lainnya.
Segala bentuk alat dan/atau metode yang ditujukan untuk membantu menegakkan
Teknologi Kesehatan diagnosa, pencegahan, dan penanganan permasalahan kesehatan manusia
Tenaga Kesehatan (Pasal 21-29)
1. Pemerintah mengatur perencanaan, pengadaan, pendayagunaan,
pembinaan, dan pengawasan mutu tenaga kesehatan dalam
rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan.
2. Ketentuan mengenai tenaga kesehatan diatur dengan Undang-
Undang (UU Nakes).
3. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
Kesehatan yang dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang
dimiliki.
4. Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan
wajib memiliki izin dari pemerintah.
5. Selama memberikan pelayanan Kesehatan, dilarang
mengutamakan kepentingan yang bernilai materi.
6. Tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar
profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan,
dan standar prosedur operasional.
7. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi diatur oleh
organisasi profesi.
8. Ketentuan mengenai hak pengguna pelayanan kesehatan, standar
pelayanan, dan standar prosedur operasional diatur dengan
Peraturan Menteri.
9. Pengadaan dan peningkatan mutu tenaga Kesehatan
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
masyarakat melalui pendidikan dan/atau pelatihan.
10. Pemerintah mengatur penempatan tenaga Kesehatan untuk
pemerataan pelayanan kesehatan.
11. Pemerintah daerah dapat mengadakan dan mendayagunakan
tenaga kesehatan sesuai dengan kebutuhan daerahnya.
12. Pengadaan dan pendayagunaan tenaga dilakukan dengan
memperhatikan:
a) jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat;
b) jumlah sarana pelayanan kesehatan; dan
c) jumlah tenaga kesehatan sesuai dengan beban kerja
pelayanan kesehatan yang ada.
14. Penempatan tenaga kesehatan dilakukan dengan tetap
memperhatikan hak tenaga kesehatan dan hak masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang merata.
15. Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya.
16. Tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya berkewajiban
mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan yang dimiliki.
17. Untuk kepentingan hukum, tenaga kesehatan wajib melakukan
pemeriksaan kesehatan atas permintaan penegak hukum dengan
biaya ditanggung oleh negara.
18. Pemeriksaan Kesehatan didasarkan pada kompetensi dan
kewenangan sesuai dengan bidang keilmuan yang dimiliki.
19. Dalam hal tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam
menjalankan profesinya, kelalaian tersebut harus diselesaikan
terlebih dahulu melalui mediasi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Pasal 30-35)
1. Fasilitas pelayanan kesehatan, menurut jenis pelayanannya terdiri atas
pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
2. Fasilitas pelayanan kesehatan meliputi:
a) pelayanan kesehatan tingkat pertama;
b) pelayanan kesehatan tingkat kedua; dan
c) pelayanan kesehatan tingkat ketiga.
3. Fasilitas pelayanan kesehatan dilaksanakan oleh pihak Pemerintah,
pemerintah daerah, dan swasta.
4. Fasilitas pelayanan kesehatan wajib:
a) memberikan akses yang luas bagi kebutuhan penelitian dan
pengembangan di bidang kesehatan; dan
b) mengirimkan laporan hasil penelitian dan pengembangan kepada
pemerintah daerah atau Menteri.
5. Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta, wajib memberikan pelayanan kesehatan bagi
penyelamatan nyawa pasien dan pencegahan kecacatan terlebih dahulu,
serta dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka.
6. Setiap pimpinan penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan
masyarakat harus memiliki kompetensi manajemen kesehatan
masyarakat yang dibutuhkan.
7. Penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan dilarang mempekerjakan
tenaga kesehatan yang tidak memiliki kualifikasi dan izin melakukan
pekerjaan profesi
8. Pemerintah daerah dapat menentukan jumlah dan jenis fasilitas
pelayanan kesehatan serta pemberian izin beroperasi di daerahnya.
Penentuan jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan oleh
pemerintah daerah dengan mempertimbangkan:
a) luas wilayah;
b) kebutuhan kesehatan;
c) jumlah dan persebaran penduduk;
d) pola penyakit;
e) pemanfaatannya;
f) fungsi sosial; dan
g) kemampuan dalam memanfaatkan teknologi.
9. Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan kesehatan
serta pemberian izin beroperasi berlaku juga untuk fasilitas pelayanan
kesehatan asing.
10. Ketentuan mengenai jumlah dan jenis fasilitas pelayanan Kesehatan
serta serta pemberian izin beroperasi dari PEMDA tidak berlaku untuk
jenis rumah sakit khusus karantina, penelitian, dan asilum.
Upaya Kesehatan (Pasal 46-125)
❖ Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan
menyeluruh dalam bentuk upaya Kesehatan perseorangan dan upaya
kesehatan masyarakat.
❖ Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang
dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.
❖ Penyelenggaraan upaya kesehatan didukung oleh sumber daya
Kesehatan
❖ Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat bertanggung jawab
atas penyelenggaraan upaya kesehatan.
❖ Penyelenggaraan upaya kesehatan harus memperhatikan fungsi sosial,
nilai, dan norma agama, sosial budaya, moral, dan etika profesi.
Penyelenggaraan upaya kesehatan dilaksanakan melalui kegiatan:

8. Kesehatan olahraga (Pasal 80-81);


1. Pelayanan kesehatan, terdiri dr
9. Pelayanan kesehatan pada bencana (Pasal 82-
pemberian pelayanan & perlindungan 85);
pasien (Pasal 52-58); 10. Pelayanan darah (Pasal 86-92);
2. Pelayanan kesehatan tradisional (Pasal 11. Kesehatan gigi dan mulut (Pasal 93-94);
59-61) 12. Penanggulangan gangguan penglihatan dan
3. Peningkatan kesehatan dan pencegahan gangguan pendengaran (Pasal 95-96);
penyakit (Pasal 62); 13. Kesehatan matra (Pasal 97);
4. Penyembuhan penyakit dan pemulihan 14. Pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi
kesehatan (Pasal 63-70); dan alat kesehatan (Pasal 98-108);
5. Kesehatan reproduksi (Pasal 71-77); 15. Pengamanan makanan dan minuman(Pasal 109-
112);
6. Keluarga berencana (Pasal 78);
16. Pengamanan zat adiktif (Pasal 113-116);
7. Kesehatan sekolah(Pasal 79); 17. Bedah mayat (Pasal 117-125).
Pelayanan kesehatan
❖ Pelayanan kesehatan terdiri atas pelayanan kesehatan perseorangan
dan pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi kegiatan dengan
pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
❖ Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan
penyakit dan memulihkan Kesehatan perseorangan dan keluarga.
❖ Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan
masyarakat.
❖ Pelaksanaan pelayanan kesehatan harus mendahulukan pertolongan
keselamatan nyawa pasien disbanding kepentingan lainnya.
❖ Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung
jawab, aman, bermutu, serta merata dan nondiskriminatif.
❖ Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas
penyelenggaraan pelayanan Kesehatan
❖ Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilakukan
oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
❖ Pemerintah wajib menetapkan standar mutu pelayanan kesehatan.
Pengelolaan Kesehatan (167)
1. Pengelolaan kesehatan yang diselenggarakan oleh Pemerintah,
pemerintah daerah dan/atau masyarakat melalui pengelolaan
administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber daya
kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta
dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi
di bidang kesehatan, serta pengaturan hukum kesehatan secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
2. Pengelolaan kesehatan dilakukan secara berjenjang di pusat dan
daerah.
3. Pengelolaan kesehatan dibuat dalam suatu sistem kesehatan
nasional
Informasi Kesehatan (168-169)
1. Untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang efektif dan
efisien diperlukan informasi Kesehatan yang dilakukan melalui
sistem informasi dan melalui lintas sektor.
2. Pemerintah memberikan kemudahan kepada masyarakat untuk
memperoleh akses terhadap informasi kesehatan dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Pembiayaan Kesehatan (170-173)
1. Pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan
kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi,
teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan
berdaya guna untuk menjamin terselenggaranya pembangunan
kesehatan agar meningkatkan derajat Kesehatan masyarakat setinggi-
tingginya.
2. Unsur-unsur pembiayaan kesehatan terdiri atas sumber pembiayaan,
alokasi, dan pemanfaatan.
3. Sumber pembiayaan kesehatan berasal dari Pemerintah, pemerintah
daerah, masyarakat, swasta dan sumber lain.
4. Besar anggaran kesehatan Pemerintah dialokasikan minimal sebesar 5%
(lima persen) dari anggaran pendapatan dan belanja negara di luar gaji.
5. Besar anggaran kesehatan pemerintah daerah provinsi, kabupaten/kota
dialokasikan minimal 10% (sepuluh persen) dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah di luar gaji.
6. Besaran anggaran kesehatan diprioritaskan untuk kepentingan
pelayanan publik yang besarannya sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga)
dari anggaran kesehatan dalam anggaran pendapatan dan belanja
negara dan anggaran pendapatan dan belanja daerah.
7. Alokasi pembiayaan kesehatan yang bersumber dari swasta dimobilisasi
melalui sistem jaminan sosial nasional dan/atau asuransi kesehatan
komersial.
Peran Serta Masyarakat (Pasal 174)
1. Masyarakat berperan serta, baik secara perseorangan maupun
terorganisasi dalam segala bentuk dan tahapan pembangunan
kesehatan dalam rangka membantu mempercepat pencapaian
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.
2. Peran serta mencakup keikutsertaan secara aktif dan kreatif.
Pembinaan Dan Pengawasan (178-188)
Pemerintah dan pemerintah daerah melakukan pembinaan terhadap
masyarakat dan terhadap setiap penyelenggara kegiatan yang
berhubungan dengan sumber daya kesehatan di bidang kesehatan
dan upaya kesehatan.
Pembinaan diarahkan untuk:
a. memenuhi kebutuhan setiap orang dalam memperoleh akses atas
sumber daya di bidang kesehatan;
b. menggerakkan dan melaksanakan penyelenggaraan upaya
kesehatan;
c. memfasilitasi dan menyelenggarakan fasilitas kesehatan dan
fasilitas pelayanan kesehatan;
d. memenuhi kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan perbekalan
kesehatan, termasuk sediaan farmasi dan alat kesehatan serta
makanan dan minuman;
e. memenuhi kebutuhan gizi masyarakat sesuai dengan standar dan
persyaratan;
f. melindungi masyarakat terhadap segala kemungkinan yang dapat
menimbulkan bahaya bagi kesehatan.
Pembinaan dilaksanakan melalui:
a. komunikasi, informasi, edukasi dan pemberdayaan masyarakat;
b. pendayagunaan tenaga kesehatan;
c. pembiayaan.
Dalam rangka pembinaan, Pemerintah dan pemerintah daerah, dapat
memberikan penghargaan kepada orang atau badan yang telah
berjasa dalam setiap kegiatan mewujudkan tujuan kesehatan.
❖ Menteri melakukan pengawasan terhadap masyarakat dan setiap
penyelenggara kegiatan yang berhubungan dengan sumber daya di
bidang kesehatan dan upaya kesehatan.
❖ Menteri dalam melakukan pengawasan dapat memberikan izin terhadap
setiap penyelengaraan upaya kesehatan.
❖ Menteri dalam melaksanakan pengawasan dapat mendelegasikan
kepada lembaga pemerintah non kementerian, kepala dinas di provinsi,
dan kabupaten/kota yang tugas pokok dan fungsinya di bidang
kesehatan.
❖ Menteri dalam melaksanakan pengawasan mengikutsertakan
masyarakat.
❖ Menteri atau kepala dinas dalam melaksanakan tugasnya dapat
mengangkat tenaga pengawas dengan tugas pokok untuk melakukan
pengawasan terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan
sumber daya di bidang kesehatan dan upaya kesehatan.
❖ Dalam melaksanakan tugasnya, tenaga pengawas mempunyai fungsi:
a. memasuki setiap tempat yang diduga digunakan dalam kegiatan yang
berhubungan dengan penyelenggaraan upaya kesehatan;
b. memeriksa perizinan yang dimiliki oleh tenaga kesehatandan fasilitas
kesehatan.
❖ Setiap orang yang bertanggung jawab atas tempat dilakukannya
pemeriksaan oleh tenaga pengawas mempunyai hak untuk menolak
pemeriksaan apabila tenaga pengawas yang bersangkutan tidak
dilengkapi dengan tanda pengenal dan surat perintah pemeriksaan.
❖ Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan adanya dugaan atau patut
diduga adanya pelanggaran hukum di bidang kesehatan, tenaga
pengawas wajib melaporkan kepada penyidik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
❖ Menteri dapat mengambil tindakan administrative terhadap tenaga
kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang melanggar ketentuan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Kesehatan.
❖ Menteri dapat mendelegasikan kewenangan kepada lembaga
pemerintah nonkementerian, kepala dinas provinsi, atau kabupaten/kota
yang tugas pokok dan fungsinya di bidang kesehatan.
❖ Tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. peringatan secara tertulis;
b. pencabutan izin sementara atau izin tetap.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai