Anda di halaman 1dari 5

Laporan Praktikum Biologi Sel (Sel Darah)

1. TUJUAN PRAKTIKUM
Mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya krenasi dan lisis pada sel darah.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Darah adalah jaringan hidup yang bersirkulasi mengelilingi seluruh tubuh
dengan perantara jaringan arteri, vena dan kapilaris, yang membawa nutrisi,
oksigen, antibodi, panas, elektrolit dan vitamin ke jaringan seluruh tubuh. Darah
manusia terdiri atas plasma darah, globulus lemak, substansi kimia (karbohidrat,
protein dan hormon), dan gas (oksigen, nitrogen dan karbon dioksida). Sedangkan
plasma darah terdiri atas eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah putih) dan
trombosit (platelet) (Watson, 2002).
Sel darah merah yang berukuran kurang dari 6 m dinamakan sel mikrosit dan
yang berukuran lebih dari normal (9 m - 12 m) dinamakan sel makrosit. Komposisi
molekuler sel darah merah menunjukkan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air
(60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi sel darah
merah merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis
dan lunak. Sel darah merah dibatasi oleh membran plasma yang bersifat
semipermeable dan berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap
di dalam. Tekanan osmosis di luar sel darah merah haruslah sama dengan tekanan
di dalam sel darah merah agar terdapat keseimbangan. Apabila sel darah merah
dimasukkan ke dalam larutan hipertonis maka air dalam sel darah merah akan
mengalir ke luar yang akan berakibat bentuk sel darah merah menjadi berkerut
seperti berduri (sel burr). Sebaliknya, apabila sel darah merah dimasukkan dalam
larutan hipotonis, maka air akan masuk ke dalam sel darah merah sehingga sel
darah merah menggembung sampai dapat pecah. Peristiwa tersebut dinamakan
hemolisis yang ditandai dengan merahnya larutan oleh karena keluarnya
hemoglobin (Subowo, 2002).
Membran plasma pada sel darah merah dapat mengalami kerusakan, sehingga
tidak dapat melakukan fungsi yang diembannya. Jenis kerusakan dapat beraneka
ragam, dapat karena tusukan, robek, putus, terkena senyawa kimia, dan

sebagainya. Membran plasma berfungsi untuk menyelubungi sebuah sel dan


membatasi keberadaan sebuah sel, juga memelihara perbedaan-perbedaan pokok
antara isi sel dengan lingkungannya serta sebagai filter untuk memilih dan memilahmilah bahan-bahan yang melintasinya dengan tetap memelihara perbedaan kadar
ion di luar dan di dalam sel (Subowo, 2002).
Fragilitas eritrosit merupakan reaksi membran eritrosit untuk melawan tekanan
osmosis media di sekelilingnya, untuk mengetahui berapa besar fragilitas atau daya
tegang dinding eritrosit dapat diketahui dengan menaruh eritrosit dalam berbagai
larutan (biasanya NaCl) dengan tekanan osmosis yang beragam. Konsentrasi
larutan dengan tekanan osmosis tertentu akan memecah eritrosit, inilah yang
menunjukkan fragilitas eritrosit tersebut. Darah mengandung berjuta-juta eritrosit
yang umurnya tidak sama. ( Senturk et al,2005)
Bila membran tidak kuat lagi menahan tekanan yang ada di dalam sel eritrosit itu
sendiri, maka sel akan pecah, akibatnya hemoglobin akan bebas ke dalam medium
sekelilingnya. Sebaliknya bila eritrosit berada pada medium yang hipertonis, maka
cairan eritrosit akan keluar menuju ke medium luar eritrosit (plasma), akibatnya
eritrosit akan keriput (krenasi). Keriput ini dapat dikembalikan dengan cara
menambahkan cairan isotonis ke dalam medium luar eritrosit ( Senturk et al,2005)
Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas ke
dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis dalam darah,
penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah dan lainlain. Apabila medium di sekitar eritrosit menjadi hipotonis (karena penambahan
larutan NaCl hipotonis) medium tersebut (plasma dan larutan NaCl) akan masuk ke
dalam eritrosit melalui membran yang bersifat semipermiabel dan menyebabkan sel
eritrosit menggembung (Masters, 2002).
3. METODOLOGI
1.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah spuit disposible, spuit syringe,
objek gelas, cover gelas, mikroskop cahaya. Sedangkan, bahan yang digunakan
adalah darah, larutan aquades, larutan NaCl 0,3 M, larutan NaCl 0,5 M dan larutan
NaCl Fisiologis 0,9 M.

1.2 Cara Kerja


a. Dilakukan pengambilan darah menggunakan spuit disposible.
b. Letakkan darah dengan cara diteteskan pada empat objek gelas yang sudah diberi
label dan diberikan perlakuan yang berbeda dengan kemiringan 45.
Objek Gelas A ditetesi larutan aquades
Objek Gelas B ditetesi larutan NaCl 0,3 M
Objek Gelas C ditetesi larutan NaCl 0,5 M
Objek Gelas D ditetesi larutan NaCl Fisiologis 0,9 M
c. Lalu msing-masing objek gelas ditutupi dengan cover gelas.
d. Selanjutnya masing-masing objek gelas tersebut diamati di bawah mikroskop dan
dilihat apa yang terjadi pada menit ke 1, 5 dan 10.
e. Kemudian hasil yang diperoleh dibawah mikroskop difoto dan digambar.
4. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Tabel Hasil Pengamatan
Waktu
5 menit

1 menit

No
Larutan
1.
Aquades

10 menit

Perbesaran
400x

2.

Normal

Lisis

Lisis

Normal

Krenasi

Krenasi

Normal

Krenasi

Krenasi

NaCl 0,3 M
Perbesaran
400x

3.

NaCl 0,5 M
400x

4.

NaCl
Fisiologis
0,9 M
Perbesaran
400x

Normal

Normal

Normal

Praktikum ini digunakan larutan Aquades dan NaCl dengan beda konsentrasi,
yaitu 0,3 M, 0,5 M dan 0,9 M. Tujuan digunakannya larutan aquades dan NaCl
dengan berbagai beda konsentrasi adalah untuk mengetahui eritrosit mengalami
hemolisis dan krenasi. Berdasarkan praktikum ini, bentuk sel darah mengalami
perubahan bentuk yaitu eritrosit mengalami hemolisis pada penambahan tetesan
aquades pada menit ke 5 dan 10. Hal ini disebabkan karena cairan di luar sel yaitu
aquades berdifusi ke dalam sel darah yang menyebabkan perbedaan potensial air
yang potensial air dari aquades lebih tinggi dibandingkan potensial air pada sel
darah. Jumlah air yang masuk ke dalam sel darah semakin bertambah melampaui
daya tampung dari sel darah merah. Hal ini menyebabkan membran sel darah
merah yang bersifat selektif permeabel itu pecah sehingga sitoplasma dari sel darah
keluar. Hal ini mempermudah molekul air dari larutan aquades untuk masuk ke
dalam sel darah sehingga menyebabkan sel darah saling merapat dan akhirnya
pecah karena tekanan dari molekul air. Pecahnya sel darah mebuat sel tampak
pucat dan terlihat agak bening.
Pada NaCl dengan konsentrasi 0,3M-0,5M sel darah mengalami
krenasi. Krenasi ini disebabkan karena konsentrasi larutan NaCl lebih pekat
dibandingkan konsentrasi di dalam sel darah atau karena akibat tekanan
osmotik di dalam sel lebih besar dibandingkan dengan di luar sel. Pada NaCl
fisiologis 0,9 M sel darah mengalami isotonis. Karena konsentrasi larutan
sama dengan konsentrasi dalam sel.
Peristiwa hemolisis dan krenasi yang terjadi tidak lepas dari peran proses
osmosis. Kerusakan pada membran sel darah merah dikarenakan digunakan
medium yang hipotonis dan hipertonis ke dalam darah. Apabila medium bersifat

hipotonis (penambahan aquades), larutan dari luar akan masuk ke dalam sel darah
sehingga sel darah menggembung melebihi kemampuan dari sel dan akhirnya
pecah karena larutan masuk melalui membran eritrosit yang selektif permeabel.
Sedangkan untuk krenasi, pada umumnya terjadi karena sel darah diletakkan di
dalam medium yang lebih hipertonis terhadap isi di dalam sel darah. Hal ini
menyebabkan isi sel keluar menuju ke medium, sehingga sel menjadi mengkerut.
Hemolisis yang disebabkan oleh perbedaan tekanan osmotik isi sel dengan
mediumnya disebut hemolisis osmotik. Jenis hemolisis yang lain adalah hemolisis
kimiawi yang disebabkan oleh substansi kimia dalam merusak sel darah. Sebaliknya
dari proses hemolisis, ada proses krenasi, yaitu peristiwa mengkerutnya membran
sel akibat keluarnya air dari dalam eritrosit. Krenasi dapat terjadi apabila sel darah
dimasukkan ke dalam medium yang hipertonis terhadap isi sel darah.
5. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa sel darah memiliki
toleransi yang berbeda-beda terhadap aquades dan NaCl pada berbagai
konsentrasi. Pada aquades sel darah mengalami hemolisis karena larutan aquades
lebih hipotonis terhadap sel. Pada konsentrasi NaCl 0,9M, sel darah mengalami
isotonis karena konsentrasi larutan sama dengan konsentrasi di dalam sel. Pada
konsentrasi 0,3M-0,5M, eritrosit mengalami krenasi karena sel darah dimasukkan ke
dalam medium yang hipertonis terhadap isi sel darah.

DAFTAR PUSTAKA
Subowo.1995.Biologi Sel.Bandung : Angkasa
Yatim, Wildan.1987.Biologi Modern.Bandung : Tarsito
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/107/jtptunimus-gdl-aristakurn-5312-2-bab2.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22471/5/Chapter%20I.pdf
(diakses pada : Jumat, 25 Mei 2013)

Anda mungkin juga menyukai