Anda di halaman 1dari 11

Mitokondria

Fungsi Mitokondria : Pengertian, Gambar dan Struktur LENGKAP – Mitokondria


merupakan organel yang berfungsi menghasilkan energi ATP. Mitokondria pertama kali
diisolasi dari sel otot serangga oleh Kolloicker (1850). Kemudian Richard Alt man (1890)
member nama bioblasm, sedangkan nama mitokondria diberikan oleh Benda pada awal abad
20 dan digunakan hingga sekarang. Sejak awal abad 20 banyak dilakukan penelitian terhadap
mitokondria. Michaelis dan Kingbury (1912) menemukan bahwa pada mitokondria
berlangsung reaksi oksidari reduksi.

Pada decade tigapuluhan, beberapa ahli biokima antara lain Warburg, Keilin, Szent-Gyorgyl,
Krebs, dan Lehninger meneliti pola reaksi oksidasi-reduksi pada mitokondria; sedangkan
Loohman (1931) menyelidiki sintesis, mekanisme transport, biogenesis, dan fosforilasi-
oksidatif pada mitokondria. Mitokondria berbentuk benang atau granula. Letaknya tersebar
acak di sitoplasma, atau menempati lokasi tertentu di dalam sel, misalnya pada sel otot lurik.

Mitokondria mempunyai dua lapis membran, yaitu membrane luar dan membran dalam.
Membran dalam mengadakan penjuluran kea rah dalam (Krista) sehingga permukaan
membrane dalam menjadi luas. Pada Krista terdapat partikel F1. Partikel F1 merupakan
enzim ATPase yang berperan sebagai katalisator dalam fosforilasi. Ruang antar Krista
dinamakan matrik yang berisi enzim-enzim untuk siklus Krebs, DNAmit, dan ribosom.

Pembentukan ATP dimulai dari glikolisis yang berlangsung di sitoplasma, kemudian


dilanjutkan dengan siklus Kreb yang berlangsung di matriks mitokondria, dan berakhir dalam
reaksi oksidasi fosforilasi dan transport elektronyang berlangsung di membran dalam
mitokondria. Hasil reaksi di mitokondria adalah ATP, karbondioksida dan air.

Pengertian Mitokondria Adalah

Mito artinya thread atau benang, chodrion artinya granular. Mitokondria merupakan organel
sitoplasma yang berbentuk granular atau filamen. Mitokondria adalah organel yang
digunakan untuk memproduksi energi dalam bentuk ATP untuk kelangsungan hidup sel.
Mitokondria adalah tempat dimana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung
(Purnobasuki, 2011).

Fungsi Mitokondria
Selain itu, mitokondria berfungsi untuk :

1. Menjaga konsentrasi ion kalsium yang tepat dalam berbagai kompartemen sel.
Mitokondria membantu sel-sel untuk mencapai tujuan ini dengan melayani sebagai
tangki penyimpanan ion kalsium.
2. Membantu dalam membangun bagian-bagian tertentu dari darah, dan hormon seperti
testosteron dan estrogen.
3. Mitokondria dalam sel-sel hati memiliki enzim yang mendetoksifikasi amonia.
4. Berperan dalam proses kematian sel terprogram. Sel yang tidak diinginkan dan
kelebihan dipangkas selama perkembangan organisme. Proses ini dikenal sebagai
apoptosis. Kematian sel abnormal akibat disfungsi mitokondria dapat mempengaruhi
fungsi organ.
5. pengubahan energi potensial dalam bentuk makanan menjadi ATP, Kegunaan ATP
yaitu sebagai energi yang digunakan untuk mengganti sel-sel yang rusak, memompa
jantung, dan lainnya. Mitokondria banyak terdapat pada bagian tubuh antara lain otot,
hati, jantung, ginjal, karena bagian tubuh tersebut paling aktif melakukan kerja dan
menghasilkan energi.
6. Tempat terjadinya metabolisme oksidatif —> respirasi seluler
Struktur Mitokondria
Sitoplasma yang terdapat di dalam hampir semua sel-sel eukariotik memiliki
mitokondria, meskipun terdapat pengecualian, yakni pada protista Chaos (Pelomyxa)
carolinensis. Mitokondria secara khusus banyak terdapat di dalam sel dan bagian-bagian sel
yang berkaitan dengan proses-proses aktif. Sebagai contoh, dalam protozoa berflagel atau di
dalam sperma mamalia, mitokondria terkonsentrasi di dasar flagelum atau flagela. Pada otot
jantung, mitokondria mengelilingi bagian-bagian otot yang berkontraksi. Dengan demikian,
berdasarkan persebarannya, dapat diketahui bahwa mitokondria ikut terlibat dalam produksi
energi dalam tubuh.

Mitokondria memiliki diameter sekitar 0.5-1 µm hingga 7 µm. Bentuk dan jumlah
mitokondria yang ada dalam sebuah sel bergantung pada jaringan tertentu. Mitokondria dapat
berbentuk seperti lingkaran, batang maupun badan berserabut. Namun struktur umumnya
tetaplah sama. Jumlah mitokondria dalam tiap sel bervariasi bergantung pada energi yang
dibutuhkan. Jaringan-jaringan yang melakukan fungsi metabolisme aerob seperti otot rangka
dan otot lambung memiliki jumlah mitokondria lebih banyak daripada jaringan lainnya.

Mitokondria memiliki dua membran, masing-masing tersusun oleh fosfolipid bilayer. Kedua
membran tersebut memiliki perbedaaan pada wujud serta sifat fisis dan kimiawinya. Hal
inilah yang membedakan fungsi masing-masing membran tersebut pada mitokondria.
Membran luar mengelilingi struktur mitokondria secara keseluruhan. Membran dalam
mengelilingi matriks yang berisi cairan dan membentuk lekukan-lekukan ke dalam matriks
yang disebut krista (cristae, tunggal: crista). Krista-krista tersebut dapat memperbesar
permukaan membran dalam sehingga terbentuk daerah antara membran luar dan membran
dalam, ruang intermembran. Membran dalam memegang peranan penting mitokondria yaitu
fosforilasi oksidatif.
Membran dalam dan membran luar tersusun atas komposisi fosfolipid dan perbandingan
protein terhadap lemak yang berbeda. Untuk membran luar, perbandingan protein-lemak
adalah 50:50, dan protein yang ada memiliki sedikit fungsi enzimatik atau transport.
Sedangkan pada membran dalam, perbandingannya adalah 80:20.

Membran luar mitokondria memiliki protein integral pada membran, disebut porin,
yang membentuk saluran permeabel untuk memfasilitasi berbagai macam molekul keluar
masuk mitokondria. Molekul-molekul sebesar 10 kilodalton bahkan kurang dari itu, seperti
ion, molekul nutrisi, ATP, dan ADP dapat dengan mudah melewati membran luar. Membran
dalam mengandung 5 kelompok protein integral membran, yaitu:

1. NADH dehidrogenase,
2. Suksinat dehidrogenase,
3. Sitokrom c reduktase (juga dikenal sebagai sitrokom b-c),
4. sitokrom c oksidase,
5. ATP sintase.

Membran dalam mitokondria tidak terlalu permeabel dibandingkan dengan membran luar,
karena itu membran dalam dapat mendegradasi molekul-molekul yang masuk melalui
pemisahan matriks dari lingkungan sitosolik. Terdapat beberapa sistem antiport pada
membran dalam yang menyebabkan pertukaran anion dengan sitosol dan matriks
mitokondria. Beberapa contohnya adalah phospate-OH– exchanger, the adenine nucleotide
translocase, mono-, di- and tricarboxylate carriers, dan the aspartate-glutamate shuttle.
Bentuk dan Ukuran Mitokondria

Bentuk mitokondria bervariasi tergantung jenis jaringan dan kondisi fisiologi mitokondria
tetapi bentuk yang paling umum dijumpai adalah bentuk benang dan granula sesuai dengan
arti kata mitokondria (mitos = benang, chondrion = granula). Bentuk-bentuk yang lain
misalnya bentuk bola, halter, raket, atau bentuk oval.

Ukuran mitokondria juga bervariasi tetapi rata-rata ukuran panjangnya maksimal 7 µm dan
lebarnya 0,5 µm.

Mitokondria hati umumnya mempunyai lebar kira-kira 0,5-1,0µm dan panjang kira-kira 3,0
µm. ukuran ini khas bagi tipe mitokondria yang bebas dalam sitoplasma seperti pada hati,
ginjal dan pankreas. Dalam jaringan yang kebebasan mitokondria lebih terbatas, terdapat
bentuk dan ukuran yang lebih bervariasi.

Letak dan Distribusi Mitokondria


Pada umumnya mitokondria tersebar acak di dalam sel dan cenderung berkumpul di bagian
sel yang memerlukan banyak energy, misalnya disekitar gelendong pembelahan (benang
spindle) pada sel yang sedang membelah atau di dekat membrane sel yang sedang melakukan
endositosis.

Pada beberapa sel tertentu letak mitokondria tidak berpindah-pindah, misalnya terlentak
diantara pita gelap dan terang pada sel otot lurik di dalam flagel sel spermatozoa, sel basilus
dan conus retina, dan pada sel tubuh ginjal (Saefudin, 2010).

Jumlah Mitokondria

Jumlah mitokondria di dalam sel bervariasi tergantung jenis organism, jenis sel dan keadaan
fisiologi sel. Variasi jumlah berkisar antara satu sampai dengan ratusan ribu mitokondria per
sel. Pada Chromulina jumlahnya hanya satu per se, pada sel hati rata-rata 800 per sel,
sedangkan pada ovum beberapa landak laut dan juga pada sel amuba Chaos chaos dapat
mencapai 500.000 mitokondria per sel.

Secara umum sel hewan mengandung lebih banyak mitokondria dari pada sel tumbuhan,
karena energi pada sel tumbuhan tidak hanya dihasilkan mitokondria tetapi juga oleh
kloroplas. Beberapa jenis organism tidak memiliki mitokondria di dalam selnya, mislanya
Leucothrix dan Vitreoscilla. Kondisi fisiologi sel (kebutuhan energy sel) juga mempengaruhi
jumlah mitokondria di dalam sel. Sel yang sedang aktif melakukan metabolism (misalnya sel-
sel embrional) memiliki mitokondria yang lebih banyak dibandingkan sel-sel yang kurang
aktif.

Kelenturan (plastisitas) dan Gerak Mitokondria

Mitokondria memiliki kelenturan yang tinggi sehingga bentuknya dapat berubah-ubah dari
waktu ke waktu, terutama mitokondria yang letaknya acak di sitoplasma. Selain itu
mitokondria juga dapat bergerak (berpindah) dari satu tempat ke tempat lain di dalam sel.
Gerak selain disebabkan oleh siklosis juga karena aktifitas memanjang dan memendek dari
mitokondria itu sendiri.

Mitokondria berputar dan berubah bentuk menjadi bermacam-macam konformasi. Satu


mitokondria dapat menunjukkan perubahan bentuk dalam perjalanan waktu. Pada otot lurik
dan sel-sel lain yang mitokondrianya tidak terdapat bebas dalam sitosol plastisitas strukturnya
berkurang. Plastisitas dan gerak mitokondria dalam sel menjamin penyebarluasan ATP di
seluruh sel yaitu di tempat-tempat yang memerlukan ATP (Saefudin, 2010).
Bagian-bagian Mitokondria

Berikut akan dilampirkan tabel definisi bagian-bagian pada mitokondria untuk pemahaman
lebih jauh.

Tabel 2.1.1 Definisi bagian-bagian pada mitokondria

No. Bagian Definisi


Membran luar mitokondria bersifat permeabel
terhadap oksigen, piruvat, dan molekul-molekul
1 Membran Luar lainnya.

Ketebalan: tebal lapisan luar sekitar 40 Å = 4 nm


Bagian-bagian yang menyusun membran dalam
disebut krista terlapisi oleh banyak partikel-partikel
kecil, bulatan-bulatan membran dalam, yang mana
bagian kepala terletak pada daerah matriks pada
membran dalam.

Kebanyakan reaksi kimia yang terjadi pada


mitokondria berlangsung di membran dalam.
Terdapat sistem transpor elektron dan ATPase
complex di dalamnya:

· Sistem transpor elektron – menghasilkan


gradien proton
2 Membran Dalam
· ATPase complex – menggunakan gradien
proton untuk memproduksi ATP dari ADP

Membran dalam merupakan tempat fosforilasi


oksidatif.

Ketebalan: Tebalnya hampir sama dengan membran


luar yakni sekitar 40 Å = 4 nm.

Ruang antara membran luar dan membran dalam


3 Ruang Intermembran memiliki konsentrasi proton yang tinggi disebabkan
sistem transpor elektron pada membran dalam.
Kuantitas dan bentuk krista dapat bervariasi. Stalked
particles atau disebut juga bulatan membran dalam
(inner-membrane sphere):

· Kepala, bagian “sphere”, berada pada sisi


matriks membran dalam – berseberangan dengan
ruang intermembran.

· Setiap inner-membrane sphere memiliki:

ü Kepala atau “sphere” berdiameter 8-9 nm


4 Krista
ü Stalk dengan lebar 30-35 Å dan panjang 45-50 Å.

· Memiliki protein F1 dan F0

Inner membrane sphere memiliki peranan penting


pada produksi ATP dalam mitokondria.

Matriks Mitokondria

a. Enzim
Matriks meitokondria mengandung campuran raturan
enzim berkonsentrasi tinggi. Termasuk enzim-zenzim
yang terlibat dalam siklus Krebs, kecuali
dehidrogenase suksinat yang terletak pada
permukaan membran dalam.

Ribosom di dalam mitokondria merupakan tipe 70S –


5
seperti pada sel-sel prokaryot (bakteri), berbeda
dengan tipe 80S yang ada pada banyak sel tumbuhan
b. Ribosom dan hewan. Ribosom ini dapat mensintesis protein.

Mitokondria memiliki materi genetiknya sendiri serta


kemampuan untuk memproduksi RNA dan protein.
Semua DNA mitokondria merupakan induk. DNA
mitokondria membawa gen penting untuk hampir
semua sintesis protein mitokondria.
c. DNA mitokondria

Siklus Hidup Mitokondria

Mitokondria bisa melakukan replikasi secara mandiri, sama seperti sel bakteri. Replikasi
terjadi jika mitokondria ini berubah menjadi lebih besar sehingga melakukan pemecahan.
Pada awal sebelum mitokondria berreplikasi, terlebih dahulu dilakukan replikasi DNA
nitokondria. Proses tersebut diawali dari pembelahan pada bagian dalam lalu diikuto dengan
pembelahan bagian luar.

DNA mitokondria

Mitokondria mempunyai DNA tersendiri, yang dikenal dengan mtDNA. mtDNA berpilin
ganda, sirkuler, serta tidak terlindungi membran. Karena mempunyai ciri seperti DNA
bakteri. Berkembang teori yang luas yang diambil, dan menyatakan bahwa mitokondria
awalnya makhluk hidup independen lalu bersimbiosis dengan organisme eukariotik.

Gangguan Fungsi Mitikondria

Disfungsi mitokondria dapat mempengaruhi produksi produk sel-spesifik yang penting untuk
fungsi sel yang tepat dan produksi energi. Hal ini dapat menyebabkan kematian sel dan
kegagalan sistem organ. Ketika kemampuan mitokondria untuk menghasilkan energi
berkurang karena cacat tertentu (mutasi genetik baik dalam DNA mitokondria atau DNA
inti), kondisi ini digambarkan sebagai “penyakit mitokondria”. Mengurangi produksi energi
dapat menyebabkan disfungsi otak, gangguan penglihatan, lemah otot, gerakan terbatas
anggota badan, dan lain-lain. Penyakit mitokondria dapat menghancurkan kesehatan dari
setiap sistem atau organ tubuh. Hal ini dapat merusak kesehatan jantung dan kesehatan
pencernaan orang tersebut (Sridianti, 2014).

Gejala penyakit mitokondria dapat bervariasi dari orang ke orang, dan sering bersifat
progresif. Beberapa gejala adalah infeksi berulang (sistem kekebalan tubuh yang lemah),
mengurangi kapasitas jantung, stroke, kejang, kelelahan otot, masalah pencernaan, masalah
hati, diabetes, obesitas, kebutaan dan tuli. Berbagai faktor lingkungan atau obat-obatan
tertentu dapat mempengaruhi fungsi mitokondria negatif.

Studi menunjukkan bahwa disfungsi mitokondria adalah penyebab akar dari banyak penyakit
umum. Beberapa kondisi kronis dewasa juga berasal dari dalam disfungsi mitokondria,
misalnya, penyakit Alzheimer, penyakit Parkinson, diabetes, hipertensi, penyakit jantung,
osteoporosis, kanker, penyakit autoimun seperti multiple sclerosis, lupus dan rheumatoid
arthritis, dan lain-lain. Disfungsi mitokondria berperan penting dalam gejala penuaan dini
(Sridianti, 2014).

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N., Reece, J., Urry, L., Cain, M., Wasserman, S., Minorsky, P., Jackson, R. 2008.
Biologi. Erlangga : Jakarta.

Purnobasuki, Heri. 2011. Struktur dan Fungsi Sel. Online (http://www.Strukturdan


Fungsi_HeriPurnobasuki_238.pdf), diakses 17 april 2015.

Anda mungkin juga menyukai