Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mitokondria merupakan organel yang berfungsi menghasilkan energi
ATP. Mitokondria pertama kali diisolasi dari sel otot serangga oleh Kolloicker
(1850). Kemudian Richard Alt man (1890) member nama bioblasm,
sedangkan nama mitokondria diberikan oleh Benda pada awal abad 20 dan
digunakan hingga sekarang. Sejak awal abad 20 banyak dilakukan penelitian
terhadap mitokondria. Michaelis dan Kingbury (1912) menemukan bahwa
pada mitokondria berlangsung reaksi oksidari reduksi. Pada decade
tigapuluhan, beberapa ahli biokima antara lain Warburg, Keilin, SzentGyorgyl, Krebs, dan Lehninger meneliti pola reaksi oksidasi-reduksi pada
mitokondria; sedangkan Loohman (1931) menyelidiki sintesis, mekanisme
transport, biogenesis, dan fosforilasi-oksidatif pada mitokondria.
Mitokondria berbentuk benang atau granula. Letaknya tersebar acak di
sitoplasma, atau menempati lokasi tertentu di dalam sel, misalnya pada sel
otot lurik.
Mitokondria mempunyai dua lapis membran, yaitu membrane luar dan
membran dalam. Membran dalam mengadakan penjuluran kea rah dalam
(Krista) sehingga permukaan membrane dalam menjadi luas. Pada Krista
terdapat partikel F1. Partikel F1 merupakan enzim ATPase yang berperan
sebagai katalisator dalam fosforilasi. Ruang antar Krista dinamakan matrik
yang berisi enzim-enzim untuk siklus Krebs, DNAmit, dan ribosom.
Pembentukan ATP dimulai dari glikolisis yang berlangsung di sitoplasma,
kemudian dilanjutkan dengan siklus Kreb yang berlangsung di matriks
mitokondria, dan berakhir dalam reaksi oksidasi fosforilasi dan transport
elektronyang berlangsung di membran dalam mitokondria. Hasil reaksi di
mitokondria adalah ATP, karbondioksida dan air.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Apa yang dimaksud dengan mitokondria ?
2. Bagaimana bentuk dan ukuran mitokondria di dalam sel ?
1

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bagaimana letak dan distribusi mitokondria di dalam sel ?


Berapa jumlah mitokondria di dalam sel ?
Bagaimana kelenturan (plastisitas) dan gerak mitokondria di dalam sel ?
Bagaimana struktur mitokondria ?
Apa fungsi dari mitokondria ?
Apa saja gangguan fungsi dari mitokondria ?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari mitokondria.
2. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran mitokondria di dalam sel.
3. Untuk mengetahui letak dan distribusi mitokondria di dalam sel.
4. Untuk mengetahui jumlah mitokondria di dalam sel.
5. Untuk mengetahui kelenturan (plastisitas) dan gerak mitokondria di dalam
sel.
6. Untuk mengetahui struktur mitokondria.
7. Untuk mengetahui fungsi dari mitokondria.
8. Untuk mengetahui gangguan fungsi dari mitokondria.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Dapat memahami pengertian dari mitokondria.
2. Dapat memahami bentuk dan ukuran mitokondria di dalam sel.
3. Dapat mengetahui letak dan distribusi mitokondria di dalam sel.
4. Dapat mengetahui jumlah mitokondria di dalam sel.
5. Dapat mengetahui kelenturan (plastisitas) dan gerak mitokondria di dalam
sel.
6. Dapat mengerti struktur mitokondria.
7. Dapat memahami fungsi dari mitokondria.
8. Dapat mengetahui gangguan fungsi dari mitokondria.

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Mitokondria
Mito artinya thread atau benang, chodrion artinya granular. Mitokondria
merupakan organel sitoplasma yang berbentuk granular atau filamen.
Mitokondria adalah organel yang digunakan untuk memproduksi energi
dalam bentuk ATP untuk kelangsungan hidup sel. Mitokondria adalah tempat
dimana fungsi respirasi pada makhluk hidup berlangsung (Purnobasuki,
2011).
2.2 Bentuk dan Ukuran Mitokondria

Bentuk mitokondria bervariasi tergantung jenis jaringan dan kondisi


fisiologi mitokondria tetapi bentuk yang paling umum dijumpai adalah bentuk
benang dan granula sesuai dengan arti kata mitokondria (mitos = benang,
chondrion = granula). Bentuk-bentuk yang lain misalnya bentuk bola, halter,
raket, atau bentuk oval.
Ukuran mitokondria juga bervariasi tetapi rata-rata ukuran panjangnya
maksimal 7 m dan lebarnya 0,5 m.
Mitokondria hati umumnya mempunyai lebar kira-kira 0,5-1,0m dan
panjang kira-kira 3,0 m. ukuran ini khas bagi tipe mitokondria yang bebas
dalam sitoplasma seperti pada hati, ginjal dan pankreas. Dalam jaringan yang
kebebasan mitokondria lebih terbatas, terdapat bentuk dan ukuran yang lebih
bervariasi.

2.3 Letak dan Distribusi Mitokondria

Pada umumnya mitokondria tersebar acak di dalam sel dan cenderung


berkumpul di bagian sel yang memerlukan banyak energy, misalnya disekitar
gelendong pembelahan (benang spindle) pada sel yang sedang membelah atau
di dekat membrane sel yang sedang melakukan endositosis.
Pada beberapa sel tertentu letak mitokondria tidak berpindah-pindah,
misalnya terlentak diantara pita gelap dan terang pada sel otot lurik di dalam
flagel sel spermatozoa, sel basilus dan conus retina, dan pada sel tubuh ginjal
(Saefudin, 2010).
2.4 Jumlah Mitokondria
Jumlah mitokondria di dalam sel bervariasi tergantung jenis organism,
jenis sel dan keadaan fisiologi sel. Variasi jumlah berkisar antara satu sampai
dengan ratusan ribu mitokondria per sel. Pada Chromulina jumlahnya hanya
satu per se, pada sel hati rata-rata 800 per sel, sedangkan pada ovum beberapa
landak laut dan juga pada sel amuba Chaos chaos dapat mencapai 500.000
mitokondria per sel. Secara umum sel hewan mengandung lebih banyak
mitokondria dari pada sel tumbuhan, karena energi pada sel tumbuhan tidak
hanya dihasilkan mitokondria tetapi juga oleh kloroplas. Beberapa jenis
organism tidak memiliki mitokondria di dalam selnya, mislanya Leucothrix
dan Vitreoscilla. Kondisi fisiologi sel (kebutuhan energy sel) juga
mempengaruhi jumlah mitokondria di dalam sel. Sel yang sedang aktif
melakukan metabolism (misalnya sel-sel embrional) memiliki mitokondria
yang lebih banyak dibandingkan sel-sel yang kurang aktif.
2.5 Kelenturan (plastisitas) dan Gerak Mitokondria
Mitokondria memiliki kelenturan yang tinggi sehingga bentuknya dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu, terutama mitokondria yang letaknya acak
di sitoplasma. Selain itu mitokondria juga dapat bergerak (berpindah) dari satu
tempat ke tempat lain di dalam sel. Gerak selain disebabkan oleh siklosis juga
karena aktifitas memanjang dan memendek dari mitokondria itu sendiri.
Mitokondria berputar dan berubah bentuk menjadi bermacam-macam
konformasi. Satu mitokondria dapat menunjukkan perubahan bentuk dalam
perjalanan waktu. Pada otot lurik dan sel-sel lain yang mitokondrianya tidak

terdapat bebas dalam sitosol plastisitas strukturnya berkurang. Plastisitas dan


gerak mitokondria dalam sel menjamin penyebarluasan ATP di seluruh sel
yaitu di tempat-tempat yang memerlukan ATP (Saefudin, 2010).
2.6 Struktur Mitokondria

Apabila mitokondria disayat membujur, maka pada penampang sayatan


membujur terlihat bagian-bagiannya. Secara garis besar mitokondria terdiri
dari dua bagian, yaitu bagian selaput dan bagian matriks.
Mitokondria dibatasai oleh dua membran yaitu membran luar dan
membran dalam. Masing-masing membran mempunyai ciri membran unit.
Kedua membran itu tidak bersinambungan. Membran dalam membentuk
krista, karena struktur membrannya rangkap maka mitokondria mempunyai
dua ruangan yaitu ruang antar membran dan matriks. Ruang antar membran
sangat sempit tetapi luas permukaannya besar karena melipatnya membran
dalam. Matriks Nampak halus pada perbesaran rendah, tetapi pada perbesaran
kuat beberapa bahan partikel terlihat antara lain granula, ribosom, poliribosom
dan filament DNA (Saefudin, 2010).
Selaput atau membrane mitokondria terdiri dari dua lapis, yaitu selaput
luar dan selaput dalam. Antara kedua selaput tersebut terdapat ruang antar
selaput yang berisi bermacam-macam enzim antara lain enzim adenilat kinase
yang merupakan enzim penanda. Selaput luar lebih tipis daripada selaput
dalam, tebalnya kurang lebih 6m; sedangkan selaput dalam tebalnya 6-8m.
permukaan selaput dalam juga lebih luas daripada selaput luar karena
mengadakan penjuluran-penjuluran kea rah matriks (disebut oristae).
Kedudukan Krista di dalam matriks bervariasi tergantung jenis selnya.
6

Banyaknya Krista di dalam mitokondria dipengaruhi oleh kondisi fisiologi sel.


Sel yang tingkat metabolisme selalu tinggi (misalnya sel-sel sekretoris)
susunan Krista pada mitokondria lebih rapat dibanding sel-sel yang aktivitas
metabolismenya tergolong biasa-biasa saja. Bentuk susunan dan merapatan
Krista yang beragam hingga belum dapat dijelaskan maknanya, tetapi secara
umum dapat dikatakan bahwa luas permukaan Krista berkaitan dengan
efektifitas reaksi pembentukan energi yang berlangsung di dalam mitokondria.
Struktur morfologi yang paling bervariasi adalah krista. Dalam satu sel
tertentu krista biasanya seragam dan khas bagi sel itu. Dalam tipe-tipe sel yang
berbeda, bentuk krista sangat berbeda. Sebagian besar mitokondria
mempunyai krista seperti lamella atau seperti tubul. Krista yang berbentuk
seperti lamella adalah yang paling umum, lamella relative paralel atau
bertumpuk teratur. Sebagai contoh yaitu mitokondria pankreas dan ginjal
(Saefudin, 2010).
Pada permukaan membrane dalam yang menghadap matriks terdapat
banyak sekali zarah berbentuk bola yang disebut partikel F1 (huruf F adalah
inisial nama penemunya Fernandes Moran pada 1962). Beberapa buku
berbahasa Indonesia menyebut partikel F1 dengan nama bola-bola selaput
dalam. Pada partikel F1 atau disebut juga partikel elementer berlangsung
reaksi oksidasi-fosforilasi dan transport elektrondengan hasil utama ATP.
Kandungan protein dan lemak pada selaput luar berbeda dengan selaput
dalam. Kandungan protein pada selaput luar lebih sedikit dibandingkan pada
selaput dalam. Sebaliknya kandungan lemak pada selaput luar lebih banyak
dibandingkan selaput dalam. Khususnya fosfolipid dan kolesterol. Dilain pihak
selaput dalam lebih banyak mengandung kardopilin. Perbedaan kandungan
protein dan lemak pada kedua selaput menimbulkan perbedaan permeabilitas.
Selaput luar permeable terhadap molekul yang beratnya mencapai 5000
dalton, sebaliknya selaput dala permiabel terhadap molekul dengan berat
antara 100-150 dalton.
Protein pada selaput mitokondria kebanyakan berupa enzim yang terlibat
dalam respirasi. Pada selaput luar sebagai enzim tanda ialah monoamine-

oksidase, sedangkan pada selaput dalam adalah sitokrom-oksidase atau


suksinat-dehidrogenase.
Komponen utama pengisi matriks mitokondria adalah air, dan berfungsi
sebagai medium reaksi kimia. Selain itu juga terdapat protein yang sebagian
besar adalah enzim-enzim yang terlibat dalam reaksi siklus Krebs, oksidasifosforilasi, dan transport electron. Sebagai enzim penanda pada matriks adalah
malat-dehidrogenase. Di dalam matriks juga ditemukan granula-granula
fosfolipid, ribosom, dan DNA-mitokondria (mtDNA).
mtDNA ada yang berbentuk sirkuler, misalnya pada hewan (dari cacing
pipih sampai dengan manusia), tumbuhan tinggi, fungi (Saccharomyses),
protozoa (Plasmodium, Acanthamoeba). mtDNA berbentuk linier ditemukan
pada Paramecium dan Tetrahymena. Banyaknya kopi mtDNA antara 2-6 copy.
Fungsi mtDNA adalah untuk transkripsi ARNt, ARNr, ARNd untuk translasi
beberapa protein enzim. Ribosom mitokondria berukuran 50-60S. adanya
DNA dan ribosom di dalam matriks mitokondria menyebabkan organel ini
dapat mensistesis sendiri kebutuhan proteinnya. Walaupun demikian organel
ini masih bersifat semi-otonom, artinya belum semua protein yang diperlukan
dapat disintesis sendiri. Ada beberapa protein (protein ribosom, faktor-faktor
translasi, enzim AND dan ARN polymerase, serta enzim aminoasil-Trna
sintase) yang permukaannya dikendalikan DNA inti.
Sifat semiotonom mitokondria terlihat dari cara sintesis ribosom
mitokondria. RNA ribosom mitokondria ditranskripsi dari DNA inti, kemudian
ditranslasi pada ribosom sitoplasma dan akhirnya diangkut ke dalam
mitokondria untuk perakitan partikel nucleoprotein (ribosom) (Saefudin,
2010).
Protein mitokondria dapat dikelompokkan dalam dua bentuk, yaitu protein
dapat larut dan protein tidak dapat larut. Protein dapat larut terutama adalah
enzim matriks dan beberapa protein membran perifer (ekstrinsik). Protein
tidak dapat larut biasanya protein integral

dan protein enzim lainnya

(Saefudin, 2010).
Komposisi lipida mitokondria sangat bervariasi bergantung kepada
sumbernya, tetapi pada semua keadaan fosfolipida adalah bentuk yang sangat

dominan, umumnya lebih dari total lipida adalah fosfolipida. Fosfatidilkolin


dan fosfatidiletanolamin umum terdapat dalam jumlah banyak, tetapi
kardolipin terdapat dalam tingkat yang nyata dan kolesterol yang terendah.
Banyaknya

kardolipin

dan

sedikitnya

kolesterol

secara

komposisi,

membedakan membran mitokondria dari membran sel yang lain (Saefudin,


2010).
Perbedaan yang jelas antar membran dalam dan luar adalah bahwa
membran dalam mengandung kardolipin lebih banyak. Kolesterol terutama
terdapat di membran luar. Penyebaran yang berbeda ini yang tentunya
berhubungan dengan struktur dan fungsi, belum dimengerti dengan jelas.
Umumnya, membran luar lebih menyerupai membran intrasel yang lain dari
pada membran dalam (Saefudin, 2010).
Selain lipida, sejumlah molekul organik kecil yang berbeda terdapat
berasosiasi dengan membran mitokondria antara lain molekul redoks yang
berpartisipasi dalam transport electron. Ubikinon (koenzim Q), flavin (FMN
dan FAD) dan piridin nukleotida (NAD+) biasanya terikat membran yaitu
berasosiasi dengan membran dalam (Saefudin, 2010).
Mekanisme transkripsi dan translasi di dalam mitokondria bergantung
kepada genetik inti. Bahan-bahan tertentu seperti rRNA, tRNA, dan mRNA
tidak bergantung kepada inti. Tetapi, protein tertentu ditentukan oleh inti
seperti protein ribosom, RNA polymerase, DNA polymerase, tRNA aminoasil
sintetase dan faktor-faktor sintetis protein. Fenomena yang menarik adalah
bahwa mtDNA tidak dapat diekspresi dan direplikasi tanpa bantuan inti
(Saefudin, 2010).
Mitokondria tumbuh dengan penambahan komponen-komponen pada
struktur tua, akibatnya satu mitokondria membelah menjadi dua. Satu atau
lebih krista yang terletak di tengah-tengah tumbuh memanjang melewati
matriks dan kemudian berfusi dengan membran di depannya sehingga
membentuk satu pemisah. Matriks dipisahkan menjadi dua kompartemen.
Membran luar berinvaginasi pada bidang pemisah, setelah itu mengadakan
kontriksi sehingga terjadi fusi antara kedua membran dalam. Dengan demikian
terbentuklah dua mitokondria anak yang terpisah (Saefudin, 2010).

Seluruh proses tumbuh yang ditunjukkan oleh bertambahnya luas


permukaan membran dan pembelahan diatur oleh inti. Diferensiasi
mitokondria menjadi organel yang berfungsi bergantung kepada genom
mitokondria dan bekerja bersama-sama genom inti dalam mengarahkan
perakitan enzim respirasi. Pada tingkat inilah terlihat dengan jelas saling
ketergantungan kedua genom sel itu (Saefudin, 2010).
2.7 Fungsi Mitokondria
Seperti disinggung di depan, peranan mitokondria adalah sebagai organel
penghasil energi (ATP). Proses pembentukan ATP di dalam mitokondria
merupakan rangkaian beberapa reaksi biokimia yang terjadi di dalam sel.
Selengkapnya rangkaian reaksi biokimia tersebut adalah sebagai berikut :
1. Glikolisis
Pada reaksi yang terjadi di sitoplasma ini, glukosa diubah menjadi
asam piruvat, sedangkan lemak diubah menjadi asam lemak. Kata
glikolisis (glycolysis) berarti pemecahan gula, dan memang itulah yang
terjadi dalam jalur ini. Glukosa, sejenis gula berkarbon-enam, dipecah
menjadi dua gula berkarbon-tiga. Gula yang lebih kecil ini kemudian
dioksidasi dan atom-atom yang tersisa disusun ulang untuk membentuk
dua molekul piruvat (bentuk terionisasi dari asam piruvat) (Campbell,
dkk., 2008).
Glikolisis dapat terbagi menjadi dua fase : investasi energi dan
pembayaran energi. Selama fase investasi energi, sel sebenarnya
menggunakan ATP. Investasi ini terbayar kembali disertai bunga pada fase
pembayaran energi, ketika ATP dihasilkan oleh fosforilasi tingkat substrat
dan NAD+ direduksi menjadi NADH oleh elektronyang dilepaskan dari
oksidasi glukosa. Hasil netto dari glikolisis, per molekul glukosa, adalah 2
ATP plus 2 NADH. Pada akhirnya, semua karbon yang awalnya terdapat
dalam glukosa menjadi berada dalam dua molekul asam piruvat, tidak ada
CO2 yang dilepaskan selama glikolisis. Terjadinya glikolisis tidak
bergantung dari ada atau tidaknya O2. Akan tetapi, jika O2 memang ada,
energy kimia yang disimpan di dalam asam piruvat dan NADH dapat

10

diekstraksi oleh siklus asam sitrat dan fosforilasi oksidatif (Campbell,


dkk., 2008).
2. Siklus Kreb
Asam piruvat dan asam lemak diubah menjadi asetil-coA yang
selanjutnya masuk ke dalam reaksi siklus Kreb dengan hasil electron, ATP,
dan CO2 (yang akan dikeluarkan dari mitokondria). Saat memasuki
mitokondria melalui transport aktif, piruvat pertama-tama diubah menjadi
senyawa yang disebut asetil koenzim A.

Langkah ini persambungan

antara glikolisis dan siklus asam sitrat, diselesaikan oleh suatu kompleks
multienzim yang mengkatalis tiga reaksi, yaitu : pertama. gugus karboksil
(-COO-) piruvat, yang telah dioksidasi sepenuhnya sehingga hanya
memiliki sedikit energi kimia, dilepaskan sebagai CO 2. Kedua, framen
berkarbon-dua yang tersisa dioksidasi, membentuk senyawa yang dinamai
asetat. Suatu enzim mentransfer elektron-elekron yang yang terekstraksi ke
NAD+, menyimpan energi dalam bentuk NADH. Terakhir, koenzim A,
suatu senyawa pengandung sulfur yang berasal dari vitamin B, dilekatkan
ke asetat oleh suatu ikatan tak stabil yang membuat gugus asetil menjadi
sangat reaktif. Karena sifat kimia gugus KoA, produk penyimpanan
kimiawi ini, asetil KoA, memiliki energi potesial yang tinggi, dengan kata
lain reaksi asetil KoA untuk menghasilkan produk-produk yang berenergi
lebih rendah sangat eksergoik. Molekul tersebut siap memasukkan gugus
asetilnya ke dalam siklus asam sitrat untuk dioksidasi lebih lanjut.
Siklus ini berfungsi sebagai tungku metabolik yang mengoksidasi
bahan bakar organic yang berasal dari piruvat. Siklus ini menghasilkan 1
ATP per putaran melalui fosforilasi tingkat-substrat, namun sebagian besar
energy kimia ditransfer ke NAD+ dan suatu pembawa elektronterkait,
koenzim FAD dalam reaksi redoks. Koenzim tereduksi, NADH dan
FADH2 mengulang-alikkan muatannya yang berupa elektronberenergi
tinggi ke rantai traspor elektron (Campbell, dkk., 2008).
3. Transport elektron
Elektron yang dihasilkan dari siklus kreb akan ditangkap oleh
beberapa molekul karier (NAD, FAD, dan sebagainya) secara berangkai di
sepanjang permukaan membran dalam mitokondria. Rantai transport

11

elekton adalah sekumpulan molekul yang tertanam di dalam membrane


dalam mitokondria sel eukariot (pada prokariota, molekul-molekul
tersebut terdapat didalam membrane plasma). Pelipatan membrane dalam
membentuk Krista meningkatkan luas permukaannya, menyediakan ruang
untuk ribuan salinan rantai traspor elektrondalam setiap mitokondria.
Suatu sumber electron lain untuk rantai transport electron adalah
FADH2, produk tereduksi lainnya dalam siklus asam sitrat. FADH 2
menambahkan electron-elektronnya ke rantai transport elekton pada
kompleks II, ditingkat energy yang lebih rendah daripada NADH. Sebagai
akibatnya, walaupun NADH dan FADH2 sama-sama menyumbangkan
jumlah electron yang sama untuk reduksi oksigen, rantai transport electron
menyediakan energy untuk sintesis ATP sekitar sepertiga lebih sedikit saat
penyumbang elektronnya adalah FADH2, dibandingkan dengan saat
penyumbangnya adalah NADH (Campbell, dkk., 2008).
4. Oksidasi-fosforilasi
Gerakan elektrondisepanjang permukaan membran

dalam

menimbulkan beda potensial sehingga menghasilkan tenaga yang


digunakan untuk menggabungkan ADP + P dengan katalisator enzim
ATPase pada partikel F1 sehingga dihasilkan ATP. Sementara itu, oksigen
yang masuk ke dalam matriks akan bereaksi dengan ion H membentuk
H2O. Fungsi mitokondria bervariasi sesuai dengan jenis sel di mana
mereka berada.
Selain itu, mitokondria berfungsi untuk (Sridianti, 2014):
1. Menjaga konsentrasi ion kalsium yang tepat dalam berbagai kompartemen
sel. Mitokondria membantu sel-sel untuk mencapai tujuan ini dengan
melayani sebagai tangki penyimpanan ion kalsium.
2. Membantu dalam membangun bagian-bagian tertentu dari darah, dan
hormon seperti testosteron dan estrogen.
3. Mitokondria dalam sel-sel hati memiliki enzim yang mendetoksifikasi
amonia.
4. Berperan dalam proses kematian sel terprogram. Sel yang tidak diinginkan
dan kelebihan dipangkas selama perkembangan organisme. Proses ini

12

dikenal sebagai apoptosis. Kematian sel abnormal akibat disfungsi


mitokondria dapat mempengaruhi fungsi organ.
2.8 Gangguan Fungsi Mitikondria
Disfungsi mitokondria dapat mempengaruhi produksi produk selspesifik yang penting untuk fungsi sel yang tepat dan produksi energi. Hal
ini dapat menyebabkan kematian sel dan kegagalan sistem organ. Ketika
kemampuan mitokondria untuk menghasilkan energi berkurang karena
cacat tertentu (mutasi genetik baik dalam DNA mitokondria atau DNA
inti),

kondisi

ini

digambarkan

sebagai

penyakit

mitokondria.

Mengurangi produksi energi dapat menyebabkan disfungsi otak, gangguan


penglihatan, lemah otot, gerakan terbatas anggota badan, dan lain-lain.
Penyakit mitokondria dapat menghancurkan kesehatan dari setiap sistem
atau organ tubuh. Hal ini dapat merusak kesehatan jantung dan kesehatan
pencernaan orang tersebut (Sridianti, 2014).
Gejala penyakit mitokondria dapat bervariasi dari orang ke orang,
dan sering bersifat progresif. Beberapa gejala adalah infeksi berulang
(sistem kekebalan tubuh yang lemah), mengurangi kapasitas jantung,
stroke, kejang, kelelahan otot, masalah pencernaan, masalah hati, diabetes,
obesitas, kebutaan dan tuli. Berbagai faktor lingkungan atau obat-obatan
tertentu dapat mempengaruhi fungsi mitokondria negatif.
Studi menunjukkan bahwa disfungsi mitokondria adalah penyebab
akar dari banyak penyakit umum. Beberapa kondisi kronis dewasa juga
berasal dari dalam disfungsi mitokondria, misalnya, penyakit Alzheimer,
penyakit Parkinson, diabetes, hipertensi, penyakit jantung, osteoporosis,
kanker, penyakit autoimun seperti multiple sclerosis, lupus dan rheumatoid
arthritis, dan lain-lain. Disfungsi mitokondria berperan penting dalam
gejala penuaan dini (Sridianti, 2014).

13

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Mitokondria merupakan organel sitoplasma yang berbentuk granular atau
filament yang digunakan untuk memproduksi energi dalam bentuk ATP
untuk kelangsungan hidup sel.
2. Bentuk mitokondria bervariasi tergantung jenis jaringan dan kondisi
fisiologi mitokondria tetapi bentuk yang paling umum dijumpai adalah
bentuk benang dan granula. Bentuk-bentuk yang lain misalnya bentuk
bola, halter, raket, atau bentuk oval. Ukuran mitokondria juga bervariasi
tetapi rata-rata ukuran panjangnya maksimal 7 m dan lebarnya 0,5 m.
3. Pada umumnya mitokondria tersebar acak di dalam sel dan cenderung
berkumpul di bagian sel yang memerlukan banyak energy.
4. Jumlah mitokondria di dalam sel bervariasi tergantung jenis organism,
jenis sel dan keadaan fisiologi sel. Variasi jumlah berkisar antara satu
sampai dengan ratusan ribu mitokondria per sel.
5. Mitokondria memiliki kelenturan yang tinggi sehingga bentuknya dapat
berubah-ubah dari waktu ke waktu, terutama mitokondria yang letaknya
acak di sitoplasma. Mitokondria dapat bergerak (berpindah) dari satu
tempat ke tempat lain di dalam sel karena adanya siklosis dan aktifitas
memanjang dan memendek dari mitokondria itu sendiri.
6. Mitokondria terdiri dari dua bagian, yaitu bagian selaput dan bagian
matriks. Selaput atau membrane mitokondria terdiri dari dua lapis, yaitu
selaput luar dan selaput dalam. Antara kedua selaput tersebut terdapat
ruang antar selaput yang berisi bermacam-macam enzim antara lain enzim
adenilat kinase yang merupakan enzim penanda.
7. Mitokondria berperan sebagai organel penghasil energi (ATP), menjaga
konsentrasi ion kalsium, membantu dalam membangun bagian-bagian
tertentu dari darah dan hormon seperti testosteron dan estrogen,
detoksifikasi ammonia, serta berperan dalam proses kematian sel
terprogram.

15

8. Disfungsi mitokondria dapat mempengaruhi produksi produk sel-spesifik


yang penting untuk fungsi sel yang tepat dan produksi energi.
3.2 Saran
Beberapa saran dan rekomendasi kepada:
1. Penulis
Makalah ini diharapkan untuk diperbaiki lagi agar lebih berguna dan
bermanfaat bagi pembaca.
2. Mahasiswa dan Siswa
Makalah ini dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi mahasiswa
dan siswa, sumber informasi, dan dapat digunakan sebagai referensi.

DAFTAR PUSTAKA
16

Campbell, N., Reece, J., Urry, L., Cain, M., Wasserman, S., Minorsky, P., Jackson,
R. 2008. Biologi. Erlangga : Jakarta.
Purnobasuki, Heri. 2011. Struktur dan Fungsi Sel. Online (http://www.Strukturdan
Fungsi_HeriPurnobasuki_238.pdf), diakses 17 april 2015.
Sridianti. 2014. Pengertian Mitokondria dan Bagian-bagian Mitokondria. Online
(http://www.PENDIDIKANBIOLOGI/semester2/BIOLOGISEL(BIOSEL)/
mitokondria/Pengertian Mitokondria dan Bagian-bagian Mitokondria Artikel Organel.htm), diakses 16 April 2015.

17

Anda mungkin juga menyukai