LUMUT
(SPORA)
PROTONEMA
PROTONEMA
CONTACT US
DISCLAIMER
PRIVACY POLICY
ABOUT US
HUBUNGI KAMI
Biologi
✔ Metagenesis Tumbuhan Paku
dan Skema Metagenesis Paku
Penulis
JUN
0
43000
Share
ADS BY GOOGLE
Metagenesis pada paku cukup berbeda nyata dengan metagenesis pada lumut.
Hal itu terlihat jelas dari bentukan dominan dari metagenesis tumbuhan paku.
Hal yang kita lihat pada paku dengan mata telanjang adalah fase sporofit dari
tumbuhan paku, berbeda dengan lumut yang kita amati mudah adalah fase
gametofitnya.
Metagenesis tumbuhan paku ada dua jenis yaitu metagenesis paku homospora
dan metagenesis paku heterospora. Kita akan jelaskan satu satu dalam artikel
ini.
Metagenesis Paku Homospora
Proses metagenesis tumbuhan paku homospora dapat kalian amati pada skema
metagenesis paku homospora dibawah ini:
Skema metagenesis paku
Dari proses diatas kita dapat memahami bahwa terdapat beberapa dua fase
utama dalam metagenesis paku homospora sesuai dengan pengertian
metagenesis yaitu fase gametofit yang haploid (n) dan fase sporofit yang diploid
(2n).
1. Karena pada tumbuhan paku lebih dominan fase sporofit, kita mulai dari
langkah sporofit.
2. Tumbuhan paku yang dewasa membentuk sporangium yang memiliki
kromosom 2 n atau diploid
3. Kemudian sporangium tersebut membentuk atau menghasilkan spora
dengan metode meiosis sehingga dihasilkan spora yang memiliki n set
kromosom (haploid)
4. Kemudian spora spora sel tunggal tersebut bergerminasi dan membentuk
organ multiseluler yaitu protalus atau protalium yang tentu saja memiliki
set kromosom haploid dan merupakan organisme penghasil gamet pada
tumbuhan paku (pada fase gametofit).
5. Pada protalus atau protalium terdapat dua jenis organ seks yang berbeda
yang menghasilkan dua jenis gamet berbeda yaitu arkegonium yang
menghasilkan ovum atau sel telur dan anteridium yang menghasilkan
spermatozoid. Protalus ini menghasilkan gamet dengan pembelahan
mitosis. Sperma yang dihasilkan bersifat motil /mampu bergerak (hampir
semua kasus) dan sel telur yang menetap pada arkegonium karena
bersifat sesil.
6. Kemudian ovum dan sperma yang merupakan gamet paku bertemu dan
membentuk zigot yang merupakan 2n (diploid) dan bentukan awal fase
sporofit.
7. Zigot kemudian dewasa dengan menjadi tumbuhan paku dan proses
berulang kembali.
Perlu kalian ketahui bahwa kedua fase gametofit dan sporofit pada tumbuhan
paku ini dapat hidup secara independen. Artinya, fase gametofit (yang tidak
dominan dari tumbuhan paku) dapat hidup bebas tanpa bantuan fase sporofit
indukan dari tumbuhan paku.
Ukuran protalium atau protalus dari tumbuhan paku cukup kecil, mulai dari
1mm – 5 mm dan berbentuk seperti hati. Ya memang , cukup kasat mata bila
dilihat dari dekat. Lihat gambar dibawah untuk contoh protalus / protalium
Awal mula tumbuhan paku berasal dari spora kemudian membentuk protalus atau protalium
(gametofit yang berjumlah banyak. Tahap selanjutnya ada akan dibagi menjadi dua yaitu
arkegonium yang nantinya akan menjadi sel telur. Dan anteridium yang nantinya akan menjadi
spermatozoid. Sel telur dan spermatozoid akan membentuk beberapa zigot dalam jumlah banyak.
Setelah menjadi zigot tahap selanjutnya adalah tumbuhan paku (sporofit) dalam jumlah banyak.
Setelah sporofit maka akan membentuk sporangium dalam jumlah banyak juga. Tahap terakhir
adalah spora. Skema metagenesis tumbuhan paku akan berputar siklusnya seperti di atas.
Pada pembuahan tunggal hanya terdapat satu sel sperma yang membuahi satu
sel telur sehingga membentuk zigot.
Pembuahan ganda berlangsung dua kali yaitu yang pertama adalah spermatozoa
1 membuahi ovum menghasilkan zigot (2n) yang berkembang menjadi biji,
sedangkan yang kedua adalah spermatozoa 2 membuahi kandung lembaga
sekunder menghasilkan endospermae (3n) yang akan menjadi daging buah.
Sedangkan bentuk tulang daun tumbuhan monokotil ada yang sejajar dan
melengkung.
Generasi yang dominan pada Gymnospermae adalah sporofit. Berikut ini daur hidup
Gymnospermae:
1. Pohon pinus (sporofit) berkromosom diploid (2n) yang sudah dewasa membentuk strobilus
jantan (konus serbuk sari) dan strobilus betina (konus yang berovulasi).
2. Strobilus jantan memiliki sporofil berupa daun reproduktif kecil yang mengandung
ratusan mikrospora. Sel-sel di dalam mikrospora mengalami pembelahan meiosis
menghasilkan gametofit jantan berupa butir serbuk sari yang haploid (n).
3. Strobilus betina memiliki sporofil berbentuk sisik. Setiap sisik memiliki 2 bakal biji. Masing-
masing bakal biji memiliki megasporangium (nuselus) yang terlindungi oleh lapisan
integumen, dengan sebuah bukaan berbentuk lobang kecil yang disebut mikropil.
4. Penyerbukan terjadi bila serbuk sari jatuh pada strobilus betina, kemudian terisap masuk ke
dalam bakal biji melalui mikropil. Namun proses pembuahan ovum oleh sel sperma baru akan
terjadi sekitar satu tahun setelah terjadinya penyerbukan.
5. Di dalam strobilus betina terjadi pembelahan meiosis sel induk megaspora (2n) yang terdapat
di dalam nuselus; dihasilkan 4 sel haploid (n). Namun, hanya 1 sel yang bertahan hidup dan
tumbuh menjadi megaspora (n), sedangkan 3 sel lainnya mengalami reduksi, lalu mati.
6. Megaspora (n) membelah secara mitosis berulang-ulang dan tumbuh menjadi
jaringan gametofit betina (n). Jaringan gametofit betina yang berdekatan dengan mikropil akan
membentuk arkegonium yang berjumlah 2 atau 3, yang masing-masing mengandung 1 ovum.
7. Sementara itu, serbuk sari yang jatuh pada mikrofil akan berkecambah membentuk tabung
(buluh serbuk sari), menembus nuselus menuju ke ruang arkegonium. Di dalam buluh serbuk
sari terdapat 1 sel generatif yang membelah menjadi 2 sel, yaitu sel steril (dislokator) dan sel
spermatogen. Sel spermatogen membelah menjadi 2 sel spermatozoid dengan ukuran yang
berbeda (1 sel berukuran besar dan 1 sel berukuran kecil). Saat mencapai ovum, sel
steril (dislokator) dan sel spermatogen yang berukuran kecil mati, sedangkan sel spermatozoid
(n) yang berukuran besar membuahi salah satu ovum (n) sehingga terbentuklah zigot (2n).
8. Zigot (2n) akan tumbuh menjadi embrio (2n) yang merupakan sporofit baru. Embriotersebut
memiliki akar yang belum sempurna dengan beberapa daun embrionik. Embriomendapatkan
makanan dari jaringan gametofit (n). Embrio (2n) dan cadangan makanan (n) dikelilingi oleh
selaput biji (2n) yang berasal dari integumen sporofit induk. Jadi, sebuah
biji Gymnospermae terdiri atas 3 generasi, yaitu 2 generasi sporofit (2n) dan
1 generasi gametofit (n).