hepatosplenomegali
Ray
1206256056
Thalassemia
Thalassemia berasal dari kata Yunani, yaitu talassa
yang berarti laut, yang dimaksud adalah Laut Tengah
karena penyakit dikenal di daerah sekitar Laut
Tengah.
Penyakit ditemukan oleh dokter di Detroit USA yang
bernama Thomas B. Cooley pada tahun 1925.
Thomas B. Cooley menjumpai anak-anak yang
menderita anemia dengan pembesaran limpa setelah
berusia satu tahun.
Anemia ini dinamakan anemia splenic atau
eritroblastosis atau anemia mediteranean atau
anemia Cooley sesuai dengan nama penemunya.
Thalassemia
Thalasemia penyakit keturunan yang diakibat
ketidakseimbangan dari salah satu keempat
rantai asam amino yang membentuk
hemoglobin.
Penyakit kelainan darah dengan kondisi sel
darah merah mudah rusak atau umurnya lebih
pendek dari sel darah normal (120 hari).
Penderita thalasemia mengalami gejala anemia
(pusing, muka pucat, badan sering lemas,
sukar tidur, nafsu makan hilang, dan infeksi
berulang).
Thalasemia
Menurut pakar hematologi dari Rumah
Sakit Leukas Stauros, Yunani, dr Vasili
Berdoukas, thalasemia merupakan
penyakit yang diakibatkan oleh kerusakan
DNA dan penyakit turunan.
Penyakit ini muncul karena darah
kekurangan salah satu zat pembentuk
hemoglobin sehingga tubuh tidak mampu
memproduksi sel darah merah secara
normal.
MACAM MACAM
THALASEMIA
SECARA MOLEKULER
Alfa Thalasemia
(melibatkan rantai alfa)
Alfa Thalasemia paling sering ditemukan
pada orang kulit hitam (25% minimal
membawa 1 gen)
Sindrom thalassemia- disebabkan oleh
delesi pada gen globin pada kromosom
16 (terdapat 2 gen globin pada tiap
kromosom 16) dan nondelesi seperti
gangguan mRNA pada penyambungan
gen yang menyebabkan rantai menjadi
lebih panjang dari kondisi normal.
Beta Thalasemia
(melibatkan rantai beta)
Thalassemia- disebabkan oleh
mutasi pada gen globin pada sisi
pendek kromosom 11
Thalassemia o
Pada thalassemia o, tidak ada mRNA yang mengkode
rantai sehingga tidak dihasilkan rantai yang berfungsi
dalam pembentukan HbA.
Bayi baru lahir dengan thalasemia mayor tidak anemis.
Gejala awal pucat mulanya tidak jelas, biasanya menjadi
lebih berat dalam tahun pertama kehidupan dan pada
kasus yang berat terjadi dalam beberapa minggu setelah
lahir. Bila penyakit ini tidak segera ditangani dengan baik,
tumbuh kembang anak akan terhambat.
Anak tidak nafsu makan, diare, kehilangan lemak tubuh,
dan demam berulang akibat infeksi. (Kapita selekta
kedokteran)
Thalassemia +
Pada thalassemia +, masih terdapat
mRNA yang normal dan fungsional
namun hanya sedikit sehingga rantai
dapat dihasilkan dan HbA dapat
dibentuk walaupun hanya sedikit.
Patogenesis thalasemia
Patogenesis thalassemia secara umum
dimulai dengan adanya mutasi yang
menyebabkan HbF tidak dapat berubah
menjadi HbA, adanya ineffective
eritropoiesis, dan anemia hemolitik.
Tingginya kadar HbF yang memiliki
afinitas O2 yang tinggi tidak dapat
melepaskan O2 ke dalam jaringan,
sehingga jaringan mengalami hipoksia.
Patogenesis thalasemia
Tingginya kadar rantai -globin, menyebabkan
rantai tersebut membentuk suatu himpunan
yang tak larut dan mengendap di dalam eritrosit.
Hal tersebut merusak selaput sel, mengurangi
kelenturannya, dan menyebabkan sel darah
merah yang peka terhadap fagositosis melalui
system fagosit mononuclear.
Sebagian besar eritroblas dalam sumsum
dirusak, akibat terdapatnya inklusi (eritropioesis
tak efektif).
Patogenesis thalasemia
Eritropoiesis tak efektif dapat menyebabkan
adanya hepatospleinomegali, karena eritrosit
pecah dalam waktu yang sangat singkat dan
harus digantikan oleh eritrosit yang baru
(dimana waktunya lebih lama), sehingga
tempat pembentukan eritrosit (pada tulangtulang pipa, hati dan limfe) harus bekerja lebih
keras.
Hal tersebut menyebabkan adanya
pembengkakan pada tulang (dapat
menimbulkan kerapuhan), hati, dan limfe.
Patofisiology Thalasemia-
Pada homozigot thalassemia yaitu
hydrop fetalis, rantai sama sekali tidak
diproduksi sehingga terjadi peningkatan
Hb Barts dan Hb embrionik.
Meskipun kadar Hb cukup, karena hampir
semua merupakan Hb Barts, fetus
tersebut sangat hipoksik.
Sebagian besar pasien lahir mati dengan
tanda-tanda hipoksia intrauterin.
Patofisiology Thalasemia-
Sedangkan pada thalassemia
heterozigot yaitu o dan +
menghasilkan ketidakseimbangan
jumlah rantai tetapi pasiennya mampu
bertahan dengan penyakit HbH.
Kelainan ini ditandai dengan adanya
anemia hemolitik karena HbH tidak bisa
berfungsi sebagai pembawa oksigen.
Patofisiology Thalasemia-
Tidak dihasilkannya rantai karena mutasi
kedua alel globin pada thalassemia
menyebabkan kelebihan rantai .
Rantai tersebut tidak dapat membentuk
tetramer sehingga kadar HbA menjadi
turun, sedangkan produksi HbA2 dan HbF
tidak terganggu karena tidak
membutuhkan rantai dan justru
sebaliknya memproduksi lebih banyak lagi
sebagai usaha kompensasi.
Patofisiology Thalasemia-
Kelebihan rantai tersebut akhirnya
mengendap pada prekursor eritrosit.
Eritrosit yang mencapai darah tepi
memiliki inclusion bodies/heinz
bodies yang menyebabkan
pengrusakan di lien dan oksidasi
membran sel, akibat pelepasan heme
dari denaturasi hemoglobin dan
penumpukan besi pada eritrosit.
Patofisiology Thalasemia-
Sehingga anemia pada thalassemia
disebabkan oleh berkurangnya
produksi dan pemendekan umur
eritrosit.
Pada hapusan darah, eritrosit terlihat
hipokromik, mikrositik, anisositosis,
RBC terfragmentasi, polikromasia,
RBC bernukleus, dan kadang-kadang
leukosit imatur.
Referensi
Hoffbrand A.V. and Pettit J.E. (2001). Genetic Diorders of Haemoglobin. In: Hoffbrand AV
and Pettit JE (eds) Color Atlas of Clinical Hematology. 3th ed. 5: 85-98. London: Mosby
Thalassemia, by Apostolos Karantanas. Musculoskeletal Imaging, Chapter 75, 872-872.e22
available on : https://www.clinicalkey.com/#!/content/book/3-s2.0-B9781455708130000754
accessed on : 03/05/16
Pediatric Thalassemia, Author: Hassan M Yaish, MD; Chief Editor: Max J Coppes, MD, PhD,
MBA available on : http://emedicine.medscape.com/article/958850-overview accessed on :
03/05/16
Beta Thalassemia, Author: Pooja Advani, MD; Chief Editor: Emmanuel C Besa, MD available
on : http://emedicine.medscape.com/article/206490-overview accessed on : 03/05/16
Alpha Thalassemia, Author: Alexandra C Cheerva, MD, MS; Chief Editor: Max J Coppes, MD,
PhD, MBA available on : http://emedicine.medscape.com/article/955496-overview accessed
on : 03/05/16
Atmakusuma, D., 2009. Thalassemia Manifestasi Klinis, Pendekatan Diagnosi dan
Thalassemia Intermedia. In: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I Marcellus, S.K., & Setiati,
S.. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi V. Jakarta: InternaPublishing, 1387,1389.