Disusun oleh:
Nama : Ila Mahira
Nim : 030.10.131
LAPORAN KASUS
I.
PENDAHULUAN
Tinea korporis adalah dermatofitosis pada kulit tubuh tidak berambut
(Glabrous skin) kecuali bagian telapak tangan, telapak kaki, dan daerah
inguinal. Sedangkan tinea kruris adalah dermatofitosis subakut atau kronis
pada paha bagian atas, inguinal dan regio pubis.1 Lesi pada tinea kruris
dapat terbatas pada daerah genito-krural saja atau meluas ke daerah sekitar
anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah. Kedua kelainan ini dapat
terjadi secara bersamaan, dalam hal ini disebut tinea korporis et kruris atau
sebaliknya tine kruris et korporis. Dermatofitosis adalah penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan oleh golongan jamur
dermatofita. Berdasarkan lokasi anatomi yang terinfeksi, dermatofitosis
diklasifikasikan menjadi :
Tinea barbae
Tinea kruris
Tinea unguium
Tinea korporis
: dermatofitosis pada
dunia.6 Sebuah variasi yang signifikan dalam pola infeksi jamur di berbagai
negara terlihat jelas dari penelitian yang dilakukan di negara yang berbeda
seperti Aljazair, Afrika Selatan, Meksiko, Italia, Jepang, Amerika Serikat,
Kanada, Brasil, India, dan Australia. Heterogenitas ini dalam prevalensi
infeksi dermatofitosis di berbagai negara dikaitkan dengan faktor-faktor
seperti iklim (kelembaban, suhu), gaya hidup (higienitas), keterlibatan dalam
kegiatan di luar ruangan dan prevalensi penyakit yang mendasari (diabetes,
kekurangan gizi, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta imunosupresi). Faktor
lain adalah keengganan pasien untuk mencari pengobatan karena sifat ringan
dari penyakit atau karena malu, kecuali kondisi penyakit menjadi serius
sehingga mempengaruhi kualitas hidup.7 Tinea korporis merupakan infeksi
yang umumnya sering dijumpai di daerah yang panas. Tricophyton rubrum
merupakan penyebab infeksi yang paling umum diseluruh dunia dan sekitar
47 % menyebabkan tinea korporis.8 Distribusi tinea kruris terjadi diseluruh
dunia namun kejadiannya kerap dijumpai pada daerah dengan iklim yang
panas dan lembab.9
Indonesia merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki
suhu dan kelembaban tinggi, merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan
jamur,
sehingga
jamur
dapat
ditemukan
hampir
disemua
tempat.
Tinea Pedis
9%
Tinea Kruris
43%
2%
Tinea Kapitis
Tinea Fasialis
Tinea Unguium
Tinea Corporis
Prevalensi Tinea Korporis Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Kardinah Tahun 2014
Laki-laki
52%
Perempuan
48%
Prevalensi Tinea Kruris Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Kardinah Tahun 2014
Laki-laki
Perempuan
43%
57%
2%
2%
12%
Tinea Pedis
6%
Tinea Kruris
42%
5%
Tinea Kapitis
Tinea Fasialis
Tinea Unguium
Tinea Corporis
Prevalensi Tinea Korporis Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Kardinah Tahun 2015
36%Perempuan
Laki-laki
64%
Prevalensi Tinea Kruris Berdasarkan Jenis Kelamin di RSUD Kardinah Tahun 2015
35%Perempuan
Laki-laki
65%
KASUS
Seorang perempuan berusia 53 tahun, pendidikan terakhir S1, bekerja
sebagai seorang guru Matematika di salah satu SMP Negeri di Kota Tegal,
sudah menikah, dan beragama Islam, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 30 Desember 2015 pukul 10.00 WIB
dengan keluhan utama bercak kemerahan yang bersisik dan terasa gatal pada
lipatan dibawah kedua payudara, punggung kanan atas serta sela paha kiri dan
kanan.
A. Anamnesis Khusus
(Autoanamnesis pada tanggal 30 Desember 2015 pukul 10.00 WIB di
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal)
Sejak 1 tahun yang lalu timbul bercak-bercak kemerahan bersisik pada
lipatan dibawah kedua payudara dan disertai rasa gatal. Bercak kemerahan
tersebut semakin lama semakin memluas ke punggung atas kanan serta di sela
paha kiri dan kanan. Kulit pada bagian yang kemerahan tampak menebal dan
bersisik halus berwarna putih dan tidak kekuningan. Kulit yang bersisik halus
tampak kering, tidak berminyak dan tidak berlapis-lapis. Pinggiran bercak
tampak kemerahan dan bagian tengah tampak mulai menyembuh. Gatal
dirasakan setiap saat dan gatal semakin bertambah terutama saat berkeringat,
sehingga sering digaruk. Pasien mengaku sering hanya mandi 1x sehari
menggunakan sabun batang dan menggunakan air dari PAM. Pasien mengaku
sangat gampang berkeringat. Pasien juga mengaku bahwa pasien rutin
menjalankan olahraga jalan sore disekitar rumahnya, menggunakan baju
berbahan kaos. Bila pasien berkeringat tidak di lap, dibiarkan mengering
sendiri dan tidak ganti baju. Pasien menggunakan handuk bersamaan dengan
suaminya. Pakaian yang sering digunakan berbahan katun, tidak berlapis dan
tidak ketat, namun menurut pasien baju seragam yang digunakan untuk
mengajar terasa kurang menyerap keringat. Pasien tidak memiliki hewan
peliharaan apapun di rumah.
Tidak terdapat bercak kemerahan di tempat lain seperti skalp,
perbatasan skalp dan wajah, siku, lutut, dahi, bagian atas alis, belakang
telinga, leher dan daerah lipatan tubuh lainnya. Tidak ada rasa gatal maupun
ketombe pada rambut. Rambut juga diakui tidak mudah rontok. Tidak
terdapat kelainan pada kuku seperti lekukan-lekukan pada kuku, kerusakan
pada kuku, perubahan warna kuku, maupun kuku yang terlepas. Pasien juga
menyangkal adanya nyeri dan pembesaran pada sendi-sendi.
Pasien tidak pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien
sudah pernah berobat ke klinik. Menurut pasien, dokter klinik memberikan
10
obat berupa tablet kecil berwarna putih yang diminum satu kali sehari selama
hampir satu minggu. Namun pasien merasa tidak ada perbaikan setelah
meminum obat tersebut, bercak kemerahan semakin melebar sehingga pasien
memutuskan untuk berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah.
Tidak ada anggota keluarga yang tinggal satu rumah yang memiliki
keluhan seperti pasien. Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing
manis. Pasien menyangkal sedang dalam kondisi stres atau memiliki banyak
pikiran. Pasien juga tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan baik antibiotik
maupun kortikosteroid. Kebiasaan konsumsi alkohol dan merokok juga
disangkal pasien. Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan
sebelumnya.
B. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
Tekanan darah
: 120/70 mmHG
Nadi
: 88x/menit
Suhu
: 36,8o C
Pernafasan
: 18x/menit
Berat badan
: 80 kg
Tinggi
: 165 cm
Status gizi
Kepala
: Bentuk normocephali
Kulit kepala
Mata
Hidung
11
Mulut
Bibir
sianosis
(-),
karies
gigi
(-),
geographic
hiperemis
-
Telinga
Leher
Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
: Datar
Palpasi
tekan(-)
-
Perkusi
Auskultasi
Genitalia
Ekstremitas
Superior
Inferior
Distribusi
: Regional
12
Lesi
13
14
15
2. Khusus
Sistemik
-
Topikal
-
III.
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad functionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam
PEMBAHASAN
16
17
punggung kanan atas serta sela paha. Penampakan lesi kulit juga khas seperti
lesi pada tinea korporis dan tinea kruris dimana pada pasien didapatkan
gambaran papul eritema disertai skuama.
Diagnosis banding pada kasus ini yaitu psoriasis inversa, dermatitis
seboroik, dan kandidosis kutis lokalisata. Psoriasis yang penyebabnya masih
tidak diketahui juga memiliki lesi kulit berupa plak eritematosa yang
sirkumskripta dan tersebar merata, ditutupi oleh skuama tebal, berlapis-lapis,
kasar, dan berwarna putih mengkilat seperti mika. Jika skuama digores
menunjukkan tanda tetesan lilin. Pada psoriasis terdapat 2 fenomena, yaitu
Koebner dan Auspitz. Predileksi penyakit ini biasanya pada perbatasan daerah
scalp dan wajah, ekstremitas bagian ekstensor terutama siku dan lutut, serta
daerah lumbosakral. Pada pasien ini tidak ditemukan tanda tetesan lilin yang
khas pada psoriasis.16
Gambar 7. Psoriasis17
Pada dermatitis seboroik akan ditemukan gambaran kelainan kulit
yang terdiri atas eritema dan skuama yang berminyak dan agak kekuningan,
dengan batas yang kurang tegas. Bentuk yang ringan hanya mengenai kulit
kepala dan berupa skuama-skuama yang halus. Pada bentuk yang berat
ditandai dengan adanya bercak-bercak yang berskuama dan berminyak
15 Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of Clinical
Dermatology. 7th edition. New York:McGraw-Hill Education;2013.p.2800-92
16 Djuanda A, loc. cit
17 Mirmirani P, Rogers M., loc. Cit
18
disertai eksudasi dan krusta-krusta yang tebal. Sering meluas ke dahi, telinga,
dan leher. Pada pasien ini tidak terdapat skuama yang berminyak dan
berwarna agak kekuningan.18
19
20
21
DAFTAR PUSTAKA
Adiguna MS. Epidemiologi dermatomikosis di Indonesia. In : Budimulya U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S. editor.
Dermatomikosis superfisialis. Jakarta: Balai Pustaka FKUI; 2001:1-6
Budimulja U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.89-109
Djuanda A. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S.
Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI.
2010. p.189-202
Havlickova B, Czaika VA, Fredrich M. Epidemiological trends in skin mycoses
worldwide. Mycoses. 2008;51:2-15
Kuswadji. Kandidosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Editors. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta:FKUI. 2010. p.106-9
Lesher JL, et al. Tinea Korporis. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1091473-overview#a6.
Accessed on 12 January 2016
Mirmirani P, Rogers M. Fitzpatrick Dermatology In General Medicine. 8 th edition.
McGraw-Hill Medical Publishing Division, New York. 2012.p.227788
Rahman MH, et al. Prevalence of Superficial Fungal Infections in the Rural Areas
of Bangladesh. Iran J Dermatol 2011;14;86-91
Weinstein A. Berman B. Topical treatment of common superficial tinea infections.
Am Fam Physician;65(10):p. 2095-102
Wiederkehr M, et al. Tinea Cruris. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/1091806-overview#a6.
Accesed on 12 January 2016
Wolff K, Johnson RA, Saavedra AP, Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology. 7th edition. New York:McGraw-Hill
Education;2013.p.2800-92
Yossela T. Diagnosis and Treatment of Tinea Cruris. J Majority. 2015;4(2):122-8
22