Anda di halaman 1dari 6

PRESENTASI REFARAT

“Dermatofitosis”

Oleh :

1. Iswary Halwadini (1808320021)


2. Nuryani (1808320006)
3. Dewi Kartika Mubela (1808320028)
4. Fahrul Fadhli Panjaitan (1808320013)
5. Muhammad Teguh Syahputra (1808320010)

Pembimbing :

dr.Sri Naita Purba, Sp.KK

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR SMF KULIT & KELAMIN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA
RSUD DELI SERDANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan presentasi

refarat ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF Kulit dan

Kelamin di Rumah Sakit Umum Deli Serdang, Lubuk Pakam dengan judul “Dermatofitosis”.

Presentasi refarat ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori

yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Kulit & Kelamin di RSUD Deli

Serdang Lubuk Pakam dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Sri Naita Purba, Sp.KK yang telah

membimbing penulis dalam presentasi refarat ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa presentasi refarat ini masih memiliki

kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua

pihak yang membaca refarat ini. Harapan penulis semoga refarat ini dapat memberikan

manfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Lubuk Pakam, 3 Januari 2020

Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
1
1
2
2
2
5
5
8
11
19
25
26
27
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan
hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin
kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat kompleks, elastis, sensitif dan bervariasi pada
keadaan iklim, umur, jenis kelamin, ras dan juga sangat bergantung pada lokasi tubuh.1
Dermatofitosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur
dermatofita yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum
kulit, rambut dan kuku pada manusia. 2 Meskipun penyakit ini tidak fatal, namun karena
tidak sedikit yang resisten dengan obat anti jamur, maka penyakit ini dapat menyebabkan
gangguan kenyamanan dan menurunkan kualitas hidup bagi penderitanya.3
Dermatofitosis tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda-beda tiap
negara. Penelitian WHO terhadap insiden dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang
dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis yang
merupakan tipe yang paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris, tinea pedis dan
onikomikosis.4
Dermatofitosis didapatkan sebanyak 52% dengan kasus terbanyak tinea kruris dan
tinea korporis.7 Di Makassar, dermatofitosis menempati urutan kedua setelah golongan
dermatitis. Insiden penyakit ini di RS Dr. Wahidin Makassar melaporkan terdapat 69,33%
kasus baru dermatofitosis untuk periode 2006-2010.8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi

Dermatofitosis adalah penyakit yang disebabkan oleh kolonisasi jamur dermatofit


yang menyerang jaringan yang mengandung keratin seperti stratum korneum kulit, rambut
dan kuku pada manusia.6,8 Dermatofitosis adalah salah satu kelompok dermatomikosis
superfisialis yang disebabkan oleh jamur dermatofita, terjadi sebagai reaksi pejamu terhadap
produk metabolit jamur dan akibat invasi oleh suatu organisme pada jaringan hidup.8,9

2.2 Epidemiologi

Dari usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang penting, dimana
prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki lima kali lebih banyak dari wanita. Namun
demikian tinea kapitis karena T. tonsurans lebih sering pada wanita dewasa dibandingkan
laki-laki dewasa, dan lebih sering terjadi pada anak-anak Afrika Amerika. Hal ini terjadi
karena adanya pengaruh kebersihan perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta
status sosial ekonomi dalam penyebaran infeksinya.8,9

Dermatofitosis tersebar di seluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda-beda tiap


negara. Penelitian WHO terhadap insiden dari infeksi dermatofit menyatakan 20% orang dari
seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi tinea korporis yang merupakan tipe
yang paling dominan dan diikuti dengan tinea kruris, tinea pedis dan onikomikosis. Indonesia
merupakan salah satu negara beriklim tropis yang memiliki suhu dan kelembaban tinggi,
dimana merupakan suasana yang baik bagi pertumbuhan jamur, higiene juga berperan untuk
timbulnya dermatofitosis. 6,7,8

Insidensi penyakit yang disebabkan oleh jamur di Indonesia berkisar 2,93-27,6% untuk tahun
2009-2012. Di Indonesia dermatofitosis menenpati urutan kedua setelah pityriasis versikolor.
Dermatofitosis didapatkan sebanyak 52% dengan kasus terbanyak tinea kruris dan tinea
korporis.2,9,10
DAFTAR PUSTAKA

1. Tortora, G. J.,and Derrickson, B.(2009). Principles of anatomy and physiology.


John Wiley and Sons, Inc. USA.
2. Hidayati, A.N. Suroso, S. Hinda, D., Sandra, E., 2009. Superficial Mycosis in
Mycology Division Out Patient Clinic of Dermatovenerology. Fakultas
Kedokteran Universita Airlangga.Vol 21:1
3. Kurniawati RD. Faktor-faktor yang berhuubungan dengan kejadian tinea pedis
pada pemulung di TPA Jatibarang Semarang. Semarang: Universitas
Diponegoro;2006
4. Soebono, H., 2001. Dermatomikosis Superfisialis. Jakarta; Balai Penerbit FKUI
5. Wollf, K.,dan Johnson, R.A., 2012. Fitzpatrick Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology Edisi 6. ISBN: 978-0-07-163342-0
6. Lakshmipathy TD, Kannabiran K. 2013. Review on dermatomycosis:
pathogenesis and treatment. Natural Science
7. Amiruddin, M.D,dkk.2013. Penyakit Kulit di Daerah Tropis Penyakit Kusta dalam
Bidang Kedokteran. LKPP Universitas Hasanuddin
8. Adiguna MS. Epidemiologi Dermatomikosis di Indonesia. Dalam: Budimulya U,
Kuswadji, Bramono K, Menaldi SL, Dwihastuti P, Widati S, editor.
Dermatomikosis Superfisialis. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.
H. 1-6
9. Budimulya U. Mikosis. Dalam: Djuanda A, Hamzah Has, Aisah S, editor. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2007.
89-105
10. Rippon JW. Medical Mycology The Pathogenic Fungi.3 ed. Philadhelphia: WB
Saunders Company;1988

Anda mungkin juga menyukai