“Dermatofitosis”
Oleh :
Pembimbing :
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
refarat ini guna memenuhi persyaratan Kepaniteraan Klinik Senior di bagian SMF Kulit dan
Kelamin di Rumah Sakit Umum Deli Serdang, Lubuk Pakam dengan judul “Dermatofitosis”.
Presentasi refarat ini bertujuan agar penulis dapat memahami lebih dalam teori-teori
yang diberikan selama menjalani Kepaniteraan Klinik SMF Kulit & Kelamin di RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam dan mengaplikasikannya untuk kepentingan klinis kepada pasien.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dr. Sri Naita Purba, Sp.KK yang telah
kekurangan, oleh karena itu penulis mengharapkan saran yang membangun dari semua
pihak yang membaca refarat ini. Harapan penulis semoga refarat ini dapat memberikan
Penulis
DAFTAR ISI
ii
iii
1
1
2
2
2
5
5
8
11
19
25
26
27
BAB 1
PENDAHULUAN
2.2 Epidemiologi
Dari usia, jenis kelamin, dan ras merupakan faktor epidemiologi yang penting, dimana
prevalensi infeksi dermatofit pada laki-laki lima kali lebih banyak dari wanita. Namun
demikian tinea kapitis karena T. tonsurans lebih sering pada wanita dewasa dibandingkan
laki-laki dewasa, dan lebih sering terjadi pada anak-anak Afrika Amerika. Hal ini terjadi
karena adanya pengaruh kebersihan perorangan, lingkungan yang kumuh dan padat serta
status sosial ekonomi dalam penyebaran infeksinya.8,9
Insidensi penyakit yang disebabkan oleh jamur di Indonesia berkisar 2,93-27,6% untuk tahun
2009-2012. Di Indonesia dermatofitosis menenpati urutan kedua setelah pityriasis versikolor.
Dermatofitosis didapatkan sebanyak 52% dengan kasus terbanyak tinea kruris dan tinea
korporis.2,9,10
DAFTAR PUSTAKA