Anda di halaman 1dari 12

REFERAT

CLINICAL EXPOSURE

PERAN DOKTER KELUARGA PADA MASA PANDEMI COVID-19


(DALAM LAYANAN KESEHATAN PRIMER)

Disusun Oleh:

Yohanes Marcellino Armiento

01071170169

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PELITA HARAPAN

TANGERANG

2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..........................................................................................................................2
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................5
MASALAH DAN TANTANGAN .............................................................................................5
BAB III.................................................................................................................................8
PERAN DOKTER KELUARGA PADA MASA PANDEMI COVID-19 (PADA LAYANAN KESEHATAN
PRIMER) .............................................................................................................................8
BAB IV ..............................................................................................................................10
KESIMPULAN ....................................................................................................................10
BAB V ...............................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................12
BAB I

PENDAHULUAN

Pada tanggal 11 Maret 2020 yang lalu WHO menetapkan COVID-


19/ Coronavirus Disease 2019 sebagai pandemi dan melaporkan sebanyak
118.319 kasus positif di seluruh dunia. Hingga saat ini, per tanggal 27
Oktober 2020 dilaporkan sebanyak 43.341.451 kasus positif termasuk
sebanyak 1.157.509 kematian akibat COVID-19. Pandemi ini berawal dari
laporan kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di Kota
Wuhan, China pada tanggal 31 Desember 2019 dan diketahui bahwa kasus
tersebut merupakan jenis baru dari coronavirus pada tanggal 7 Januari
2020. Di Indonesia sendiri kasus pertama COVID-19 dilaporkan pada
tanggal 2 Maret 2020 dan hingga saat ini, kasus COVID-19 di Indonesia
sekitar 396.000.1,2

COVID-19 merupakan penyakit menular yang menyerang sistem


pernafasan yang disebabkan oleh SARS-CoV-2/ Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 yang merupakan coronavirus jenis baru.
Penularan penyakit dapat terjadi melalui droplet/ kontak langsung dengan
penderita COVID-19, selain itu laporan terakhir menyebutkan penularan
COVID-19 bisa melalui transmisi udara/ airborne. Orang yang terinfeksi
COVID-19 biasanya menimbulkan gejala ringan seperti demam, kelelahan,
batuk kering, pilek, hidung tersumbat, nyeri kepala, sakit tenggorokan,
diare, berkurangnya kemampuan penciuman,dll. Namun beberapa laporan
menyebutkan bahwa terdapat beberapa orang yang positif COVID-19 tidak
menimbulkan gejala. Pada penderita dengan komorbid seperti usia lanjut,
hipertensi, penyakit jantung, penyakit paru, diabetes, dan kanker dapat
mengalami keparahan dan menimbulkan gejala yang berat seperti ARDS,
sepsis, gagal nafas, hingga kematian.2

Sampai saat ini, negara di dunia berlomba-lomba dalam menemukan


vaksin COVID-19 ini karena dampak yang ditimbulkan dari pandemi ini
bukan hanya pada bidang kesehatan namun juga berdampak pada bidang
ekonomi, sosial dan juga politik banyak negara-negara di dunia. Pada masa
pandemi seluruh elemen masyarakat memiliki peran yang penting mulai
dari pemerintah, tenaga kesehatan, dan juga masyarakat. Pemerintah
mempunyai peran dalam penanganan, pencegahan dalam bentuk aturan-
aturan/regulasi dan juga pemulihan setelah pandemi ini selesai,
masyarakat juga memiliki peran yang penting dalam keberhasilan
penanganan COVID-19 dengan menaati aturan serta mengikuti arahan dari
pemerintah. Tenaga kesehatan, terutama dokter keluarga memiliki peran
penting dalam pandemi COVID-19 ini dengan cara melakukan pencegahan,
edukasi, monitoring, pengobatan dini, serta menjadi koordinator
pengelolaan dan penghubung pasien dengan penyedia layanan
kesehatan.3,4
BAB II

MASALAH DAN TANTANGAN

Pandemi COVID-19 ini memberikan dampak yang besar bagi


seluruh manusia dan negara-negara di dunia ini. Krisis pandemi COVID-19
ini menunjukkan sejumlah kelemahan dalam sistem kesehatan yang ada di
seluruh dunia. Salah satu kelemahan yang paling terlihat adalah kurangnya
akses terhadap sumber daya yang dibutuhkan untuk menangani penderita
COVID-19 seperti ventilator, alat pelindung diri, dan kurangnya tenaga
medis. Para pekerja medis yang bekerja dalam pandemi ini juga menjadi
terinfeksi setelah kontak dengan pasien COVID-19 dan mendesak untuk
mengisolasi diri dan bahkan kehilangan nyawa mereka.5

Selain kekurangan peralatan medis serta tenaga kesehatan yang


diperlukan dalam penanganan COVID-19, masalah emosional terkait krisis
ini juga menjadi tantangan khususnya bagi tenaga kesehatan. Setiap orang
dari kalangan dan latar belakangan apapun menderita stress yang
menyebar hampir secepat penyebaran virus itu sendiri. Pada era digital
seperti sekarang ini, sosial media mempunyai dampak yang sangat besar
dalam masalah emosional ini. Para tenaga medis khususnya dokter
keluarga juga sedang menghadapi stress karena banyak yang merasa tidak
nyaman dengan cara bekerja yang baru.5

Seorang dokter terbiasa menilai keluhan pasien berdasarkan


pengetahuan dan juga pemeriksaan (anamnesis dan pemeriksaan fisik),
namun di saat pandemi seperti sekarang dengan pembatasan sosial
mendorong praktik kedokteran ke arah daring sehingga seorang dokter
perlu membuat keputusan tanpa melihat pasien dan bahkan tanpa
mengenal pasien tersebut. Perawatan pasien yang menderita beban
penyakit kronis yang tadinya merupakan layanan holistic multiprofesional
menjadi hanya menyediakan resep dan sesekali menelfon sehingga sulit
untuk menilai apakah kondisi pasien memburuk, apakah obat yang
diberikan efektif, dll. Kunjungan langsung ke rumah sangat diihindari, dan
jika memang benar-benar perlu untuk melihat pasien, seorang dokter perlu
melindungi diri dengan masker, kacamata, serta pakaian untuk proteksi.
Untuk menyentuh pasien juga perlu menggunakan sarung tangan untuk
menghindari penyebaran COVID-19. Cara daring ini tampak sangat tidak
sesuai dengan profesi di mana hubungan kepercayaan dokter dengan
pasien sangat penting.3,5,6

Situasi yang tidak pasti ini juga didukung minimnya pengetahuan


tentang COVID-19 ini. Dokter-dokter saat ini juga masih kesulitan dalam
membedakan secara klinis penderita flu, bronchitis, dan penderita COVID-
19 dan juga belum bisa memprediksi siapa saja yang akan mengalami
gejala ringan serta siapa saja yang kemungkinan akan dirawat di ICU.
Selain itu, kerja sama antar negara juga semakin menipis karena saling
menutup diri di masa di mana negara-negara perlu untuk saling
mendukung, saling berbagi informasi, saling membantu sehingga sulit bagi
negara-negara kecil dan negara-negara berkembang yang sangat
membutuhkan bantuan dari negara-negara maju.5

Masalah lain yang akan dihadapi adalah gangguan mental karena


karantina/ isolasi di rumah masing-masing. Pandemi ini memaksa kita
semua untuk melakukan kegiatan sehari-hari kita dari rumah, namun
banyak orang-orang yang justru merasa stress, kesepian, dan takut jika
berada di rumah sehingga gangguan mental ini juga menjadi masalah
selain COVID-19 itu sendiri. Begitu juga dengan sekolah kedokteran,
pembatasan rotasi klinik dan pembatasan sosial membuat pembelajaran
diubah menjadi online sehingga hal ini menjadi salah satu kekhawatiran
karena hal ini tidak dapat berlangsung lama tanpa mengurangi kualitas
calon dokter.5,7

Pandemi COVID-19 mungkin merupakan hal baru di zaman modern


ini, namun dengan begitu banyaknya masalah yang muncul justru menjadi
tantangan bagi kita semua khususnya dokter keluarga untuk beradaptasi
dengan keadaan sehingga kita bisa belajar dari situasi krisis seperti
sekarang ini agar tetap dapat memberikan pelayanan terbaik untuk pasien
di masa-masa krisis seperti saat ini.5,8
BAB III

PERAN DOKTER KELUARGA PADA MASA PANDEMI COVID-19


(PADA LAYANAN KESEHATAN PRIMER)

Seluruh elemen masyarakat memiliki peranan penting dalam


melawan pandemi COVID-19. Mulai dari pemerintah yang berperan
membuat aturan dan regulasi dalam penanganan pandemi dengan skala
nasional yang dibantu lembaga-lembaga pemerintah maupun lembaga
masyarakat. Sebagai masyarakat sipil, kita juga berperan dalam
mengurangi angka penyebaran COVID-19 dengan mengikuti arahan dari
pemerintah untuk menjaga kebersihan, menggunakan masker dan
pembatasan sosial. Peran dokter keluarga dalam melawan pandemi ini
sangat krusial karena mencakup berbagai aspek mulai dari pencegahan,
pengobatan serta pengamatan setelah pandemi berakhir.4,9

Dokter keluarga memiliki peran penting dalam masa pandemi


COVID-19 ini. Sebagai bagian dari tim di layanan kesehatan primer, dokter
keluarga memiliki peran dalam edukasi dan komunikasi perihal pola hidup
sehat dan menjaga kebersihan seperti pembatasan sosial dengan menjaga
jarak, memakai masker, menjaga kebersihan, dan daya tahan tubuh
dengan mengonsumsi vitamin, makan makanan yang bergizi, serta
berolahraga. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi resiko
penyebaran COVID-19. Selain bergerak dalam usaha preventif, dokter
keluarga juga memiliki peran dalam perawatan /pengawasan pasien
COVID-19 yang dibagi menjadi Orang Tanpa Gejala/ OTG, Orang Dalam
Pemantauan/ ODP, dan Pasien Dalam Pengawasan/ PDP.4,10

Pemeriksaan COVID-19 juga menjadi peran dokter keluarga untuk


tindakan skrining seperti Rapid Test atau swab PCR. Pemeriksaan yang
bertujuan untuk skrining ini perlu dilakukan bersama-sama dengan tokoh
masyarakat serta pemerintah setempat untuk melihat dan melacak
penyebaran COVID-19 di suatu daerah, data yang dikumpulkan perlu
dilaporkan kepada pemerintah pusat untuk melihat penyebaran COVID-19
dalam skala nasional. Selain melakukan skrining, dokter keluarga juga
menjadi penyambung komunikasi antara masyarakat/pasien dengan
pemerintah.4,11

Periode jendela merupakan masa dimana peran dokter keluarga


sangatlah krusial. Periode jendela merupakan 10 hari pertama ketika orang
terinfeksi COVID-19, pada periode ini pemantauan orang tanpa gejala
sangat diperlukan karena walaupun orang tersebut tidak menunjukkan
adanya gejala namun masih dapat menjadi sumber penularan dan
kebanyakan orang tanpa gejala tidak menyadari jika mereka sudah
terinfeksi COVID-19, maka dari itu skrining sangat penting dilakukan.
Pemerintah menganjurkan 3T yaitu tes, telusur dan tatalaksana karena hal
ini merupakan kunci untuk memutus rantai penularan. Pengelolaan pasien
positif dengan gejala ringan juga menjadi ranah dokter keluarga dengan
memberi pengobatan untuk dirumah, memantau dan melakukan
komunikasi berkala, serta himbauan untuk keluarga dirumah mengenai
tanda perburukan, monitoring suhu dan saturasi, kebutuhan nutrisi,
menggunakan masker dan kamar pribadi untuk pasien tempati selama
minimal 14 hari.4,10
BAB IV

KESIMPULAN

Pandemi COVID-19 yang ditetapkan sejak 11 Maret 2020 yang lalu


menimbulkan dampak yang sangat besar bagi penduduk dunia, krisis
kesehatan, ekonomi serta sosial terjadi di berbagai belahan dunia. Penyakit
menular akibat infeksi dari virus SARS-CoV-2/ Severe Acute Respiratory
Syndrome Coronavirus 2 ini telah menginfeksi banyak orang hingga tidak
sedikit yang harus merenggut nyawa mereka. Pembatasan sosial selalu
digaungkan untuk memutus penyebaran COVID-19, berbagai negara
menerapkan lockdown dengan tujuan menekan jumlah kasus positif.

Pembatasan sosial dan karantina mendesak kita semua untuk


bekerja, sekolah, dan kegiatan lain dilakukan secara daring/online. Ini
merupakan hal yang baru bagi semua orang termasuk para dokter keluarga
yang sehari-hari bertemu dengan pasien. Selain pembatasan sosial,
banyak protokol yang perlu diikuti oleh para dokter keluarga untuk tetap bisa
praktek seperti memakai alat pelindung diri. Namun krisis pandemi yang
terjadi tanpa mengenal waktu membuat dunia kaget sehingga tidak siap
dalam menghadapinya, hal ini terbukti dengan masih buruknya sistem
kesehatan yang ada.

Buruknya sistem kesehatan yang ada ditunjukkan dengan


kekurangan alat pelindung diri, kekurangan alat bantu pernafasan,
kekurangan sumber daya manusia (tenaga medis) hingga tidak sedikit para
tenaga medis yang meninggal akibat COVID-19. Kurangnya tenaga medis
dan tempat yang tersedia juga membuat para tenaga medis yang ada
kewalahan dalam menangani pasien COVID-19. Hal ini membuat para
tenaga medis termasuk dokter keluarga mempunyai stress tersendiri.
Selain itu pengetahuan akan penyakit dan virus yang baru ini juga menjadi
tantangan bagi para dokter keluarga.
Namun dokter keluarga harus dapat beradaptasi dengan keadaan
yang ada termasuk dalam keadaan krisis seperti ini sehingga dapat tetap
melayani pasien. Peran dokter keluarga dalam pandemi ini menjadi sangat
krusial dalam melawan pandemi ini. Tujuan utama dalam melawan pandemi
ini adalah memutus rantai penyebaran COVID-19 sehingga bisa menekan
jumlah kasus, ini disebabkan karena belum ada nya vaksin yang tersedia
sampai saat ini. Dalam hal ini, peran dokter keluarga ada pada upaya
pencegahan, skrining, dan pengobatan.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan edukasi kepada


masyarakat mengenai penyakit ini dan cara menjaga diri dengan
pembatasan sosial, menggunakan masker, menjaga kebersihan, menjaga
daya tahan tubuh. Skrining juga dilakukan untuk membantu menelusuri
penyebaran COVID-19. Pengobatan pada pasien dengan gejala ringan
juga dilakukan dokter keluarga dari jarak jauh dengan cara memberi obat,
pengawasan dan edukasi kepada keluarganya untuk monitor temperatur
serta saturasi pasien dan juga menjaga diri dengan menggunakan masker
di dalam rumah, serta menyediakan kamar pribadi untuk pasien.
BAB V

DAFTAR PUSTAKA

1. World Health Organization. WHO Coronavirus Disease (COVID-19)


Dashboard. World Health Organization. 2020.
2. Kemenkes RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Coronavirus Disease (COVID-19). Germas. 2020;
3. Li G. The Challenges and Responsibilities of Family Doctors in the
New Global Coronavirus Outbreak. Chinese Gen Pract. 2020;
4. Werdhani RA, Prasetyani-Gieseller M, Retno K:, Werdhani A. Peran
Dokter Keluarga Pada Masa Pandemi COVID-19: Penanganan di
Indonesia dan Jerman. J Indon Med Assoc. 2020;
5. de Sutter A, Llor C, Maier M, Mallen C, Tatsioni A, van Weert H, et
al. Family medicine in times of ‘COVID-19’: A generalists’ voice.
European Journal of General Practice. 2020.
6. Hollander JE, Carr BG. Virtually Perfect? Telemedicine for Covid-19.
N Engl J Med. 2020;
7. Fegert JM, Vitiello B, Plener PL, Clemens V. Challenges and burden
of the Coronavirus 2019 (COVID-19) pandemic for child and
adolescent mental health: A narrative review to highlight clinical and
research needs in the acute phase and the long return to normality.
Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health. 2020.
8. Sandhu P, de Wolf M. The impact of COVID-19 on the
undergraduate medical curriculum. Medical Education Online. 2020.
9. Lee JQ, Loke W, Ng QX. The Role of Family Physicians in a
Pandemic: A Blueprint. Healthcare. 2020;
10. Motlagh A, Yamrali M, Azghandi S, Azadeh P, Vaezi M, Ashrafi F, et
al. COVID19 prevention & care; A cancer specific guideline.
Archives of Iranian Medicine. 2020.
11. Iwasaki A, Grubaugh ND. Why does Japan have so few cases of
COVID‐19? EMBO Mol Med. 2020;

Anda mungkin juga menyukai