Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DYSPEPSIA
A. Konsep Medis
1. Pengertian Dispepsia
Dispepsia merupakan rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati. Kondisi ini
dianggap gangguan di dalam tubuh yang diakibatkan reaksi tubuh terhadap lingkungan
sekeliling. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan metabolisme dan seringkali
menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2016).
2. Klasifikasi Dispepsia
Pengelompokan mayordispepsia terbagi atas duayaitu:1). Dispepsia Organik, bila
telah diketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya. Sindrom dyspepsia organic
terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkuspeptikum), gastritis,
stomach cancer, gastroesophageal refluxdisease, hyperacidity. 2). Dispepsia Non
Organik(DNU), atau dyspepsia fungsional, atau Dispepsia Non Ulkus (DNU), bila tidak jelas
penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur
organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, danendoskopi (Ida, 2016).
3. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik
(struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain karena terjadinya
gangguan disalurancerna atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan
lain-lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsionaldapatdipicukarena factor
psikologisdan factor intoleranterhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari,
2017).Etilogi dispepsia antara lain 1). Idiopatik/dispepsia fungsional 2). Ulkuspeptikum 3).
Gastroesophageal refluxdisease (GERD) 4). Kanker lambung 5). Gastroparesis 6). Infeksi
Helicobacter pylori 7). Pankreastitis kronis 8). Penyakit kandung empedu 9). Parasite usus
10). Iskemia usus 11). Kanker pankreas atau tumor abdomen.
4. Gejala Klinis
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang, mual,
tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas.Rasa penuh, cepat keyang, kembung setalah
makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan dada atau
regurgitas asam lambung kemulut. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka
waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih, mual, berla ngsung
lama dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi (Purnamasari, 2017).
5. Patway Dispepsia

DISPEPSIA

Dispepsia Dispepsia
organik fungsional

Kopi,
Stres alkohol

Perangsangan Respon mukosa


saraf simpatis lambung

Peningkatan produksi
Hcl dilambung
Vasodilatasi Pengelupasan
mukosa gestar
Mual

HCL kontak Ansietas


Muntah dengan mukosa

Hipovolemia Perubahan pada


Nyeri
kesehatan

Nyeri epigastrik Defisit


berhubungan dengan pengetahuan
iritasi pada mukosa
lambung

Sumber : (Ida, 2016)


6. Penatalaksanaan
Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan pasien dengan
gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien, hipnoterapi, terapi relaksasi,
manajemen nyeri dan terapi perilaku. Farmakologis Pengobatan dyspepsia
mengenalbeberapa obat,yaitu: Antasida, Pemberian antasida tidak dapatdilakukan terus-
menerus,karenahanyabersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk
golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental,
pemasagan Naso Gastrik Tube(NGT) jika diperlukan (Amelia, 2018).
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjangdilakukan untukmenyingkirkanadanyakelainan organik,
pemeriksaan untukdispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:1). Pemeriksaan
laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkapdan pemeriksaan darah
dalam tinja, danurin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak
cair berlendir ataubanyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja kemungkinan
menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita dyspepsia ulkus sebaiknya
diperiksa derajat keasaman lambung. Jika diduga suatu keganasan, dapat diperiksa
tumormarker (dugaan karsinoma kolon),dan (dugaan karsinoma pankreas). 2). Barium
enema untukmemeriksa salurancerna pada orangyang mengalami kesulitan menelan atau
muntah, penurunan beratbadan atau mengalami nyeri yang membaik ataumemburuk bila
penderita makan. 3). Endoskopi bias digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari
lapisan lambung melalui tindakan biopsi.Pemeriksaan nantinya di bawahmikroskop untuk
mengetahui apakahlambung terinfeksi Helicobacterpylori.Endoskopimerupakan
pemeriksaan bakuemas, selain sebagai diagnostic sekaligusterapeutik. 4).
Pemeriksaanpenunjanglainnyasepertifotopolosabdomen,serologi H.pylori,urea breath
test,dan lain-lain dilakukan atasdasarindikasi (Ida, 2016).
8. Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya
komplikasi yang tidak ringan.komplikasi yang dapat terjadi antara lain, pendarahan, kanker
lambung, muntah darah dan terjadinya ulkus peptikus (Purnamasari, 2017).
B. Konsep asuhan keperawatan kegawatdaruratan pada Dispepsia
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses dimana kegiatan yang dilakukan yaitu:
mengumpulkan data, mengelompokan data dan menganalisa data. Data fokus yang
berhubungan dengan dispepsia meliputi adanya nyeri perut, rasa pedih di ulu hati, mual
kadang-kadang muntah, nafsu makan berkurang, rasa lekas kenyang, perut kembung, rasa
panas didada dan perut, regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba) (Ida, 2016).
Adapun proses pengkajian gawat darurat yaitu pengkajian primer (primary assessment).
Primary Assessment dengan data subjektif yang didapatkan yaitu keluhan utama: nyeri pada
perut dan mengeluh mual muntah. Keluhan penyakit saat ini: mekanisme terjadinya. Riwayat
penyakit terdahulu: adanya penyakit saraf atau riwayat cedera sebelumnya, kebiasaan
minum alcohol, konsumsi medikasi anticoagulant atau agen antiplatelet, adanya alergi,
dan status imunisasi (Ida, 2016).
Data objektif: Airway adanya perubahan pola napas (apnea yang diselingi oleh
hiperventilasi). Napas berbunyi stridor, ronki, mengi positif (kemungkinan karena aspirasi).
Breathing dilakukan Auskultasi dada terdengar stridor/ronki/mengi, RR>24x/menit.
Circulation adanya perubahan tekanan darah atau normal (hipotensi), perubahan frekuensi
jantung (bradikardi, takikardi yang diselingi dengan bradikardi disritmia). Disability adanya
lemah/letargi, lelah, kaku, hilang keseimbangan, perubahan kasadaran bisa sampai
koma.Pengkajian sekunder terdiri dari keluhan utama yaitu, adanya mual muntah-curigai
apendisitis atau obstruksi usus, nyeri epigastrium yang kolik, curigai gastritis atau
gastroenteritis, anoreksia dengan diare. Riwayat sosial dan medis yaitu, riwayat pengunaan
dan penyalagunaan alkohol.Curigai penyakit hati, penyalah gunaan obat intra vena, gejala
putus obat, pembedahan abdomen sebelumnya, curigai adanya obstruksi usus, penyakit hati
atau gastritis. alasan mencari pengobatan yaitu, identifikasi perubahan pada gejala:
identifikasi kontak dengan pemberi perawatan kesehatan lainnya untuk penyakit ini.
pengobatan sebelum masukInstalasi Gawat Darurat(IGD) yaitu mengidentifikasi pengunaan
obat-obatan buatan rumah, perubahan pada diet, pengunaan obat yang dijual bebas. Nyeri
yaitu catat riwayat dan durasi nyeri dan gunakan metode pengkajian nyeri yaitu Provocate,:
Quality, Region, Severe, dan Time.PQRST (Pamela, 2011).Setelah melakukan pengkajian
Primer dan sekuder selanjutnya melakukan pemeriksaan fisik. pemeriksaan ini meliputi:
pertama, pemeriksaan tekanan darah yang menjadi indicator dari rasanya nyeri. Tetapi yang
lebih penting memberikan pengertian selama proses pasien dalam keadaan hipotensi,
hipertensi, takikardi, takipnea, dan adanya penurunana saturasi oksigen. Kedua, asesmen
respirasi dan kardiovaskuler dimana pengkajian ini harus menjadi perhatian, pada pasien
dengan nyeri abdomen bagian atas, dapat dinyatakan adanya pneumonia atau iskemia
jantung. Ketiga, asesmen abdomen kenyamanan posisi dan gerakan tubuh selama
pemeriksaan sebagai isyarat lokasi, intensitas dan kemungkinan dari etiologi nyeri.
Auskultasi abdomen dikempat kuardan meliputi frekuensi, dan karakteristik bising usus.
perkusi pembesaran hati dam limpa, kaji suara timpani normal untuk organ
solid/padat. palpasi adanya kekakuan abdomen, nyeri, masa dan hernia (Amelia, 2018).

2. Diagnosa keperawatan

Menurut Ida (2016) diagnosa keperawatan yang muncul pada masalah dispepsia
yaitu: (1)Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. (2)Kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. (3)Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan ketidakmampuan menelan makanan. (4)Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan umum.
3. Intervensi keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama x24 jam diharapkan tingkat nyeri
menurun
Kriteria Hasil :
1) Keluhan nyeri menurun
2) Meringis menurun
3) Sikap protektif menurun
4) Gelisah menurun
5) Kesulitan tidur menurun
6) Frekuensi nadi membaik
Tindakan
Observasi
1) Indetifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2) Indetifikasi skala nyeri
3) Indetifikasirespon nyeri non verbal
4) Indetifikasi identivikasi factor yang memperberat dan meper ringan nyeri
5) Indetifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
6) Indetifikasi pengaruh nyeri terhadapkualitas hidup
7) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan
8) Monitor efek samping penggunaan analgentik
Terapeutik
1) Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis TENS,
hipnosis, akkupressure, terapi musik, dll)
2) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri
3) Fasilitasi istirahat tidur
4) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1) Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
2) Jelaskan strategi meredakan nyeri
3) Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
5) Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian analgetik jika perlu

Daftar Pustaka

Ida, M. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan.
Jakarta: Pustaka Baru Press.

Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dyspepsia.

Amelia, K. (2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana Sheehy. Jakarta: ELSEVIER

PPNI, 2017, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1, Cetakan III, Jakarta: DPP PPNI.

PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II, Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Cetakan II, Jakarta: DPP PPNI.
ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
IDENTITAS PASIEN Tanggal : 10 Maret 2021
No.reg : 7364839
Nama : Tn.F.B Tgl lahir Usia: 38 Tahun Jenis Kelamin:
4/3/1983  pria  wanita
Alamat : Agama: Jenis pembayaran: Umum
Islam

Waktu kedatangan : 02.21 WIB Waktu Dead On Arrival (DOA):


diperiksa  Denyut nadi (-)
:02.23  Refleks cahaya (-/-)
WIB  EKG Asistole
Jam Penentuan Kematian:-

Jenis Kasus : Tanggal dan jam Kejadian: 10/3/2021 Kondisi Diantar oleh:
 Trauma Tempat Kejadian: - kedatangan:  Ambulance
Mekanisme Cedera:-  sadar  keluarga
 Non Trauma -  tidak sadar  datang sendiri
 rangsang verbal  polisi
 rangsang nyeri  lain2 :_________
Informasi diperoleh dari :  pasien  keluarga, nama : Tn.D  orang lain , nama : ________________

FALSE
TRIASE / NON
RESUSITASI EMERGENCY URGENT EMERGENC
KATEGORI URGENT
Y
JALAN NAPAS  Sumbatan  Stridor/disstres  Bebas  Bebas  Bebas
 Henti Napas  Napas >32x/menit  Napas 24-32  Napas  Napas
 Napas  Wheezing x/menit Normal 16- Normal 16-20
PERNAPASAN
<10x/menit  Wheezing 20 x//menit x//menit
 Sianosis
 Henti Jantung  Nadi tidak  Nadi 100-150  Nadi  Nadi
 Nadi tidak teraba/lemah x/menit Normal Normal
teraba/lemah  Bradikardia  TD Sistole  Perdarahan  Luka
 Pucat (<50x/mnt) >160 mmHg Ringan Ringan
 Akral Dingin  Takikardia  TD Diastole  Cedera
 GDA < 80 (>150x/mnt) >100 mmHg Kepala
mg/dl  Pucat  Perdarahan ringan
 GDA >200  Akral Dingin sedang  Muntah /
SIRKULASI mg/dl  CRT >2 setik  Muntah diare tanpa
 Kejang  TD Sistole <100  dehidrasi dehidrasi
mmHg  Kejang tapi  Nyeri
 TD Diastole <60 sadar ringan
mmHg  Nyeri Sedang
 Nyeri akut (>8)
 Perdarahan akut
 multiple Fraktur
 Suhu >39 C
DISABILITY  GCS <9  GCS 9-12  GCS >12  GCS 15  GCS 16
AREA P1 P2 P3
RESPON TIME 1 MENIT 10 MENIT 60 MENIT
Pengkajian Perawat, jam: 02.23 WIB Riwayat Penyakit Dahulu:
Keluhan utama (SAMPLE):  TB  Kanker  Infark
S: Klien mengeluh rasa penuh di perut, nyeri ulu hati, mual muntah dan Miokard
diare  PPOK  Hepatitis 
A: Tidak mempunyai alergi makanan dan obat-obatan Peny.Jantung
M: Klien tidak mengonsumsi obat-obatan  DM  Hipertensi  Stroke
P: Klien tidak memiliki riwayat penyakit  Kejang  Asma  Lain2:
L: Klien mengatakan mengonsumsi makanan yang asam dan pedas
Tidak ada
E: Klien mengatakan nyeri perut sejaka sore hari ditempat kerja, nyeri
Riwayat Pemakaian Alkohol:
dirasakan hilang timbul, tetapi jam 01.30 WIB klien sudah tidak
 YA  TIDAK Jml/hri: -
bisa menahan sakitnya Riwayat Merokok:
 YA  TIDAK Jml/hri: 5-6
batang/hari
Riwayat Alergi:
 YA  TIDAK Jenis Alergi:-
TD: 110/60 mmHg Nadi: 80 x/menit Suhu: 36,0 C TB:160 cm / BB: 56 Kg
GDA: 98 mg/dl SaO2: 98 % Skala Nyeri (0-10): 5 Status Gizi: Baik
Skala Nyeri Untuk Umur > 9 Tahun: Skala Nyeri Untuk Umur < 9 Tahun: NILAI SKALA
NYERI:
0 (Tidak
Nyeri)
 1-3
(Ringan)
 4-6
(Sedang)
 7-10 (Berat)

Diagram kode diagram


A : Abrasi
B: Bruise
Bu : Burn
E : eritema
L : laserasi
P : Ptekie
Pu : Pressure ulcer
R : Rash
S : Scar
ST: stoma
U : Ulcer
O : other (tato,
amputasi, perubahan
warna)
Ket: ____

Pemeriksaan fisik head to toe) (DCAPBTLS): (D=Deformitas, C=Contution, A=Abration, P=Penetration, B=Burns,
T=Tenderness, L=Laceration, S=Swelling)

A. Kepala:
Bentuk kepala normal chepalic, tidak terdapat lesi dan peradangan, kulit kepala bersih dan tidak bau, rambut rapi
dan berwarna putih kehitaman. Rambut terdistribusi merata diseluruh permukaan kulit kepala. Bentuk wajah oval
dan simetris kanan dan kiri.
B. Leher:
Posisi trakea di tengah, tidak terdapat benjolan pada tiroid, suara normal dan jelas, tidak terdapat pembesaran
kelenjar lymphe, tidak terdapat bendungan vena jugularis.
C. Bahu :
Tidak terdapat dislokasi/fraktir, tidak terdapat peradangan dan lesi.
D. Dada:
Eupnea, normal chest, simetris kanan dan kiri, pengembangan dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi, retraksi
interkosta dan tidak terdapat peradangan. Frekuensi 28x/menit dengan irama regular. Tidak terdapat nafas cuping
hidung.
E. Perut :
Klien mengatakan rasa penuh di perut, nyeri ulu hati dan rasa mual. Nyeri dirasakan klien timbul saat klien
mengonsumsi makanan yang asam dan pedas, nyeri dirasakan seperti tertikam, tidak menyebar berlangsung sekitar
5 menit hilang timbul. Nyeri dirasakan kapan saja saat klien beraktivitas dan istirahat, ekspresi wajah klien
meringis, klien tampak melindungi epigastrium. Tidak terdapat benjolan atau massa, peristaltik usus 14 kali/menit,
tidak terdapat tanda-tanda asites, tidak terdapat pembesaran hepar dan nyeri tekan. Suara abdomen timpani.
F. Genitalia:
Keluarga mengatakan tidak terdapat masalah.
G. Punggung:
Tidak terdapat dislokasi dan fraktur, tidak terdapat peradangan dan lesi.
H. Panggul:
Tidak terdapat dislokasi dan fraktur, tidak terdapat peradangan dan lesi.
I. Tangan:
Tidak terdapat dislokasi dan fraktur, tidak terdapat peradangan dan lesi. Kuku merah muda dan bersih.
J. Kaki:
Tidak terdapat dislokasi dan fraktur, tidak terdapat peradangan dan lesi.
Penilaian Resiko Jatuh
MORSE FALL SCALE (MFS)/ SKALA JATUH DARI MORSE
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.
1. Riwayat jatuh: apakah lansia pernah jatuh dalam 3 Tidak 0
bulan terakhir? 0 -
Ya 25
2. Diagnosa sekunder: apakah lansia memiliki lebih Tidak 0
dari satu penyakit? 0 -
Ya 15
3. Alat Bantu jalan:
- Bed rest/ dibantu perawat 0
- Kruk/ tongkat/ walker 15 0 -
- Berpegangan pada benda-benda di sekitar 30
(kursi, lemari, meja)
4. Terapi Intravena: apakah saat ini lansia terpasang Tidak 0
infus? 0 -
Ya 20
5. Gaya berjalan/ cara berpindah:
- Normal/ bed rest/ immobile (tidak dapat bergerak 0
sendiri) 0 -
- Lemah (tidak bertenaga) 10
- Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20
6. Status Mental
- Lansia menyadari kondisi dirinya 0 0 -
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat 15
Total Nilai 0 -

Keterangan:
Nilai MFS Tindakan
Tingkatan Risiko
Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 - 50 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi
Pemeriksaan diagnostic jam : 02.29 RENCANA PROSEDUR
 tidak ada  USG  orofaringeal airway  terapi nasogastrik
 darah lengkap  X Ray  nasofaringeal airway  kateter urin
 BUN  MRI  intubasi ETT  kateter vena sentral (CVP)
 enzim jantung  CT scan  terapi oksigen  perawatn Ob/Gyn
 glukosa  lain-lain  terapi nebulizer  perawatan orthopedic
 tes fungsi hati  urinalisis  CPR  terapi trombolitik
 gas darah arteri  tes kehamilan  IV fluid  perawatan luka
 alcohol dalam darah  oksmetri nadi  DC shock lain-lain :
 HIV serologi  EKG

RENCANA TERAPI MEDIKASI:


Infus RL 20 tpm
Injeksi ketorolac 2x30 mg
Injeksi ondansentron 2x4 mg
Injeksi omeprazole 1x40 mg

DIAGNOSIS MEDIS: Dyspepsia

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis


DS: Klien mengatakan nyeri dirasakan saat klien mengonsumsi makanan yang asam
dan pedas, nyeri dirasakan seperti tertikam, nyeri dirasakan pada ulu hati, skala nyeri
5 (sedang), nyeri dirasakan selama 5 menit hilang timbul.
DO:
- Tanda-tanda vital
DIAGNOSIS TD: 110/60 mmHg
KEPERAWATAN: N: 80x/menit
RR: 20x/menit
SB: 36,0OC
- SaO2 98%
- Ekspresi wajah klien nampak meringis
- Klien tampak melindungi epigastrium
PERENCANAAN DAN IMPLEMENTASI
JAM TINDAKAN
02.23 a. Mengukur tanda-tanda vital klien dengan hasil:
TD: 110/60 mmHg
N: 80x/menit
RR: 20x/menit
SB: 36,0OC
02.23
02.27
b. Memonitor saturasi oksigen dengan hasil 98%
02.35 c. Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
02.40 d. Cek GDA dengan hasil 98 mg/dL
02.45
03.00 e. Kolaborasi memberikan cairan intravena NS 20 tetes per menit
f. Kolaborasi pemberian terapi
Injeksi ketorolac 2x30 mg
Injeksi ondansentron 2x4 mg
Injeksi omeprazole 1x40 mg
S: Klien mengatakan nyeri berkurang
O:
- KU cukup baik
- Tanda-tanda vital
TD: 120/90 mmHg
N: 98x/menit
RR: 20x/menit
EVALUASI SB: 36,2OC
- SpO2 98%
- GCS: E 4 V 5 M 6
- Nampak nyeri berkurang
- Klien nampak tenang
A: Masalah nyeri akut teratasi
P: Klien direncanakan pulang
PERAWATAN  Rawat  Rawat Inap Pulang Paksa  dirujuk  Meninggal
LANJUTAN Jalan
Bila Rawat Jalan/pulang paksa, Tanggal: - Jam:- Vital Sign Sebelum
transfer/rujuk/pulang:
Bila Rawat Inap, Transfer ke Ruang:- TD: 120/90 mmHg

Bila Meninggal, Tanggal: Jam: Nadi: 99x/menit


Penyebab:
RR: 20x/menit

Suhu: 36,2OC
Bila dirujuk/alih rawat, Tanggal: Jam:
SpO2: 99%

GCS: E 4 V 5 M 6

Malang, 10 Maret 2021

Ttd Perawat

(……………………………)

Anda mungkin juga menyukai