Anda di halaman 1dari 23

1

BAB I
LAPORAN KASUS

1.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Iwan
Jenis kelamin : Laki-laki
Usia : 35 Tahun
Suku : Sunda
Agama : Islam
Alamat : Kawali, Kab. Ciamis
Status : Menikah
Pekerjaan : Pedagang
Tgl masuk : 16 Februari 2014
1.2 ANAMNESIS
Secara autoanamnesa oleh istrinya
Keluhan utama :
Penurunan kesadaran sejak 3 hari SMRS.
Riwayat penyakit sekarang :
Seorang pasien datang dibawa oleh keluarganya ke UGD RSUD Banjar dengan
penurunan kesadaran sejak 3 hari yang lalu SMRS. Penurunan kesadaran terjadi tiba-tiba,
terjadi pertama kali pada hari sabtu pagi sewaktu pasien bangun tidur, pasien terlihat
lemas dan ingin tidur terus-menerus, pasien di panggil oleh keluarganya tidak ada
berespon untuk menjawab, tetapi pada malam minggu pasien mulai ada respon jika
dipanggil, makan atau minum pasien masih bisa jika di suapi oleh istri pasien. Minggu
pagi pasien terlihat masih sama dengan sebelumnya, tetapi ia ketika ditanya nama anak
dan keluarga pasien masih ingat. Senin pagi pasien menggigil dan tiba-tiba kesadarannya
mulai turun kembali. Pasien juga disertai dengan demam sejak 3 hari, demam terjadi
pada malam hari dan menghilang jika pada pagi hari. Riwayat Kejang (-).
Sejak 1 bulan yang lalu pasien mengeluhkan sakit pada kepalanya, sakit dirasakan
hilang timbul, sakit kepala terasa pada bagian tengkuk/kepala bagian belakang. Sakit
kepala terasa tertusuk-tusuk dan berat pada leher, pasien juga mengeluhkan adanya batuk-
batuk sejak > 3 minggu, batuk berdahak. Dahak berwarna keputihan, pada akhir bulan
2

januari pasien pernah batuk berdarah, darah berwarna merah segar, disertai sesak
disangkal oleh keluarga. Batuk-batuk juga disertai dengan napsu makan yang munurun
dan berat badan yang menurun juga.
Riwayat penyakit dahulu :
Pasien belum pernah mengeluhkan hal yang sama sebelumnya, riwayat demam tifoid
(+), riwayat tuberkulosis (-), darah tinggi (-), kencing manis (-).
Riwayat penyakit keluarga :
Dikeluarga pasien tidak ada yang pernah mengeluhkan seperti ini, riwayat
tuberkulosis, darah tinggi, kencing manis disangkal.
Riwayat pengobatan :
Pasien belum pernah berobat sebelumnya.
Riwayat alergi:
Alergi obat-obatan, makanan, debu disangkal.
Riwayat psikososial :
Sehari-hari pasien merokok 1 bungkus rokok kretek/hari, alkohol disangkal.
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Tampak sakit berat
Kesadaran : Sopor, GCS = 6 ( E=2 V=1 M=3)
Tanda vital :
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Nadi : 88 x/m
Frekuensi Nafas : 28 x/m
Temperatur : 37,6c
Status generalis
Kepala : normocephal, rambut berwarna hitam, tidak mudah dicabut
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, pupil bulat, isokor, 4 mm
Hidung : normotia, deviasi septum (-), sekret -/-, rhinore -/-
Telinga : normotia, otore -/-, serumen -/-
3

Mulut : caries (+), lidah kotor (+), tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thorak:
Paru
Inspeksi : bentuk dada normochest. Pergerakan dinding dada simetris, skar (-)
Palpasi : vokal fremitus paru kanan dan kiri simetris
Perkusi : sonor dikedua lapang paru
Auskultasi : vesikuler +/+, rhonki +/+, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS 5, pada garis midclavikularis sinistra
Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternalis dextra
Batas jantung kiri atas pada ICS IV linea parasternalis sinistra
Batas kiri bawah pada ICS VI linea axilla anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung reguler normal, murmur(-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi : perut tampak datar
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani pada keempat kuadran
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas atas : akar hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik
Ekstremitas bawah : akral hangat +/+, edema -/-, RCT < 2 detik

1.4 Status Neurologis
Keadaaan umum : tampak sakit berat
Kesadaran : sopor
Rangsang meniengal
Kaku Kuduk : (+)
Tanda Kerniq : (+)
Tanda Laseque : (-)
Tanda brudzinski I : (-)
Tanda brudzinski II : (-)
4

Peningkatan tekanan intrakranial
Muntah : (-)
Sakit kepala : (+)
Kejang : (-)
Pemeriksaan Nervus Cranialis
N. Olfactorius (I) Meatus Nasi Dextra Meatus Nasi Sinistra
Normosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Anosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Parosmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Hiposmia : Sulit dinilai Sulit dinilai
N. Opticus (II) Okuli Dextra (OD) Okuli Sinstra (OS)
Visus : Sulit dinilai Sulit dinilai
Lapangan Pandang
Normal : Sulit dinilai Sulit dinilai
Menyempit : Sulit dinilai Sulit dinilai
Hemianopsia : Sulit dinilai Sulit dinilai
Fundus Okuli
Warna : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
Batas : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
Ekskavasio : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
Arteri : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
Vena : Tdk dilakukan pemeriksaan Tdk dilakukan pemeriksaan
N. Ocullomotorius, trochlearis, abdusens (III,IV,VI)
Okuli Dextra (OD) Okuli Sinistra (OS)
Gerakan bola mata : Sulit dinilai Sulit dinilai
Nistagmus : Sulit dinilai Sulit dinilai
Pupil
Lebar : 3 mm 3 mm
Bentuk : Bulat Bulat
5

Reflex cahaya langsung : (+) (+)
Reflex cahaya tdk lsg : (+) (+)
Dolls eye : (+) (+)
N. Trigeminus (V) Kanan Kiri
Motorik
Membuka dan menutup mulut : Sulit dinilai Sulit dinilai
Palpasi otot masseter dan temporalis : Sulit dinilai Sulit dinilai
Kekuatan gigitan : Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensorik
Kulit : Sulit dinilai Sulit dinilai
Selaput lendir : Mukosa basah Mukosa Basah
Reflex Kornea
Langsung : (+) (+)
Tidak langsung : (+) (+)
N. Fasialis (VII) Kanan Kiri
Motorik
Mimik : Sulit dinilai Sulit dinilai
Kerut kening : Sulit dinilai Sulit dinilai
Menutup mata : Sulit dinilai Sulit dinilai
Meniup sekuatnya : Sulit dinilai Sulit dinilai
Memperlihatkan gigi : Sulit dinilai Sulit dinilai
Tertawa : Sulit dinilai Sulit dinilai
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan lidah : Sulit dinilai
Produksi kelenjar ludah : (+)

6

N.Vestibulocochlearis (VIII)
Auditorius Kanan Kiri
Pendengaran : Sulit dinilai Sulit dinilai
Test Rinne : Sulit dinilai Sulit dinilai
Test Weber : Sulit dinilai Sulit dinilai
Vestibularis
Nistagmus : Sulit dinilai Sulit dinilai
Vertigo : Sulit dinilai Sulit dinilai
Tinnitus : Sulit dinilai Sulit dinilai
N. Glossopharingeus, vagus (IX,X)
Pallatum Mole : Sulit dinilai
Uvula : Sulit dinilai
Disfagia : Sulit dinilai
Disartria : Sulit dinilai
Disfonia : Sulit dinilai
Reflex muntah : Sulit dinilai
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Sulit dinilai
N. Asesorius (XI) Kanan Kiri
Mengangkat bahu : Sulit dinilai Sulit dinilai
Fungsi otot Sternocleidomastoideus : Sulit dinilai Sulit dinilai
N. Hypoglossus (XII)
Lidah
Tremor : (-)
Atropi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : Sulit dinilai
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : Sulit dinilai
7

SISTEM MOTORIK
Tropi : Eutrofi
Tonus Otot : Normotonus
Kekuatan otot : Sulit dinilai
Sikap : Berbaring

TEST SENSIBILITAS
Eksteroseptif : Sulit dinilai
Propioseptif : Sulit dinilai
REFLEKS
Refleks Fisiologis Kanan Kiri
Biceps : (+) (+)
Triceps : (+) (+)
Radioperiost : (+) (+)
APR : (+) (+)
KPR : (+) (+)
Reflex Patologis
Babinski : (-) (-)
Oppenheim : (-) (-)
Chaddock : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Schaefer : (-) (-)
Hoffman-Tromner : (-) (-)
Klonus lutut : (-) (-)
Klonus kaki : (-) (-)
Refleks Primitif : (-)


8

KOORDINASI
Lenggang : sulit dinilai
Bicara : sulit dinilai
Menulis : sulit dinilai
Percobaan apraksia : sulit dinilai
Mimic : sulit dinilai
Tes Telunjuk-telunjuk : sulit dinilai
Tes Telunjuk-Hidung : sulit dinilai
Tes Tumit-lutut : sulit dinilai
Tes Romberg : sulit dinilai
VEGETATIF
Vasomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Sudomotorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
Pilo-Erektor : Tidak dilakukan pemeriksaan
Miksi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Defekasi : Tidak dilakukan pemeriksaan
Potens dan Libido : Tidak dilakukan pemeriksaan

TANDA PERANGSANGAN RADIKULER
Laseque : sulit dinilai
Cross Laseque : sulit dinilai
FUNGSI LUHUR
Kesadaran Kualitatif : Sulit Dinilai
Ingatan Baru : Sulit Dinilai
Ingatan Lama : Sulit Dinilai
Orientasi
Diri : Sulit Dinilai
Tempat : Sulit Dinilai
Waktu : Sulit Dinilai

9

1.5 KESIMPULAN PEMERIKSAAN
Seorang laki-laki usia 35 tahun datang ke RSUD Banjar dengan keluhan penurunan
kesadaran yang dialami secara perlahan-lahan lebih kurang dalam 3 hari ini, disertai dengan
rasa lemas. Demam tinggi dujumpai lebih kurang 3 hari ini. Riwayat nyeri kepala dan muntah
(+) sejak 1 bulan yang lalu. Sejak > 3 minggu pasien juga terdapat batuk-batuk, berdahak,
pernah batuk berdahak disertai dengan darah.
Pemeriksaan fisik Status Neurologis
Keadaan umum: tampak sakit berat kesadaran : sopor
TD : 140/80 mmHg Pe TIK : (+)
N : 88x/m Rangsang meningeal :Kaku Kuduk(+)
RR : 28x/m Kerniq (+)
S : 37,6C
N.Cranialis
N.I : Sulit Dinilai
N.II.III : Reflek Cahaya +/+, Pupil Isokor, diameter 4mm
N.III.IV.VI : Sulit dinilai
N.V : Refleks kornea (+)
N.VII : sulit dinilai
N.VIII : sulit dinilai
N.IX.X : Gag reflex (+)
N.XI : Sulit dinilai
N.XII : sulit dinilai


10

Refleks Fisiologis Ka Ki Refleks Patologis Ka Ki
Biseps/Triseps +/+ +/+ Hofman/Tromner -/- -/-
KPR/APR +/+ +/+ Babinski -/- -/-
Kekuatan Motorik : Sulit dinilai
I.VI DIAGNOSA
Diagnosa Fungsional : Sopor
Diagnosa Etiologik : Infeksi
Diagnosa Anatomi : Meningens
Diagnosa Kerja : DD/ - Meningitis Tuberculosa
- Meningitis Purulenta

1.6 PENATALAKSANAAN :
- rencana diagnostik :
Pemeriksaan darah rutin ( H2TL) - lumbal pungsi
LED - tes mantoux
Fungsi hati
Fungsi ginjal
Elektrolit
Profil lipid
Asam urat
Foto thoraks
CT- Scan kepala
- Terapi nonformakologi:
Diit tinggi KH, Protein, rendah lemak
- Terapi farmakologi:
O2 2-3L/m
IVFD Assering/8 jam
11

Citicholin 2x250mg
Ranitidin 2x1
Ceftriaxone 1x2gr
Dexamentasone 3x1amp
NGT-kateter
R/ konsul dokter spesialis paru
1.7 HASIL PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hemoglobin 15 g/dL 11,7-15,5
Leukosit 16,9 /L 3,6-11,0
Hematokrit 40.7 % 35-47
Trombosit 327 ribu/L 130-440
Eritrosit 6.27 10
6
/L 4.76-6.95
LED 22 mm/jam <10
Kolesterol LDL 128 mg/dl <130
Kolesterol HDL 37 mg/dl 30-70
Kolesterol total 185 mg/dl < 200
Trigliserida 98 mg/dl 60-165
Asam urat 1.8 mg/dl 3.5-7.2
SGOT 30 U/L 10-31
SGPT 41 U/L 9-36
Ureum darah 18.2 mg/dL 10-50
Kreatinin darah 0.82 mg/dL <1,4
12

Natrium 118.5 mEq/L 135-147
Kalium 3.84 mEq/L 3,5-5,0
Klorida 84.8 mEq/L 94-111
Widal
S. typhi H 1/320
S. paratyphi AH 1/40
S. paratyphi AO -
S. typhi O -



Foto thoraks PA
Skeletal dan jaringan lunak thoracal
dalam batas normal
Trachea di tengah
Sinus dan diagphragma normal
Pulmo : corakan bronkovaskular
bertambah dan infiltrat halus di ke dua
paru.
Kesan :
Susp. KP aktif
13












Hasil konsul dr. Dilla, Sp.P
D/ - TB paru dengan hemoptisis
- Meningitis TB
Th/ - OAT RHZE Rimstar 1x3 tab
- Dexametasone 3x1amp
- Ceftriaxone 1x2gr
Tanggal
/jam
S O A P
17/2/14
Pukul.
08.00 wib
Pasien tidak sadar KU: sakit berat
Kesadaraan : sopor
TD : 138/78 mmHg
N : 80x/m
S : 37,3c
RR: 26x/m
Kaku kuduk (+)
Kerniq (+)
- Meningitis
TB
- Hiponatremia
O2 2-3L/ menit
IVFD Assering/8
jam
Citicholin
2x250mg
Ranitidin 2x1
Ceftriaxone
1x2gr
Dexamentasone
ST- Scan kepala tanpa kontras
Sela tursika, Junkta sela dan Cva normal
Sulci cortikalis dan fissure sylvii masih
normal
Tidak Nampak mid line shift
Tidak tampak perubahan densitas daerah
cerebrum, cerebellum dan batang otak
Tulang calvaria normal
Ventrikel lateral kiri-kanan, ventrikel 3
dan 4 melebar
Kesan : hydrosefalus, ec?

14

Ronki +/+ 3x1amp
18/2/14
Pukul.
08.00 wib
Pasien belum sadar KU: sakit berat
Kesadaraan : sopor
TD : 120/60 mmHg
N : 80x/m
S : 36,3c
RR: 28x/m
Kaku kuduk (+)
Kerniq (+)
Ronki +/+
- Meningitis
TB
- Hiponatremia
O2 2-3L/menit
IVFD
Assering/8 jam
Citicholin
2x250mg
Ranitidin 2x1
Ceftriaxone
1x2gr
Dexamentasone
3x1amp
OAT RHZE
Rimstar 1x3 tab
19/2/14
Pukul.
08.00 wib
Pasien belum sadar





Pasien meninggal
pada pukul 23.00
WIB
KU: sakit berat
Kesadaraan : sopor
TD : 144/76 mmHg
N : 100x/m
S : 37,8c
RR: 28x/m
Kaku kuduk (+)
Kerniq (+)
Ronki +/+
- Meningitis
TB
- Hiponatremia

O2 2-3L/m
IVFD
Assering/8 jam
Citicholin
2x250mg
Ranitidin 2x1
Ceftriaxone
1x2gr
Dexamentasone
3x1amp
OAT RHZE
Rimstar 1x3 tab




15


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Meningitis merupakan salah satu infeksi pada susunan saraf pusat yang mengenai
selaput otak dan selaput medulla spinalis yang juga disebut sebagai meningens. Meningitis
dapat disebabkan oleh berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur dan
parasit. Meningitis Tuberkulosis tergolong ke dalam meningitis yang disebabkan oleh bakteri
yaitu Mycobacterium Tuberkulosa. Bakteri tersebut menyebar ke otak dari bagian tubuh yang
lain.
1
2.2 Epidemiologi
Meningitis TB merupakan salah satu komplikasi TB primer. Morbiditas dan
mortalitas penyakit ini tinggi dan prognosisnya buruk. Komplikasi meningitis TB terjadi
setiap 300 TB primer yang tidak diobati. CDC melaporkan pada tahun 1990 morbiditas
meningitis TB 6,2% dari TB ekstrapulmonal. Insiden meningitis TB sebanding dengan TB
primer, umumnya bergantung pada status sosio-ekonomi, higiene masyarakat, umur, status
gizi dan faktor genetik yang menentukan respon imun seseorang. Faktor predisposisi
berkembangnya infeksi TB adalah malnutrisi, penggunaan kortikosteroid, keganasan, cedera
kepala, infeksi HIV dan diabetes melitus. Penyakit ini dapat menyerang semua umur, anak-
anak lebih sering dibanding dengan dewasa terutama pada 5 tahun pertama kehidupan. Jarang
ditemukan pada usia dibawah 6 bulan dan hampir tidak pernah ditemukan pada usia dibawah
3 bulan.
5
2.3 Anatomi Fisiologi
3

Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi struktur syaraf yang
halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis cairan yaitu cairan
serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum tulang
belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan menyediakan darah untuk
struktur-struktur ini.
16

Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura meter.
Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari jaringan
ikat tebal dan kuat.



3.4 Etiologi
8
Kebanyakan kasus meningitis disebabkan oleh mikroorganisme, seperti virus, bakteri,
jamur, atau parasit yang menyebar dalam darah ke cairan otak.

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas :
1. Bakteri:
Pneumococcus
17

Meningococcus
Haemophilus influenza
Staphylococcus
Escherichia coli
Salmonella
Mycobacterium tuberculosis
2. Virus :
Enterovirus
3. Jamur :
Cryptococcus neoformans
Coccidioides immitris
Pada laporan kasus meningitis tuberkulosa ini, mycobacterium tuberculosis merupakan faktor
penyebab paling utama dalam terjadinya penyakit meningitis.
3.5 Patogenesis
Meningitis TB terjadi akibat penyebaran infeksi secara hematogen ke meningen.
Dalam perjalanannya meningitis TB melalui 2 tahap. Mula-mula terbentuk lesi di otak atau
meningen akibat penyebaran basil secara hematogen selama infeksi primer. Penyebaran
secara hematogen dapat juga terjadi pada TB kronik, tetapi keadaan ini jarang ditemukan.
Selanjutnya meningitis terjadi akibat terlepasnya basil dan antigen TB dari fokus kaseosa
(lesi permulaan di otak) akibat trauma atau proses imunologik, langsung masuk ke ruang
subarakhnoid. Meningitis TB biasanya terjadi 36 bulan setelah infeksi primer.
5

Kebanyakan bakteri masuk ke cairan serebro spinal dalam bentuk kolonisasi dari
nasofaring atau secara hematogen menyebar ke pleksus koroid, parenkim otak, atau selaput
meningen. Vena-vena yang mengalami penyumbatan dapat menyebabkan aliran retrograde
transmisi dari infeksi. Kerusakan lapisan dura dapat disebabkan oleh fraktur , paska bedah
saraf, injeksi steroid secara epidural, tindakan anestesi, adanya benda asing seperti implan
koklear, VP shunt, dll. Sering juga kolonisasi organisme pada kulit dapat menyebabkan
meningitis. Walaupun meningitis dikatakan sebagai peradangan selaput meningen, kerusakan
meningen dapat berasal dari infeksi yang dapat berakibat edema otak, penyumbatan vena dan
memblok aliran cairan serebrospinal yang dapat berakhir dengan hidrosefalus, peningkatan
intrakranial, dan herniasi
6

18


Skema patofisiologi meningitis tuberkulosa
BTA masuk tubuh

Tersering melalui inhalasi
Jarang pada kulit, saluran cerna

Multiplikasi

Infeksi paru / focus infeksi lain

Penyebaran hematogen

Meningens

Membentuk tuberkel

BTA tidak aktif / dormain

Bila daya tahan tubuh menurun

Rupture tuberkel meningen

Pelepasan BTA ke ruang subarachnoid

MENINGITIS
3.6 Manifestasi Klinis
Gejala klinis meningitis TB berbeda untuk masing-masing penderita. Faktor-faktor
yang bertanggung jawab terhadap gejala klinis erat kaitannya dengan perubahan patologi
yang ditemukan. Tanda dan gejala klinis meningitis TB muncul perlahan-lahan dalam waktu
beberapa minggu.
5

19

Keluhan pertama biasanya nyeri kepala. Rasa ini dapat menjalar ke tengkuk dan
punggung. Tengkuk menjadi kaku. Kaku kuduk disebabkan oleh mengejangnya otot-otot
ekstensor tengkuk. Bila hebat, terjadi opistotonus, yaitu tengkuk kaku dalam sikap kepala
tertengadah dan punggung dalam sikap hiperekstensi. Kesadaran menurun, tanda Kernigs
dan Brudzinsky positif.
8

Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia si penderita serta virus apa
yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang tinggi, sakit kepala,
pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita merasa sangat lelah, leher terasa
pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta penglihatan menjadi kurang jelas.
8
Gejala meningitis meliputi :
8
Gejala infeksi akut
Panas
Nafsu makan tidak ada
Lesu
Gejala kenaikan tekanan intracranial
Kesadaran menurun
Kejang-kejang
Gejala rangsangan meningeal
kaku kuduk
Kernig
Brudzinky I dan II positif

20

Gejala klinis meningitis tuberkulosa dapat dibagi dalam 3 stadium :
2
Stadium I : Stadium awal
Gejala prodromal non spesifik : apatis, iritabilitas, nyeri kepala, malaise, demam,
anoreksia
Stadium II : Intermediate
Gejala menjadi lebih jelas
Mengantuk, kejang,
Defisit neurologik fokal : hemiparesis, paresis saraf kranial(terutama N.III dan N.VII,
gerakan involunter
Hidrosefalus, papil edema
Stadium III : Advanced
Penurunan kesadaran
Disfungsi batang otak, dekortikasi, deserebrasi

3.7 Diagnosis
Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :
8
1. Anamnese : ditegakkan berdasarkan gejala klinis, riwayat kontak dengan penderita TB
2. Lumbal pungsi
Gambaran LCS pada meningitis TB :
Warna jernih / xantokrom
Jumlah Sel meningkat MN > PMN
Limfositer
Protein meningkat
Glukosa menurun <50 % kadar glukosa darah
Pemeriksaan tambahan lainnya :
Tes Tuberkulin
Ziehl-Neelsen ( ZN )
PCR ( Polymerase Chain Reaction )



21

2. Rontgen thorax
TB apex paru
TB milier
3. CT scan otak
Penyengatan kontras ( enhancement ) di sisterna basalis
Tuberkuloma : massa nodular, massa ring-enhanced
Komplikasi : hidrosefalus
4. MRI
Diagnosis dapat ditegakkan secara cepat dengan PCR, ELISA dan aglutinasi Latex.
Baku emas diagnosis meningitis TB adalah menemukan M. tb dalam kultur CSS. Namun
pemeriksaan kultur CSS ini membutuhkan waktu yang lama dan memberikan hasil positif
hanya pada kira-kira setengah dari penderita

3.8 Penatalaksanaan
8

Terapi Farmakologis yang dapat diberikan pada meningitis TB berupa :
Rifampicin ( R )
Efek samping : Hepatotoksik
INH ( H )
Efek samping : Hepatotoksik, defisiensi vitamin B6
Pyrazinamid ( Z )
Efek samping : Hepatotoksik
Streptomycin ( S )
Efek samping : Gangguan pendengaran dan vestibuler
Ethambutol ( E )
Efek samping : Neuritis optika
Regimen : RHZE / RHZS
Nama Obat DOSIS
INH Dewasa : 10-15 mg/kgBB/hari
+ piridoksin 50 mg/hari
Anak : 20 mg/kgBB/hari
Streptomisin 20 mg/kgBB/hari i.m selama 3 bulan
22

Etambutol 25 mg/kgBB/hari p.o selama 2 bulam pertama
Dilanjutkan 15 mg/kgBB/hari
Rifampisin Dewasa : 600 mg/hari Anak 10-20
mh/kgBB/hari
3.9 Prognosis
Prognosis meningitis tuberkulosa lebih baik sekiranya didiagnosa dan diterapi seawal
mungkin. Sekitar 15% penderita meningitis nonmeningococcal akan dijumpai gejala sisanya.
Secara umumnya, penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung :
6

o umur penderita.
o Jenis kuman penyebab
o Berat ringan infeksi
o Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
o Kepekaan kuman terhadap antibiotic yang diberikan
o Adanya dan penanganan penyakit.
3.10 Kesimpulan
Untuk meningitis tuberkulosa sendiri masih banyak ditemukan di Indonesia karena
morbiditas tuberkulosis masih tinggi. Meningitis tuberkulosis terjadi sebagai akibat
komplikasi penyebaran tuberkulosis primer, biasanya di paru. Terjadinya meningitis
tuberkulosa bukanlah karena terinfeksinya selaput otak langsung oleh penyebaran hematogen,
melainkan biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel pada permukaan otak, sumsung
tulang belakang atau vertebra yang kemudian pecah kedalam rongga arakhnoid.
Meningitis tuberculosa adalah penyulit dari tuberkulosa yang mempunyai morbiditas
dan mortalitas yang tinggi, bila tidak diobati. Oleh karena itu penyakit ini memerlukan
diagnosa dini dan pemberian pengobatan yang cepat, tepat dan rasional.
8

23

DAFTAR PUSTAKA
1. Backgroud to desease. Last updated 2006. Available from
http://www.ocbmedia.com/meningitis/background.php
2. Neurology and Neurosurgery Illustrated
3. Israr YA. Meningitis. Last Updated 2008. Available from
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.pdf
4. Ramachandran TS. Tuberculous Meningitis. Last Updated 4 December 2008. Available
from http://emedicine.medscape.com/article/1166190-overview ----
5. Nofareni. Status imunisasi bcg dan faktor lain yang mempengaruhi terjadinya meningitis
tuberkulosa. Available from http://library.usu.ac.id/download/fk/anak-nofareni.pdf
6. Koppel BS. Bacterial, Fungal,& Parasitic infections of the Nervous System in Current
Diagnosis and Treatment Neurology. USA; The McGraw-Hill Companies. 2007. p403-
08, p421-23.
7. Meningitis.Availablefromhttp://forbetterhealth.files.wordpress.com/2009/01/meningitis.p
df
8. Pradhana D. Referat Meningitis. Last Updated 2009. Available from
http://www.docstoc.com/docs/19409600/new-meningitis-edit
9. Miller RD. lumbal puncture,5th ed. Churchill Livingstone. Philadelphia. 2000
10. Mulroy MF. Lumbal puncture, An Illustrated Procedural Guide. 2nd ed. Little, Brownand
Company. B oston 1996

Anda mungkin juga menyukai