DYSPEPSIA
OLEH :
A.Usman Alfadil
14420211007
CI LAHAN CI INSTITUSI
(________________) ( ________________)
A. Tinjauan Medis
1. Definisi
Dispepsia merupakan istilah yang digunakan untuk suatu sindrom
(kumpulan gejala atau keluhan) yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak
nyaman di ulu hati (daerah lambung), kembung, mual, muntah, sendawa,
rasa cepat kenyang, dan perut terasa penuh. Keluhan ini tidak selalu ada
pada setiap penderita. Bahkan pada seorang penderita, keluhan tersebut
dapat berganti atau bervariasi, baik dari segi jenis keluhan maupun kualitas
keluhan. Jadi, dispepsia bukanlah suatu penyakit, melainkan merupakan
kumpulan gejala ataupun keluhan yang harus dicari penyebabnya (Sofro &
Anurogo, 2013)
Dispepsia adalah suatu istilah yang merujuk pada gejala abnormal di
perut bagian atas. Istilah ini biasa pula digunakan untuk menerangkan
bebagai keluhan yang dirasakan di abdomen bagian atas. Diantaranya adalah
rasa nyeri ataupun rasa terbakar di daerah epigastrum (ulu hati), perasaan
penuh atau rasa bengkak di perut bagian atas, sering sendawa, mual, ataupun
rasa cepat kenyang. Dispepsia sering juga dipakai sebagai sinonim dari
gangguan pencernaan (Herman, 2004)
2. Etiologi
Dalam (Vernando, 2017) Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai
penyakit baik yang bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat
organik antara lain karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar
saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan
penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan
faktor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu
Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah :
a. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran pencernaan
bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).
b. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
c. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat lambung
terasa penuh atau bersendawa terus.
d. Mengkonsumsi makanan/minuman yang bisa memicu timbulnya dispepsia,
seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), kopi. Minuman jenis ini
dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
e. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs(NSAID)
misalnya aspirin, Ibuprofen dan Naproven
f. Pola makan
Di pagi hari kebutuhan kalori seseorang cukup banyak sehingga bila tidak
sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam. Tuntutan
pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak tempuh rumah dan kantor
yang jauh dan persaingan yang tinggi sering menjadi alasan para
profesional untuk menunda makan (Rani, 2011).Faktor diet dan sekresi
cairan asam lambung merupakan penyebab timbulnya dispepsia. Beberapa
hal yang dianggap menyebabkan dispepsia fungsional antara lain :
1) Sekresi Asam Lambung
Kasus dengan dispepsia fungsional, umumnya mempunyai tingkat
sekresi asam lambung baik sekresi basal maupun dengan stimulasi
pentagastrin dapat dijumpai kadarnya meninggi, normal atau
hiposekresi.
2) Dismotilitas Gastrointestinal
Dismotilitas Gastrointestinal yaitu perlambatan dari masa pengosongan
lambung dan gangguan motilitas lain. Pada berbagai studi dilaporkan
dispepsia fungsional terjadi perlambatan pengosongan lambung dan
hipomotilitas antrum hingga 50% kasus.
3) Diet dan Faktor Lingkungan
Intoleransi makanan dilaporkan lebih sering terjadi pada kasus dispepsia
fungsional. Dengan melihat, mencium bau atau membayangkan sesuatu
makanan saja sudah terbentuk asam lambung yang banyak mengandung
HCL dan pepsin. Hal ini terjadi karena faktor nervus vagus, dimana ada
hubungannya dengan faal saluran cerna pada proses pencernaan. Nervus
vagus tidak hanya merangsang sel parietal secara langsung tetapi efek
dari antral gastrin dan rangsangan lain sel parietal.
4) Psikologik
Stress akut dapat mempengaruhi fungsi gastrointestinal dan
mencetuskan keluhan pada orang sehat. Dilaporkan adanya penurunan
kontraktilitas lambung yang mendahului keluhan mual setelah stimulus
stress sentral.
3. Patofisologi
Dispepsia fungsional disebabkan oleh beberapa faktor utama, antara lain
gangguan motilitas gastroduodenal, asam lambung, hipersensitivitas viseral,dan
faktor psikologis. Faktor-faktor lainnya yang dapat berperan adalah genetik,
gaya hidup, lingkungan, diet dan riwayat infeksi gastrointestinal sebelumnya.
a. Gangguan motilitas gastroduodenal
Gangguan motilitas gastroduodenal terdiri dari penurunan kapasitas
lambung dalam menerima makanan (impaired gastric accommodation),
inkoordinasi antroduodenal, dan perlambatan pengosongan lambung.
Gangguan motilitas gastroduodenal merupakan salah satu mekanisme
utama dalam patofisiologi dispepsia fungsional, berkaitan dengan perasaan
begah setelah makan, yang dapat berupa distensi abdomen, kembung,
danrasa penuh.
b. Helicobacter pylori
Peran infeksi Helicobacter pylori pada dispepsia fungsional belum
sepenuhnya dimengerti dan diterima. Kekerapan infeksi H. Pylori terdapat
sekitar 50% pada dispepsia fungsionaldan tidak berbeda pada kelompok
orang sehat. Mulai terdapat kecenderungan untuk melakukan eradikasi H.
Pylori pada dispepsia fungsional dengan H. Pylori positif yang gagal
dengan pengobatan konservatif baku
c. Faktor psikososial
Gangguan psikososial merupakan salah satu faktor pencetus yang berperan
dalam dispepsia fungsional. Derajat beratnya gangguan psikososial sejalan
dengan tingkat keparahan dispepsia. Berbagai penelitian menunjukkan
bahwa depresi dan ansietas berperan pada terjadinya dispepsia fungsional.
d. Asam lambung
Asam lambung dapat berperan dalam timbulnya keluhan dispepsia
fungsional. Hal ini didasari pada efektivitas terapi anti-sekretorik asam dari
beberapa penelitian pasien dispepsia fungsional. Data penelitian mengenai
sekresi asam lambung masih kurang, dan laporan di Asia masih
kontroversial.
e. Pathway
Perubahan pola makan
Peningkatan produksi
HCL
Dispepsia
i. Pemeriksaan Fisik
Head to toe
a) Kepala dan rambut
Bentuk kepala simetris, dapat digerakkan, kulit kepala bersih dan
tidak rontok, tidak ada uban dan rambut lurus.
b) Mata
Visus/ ketajaman penglihatan tidak terkaji, sklera tidak ikterik.
Konjungtiva tidak anemis,posisi bola mata simetris dan penglihatan
normal, tidak menggunakan alat bantu.
c) Hidung
Bentuk dan posisi simetris, tidak terdapat kotoran/ sekret. Fungsi
penciuman normal. Tidak terdapat peradangan pada mukosa dan
tidak ada polip.
d) Telinga
Bentuk dan posisi simetris, fungsi pendengaran baik (jika dipanggil
klien langsung memberi respon), tidak ada cairan yang keluar dari
telinga, tidak ada peradangan dan klien tidak menggunakan alat
bantu pendengaran.
e) Mulut dan gigi
Inspeksi : Mukosa bibir kering dan terlihat berwarna pucat, tidak
ada peradangan pada mulut, klien tidak memakai gigi palsu, ada
terdapat caries, kebersihan cukup. Fungsi pengecapan normal (klien
bisa membedakan rasa manis dan pahit).
Palpasi : Terdapat atau tidaknya nyeri tekan.
f) Leher
Simetris kiri dan kanan. Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar
getah bening dan tiroid, pergerakan leher dapat bergerak ke kiri dan
kanan, atas dan bawah. Tidak terdapat massa.
g) Thorax (fungsi pernafasan)
Inspeksi : Pergerakan dada normal, tidak menggunakan alat
bantu dalam bernapas.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Bunyi normal (sonor).
Auskultasi : Tidak terdengar bunyi nafas tambahan.
h) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris dan tidak ada lesi
Auskultasi : Bising usus 5 kali/menit
Palpasi : Tidak benjolan, ada nyeri tekan
Perkusi : Tympani
i) Genitalia
Apakah ada kelainan dan gangguan pada genitalia.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan Dispepsia :
a. Nyeri akut
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Resiko kekurangan volume cairan
d. Ansietas.
3. Intervensi
RENCANA
Diagnosa Tujuan/Kriteria Intervensi Rasional
Hasil
Nyeri NOC : NIC : 1. Dengan mengidentifikasi
Pain Level, Lakukan
Akut dapat membantu untuk
pain control, pengkajian nyeri
comfort level berfokus terhadap penyebab
secara
Setelah komprehensif nyeri dan manajemenya
dilakukan termasuk lokasi,2. Dengan mengetahui skala
tinfakan karakteristik, nyeri klien, dapat membantu
keperawatan durasi, frekuensi, untuk mengetahui tingkat
selama Pasien kualitas dan faktor nyeri klien
tidak presipitasi
mengalami 3. Mengetahui kualitas nyeri
Observasi reaksi
nyeri,dengan yang dirasakan
nonverbal dari
kriteria hasil: ketidaknyamanan 4. Pemberian tehnik
Mampu Bantu pasien dan nonfarmakologis dapat
mengontrol keluarga untuk membantu klien dalam
nyeri (tahu mencari dan mengurangi kecemasan nyeri
penyebab menemukan 5. Untuk mengurangi rasa nyeri
dukungan yang dirasakan
nyeri, Kontrol
6. Dilakukan agar dapat
lingkungan yang
mampu dapat mengetahui seberapa kuat
menggunakan mempengaruhi nyeri yang dirasakan oleh
nyeri seperti suhu klien
tehnik ruangan, 7. Pemberian analgetikdapat
nonfarmakolo pencahayaan dan
gi untuk kebisingan memblok nyeri pada
mengurangi Kurangi faktor susunan saraf pusat.
nyeri, mencari presipitasi nyeri
bantuan) Kaji tipe dan
Melaporkan sumber nyeri untuk
bahwa nyeri menentukan
berkurang intervensi
dengan Ajarkan tentang
menggunakan teknik non
manajemen farmakologi:
nyeri napas dala,
1. Mampu relaksasi,
mengenali nyeri distraksi, kompres
hangat/ dingin
(skala,
Berikan analgetik
intensitas,
untuk mengurangi
frekuensi
nyeri: ……...
dan tanda
Tingkatkan
nyeri)
istirahat
Menyatakan
Berikan informasi
rasa nyaman
tentang nyeri
setelah nyeri
seperti penyebab
berkurang nyeri,
Tanda vital
dalam rentang berapa lama nyeri
normal akan berkurang
a. Tidak mengalami dan antisipasi
gangguan tidur ketidaknyamanan
dari prosedur
Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
Ketidak NOC : NIC : 1. Informasi dasar untuk
Nutritio Weight
seimbanga Management perencanaan awal dan
nal
n Diskusikan validasi data
Status :
nutrisikura bersama pasien 2. Agar dapat dilakukan
food and
ng dari mengenai intervensi dalam pemberian
Fluid
hubungan antara
kebutuhan Intake makanan
intake makanan,
Nutriti 3. Mengetahui asupan gizi yang
latihan,
onal masuk kedalam tubuh
peningkatan BB
Status :
dan penurunan 4. Makanan yang tinggi kalori
nutrient
BB dibutuhkan untuk sumber
Intake
Diskusikan energy dan makanan yang
W
bersama pasien
eight mengani tinggi protein berfungsi
control kondisi medis untuk mengganti sel-sel yang
Setelah yangdapat telah rusak
dilakuk mempengaruhi 5. Meningkatkan nafsu makan
an BB
dan perasaan sehat
tindaka Diskusikan
n bersama pasien 6. Untuk pemenuhan
keperawatn mengenai keseimbangan nutrisi
selama kebiasaan, gaya 7. Membantu dalam proses
Ketidak hidup dan factor penentuan jumlah kalori dan
seimbanga herediter yang jenis nutrient yang
nnutrisi dapat dibutuhkan
lebih mempengaruhi
teratasi BB
dengan Diskusikan
kriteria bersama
hasil: pasien
Menger mengenai
ti factor risiko yang
yang berhubungan
mening dengan BB
katkan berlebih dan
berat penurunan
badan BB
Mengide Dorong pasien
ntfifikasi untuk merubah
tingkah kebiasaan makan
lakudibaw Perkirakan BB
ah badan ideal
kontrol pasien
klien
Mem Nutrition
odifik Management
asi Kaji adanya
diet alergi makanan
dalam Kolaborasi
waktu dengan ahli gizi
yang untuk
lama menentukan
untuk jumlah kalori
meng dan nutrisi yang
ontrol dibutuhkan
berat pasien.
badan Anjurkan pasien
Penurun untuk
an berat meningkatkan
badan 1- intake Fe
2 Anjurkan pasien
pounds/ untuk
mgg meningkatkan
Menggunakan protein dan
energy untuk vitamin C
aktivitas sehari Berikan substansi
hari gula
Yakinkan diet
yang dimakan
mengandung
tinggi serat
untuk mencegah
konstipasi
Berikan
makanan yang
terpilih ( sudah
dikonsultasikan
dengan ahli gizi)
Ajarkan pasien
bagaimana
membuat
catatan makanan
harian.
Monitor jumlah
nutrisi dan
kandungan kalori
Berikan
informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji
kemampuan
pasien untuk
mendapatkan
nutrisi yang
dibutuhkan
Risiko Keseimbangan Weight reduction 1. Membantu dalam
kekurangan cairan Assistance menganalisa
volume Fasilitasi keinginan pasien
Setelah dilakukan untuk menurunkan BB ketidakseimbangan elektrolit
cairan perawatan Perkirakan bersama 2. Agar dapat mengetahui
pasien mengenai
diharapkan penurunan BB intake cairan dan output
keseimbangan Tentukan tujuan 3. Mengetahui status
penurunan BB
cairan meningkat, kelemahan
Beri
dengan kriteria pujian/reward 4. Mengetahui status
hasil: saat pasien kelemahan
a. Asupan cairan berhasil 5. Memberikan pemahaman
meningkat mencapai tujuan mengenai tujuan dilakukan
b. Kelebaban Ajarkan pemamntauan
membrane pemilihan
makanan
mukosa
meningkat
c. Dehidrasi
menurun
d. Turgor kulit
membaik
e. Mata cekung
membaik
4. Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Oleh karena itu,
jika intervensi keperawatan yang telah dibuat dalam perencanaan
dilaksanakan atau diaplikasikan pada pasien, maka tindakan tersebut
dikatakan implementasi keperawatan. (Februanti, 2019)
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan
tercapai atau kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi
keperawatan, kemampuan menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang
dicapai serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan
pada kriteria hasil. (Hidayat, PROSES KEPERAWATAN Pendekatan
NANDA, NIC,NOC, SDKI, 2021)
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar diagnosa keperawatan indonesia. jakarta selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. p. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. jakarta selatan: DPP PPNI
.
Rani, A. (2011). Jacobus A Buku Ajar Gastroenterologi. Jakarta Pusta: Interna Publishing.