Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

DISPEPSIA

DI SUSUN OLEH
NOVIYANTI NTOI
N21020001

CILAHAN CI INSTITUSI

PRODI DIII KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TADULAKO
TAHUN 2022
A. Definis Dispepsia
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati pada abdomen
bagian atas atau dada bagian bawah. Dispepsia merupakan gejala keganasan saluran cerna
bagian atas. Pada pasien dewasa muda, penyebab tersering dari dyspepsia adalah refluks
gastroesofagus dan gastritis. Reaksi ini menimbulkan gangguan ketidakseimbangan
metabolisme dan seringkali menyerang individu usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida,
2018).

B. Klasifikasi Dispepsia
Klasifikasi dari mayordispepsia terbagi atas dua kelompok yaitu:
1) Dispepsia Organik, bila telah diketahui adanya kelainan organic sebagai
penyebabnya. Sindrom dyspepsia organic terdapat kelainan yang nyata terhadap organ
tubuh misalnya tukak (ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer, gastroesophageal
refluxdisease, hyperacidity.
2) Dispepsia Non Organik (DNU), atau dyspepsia fungsional, atau Dispepsia Non Ulkus
(DNU), bila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa disertai kelainan
atau gangguan struktur organ berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi,
danendoskopi (Ida, 2019).

C. Etiologi Dispepsia
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat organik (struktual)
dan fungsional. Penyakityang bersifat organik antara lain karena terjadinya gangguan di
saluran pencernaan atau disekitar saluran cerna, seperti pankreas, kandung empedu dan lain-
lain. Sedangkan penyakit yang bersifat fungsional dapat dipicu karena factor psikologis dan
factor intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2020). Etilogi
dispepsia antara lain adalah:
1) Idiopatik/dispepsia fungsional
2) Ulkuspeptikum
3) Gastroesophageal refluxdisease (GERD)
4) Kanker lambung
5) Gastroparesis
6) Infeksi Helicobacter pylori
7) Pankreastitis kronis
8) Penyakit kandung empedu
9) Parasite usus
10) Iskemia usus
11) Kanker pancreas atau tumor abdomen.

D. Gejala Klinis
Adanya gas diperut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang, mual,
tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas. Rasa penuh, cepat keyang, kembung setalah
makan, mual muntah, sering bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri uluh hati dan dada atau
regurgitas asam lambung kemulut. Gejala dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka
waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan tidak enak di ulu hati, perih, mual, berlangsung lama
dan sering kambuh dan disertai dengan ansietas dan depresi (Purnamasari, 2018). Indikasi
endoskopi bila ada gejala atau tanda alarm seperti gejala dispepsia yang baru muncul pada
usia lebih dari 55 tahun, penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya,
anoreksia, muntah persisten, disfagia progresif, odinofagia, perdarahan, anemia, ikterus,
massa abdomen, pembesaran kelenjar limfe, riwayat keluarga dengan kanker saluran cerna
atas, ulkus peptikum, pembedahan lambung, dan keganasan (Black et al., 2018). Gejala
dispepsia antara lain sebagai berikut (Suzuki, 2021; Rahmayanti, 2019):
1) Epigastric pain merupakan sensasi yang tidak menyenangkan; beberapa pasieni
merasa terjadi kerusakan jaringan
2) Postprandiali fullness merupakan perasaan yang tidak inyaman seperti makanan
berkepanjangan di perut
3) Early satiation merupakan perasaan bahwa perut sudah terlalu penuh segera isetelah
mulai makan, tidak sesuai idengan ukuran makanan yang dimakan, sehingga makan
tidak dapat diselesaikan. Sebelumnya, kata “cepat kenyang” digunakan, tapi
kekenyangan adalah istilah yang ibenar untuk hilangnya sensasi nafsu imakan selama
proses menelan makanan
4) Epigastrici burning merupakan rasa terbakar adalah perasaan subjektif yang tidak
menyenangkan dari panas.
E. Patofisiologi
Dispepsi terbagi menjadi dua kelompok yaitu dyspepsia sturktural (organic) dan
dyspepsia fungsional (nonorganic). Disepsia organic terdapat kelainan yang nyata terhadap
organ tubuh misalnya tukak (ulkuspeptikum), gastritis, stomach cancer, gastroesophageal
refluxdisease, hyperacidity. Dispepsia nonorganic merupkan Dispepsia Non Ulkus (DNU),
bila tidak jelas penyebabnya. Faktor penyebab dari dyspepsia antara lain adalah stress,pola
hidup seperti minum kopi, konsumsi alcohol dan merokok menjadi faktor pemicu terjadinya
rasa tidak nyaman pada perut. Hal tersebut dikarenakan adaya peningkatan asam lambung
(HCL) yang mengiritasi mukosa lambung. Sekresi asam lambung Kasus dispepsia fungsional
umumnya mempunyai tingkat sekresi asam lambung, baik sekresi basal maupun dengan
stimulasi pentagastrin, yang rata-rata normal. Diduga terdapat peningkatan sensitivitas
mukosa lambung terhadap asam yang menimbulkan rasa tidak enak di iperut (Djojoningrat,
2021). Peningkatan sensitivitas imukosa lambung dapat terjadi akibat polai makan yang tidak
teratur. Pola makan yang tidak teratur iakan membuat lambung sulit untuk iberadaptasi dalam
pengeluaran sekresi asam lambung. Jika hal ini berlangsung dalam waktu yang lama,
produksi asam lambung akan berlebihan sehingga dapat mengiritasi dinding mukosa pada
lambung (Rani et al., 2020). Adanya peingkatan asam lambung dapat menyebabkan respon
mual dan muntah sehingga menyebabkan deficit nutrisi dan risiko ketidakseimbangan cairan
pada tubuh. Peningkatan asam lambung (HCL) yang mengiritasi mukosa lambung memicu
nyeri epigastric sehingga terjadi nyeri akut. Nyeri akut menyebabkan adanya perubahan
Kesehatan yang mengakibatkan pasien cemas karena kurang pengetahuan tentang respon
tubuh terhadap penyakit.
F. Pathway Dispepsia

Dispepsia

Structural (Organik) Fungsional


(Nonorganik)

ulkuspeptikum, gastritis, Dispepsia Non


stomach cancer, Ulkus (DNU),
gastroesophageal bila tidak jelas
refluxdisease, hyperacidity penyebabnya

Stress Kopi, rokok, alkohol

Perangsangan Respon mukosa


lambung
saraf parasipatis

Peningkatan Peneglupasan
Vasodilatasi
produksi HCL
mukosa gaster
lambung

HCL kontak
Mual Ansietas
dengan mukosa

Muntah Nyeri epigastrik b.d Perubahan


mukosa lambung kesehatan
Risiko
ketidakseimban Nyeri akut Defisit
gan cairan pengetahuan

Sumber: (Ida, 2019).

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Non Farmakologi tindakan-tindakan keperawatan dalam perawatan
pasien dengan gangguan nyeri abdomen yaitu mengatur posisi pasien, hipnoterapi, terapi
relaksasi, manajemen nyeri dan terapi perilaku. Farmakologis Pengobatan dyspepsia
mengenal beberapa obat,yaitu: Antasida, Pemberian antasida tidak dapatdilakukan
terusmenerus,karenahanyabersifat simtomatis untuk mengurangi nyeri. Obat yang termasuk
golongan ini adalah simetidin, ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental,
pemasagan Naso Gastrik Tube(NGT) jika diperlukan (Amelia, 2018).

H. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya kelainan organik,
pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa bagian yaitu:
1) Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah yang lengkapdan
pemeriksaan darah dalam tinja, danurin. Jika ditemukan leukosit dosis berarti tanda-
tanda infeksi. Jika tampak cair berlendir ataubanyak mengandung lemak pada
pemeriksaan tinja kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga
menderita dyspepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika
diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumor marker (dugaan karsinoma kolon),dan
(dugaan karsinoma pankreas)
2) Barium enema untukmemeriksa salurancerna pada orangyang mengalami kesulitan
menelan atau muntah, penurunan beratbadan atau mengalami nyeri yang membaik
ataumemburuk bila penderita makan
3) Endoskopi bias digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari lapisan lambung
melalui tindakan biopsi.Pemeriksaan nantinya di bawahmikroskop untuk mengetahui
lambung terinfeksi Helicobacter pylori. Endoskopimerupakan pemeriksaan
bakuemas, selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik.
Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen,serologi H.pylori,urea breath
test,dan lain-lain dilakukan atasdasarindikasi (Ida, 2019).
Daftar Pustaka

Amelia, K. (2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana Sheehy. Jakarta:


ELSEVIER.
Carpenito, L.J.2009. Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Edisi
9.Jakarta : EGC
Davey, Patrick. 2018. Medicine At A Glance. Alih Bahasa: Rahmalia. A,dkk.
Jakarta: Erlangga
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2022. Profil Kesehatan Indonesia.
Jakarta: Depkes RI
IDAI. 2011. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jilid 2
cetakan pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI
Ida, M. (2019). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.
Kementrian Kesehatan RI. 2022. Profil Kesehatan Indonesia 2022. Jakarta:
Sekretaris Jenderal
Purnamasari, L. (2018). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia.
870.
Pamela, K. (2020). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Pamela, K. (2011). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Potter & Perry. 2021. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC
PPNI. 2018. Standar DiagnosaKeperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Ihuldanindonesia: Definisi dan
tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
Riani. (2022). Hubungan tidak sarapan pagi, jenis makanan dan minuman yang
memicu asam lambung dengan kejadian dispepsia pada remaja usia 15-19
tahun di desa tambang . 45.
Sjamsuhidajat & de jong. 2021. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai