Anda di halaman 1dari 16

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Dewa Maulana Nusantara 33412001135


Putri Duilusi Ana Andriani 33412001135
Moh. Sayfi 33412001135
Andika Sastriawan 33412001135
Hoirun Nisa 33412001135
DEFINISI
 Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah yang
berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan
sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk,karena
terjadi dehidrasi (Mochtar,1998).
 Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita
mual dan muntah lebih dari 10 kali dalam 24 jam,sehingga
mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B,
2009).
 Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan
bahkan membahayakan hidupnya
ETIOLOGI
1. Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa dan kehamilan ganda hal ini
menimbulkan dugaan bahwa faktor hormon memegang peranan, karena pada kedua
keadaan tersebut hormon Khorionik gonadotropin dibentuk berlebihan.

2. Faktor organik,karena masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan


perubahan metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu tehadap
perubahan ini.Alergi juga disebut sebagai salah satu faktor organik karena sebagai salah
satu respon dari jaringan.ibu terhadap anak.

3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun
hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan
pasti,takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.
Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi
frekwensi muntah klien.
PATOFISIOLOGI
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran
darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat
metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.
MANIFESTASI KLINIS
 Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil,
yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa pusing,
lemas, dan mengalami dehidrasi.
 Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum
juga dapat mengalami gejala tambahan berupa :
 Sakit kepala
 Konstipasi
 Sangat sensitif terhadap bau
 Produksi air liur berlebihan
 Inkontinensia urine
 Jantung berdebar
KLASIFIKASI
 Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
(tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke
esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
LANJUTAN
 
2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria.
PENCEGAHAN

Prinsip pencegahan untuk mengobati emesis agar


tidak menjadi hiperemesis adalah :
1. Penerapan bahwa kehamilan dan persalinan
adalah proses fisiologi
2. Makan sedikit tapi sering dengan (makanan
kering)
3. Hindari makanan berminyak dan berbau
4. Defekasi teratur
PENATALAKSANAAN
a. Memberikan penerangan tentang kehamilan dan persalinan sebagai
suatu proses yang fisiologik.

b. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang muntah gejala


yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang setelah ke hamilan
4bulan.

d. Menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam


jumlah kecil tetapi sering.

d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan, penurunan energi, kecemasan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kekurangan intake cairan
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan
kebutuhan metabolisme, faktor psikologis (mis. stress,
keengganan untuk makan)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas membaik
Kriteria hasil:
 Ventilasi semenit meningkat

 Kapasitas vital meningkat

 Diameter thorak santerior- posterior meningkat

 Tekanan ekspirasi meningkat.

Intervensi :
 Manajemen jalan napas (I.01011) Observasi

 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)

 Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,

ronkhi kering)
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik

 Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)

 Posisikan semi-Fowler atau Fowler

 Berikan minum hangat

 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu

 Lakukan penghisapan lender kurang dari 15 detik

 Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal

 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill

 Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi 
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi

 Anjurkan teknik batuk efektif Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika perlu


2. Nyeri akut Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun (L.08066)
 Kriteria hasil :
 Keluhan nyeri menurun

 Meringis menurun

 Sikap protektif menurun

 Gelisah menurun

 Kesulitan tidur menurun

 
Intervensi :
 Manajemen nyeri

Observasi
 Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

 Identifikasi skala nyeri

 Identifikasi respons nyeri non verbal

 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri

 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri

Terapeutik
 Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,

aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi bermain)


 Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan)

 Fasilitasi istirahat dan tidur

 Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi 
 Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri

 Jelaskan strategi meredakan nyeri

 Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

 Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

 Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


3. Hipovolemia Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status cairan membaik (L.03028)
Kriteria hasil :
 Kekuatan nadi meningkat

 Turgor kulit meningkat

 Output urine meningkat

Intervensi :
 Manajemen hipovolemia

Observasi
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,

tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah)
 Monitor intake dan output cairan

Terapeutik
 Hitung kebutuhan cairan 

 Berikan posisi modified Trendelenburg

 Berikan asupan cairan oral

Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

 Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)

 Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)

 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate) 

 Kolaborasi pemberian produk darah


4. Defisit Nutrisi Tujuan :
 Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan status nutrisi membaik (L.03030)
 Kriteria hasil :
 Kekuatan otot pengunyah meningkat
 Kekuatan otot menelan meningkat
 Serum albumin meningkat
Intervensi :
 Manajemen nutrisi (I.03119) Observasi
 Identifikasi status nutrisi 
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu 
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis. piramida makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastrik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi 
 Anjurkan posisi duduk, jika mampu
 Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis. pereda nyeri, antiemetik), jika perlu
 Kolabor asi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
THANK YOU 

ANY QUESTION???

Anda mungkin juga menyukai