3. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini walaupun
hubungannya dengan terjadinya hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan
pasti,takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai
ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah.
Tidak jarang dengan memberikan suasana yang baru sudah dapat membantu mengurangi
frekwensi muntah klien.
PATOFISIOLOGI
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi
lemak yang tak sempurna, terjadilah ketosis. Kekurangan cairan yang
diminum dan kehilangan cairan karena muntah menyebabkan
dehidrasi, sehmgga cairan ekstraselurer dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun, demikian pula klorida air kemih.
Selain itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran
darah ke jaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat
makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula dan tertimbunlah zat
metabolik yang toksik. Kekurangan Kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal, bertambahnya
frekuensi muntah-muntah yang lebih banyak, dapat merusak hati.
MANIFESTASI KLINIS
Gejala utama hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah saat hamil,
yang bisa terjadi hingga lebih dari 3-4 kali sehari. Kondisi ini bisa sampai
mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan penurunan berat badan.
Muntah yang berlebihan juga dapat menyebabkan ibu hamil merasa pusing,
lemas, dan mengalami dehidrasi.
Selain mual dan muntah secara berlebihan, penderita hiperemesis gravidarum
juga dapat mengalami gejala tambahan berupa :
Sakit kepala
Konstipasi
Sangat sensitif terhadap bau
Produksi air liur berlebihan
Inkontinensia urine
Jantung berdebar
KLASIFIKASI
Hiperemesis gravidarum, menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
(tiga) tingkatan yaitu :
1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi ke
esofagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas
LANJUTAN
2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan ikterus.
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton.Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss.
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
e. Terdapat ensefalopati werniche :
1) Nistagmus
2) Diplopia
3) Gangguan mental
f. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
g. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam
h. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria.
PENCEGAHAN
d. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat
pernapasan, penurunan energi, kecemasan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
(mis. inflamasi, iskemia, neoplasma)
3. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif,
kekurangan intake cairan
4. Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan
makanan, ketidakmampuan mencerna makanan, peningkatan
kebutuhan metabolisme, faktor psikologis (mis. stress,
keengganan untuk makan)
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan pola napas membaik
Kriteria hasil:
Ventilasi semenit meningkat
Intervensi :
Manajemen jalan napas (I.01011) Observasi
ronkhi kering)
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma) Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan chin-lift (jaw-thrust jika curiga trauma servikal)
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
Meringis menurun
Gelisah menurun
Intervensi :
Manajemen nyeri
Observasi
Identifikasi lokasi, karekteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, terapi music, biofeedback, terapi pijat,
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Intervensi :
Manajemen hipovolemia
Observasi
Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urine menurun, hematocrit
meningkat, haus, lemah)
Monitor intake dan output cairan
Terapeutik
Hitung kebutuhan cairan
Edukasi
Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
ANY QUESTION???