Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS

HIPEREMESIS GRAVIDARIUM

OLEH:

PRIMA ATIKA

(2100212035)

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

( ) ( )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

2022/2023
LAPORAN PENDAHULUAN HIPEREMESIS GRAVIDARIUM

1. DEFINISI
Hiperemesis gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena pada umumnya
menjadi buruk karena terjadi dehidrasi (Mochtar, 1998).
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan (Farrer, 1999). Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana penderita
mual dan muntah/tumpah yang berlebihan, lebih dari 10 kali dalam 24 jam atau setiap
saat, sehingga mengganggu kesehatan dan pekerjaan sehari-hari (Arief.B, 2009).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Hiperemesis Gravidarum
(HG) adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trisemester II) yang ditandai
dengan rasa mual dan muntah berlebihan dalam waktu relatif lama bila terjadi terus
menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan berat badan berkurang.

2. ETIOLOGI
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Frekuensi
kejadian adalah 2 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang dikemukakan
(Rustam Mochtar, 1998).
 Umumnya terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes dan kehamilan
ganda akibat peningkatan kadar HCG (secara normal dibawah 5 mIU/mL
dianggap tidak hamil dan diatas 25mIU/ mL)
 Faktor organik, yaitu karena masuknya viki khoriales dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabollik akibat kehamilan serta resitensi yang menurun dari
pihak ibu terhadap perubahan-perubahan ini serta adanya alergi yaitu
merupakan salah satu respon dari jaringan ibu terhadap janin.
 Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang
retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut
terhadap tanggungan sebagai ibu dapat menyebabkan konflik mental yang
dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap
keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian kesukaran hidup.
 Faktor endokrin lainnya : hipertyroid, diabetes dan lain-lain.

3.   Tanda Dan Gejala


1. Tingkat I
a. Muntah terus menerus sehingga menimbulkan :
1) Dehidrasi : turgor kulit turun
2) Nafsu makan berkurang
3) Berat badan turun
4) Mata cekung dan lidah kering
b. Epigastrium nyeri karena asam lambung meningkat dan terjadi regurgitasi
ke esophagus
c. Nadi meningkat dan tekanan darah turun
d. Frekuensi nadi sekitar 100 kali/menit
e. Tampak lemah dan lemas

2. Tingkat II
a. Dehidrasi semakin meningkat akibatnya :
1) Turgor kulit makin turun
2) Lidah kering dan kotor
3) Mata tampak cekung dan sedikit ikteris
b. Kardiovaskuler
1) Frekuensi nadi semakin cepat > 100 kali/menit
2) Nadi kecil karena volume darah turun
3) Suhu badan meningkat
4) Tekanan darah turun
c. Liver
Fungsi hati terganggu sehingga menimbulkan icterus
d. Ginjal
Dehidrasi menimbulkan gangguan fungsi ginjal yang yang menyebabkan :
1) Oliguria
2) Anuria
3) Terdapat timbunan benda keton aseton. Aseton dapat tercium dalam
hawa pernafasan
e. Kadang – kadang muntah bercampur darah akibat ruptur esofagus dan
pecahnya mukosa lambung pada sindrom mallory weiss (kondisi dimana
terdapat robekan pada selaput lendir atau lapisan dalam di kerongkongan
yang bebatasan dengan lambung)
3. Tingkat III
a. Keadaan umum lebih parah
b. Muntah berhenti
c. Sindrom mallory Weiss
d. Keadaan kesadran makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma
Terdapat ensefalopati werniche( keadaan akut) :
1) Nistagmus (bola mata bergetar)
2) Diplopia (penglihatan ganda)
3) Gangguan mental
e. Kardiovaskuler
Nadi kecil, tekanan darh menurun, dan temperatur meningkat
f. Gastrointestinal
1) Ikterus semakin berat
2) Terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin
tajam
g. Ginjal
Oliguria semakin parah dan menjadi anuria

4.     KLASIFIKASI
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan hiperemesis
gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita terpengaruh, sebaiknya ini
dianggap sebagai hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum menurut berat
ringannya gejala dapat dibagi dalam 3 tingkatan:
1. Tingkatan I: Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita,
ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan menurun dan merasa nyeri
pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100 kali/menit dan tekanan darah sistolik
turun, turgor kulit mengurang, lidah mongering dan mata cekung.
2. Tingkatan II: penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang,
lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan mata menjadi cekung, tensi
turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan, karena pempunyai aroma yang khas dan dapat pula ditemukan dalam
kencing.
3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran makin
menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat ensefalopati werniche
yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan mental, kardiovaskuler
ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun, dan temperature meningkat,
gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin berat, terdapat timbunan aseton
yang makin tinggi dengan bau yang makin tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat
kekurangan zat makanan termasuk vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus
menunjukkan adanya payah hati (Wiknjosastro, 2005).

5. PATOFISIOLOGI
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa
terjadi pada trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan
tidak imbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena okisidasi lemak yang tak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida
butirik, dan aseton dalam darah. Kekurangan volume cairan yang diminum dan
kehilangan karena muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan
plasma berkurang. Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi
menyebabkan hemokonsentrasi, sehingga aliran darah ke jaringan berkurang. Hal ini
menyebabkan jumlah zat makanan dan oksigen ke jaringan berkurang pula
tertimbunnya zat metabolik yang toksik. Kekurangan kalium sebagai akibat dari
muntah dan bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah –
muntah lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit
dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss)
dengan akibat perdarahan gastrointestinal. Pada umumnya robekan ini ringan dan
perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau tindakan
operatif (Wiknjosastro, 2005).
6. PENATALAKSANAAN
1. Pencegahan
- Pencegahan terhadap Hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan jalan
memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu proses
yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang flsiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan 4 bulan, mengajurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering.
- Waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan
untuk makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
- Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan.
- Makanan dan minuman sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat
dingin.
2. Obat – obatan
Sedativa : Phenobarbital
Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
Anti histamine : dramamin, avomin
Anti emetik (pada keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau
khlorpromasine. Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu
dikelola di rumah sakit
3. Isolasi
Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi cerah danperedaran udara
yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya dokter dan perawat yang boleh
masuk ke dalam kamar penderita sampai muntah berhenti pada penderita mau
makan. Tidak diberikan makanan atau minuman dan selama 24 jam. Kadang –
kadang dengan isolasi saja gejala – gejala akan berkurang atau hilang tanpa
pengobatan.
4. Terapi psikologik
Berikan pengertian bahwa kehamilan adalah suatu hal yang wajar,normal dan
fisiologik. Jadi tidak perlu takur dan khawatir. Yakinkan penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan dan dihilangkan masalah atu konflik yang kiranya dapat
menjadi latar belakang penyakit ini.
5. Cairan parenteral
Cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein dengan glukosa 5% dalam
cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah kalium dan vitamin (vitamin B
komplek, vitamin C), bila kekurangan protein dapat diberiakan asam amino secara
intravena, bila dalam 24 jam penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik
dapat diberikan minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan
akan bertambah baik.
6. Menghentikan kehamilan
Bila keadaan memburuk dilakukan pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi
komplikasi organis adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan
dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan
keadaan yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai koma,
terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran
penglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat, tekanan
darah menurun. (Wiknjosastro, 2005).
7.   Diet
a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.
Makanan hanya berupa rod kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1 — 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam
semua zat – zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari.
b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.
Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi linggi. Minuman
tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam semua zat-zal
gizi kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis ringan.
Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama makanan.
Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium

7. PATHWAYS
ASUHAN KEPERAWATAN HIPEREMESIS GRAVIDARIUM

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Data Subjektif


a. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur,
agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- ,
lamanya perkawinan dan alamat.
b. Keluhan utama: mual muntah yg hebat pada pagi hari atau setelah makan, nyeri
epigastrik, tidak nafsu makan, merasa haus
c. Riwayat kehamilan saat ini: meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat pemeriksaan
antenatal, dan komplikasi
d. Riwayat Kesehatan sekarang: meliputi awal kejadian dan lamanya mual dan
muntah, kaji warna volume, frekuensi dan kualitasnya. Kaji juga factor yg
memperberat dan memperingan keadaan, serta pengobatan apa yang pernah
dilakukan.
e. Riwayat medis sebelumnya: seperti riwayat penyakit obstetric dan ginekologi,
kolelithiasis, gangguan tiroid, dan gangguan abdomen lainnya
f. Riwayat sosial: seperti terpapar penyakit yang mengganggu komunikasi,
terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan antenatal, peran, tanggung
jawab, pekerjaan, dll
g. Riwayat diet: khususnya intake cairan
h. Riwayat pembedahan: khususnya pada abdomen
i. Integritas Ego: seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, dll
j. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi
(BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan
saat sakit.
2. Pengkajian Data Objektif
a. TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas meningkat,
adanya nafas bau aseton
b. Status Gizi: Berat Badan meningkat/menurun
c. Status Kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
d. Status Hidrasi: Turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
e. Keadaan Abdomen: Suara Abdomen, adanya nyeri lepas/tekan, adanya distensi,
adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
f. Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
g. Status Eliminasi: Perubahan konsistensi feses, konstipasi dan perubahan
frekuensi berkemih
h. Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin (apakah sesuai
dengan usia kehamilan

pengkajian keperawatan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum meliputi:


a. Aktifitas istirahat; tekanan darah sistol menurun, denyut nadi meningkat (>100
kali per menit)
b. Integritas ego; konflik interpersonal keluarga, kesulitan ekonomi, perubahan
persepsi tentang kondisinya, kehamilan tak direncanakan.
c. Eliminasi; perubahan pada konsistensi, defekasi, peningkatan frekuensi
berkemih Urinalis ;peningkatan konsistensi urine.
d. Makanan/cairan; mual dan muntah yang berlebihan (4-8 minggu), nyeri
epigastrium, pengurangan berat badan (5-10 kg), membrane mukosa mulut
iritasi dan merah, Hb dan Ht rendah, nafas berbau aseton, turgor kulit
berkurang, mata cekung dan lidah kering.
e. Pernafasan; frekuensi pernapasan meningkat.
f. Keamanan; suhu kadang naik, badan lemah, ikterus, dan dapat jatuh dalam
koma
g. Seksualitas; penghentian menstruasi, bila keadaan ibu membahayakan maka
dilakukan abortus terapeutik.
h. Interaksi sosial; perubahan status kesehatan/stressor kehamilan, perubahan
peran, respon anggota keluarga yang dapat bervariasi terhadap hospotalisasi
dan sakit, system pendukung yang kurang.
i. Pembelajaran dan penyuluhan; segala yang dimakan dan diminum di
muntahkan, apalagi kalau berlangsung lama, berat badan turun lebih dari 1/10
dari berat badab normal, turgor kulit, lidah kering, adanya aseton dalam urine.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Defisit Nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan, ketidakmampuan menelan


makanan ditandai dengan otot menelan lemah
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan frekuensi
nadi meningkat, turgor kulit menurun
3. Hipertermia berhubungan dengan dehidrasi, peningkatan laju metabolisme
dibuktikan dengan suhu tubuh diatas normal
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA INTERVENSI KEPERAWATAN


KEPERAWATAN HASIL (SLKI) (SIKI)
1. Defisit Nutrisi Setelah dilakukan intervensi Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24jam Observasi
kurangnya asupan maka status nutrisi membaik, 1. Identifikasi status nutrisi
makanan, dengan kriteria hasil: 2. Identifikasi alergi dan intoleransi
ketidakmampuan 1. Kekuatan otot makanan
menelan makanan pengunyah meningkat 3. Identifikasi makanan yang disukai
ditandai dengan otot 2. Kekuatan otot menelan 4. Identifikasi kebutuhan kalori dan
menelan lemah meningkat jenis nutrien
3. Kemampuan tentang 5. Identifikasi perlunya penggunaan
pilihan makanan yang selang nasogastrik
sehat meningkat 6. Monitor asupan makanan
4. Kemampuan tentang 7. Monitor berat badan
pilihan minuman yang 8. Monitor hasil pemeriksaan
sehat meningkat laboratorium
5. Sikap terhadap makanan/
minuman sesuai dengan Terapeutik
tujuan kesehatan 1. Lakukan oral hygiene sebelum
meningkat makan, jika perlu
6. Berat badan indeks masa 2. Fasilitasi menentukan pedoman diet
tubuh (IMT) membaik (mis. Piramida makanan)
7. Frekuensi makan 3. Sajikan makanan secara menarik dan
membaik suhu yang sesuai
8. Nafsu makan membaik 4. Berikan makanan tinggi serat untul
mencegah konstipasi
5. Berikan makanan tinggi kalori dan
tinggi protein
6. Berikan suplemen makanan, jika
perlu
7. Hentikan pemberian makan melalui
selang nasogastrik jika asupan oral
dapat ditoleransi

Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan (mis. Pereda
nyeri, antiemetik) jika perlu
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
2. Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipovolemia
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24jam Tindakan
kehilangan cairan maka keseimbangan cairan Observasi
aktif ditandai dengan meningkat, dengan kriteria 1. Periksa tanda dan gejala
frekuensi nadi hasil: hipovolemia (mis. Frekuensi
meningkat, turgor 1. Asupan cairan nadi meningkat, nadi teraba
kulit menurun meningkat lemah, tekanan darah menurun,
2. Kelembapan membran takanan nadi menyempit, turgor
mukosa meningkat kulit menurun, membran
3. Asupan makanan mukosa kering, volume urin
meningkat menurun, hematokrit meningkat,
4. Dehidrasi menurun haus, lemah)
5. Tekanan darah 2. Monitor intake dan output cairan
membaik
6. Membran mukosa Terapeutik
membaik 1. Hitung kebutuhan calran
7. Mata cekung 2. Berikan posisi modified
membaik Trendelenburg
8. Turgor kulit membaik 3. Berikan asupan cairan oral

Edukasi
1. Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
2. Anjurkan menghindari
perubahan posisi mendadak

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan IV
Isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis (mis. glukosa 2,5%,
NaCl 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan
koloid (mis, albumin,
Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk
darah
3. Hipertermia Setelah dilakukan intervensi Manajemen Hipertemia
berhubungan dengan keperawatan selama 1x24jam Tindakan
dehidrasi, maka status cairan membaik, Observasi
peningkatan laju dengan kriteria hasil: 1. Identifikasi penyebab
metabolisme 1. Kekuatan nadi hipertermia (mis dehidrasi,
Dibuktikan dengan meningkat terpapar lingkungan panas,
suhu tubuh diatas 2. Turgor kulit penggunaan Inkubator)
normal meningkat 2. Monitor suhu tubuh
3. Dispnea menurun 3. Monitor kadar elektrolit
4. Perasaan lemah 4. Monitor haluaran urine
menurun 5. Monitor komplikasi akibat
5. Keluhan haus hiperfarmia
menurun
Terapeutik
6. Frekuensi nadi 1. Sediakan lingkungan yang
membaik dingin
7. Tekanan darah 2. Longgerkan atau lepaskan
membaik pakaian
8. Tekanan nadi 3. Basahi dan kipasi permukaan
membaik tubuh
9. Membran mukosa 4. Berikan cairan oral
membaik 5. Ganti linen setiap hari atau lebih
10. Berat badan membaik sering jika mengalami
11. Oliguria membaik hiperhidrosis (keringat berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal
(mis. selimut hipotermia atau
kompres dingin pada dahi, leher,
dada, abdomen, aksilia)
7. Hindari pemberian antipiretik
atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu

Edukasi
1. Anjurkan tiran baring

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan
dan elektrolit intravena, jika
perlu

DAFTAR PUSTAKA

Ary Widayana, I Wayan Megadhana, dan Ketut Putera Kemara : DIAGNOSIS DAN
PENATALAKSANAAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM. Fakultas Kedokteran,
Universitas Udayana
Doenges, Marylinn E., dan Mary Frances Moorhouse. 2001. Rencana Keperawatan
Maternitas Bayi Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Perawatan Klien.
Jakarta: EGC
Leveno, Kenneth J. 2016. Manula Williams Komplikasi Kehamilan Ed 23. Jakarta: EGC
Tiran, Denise. 2009. Seri Asuhan Kebidanan Mual & Muntah Kehamilan Denise Tiren.
Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai