Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DYSPEPSIA PADA NY.

M DI RUANGAN
CEMPAKA RSUD KAB TANGERANG

Disusun untuk memenuhi tugas Praktik Klinik Keperawatan Medical Bedah I

Dosen Pembimbing : Ns. Marlin Brigita, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh

Putri ( P27901121078)

JURUSAN KEPERAWATAN TANGGERANG

PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANTEN

TAHUN AJARAN 2022/20223


A. Dyspepsia
1. Pengertian
Definis Dispepsia
Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak nyaman di bagian ulu hati
padaabdomen bagian atas atau dada bagian bawah. Dispepsia
merupakan gejalakeganasan saluran cerna bagian atas. Pada pasien
dewasa muda, penyebabtersering dari dyspepsia adalah refluks
gastroesofagus dan gastritis. Reaksi inimenimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme dan seringkalimenyerang individu
usia produktif, yakni usia 30-50 tahun (Ida, 2018)psia.

2. Etiologi
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang bersifat
organik(struktual) dan fungsional. Penyakityang bersifat organik
antara lain karenaterjadinya gangguan di saluran pencernaan atau
disekitar saluran cerna, sepertipankreas, kandung empedu dan lain-
lain. Sedangkan penyakit yang bersifatfungsional dapat dipicu
karena factor psikologis dan factor intoleran terhadapobat-obatan
dan jenis makanan tertentu (Purnamasari, 2017). Etilogi
dispepsiaantara lain adalah:
1) Agen pencedera fisiologis(inflamasi, Iskemia, Neoplasma)
2) Agen pencedera kimiawi (terbakar, bahan kimia iritan
3) Agen pencedera misal (trauma, latihan fisik berlebihan)
4) Idiopatik/dispepsia fungsional
5) Ulkuspeptikum
6) Gastroesophageal refluxdisease (GERD)
7) Kanker lambung
8) Gastroparesis
9) Infeksi Helicobacter pylori
10) Pankreastitis kronis
11) Penyakit kandung empedu
12) Parasite usus
13) Iskemia usus
14) Kanker pancreas atau tumor abdomen

Menurut Sagita (2019),


indikasi ibu dilakukan
Sectio Caesarea adalah
ruptur uteri
iminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah
fetal distres dan janin
besar melebihi 4.000
gram> Dari beberapa
faktor Sectio Caesarea
diatas dapat diuraikan
beberapa penyebab sectio
sebagai berikut : Menurut Sagita (2019),
indikasi ibu dilakukan Sectio Caesarea adalah ruptur uteriiminen, perdarahan
antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalahfetal distres
dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari beberapa faktor Sectio
Caesareadiatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio sebagai berikut :

3. Manifestasi klinis
1. Nyeri perut (abdominal discomfort)
2. 7asa perih di ulu hati
3. Mual, kadang-kadang sampai muntah
4. Nafsu makan berkurang
5. Rasa lekas kenyang
6. Nyeri saat lapar
7. Perut kembung
8. Rasa panas di dada dan perut
9. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba)

4. PatoFisiologi

Perubahan pola makan yang tidak teratur! obat-obatan yang tidak jelas
zat-z atseperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi keji'aan stres,
pemasukan makanan menjadi kurang sehingga lambung akan koson,
kekosongan lambung dapatmengakibatkan erosi pada lambung akibat
gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang
terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla
oblongata membaw a impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik
makanan maupuncairan.

5. Penatalaksanaan medis
PenatalaksanaanPenatalaksanaan Non Farmakologi tindakan-tindakan
keperawatan dalam perawatan pasien dengan gangguan nyeri abdomen
yaitu mengatur posisi pasien, hipnoterapi, terapi relaksasi, manajemen
nyeri dan terapi perilaku. Farmakologis Pengobatan dyspepsia
mengenal beberapa obat, yaitu: Antasida, Pemberian antasida tidak
dapat dilakukan terus menerus,karena hanya bersifat simtomatis untuk
mengurangi nyeri. Obat yang termasuk golongan ini adalah simetidin,
ranitidin, dan famotidine. Pemasangan cairan pariental, pemasagan
Naso Gastrik Tube (NGT) jika diperlukan (Amelia, 2018).

6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk menyingkirkan adanya
kelainan organik, pemeriksaan untuk dispepsia terbagi pada beberapa
bagian yaitu:
1) Pemeriksaan laboratorium, biasanya meliputi hitung jenis sel darah
yanglengkapdan pemeriksaan darah dalam tinja, danurin. Jika
ditemukan leukosit dosis berarti tanda-tanda infeksi. Jika tampak cair
berlendir atau banyak mengandung lemak pada pemeriksaan tinja
kemungkinan menderita malabsorpsi. Seseorang yang diduga menderita
dyspepsia ulkus sebaiknya diperiksa derajat keasaman lambung. Jika
diduga suatu keganasan, dapat diperiksa tumor marker (dugaan
karsinoma kolon), dan (dugaan karsinoma pankreas).
2) Barium enema untuk memeriksa saluran cerna pada orang yang
mengalami kesulitan menelan atau muntah, penurunan beratbadan
atau mengalami nyeri yang membaik atau memburuk bila penderita
makan.
3) Endoskopi bias digunakan untuk mendapatkan contoh jaringan dari
lapisan lambung melalui tindakan biopsi. Pemeriksaan nantinya
dibawah mikroskop untuk mengetahui lambung terinfeksi
Helicobacterpylori. Endoskopi merupakan pemeriksaan bakuemas,
selain sebagai diagnostic sekaligus terapeutik.
4) Pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto polos abdomen,
serologi H.pylori, urea breath test, dan lain-lain dilakukan atas dasar
indikasi (Ida,2017).

7. Komplikasi

Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu


adanya komplikasi yang tidak ringan. komplikasi yang dapat terjadi
antara lain, pendarahan, kanker lambung, muntah darah dan terjadinya
ulkus peptikus (Purnamasari, 2017).

B. Asuhan keperawatan

1. Pengkajian

Primary Survey

Airway

1) pantikan kepatenan jalan napas

2) siapkan alat bantu untuk menolong jalan napas jika perlu

3) jika terjadi perburukan jalan napas segera hubungi ahli anestesi dan bawa ke
ICU

Breathing

1) kaji respiratory rate

2) kaji saturasi oksigen


3) berikan oksigen jika ada hypoksia untuk mempertahankansaturasi > 92%

4) auskultasi dada

5) lakukan pemeriksaan rontgent

Circulation

1) kaji denyut jantung

2) monitor tekanan darah

3) kaji lama pengisian kapiller

4) pasang infuse, berikan ciaran jika pasien dehidrasi

5) periksakan dara lengkap, urin dan elektrolit

6) catat temperature

7) lakukan kultur jika pyreksia

8) lakukan monitoring ketat

9) berikan cairan per oral

10) jika ada mual muntah, berikan antiemetik IV

Disability

Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU atau GCS

Pengkajian kesadaran menggunakan AVPUA :

Alert

V : Verbal

P : Pain

U : Unresponsive

Pemeriksaan GCSEye (respon membuka mata)

(4) : spontan membuka mata


(3) : membuka mata dengan perintah (suara, sentuhan)

(2) : membuka mata dengan rangsang nyeri

(1) : tidak membuka mata dengan rangsang apa pun

Verbal (respon verbal)

(5) : berorientasi baik

(4) : bingung, disorientasi tempat dan waktu

(3) : berbicara tidak jelas

(2) : bisa mengeluarkan suara mengerang

(1) : tidak bersuaraMotor

(respon motorik)

(6) : mengikuti perintah

5) : melokalisir nyeri (menjangkau & menjauhkan stimulus saat diberi


rangsang nyeri)

(4) : (menghindar/menarik extremitas atau tubuhmenjauhi stimulus saat diberi


rangsang nyeri)

(3) : menjauhi rangsang nyeri

(2) : extensi spontan

(1) : tidak ada Gerakan

Derajat kesadaran

14-15 Composmentis

12-13 Apatis

10-11 Somnolen

9-7 Delirium

4-6 Stupor
3 coma

Exposure

1) kaji riwayat sedetail mungkin

2) kaji stress dan pola makan, serta gaya hidup pasien

3) kaji tentang waktu sampai adanya gejala

4) kaji apakah ada anggota keluarga atau teman yang terkena

5) apakah sebelumnya baru mengadakan perjalanan?

6) Lakukan pemeriksaan abdomen

7) Lakukan pemeriksaan roentgen abdominal

2) Secondary Surveya

a. Riwayat penyakit sekarang

b. Riwayat kesehatan terdahulu

Penyakit yang pernah dialami Alergi (obat, makanan, dll) Obat-obatan yang
digunakanc.

c. Pengkajian head to toe

Keadaan Umum : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen TTV dan
Nyeri : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan pernapasan
serta tekanan darah.

Kepala : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada
atau tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah

Dada : Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolic

Abdomen : Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia

Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary


refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.

2. Diagnosa
1. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(D0019)

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D0077)

3. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring (D0056)

3. Intervensi keperawatan

a. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan


(D0019)

3. Intervensi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

nyeri pada klien dapat teratasi dengan Kriteria hasil :

a) Tingkat kesadaran

b) Reaksi pupil

c) Orientasi koonitif

d. Status kognitif

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (D0077)

Kriteria hasil :

a) Keluan nyeri
b) Meringis
c) Sikap protektif
d) Gelisah

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam

Intoleransi aktifitas berhubungan dengan tirah baring (D0056)

Kriteria hasil :

a) Kemudahan melakukan aktivitas sehari hari


b) Kecepatan berjalan
c) Jarak berjalan
d) Kekuatan tubuh
4. Implementasi
1) Anjurkan untuk banyak minum air.
2) Hindari konsumsi minuman bersoda atau minuman ringan yang
banyak mengandung alcohol dapat meningkatkan asam lambung (HCL)
3) Anjurkan untuk mengurangi merokok
4) Anjurkan pasien untuk memanajemen stress
5) Anjurkan periks ke pelayanan Kesehatan jika perlu

5. Evaluasi

1. Teratasi: apabila perilaku pasien sesuai dengan pernyataan tujuan dan


waktuyang sebelumnya sudah ditetapkan.

2. Teratasi sebagian: pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak memenuhi


semuakriteria dan tujuan serta waktu yang telah ditetapkan.

3. Belum taratasi: pasien belum menunjukkan perilaku yang dituliskan


dalamtujuan, kriteria hasil dan waktu yang telah ditentukan
DAFTAR PUSTAKA

melia, K. (2018). Keperawatan Gawat darurat dan Bencana Sheehy.


Jakarta: ELSEVIER.

Carpenito, L.J.2017. Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis.


Edisi 9.Jakarta : EGC

Davey, Patrick. 2016. Medicine At A Glance. Alih Bahasa:


Rahmalia.A,dkk.Jakarta: Erlangga

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Profil Kesehatan


Indonesia.Jakarta: Depkes RI

IDAI. 2017. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.


Jilid 2 cetakan pertama. Jakarta. Badan Penerbit IDAI

Ida, M. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


pencernaan. Jakarta: Pustaka Baru Press.

ementrian Kesehatan RI.


2017. Profil Kesehatan
Indonesia 2017. Jakarta:
Sekretaris Jenderal
Purnamasari, L. (2017).
Faktor risiko, klasifikasi,
dan terapi sindrom
dispepsia.
870.
Pamela, K. (2017).
Pedoman Keperawatan
Emergensi. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Pamela, K. (2017).
Pedoman Keperawatan
Emergensi. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Potter & Perry. 2017.
Fundamental Of Nursing:
Consep, Proses and
Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
EGC
PPNI. 2016. Standar
DiagnosaKeperawatan
Indonesia: Definisi dan
Indikator
Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
ementrian Kesehatan RI.
2017. Profil Kesehatan
Indonesia 2017. Jakarta:
Sekretaris Jenderal
Purnamasari, L. (2017).
Faktor risiko, klasifikasi,
dan terapi sindrom
dispepsia.
870.
Pamela, K. (2017).
Pedoman Keperawatan
Emergensi. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Pamela, K. (2017).
Pedoman Keperawatan
Emergensi. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Potter & Perry. 2017.
Fundamental Of Nursing:
Consep, Proses and
Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
EGC
PPNI. 2016. Standar
DiagnosaKeperawatan
Indonesia: Definisi dan
Indikator
Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
ementrian Kesehatan RI.
2017. Profil Kesehatan
Indonesia 2017. Jakarta:
Sekretaris Jenderal
Purnamasari, L. (2017).
Faktor risiko, klasifikasi,
dan terapi sindrom
dispepsia.
870.
Pamela, K. (2017).
Pedoman Keperawatan
Emergensi. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Pamela, K. (2017).
Pedoman Keperawatan
Emergensi. Jakarta:
Penerbit Buku
Kedokteran: EGC.
Potter & Perry. 2017.
Fundamental Of Nursing:
Consep, Proses and
Practice.
Edisi 7. Vol. 3. Jakarta :
EGC
PPNI. 2016. Standar
DiagnosaKeperawatan
Indonesia: Definisi dan
Indikator
Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta : DPP PPNI
ementrian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Sekretaris Jenderal

Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom


dispepsia.870.

Pamela, K. (2017). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit


Buku Kedokteran: EGC.
Pamela, K. (2017). Pedoman Keperawatan Emergensi. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran: EGC.Potter & Perry. 2017. Fundamental Of Nursing:
Consep, Proses and Practice.Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

PPNI. 2016. Standar DiagnosaKeperawatan Indonesia: Definisi dan


Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai