Konsep Medik
A. Definisi Dispepsia
Dispepsia ialah istilah yang sering digunakan untuk suatu sindrom atau
kumpulan gejala yang terdiri dari nyeri atau rasa tidak nyaman pada ulu hati, mual,
muntah, kembung rasa cepat kenyang, rasa perut penuh. Keluhan tersebut dapat
secara bergantian yang dirasakan pasien atau bervariasi baik dari segi jenis keluhan
maupun kualitasnya (Yuriko, 2013). Menurut Djojoningrat dalam Aru W. Sudoyo.,
(2014), gejala atau simptomnya dapat berupa nyeri epigastrium dan rasa terbakar
(60-70%), perut terasa penuh sesudah makan (80%), mudah merasakan
kekenyangan (60-70%), distensi dari bagian epigastrium (80%), mual, dan muntah
(60 dan 40%), serta sendawa yang sifatnya bisa berulang atau kronik. Dispepsia
menunjuk pada segala simptom yang berasal dari regio gastroduodenal, menurut
kriteria Roma (Eusebi et al., 2018).
1. Klasifikasi
Pengelompokan dispepsia menjadi dua yaitu:
Pada dispepsia organik sudah diketahui berupa adanya kelainan organik
sebagai penyebabnya. Sindrom dispepsia organik terdapat kelainan yang nyata
terhadap organ tubuh misalnya tukak (ulkus peptikum), gastritis, stomach
cancer,gastro esophageal reflux disease (GERD), hiperasiditas. Dispepsia non-
organik (fungsional) tidak ditemukan abnormalitas atau kelainan pada pemeriksaan
fisik dan endoskopi, serta ditandai dengan nyeri atau tidak nyaman perut bagian
atas yang kronis atau berulang (Schellack et al.,2015).
a. Dispepsia Non Organik (DNU), atau dispepsia fungsional, atau juga Dispepsia
Non Ulkus (DNU), apabila tidak jelas penyebabnya. Dispepsia fungsional tanpa
disertai kelainan atau gangguan bentuk organ berdasarkan pemeriksaan klinis,
laboratorium, radiologi, danendoskopi (Ida, 2016).
D. Manifestasi Klinis
Adanya gas diperut, adanya rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat
kenyang, mual, serta tidak ada nafsu makan dan perut terasa panas.Rasa penuh, cepat
keyang, kembung sesudah makan, mual muntah, sering bersendawa, hilangnya nafsu
makan, nyeri di uluh hati dan dada atau regurgitas asam lambung kemulut.Gejala
dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga bulan meliput: rasa sakit dan
tidak enak di ulu hati, perih, mual, berlangsung lama serta sering kambuh dan disertai
dengan ansietas dan depresi (Purnamasari, 2017).
E. Pemeriksaan Penunjang
2) Secondary Survey
a. Riwayat penyakit sekarang
b. Riwayat kesehatan terdahulu
Penyakit yang pernah dialami
Alergi (obat, makanan, dll)
Obat-obatan yang digunakan
c. Pengkajian head to toe
Keadaan Umum : kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
TTV dan Nyeri : berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah.
Kepala : ubun-ubun besar cekung atau tidak, mata: cekung atau tidak, ada atau
tidaknya air mata, bibir, mukosa mulut dan lidah kering atau basah
Dada : Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik
Abdomen : Bising usus yang lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemia
Ekstremitas : Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan capillary refill
dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologi.
2. Defisit Nutrisi berhubungan dengan mual muntah
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur
C. Intervensi keperawatan
N Diagnosa
Kriteria hasil Intervensi Keperawatan
O Keperawatan
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
. berhubungan tindakan keperawatan 3 Observasi
dengan agen x 24 jam diharapkan Identifikasi lokasi, karakteristik,
cedera tingkat nyeri menurun durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
fisiologi dengan kriteria hasil: nyeri
Identifikasi skala nyeri
keperawatan 3 x 24 jam Identifikasi respon nyeri non verbal
diharapkan tingkat nyeri Identifikasi faktor yang memperberat
menurun dengan kriteria dan memperingan nyeri
hasil: Identifikasi pengetahuan
Keluhan nyeri keyakinan tentang nyeri
menurun dari 5-6 Identifikasi pengaruh budayaterhadap
menjadi 2 respon nyeri
Meringis menurun (5) Identifikasi pengaruh nyeri pada
Frekuensi nadi kualitas hidup
membaik (5) Monitor keberhasilan terapi
Pola nafas Membaik komplementer yang sudah diberikan
(5) Monitor efek samping penggunaan
Kesulitan tidur analgetik
menurun (5) Terapeutik
Berikan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur,terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
Ajarkan teknik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu
2 Defisit Setelah dilakukan Manajemen nutrisi
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan mual 3 x 24 jam diharapkan Identifikasi status nutrisi
muntah status nutrisi Identifikasi alergi dan intoleransi
terpenuhi dengan makanan
kriteria hasil: Identifikasi perlunya penggunaan
Porsi makan yang selang nasogastric
dari 2 sendok Monitor asupan makanan
menjadi 7 sendok Terapeutik
makan Sajikan makanan secara menarik
Berat badan atau dan suhu sesuai
IMT meningkat Lakukan oral hygiene sebelum
(5) makan, jika perlu
Frekuensi makan Edukasi
meningkat (5) Ajurkan posisi duduk jika mampu
Nafsu makan Ajarkan diet yang diprogramkan
meningkat (5) Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrisi dibutuhkan
3 Gangguna Setelah dilakukan Dukungan tidur
. pola tidur tindakan keperawatan Observasi
berhubungan 3x24 jam diharapkan Identifikasi pola aktifitas tidur
dengan pola tidur membaik aktivitas dan tidur
kurang dengan kriteria hasil: Identifikasi faktor pengganggu
kontrol tidur Keluhan sulit tidur
tidur menurun dari Identifikasi makanan dan minum
4 jam menjadi 8 yang menggangu tidur
jam perhari yang mengganggu tidur
Keluhan sulit Identifikasi obat tidur yang
terjaga menurun dikomsumsi
(5) yang dikonsumsi
Keluhan tidak Terapeutik
puas tidur menurun Modifikasi lingkungan
(5) Batasi waktu tidur siang, jika perlu
Keluhan istirahat Fasilitasi menghilangkan stress
tidak cukup sebelum tidur
menurun (5) Tetapkan jadwal tidur rutin
tidur rutin
Lakukan prosedur untuk
meningkatkan kenyamanan (mis.
pijat, pengaturan posisi,terapi
akupresur)
Edukasi
Jelaskan pentingnya tidur cukuo
selama sakit
Anjurkan menempati kebiasaan
waktu tidur
Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang menggangu
tidur.
D. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri atau independen dan
tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri atau independen adalah aktivitas perawatan
yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan
petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah
tindakan yang didasarkan hasil keputusan bersama seperti dokter dan petugas
kesehatan lain.
E. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan
tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan (Carpenito, 2009). Ada 3
jenis evaluasi keperawatan mengenai berhasil/tidaknya suatu tindakan, antara lain:
1. Teratasi: apabila perilaku pasien sesuai dengan pernyataan tujuan dan waktu yang
sebelumnya sudah ditetapkan.
2. Teratasi sebagian: pasien menunjukkan perilaku tetapi tidak memenuhi semua
kriteria dan tujuan serta waktu yang telah ditetapkan.
3. Belum taratasi: pasien belum menunjukkan perilaku yang dituliskan dalam tujuan,
kriteria hasil dan waktu yang telah ditentukan.
F. Discharge Planing
Discharge planning merupakan bagian dari proses keperawatan dan fungsi
utama dari perawatan. Discharge planning harus dilaksanakan oleh perawat secara
terstruktur dimulai dari pengkajian saat pasien masuk ke rumah sakit sampai pasien
pulang (Potter & Perry, 2010). Beberapa hal yang perlu diberikan kepada keluarga
pasien Dispepsia antara lain:
1) Anjurkan untuk banyak minum air.
2) Hindari konsumsi minuman bersoda atau minuman ringan yang banyak
mengandung alcohol dapat meningkatkan asam lambung (HCL)
3) Anjurkan untuk mengurangi merokok
4) Anjurkan pasien untuk memanajemen stress
5) Anjurkan periks ke pelayanan Kesehatan jika perlu.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, L.J.2009. Diagnosis keperawatan aplikasi pada praktik klinis. Edisi 9.Jakarta : EGC
Davey, Patrick. 2005. Medicine At A Glance. Alih Bahasa: Rahmalia. A,dkk. Jakarta:
Erlangga
Ida, M. (2016). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem pencernaan.
Jakarta: Pustaka Baru Press.
Purnamasari, L. (2017). Faktor risiko, klasifikasi, dan terapi sindrom dispepsia. 870.
Potter & Perry. 2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7. Vol. 3.
Jakarta : EGC
PPNI. 2016. Standar DiagnosaKeperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Ihuldanindonesia: Definisi dan tindakan
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI