Ny. Y umur 43 tahun datang ke rumah sakit dengan lemas, keluhan nafsu makan menurun,
nausea, tidak BAB selama 1 minggu, feses keras jika BAB, distensi abdomen, hasil pemeriksaan
TTV didapatkan hasil TD: 120/90mmHg, Nadi: 88x/menit, RR:20x/menit, S:36,5ᵒC, BB
sebelum sakit 60kg, BB saat sakit 55kg, teraba massa, nyeri tekan (+) regio hipogastrium dan
epigastrium, Hepar dan lien tidak teraba membesar, hasil pemeriksaan laboratorium Hb : 9g/dl,
leukosit : 7000/uL, trombosit 235.000/Ul, pasien didiagnosa CA Colon dan disarankan untuk
operasi pembuatan lubang kolostomi. Setelah 3 hari dilakukan operasi kolostomi perawat akan
melakukan tindakan perawatan pada stoma dan memberikan health edukasi kepada keluarga
tentang perawatan stoma dirumah
PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum :
Kesadaran pasien composmentis pemeriksaan TTV TD: 120/90mmHg, Nadi: 88x/menit,
RR:20x/menit, S:36,5ᵒC
b. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk agak cembung
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : teraba massa, nyeri tekan (+) regio hipogastrium dan epigastrium, Hepar
dan lien tidak teraba membesar
Perkusi : timpani pada seluruh lapangan abdomen
MASALAH KEPERAWATAN
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan Laboratorium
Nilai hemaglobin dan Hematocrit biasanya turun dengan indikasi anemia. Hasil tes Gualac
positif untuk accult blood pada feces memperkuat perdarahan pada GI Tract. Dua contoh
sampel feses yang terpisah dites selama 3 hari berturut-turut, hasil yang negatif sama sekali
tidak menyampingkan kemungkinan terhadap Ca Colon. Carsinoma embrionik antigen
(CEA) mungkin dihubungkan dengan Ca Colon, bagaimanapun ini juga tidak spesifik
dengan penyakit dan mungkin berhubungan dengan jinak atau ganasnya penyakit. CEA
sering menggunakan monitor untuk pengobatan yang efektif dan mengidentifikasi
kekambuhan penyakit.
b. Pemeriksaan Radiologik
Foto kolon dilakukan dengan kontras barium yang dimasukan melalui rektum. Dengan
memasukan udara setelah defekasi bubur barium ini,akan tampak lapisan tipis bubur barium
pada mukosa kolon sehingga kelainan kolon lebih mudah dilihat
c. Pemeriksaan Endoskopi
Tes tersebut diindikasikan untuk menilai seluruh mukosa kolon karena 3% dari pasien
mempunyai synchronous kanker dan berkemungkinan untuk mempunyai polip premaligna.
d. Rektosigmoidoskopi
Adalah pipa kaku sepanjang 25-30 cm. Melihat rectum dan sigmoid setelah usus dibersihkan
secara mekanis
e. Kolonoskopi
Dipakai fiberskop lentur untuk melihat dinding kolon dari dalam lumen sampai ileum
terminalis
f. Colok dubur
Pemeriksaan colok dubur dilakukan pada setiap penderita dengan tujuan untuk menentukan
keutuhan spinkter ani, ukuran dan derajat fiksasi tumor pada rectum 1/3 tengah dan distal.
Pada pemeriksaan colok dubur yang harus dinilai adalah pertama, keadaan tumor: ekstensi
lesi pada dinding rectum. Kedua, mobilitas tumor untuk mengetahui prospek terapi
pembedahan. ketiga, ekstensi penjalaran yang diukur dari ukuran tumor dan karakteristik
pertumbuhan primer, mobilitas atau fiksasi lesi
a. Pengertian :
Mengganti kantong kolostomi dan membersihkan stoma kolostomi, serta kulit sekitar
stoma,secara berkala dan sesuai kebutuhan. Kolostomi akan mulai berfungsi optimal sekitar
3-6 hari pasca pembedahan (Smeltzer & Bare, 2002).
b. Prinsip Umum dan Tujuan :
Prinsip umum :
1. Ganti kantong kolostomi secara berkala dan sesuai kebutuhan.
2. Bersihkan stoma secara dengan menggunakan NaCL atau air hangat,lalu keringkan..
3. Perhatikan kondisi stoma dan kulitsekitar stoma setiap membukakantong kolostomi dan
setelah membersihkan stoma.
4. Pastikan lubang kantong kolostomi terpasang pas dengan stoma.
Tujuan :
- Menjaga kebersihan pasien
- Mencegah terjadinya infeksi
- Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
- Mempertahankan kenyamanan pasien dan lingkungannya
c. Waktu penggantian kantong kolostomi :
- Kantong kolostomi harus dikosongkan jika sudah ⅓ atau ½ penuh (Truven Health
Analytics Inc.2012).
- Burch (2013) menyatakan mayoritas pasien dengan kolostomi mengganti kantong
kolostominya 3 kali sehari hingga 3 kali seminggu, dengan rata-rata penggantian
kolostomi secara rutin selama satu hari sekali.
d. Alat – alat
Untuk mengganti kantong kolostomi :
a. Colostomy bag atau cincin tumit
b. Bantalan kapas.
c. Kain berlubang, dan kain persegi empat.
d. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl.
e. Kapas kering atau tissue.
f. 1 pasang sarung tangan bersih.
g. Kantong plastic untuk balutan kotor.
h. Baju ruangan / celemek.
i. Zink salep.
j. Perlak dan alasnya.
k. Plester dan gunting.
l. Bila perlu obat desinfektan.
m. Bengkok.
n. Set ganti balut
Untuk Irigasi kolostomi (Burch, 2013).:
2. Irigasi Kolostomi. Merupakan suatu cara untuk mengeluarkan feses, yang dilakukan
secara terjadwal dengan memasukkan sejumlah air dengan suhu yang sama dengan
tubuh (hangat) (Putri, 2011). Pergerakan bowel baiknya dalam keadaan regular dan
bebas dari masalah saat akan dilakukan irigasi kolostomi. Irigasi kolostomi tidak dapat
dilakukan bila pasien mengalami iritasi pada ususnya, prolaps stoma, hernia peristomal,
dan pada stoma yang terdapat pada kolon asenden dan tranversal (Putri, 2011).
3. Langkah – langkah irigasi kolostomi sebagai berikut (Burch, 2013; Putri, 2011;
Smeltzer & Bare, 2002) :
1) Isi wadah dengan air hangat, tinggikan setinggi bahu (posisi duduk di toilet).
2) Alirkan cairan irigasi hingga ke ujung selang (membuang udara yang ada di
sepanjang selang)
3) Posisikan kantong stoma (plastic sleeve) ke toilet
4) Olesi pelumas atau pelicin cone (jelly) sebelum masuk kestoma
5) Masukkan cone kedalam stoma dengan perlahan, kemudianalirkan cairan
sebanyak 300-500cc.
6) Untuk hasil yang maksimal, alirkan kembali 500cc-1000cc,tahan selama 10 detik
setelah cairan mengalir.
7) Biarkan feses, cairan dan flatus keluar dari stoma menujutoilet melalui sleeve
selama 10-15 menit.
8) Tutup kantong atau ganti kantong dengan kantong kolostomibiasa dan bereskan
alat
EDUKASI PERAWATAN STOMA
Edukasi pada pasien pertama kali adalah mengajarkan bagaimana memilih kantung yang
tepat untuk pasiennya. Pasien ditawarkan untuk mencoba beberapa jenis kantung yang ada sesuai
dengan kebutuhan dan kenyamanan pasien. Pertimbangan dalam memilih kantung selain
nyaman, aman, terjangkau harganya oleh pasien dan mudah untuk mendapatkan kantung
tersebut. Pemilihan kantung yang akan dipakai oleh pasien seharusnya didiskusikan dengan
perawat stoma, karena penggunaan kantung akan berlangsung cukup lama (Black & Hawks,
2009).
stoma yang sehat terlihat merah dan menonjol sekitar 2cm Permukaan dinding perut.
Kolostomi jenis end stoma, loop, atau doubel barrel, akan mudah dilakukan perawatan stoma
jika tidak terjadi komplikasi seperti prolap, hernia, dan iritasi. Bentuk stoma yang menonjol 2 cm
akan memudahkan dalam pemasangan kantung kolostomi. Stoma dan kulit sekitarnya harus
dibersihkan sampai bersih. Pencucian kulit sekitar luka dapat menggunakan sabun dan
pelaksaannya pembilasan dilakukan sampai hilang sabunnya. Kemudian kulit sekitar stoma
dikeringkan sebelum dilakukan pemasangan kolostomi. Kondisi basah akan menyebabkan
kantung kolostomi tidak dapat menempel pada dinding perut (Black & Hawks, 2009).
Pengukuran stoma dilakukan dengan membuat pola yang berukuran sama dengan luas
atau diameter stoma. Pembuatan pola ini bertujuan untuk memastikan lubang kantung stoma
tepat sesuai ukuran stoma yang akan dipasang kantung kolostomi. Tahap berikutnya membuat
lubang kantung stoma yang dibuat sesuai pola yang sudah dibuat sebelumnya. Sebelum
memasangkan kantung stoma, harus memastikan kulit sekitar stoma kering. Kemudian
menempelkan kantung stoma ke tempat kolostomi dan merekatkannya (Black & Hawks, 2009).
Membimbing dan mengajarkan teknik perawatan stoma kepada pasien serta mengajari
cara membuang atau mengosongkan kantung stoma. Apabila kantung stoma telah terisi sepertiga
bagian maka pasien diharapkan membuang cairan atau feses yang ada dalam kantung stoma
tersebut (Black & Hawks, 2009).
1. Seorang laki-laki berusia 40 tahun, datang ke UGD dengan keluhan mual, muntah sejak 3
hari yang lalu. Klien mengatakan nyeri ulu hati, terlihat sklera dan kulit berwarna kuning.
Dari hasil pemeriksaan fisik terdapat pembesaran hati dan nyeri tekan pada area hati. Dari
data tersebut pasien didiagnosa hepatitis. Apakah pemerikaan lab yang menunjang untuk
diagnosa kasus diatas?
a. Hemoglobin
b. LED
c. Bilirubin
d. SGOT, SGPT
e. Leukosit
Jawaban : D
Pembahasan : dari data yang didapatkan, pemeriksaan laboratorium yang paling
menunjang untuk kasus Tn. A adalah SGOT dan SGPT (serum glutamik oxalocetix
transaminase) adalah enzim transaminase yang berada pada serum dan jaringan,
terutama hati dan jantung. Kerusakan pada jaringan jantung dan hati ditunjukkan dengan
adanya pelepaan SGOT yang tinggi dalam serum. Batas normal SGOT pada pria adalah
40U/L, sedangkan pada wanita 30U/L. sementara itu SGPT (serum glutamik Pyruvik
Transaminase) adalah enzim transaminase yang berada pada jaringan tubuh terutama hati
jika tubuh dalam keadaan normal. Peningkatan SGPT dalam serum darah menunjukkan
adanya trauma atau kerusakan hati. Batas normal SGPT pada pria sampai dengan 35U/L,
sedangkan wanita sampai dengan 28U/L. peningkatan 20 kali lebih besar dari batas
normal merupakan gejala dari hepatitis virus dan hepatitis toksik. Di samping itu,
peningkatan 3-10 kali dari batas normal merupakan gejala infeksi mond nuclear,
hepatitis kronik aktif, infark miokard (serangan jantung)
2. Seorang pasien laki-laki berusia 26 tahun, dirawat di Rs dengan keluhan perut terasa penuh
sejak 2 minggu lalu., tidak nafsu makan, mual. Muntah, dan lemas, hasil pengkajian
didapatkan sclera dan kulit pasien berwarna kuning, serta suhu tubuh 39ᵒC. Pemeriksaan
laboratorium yang tepat untuknmenegakkan masalah pada pasien tersebut adalah…
a. Urine rutin
b. Kolesterol
c. Hemoglobin
d. Enzim hati
e. Kadar albumin
Jawaban : D
Penjelasan : berdasarkan tanda dan gejala pasien tersebut, pasien didiagnosa mengalami
gangguan enzim hati.