Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada Era Globalisasi dan persaingan bebas ini kecenderungan terhadap

peningkatan gangguan jiwa semakin besar, hal ini disebabkan karena stressor

dalam kehidupan semakin kompleks. Peristiwa kehidupan yang penuh

tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya hubungan sosial,

pengangguran, masalah dalam pernikahan, kesulitan ekonomi, tekanan di

pekerjaan dan diskriminasi meningkat resiko penderita gangguan jiwa

(Suliswati,2005;di kutip dalam Nophiawati 2013). Gangguan jiwa merupakan

salah satu dari masalah kesehatan terbesar selain penyakit degeneratif, kanker

dan kecelakaan. Gangguan jiwa juga merupakan masalah kesehatan yang

serius karena jumlahnya terus mengalami peningkatan setiap tahun. Selain itu

gangguan jiwa merupakan penyakit kronis yang membutuhkan proses

panjang dalam penyembuhannya.(Narsiati, 2017)

Pengobatan di rumah sakit merupakan penyembuhan sementara,

selanjutnya penderita gangguan jiwa harus kembali ke komunitas. Adanya

stigma yang negatif terhadap ODGJ (Orang Dengan Gangguan Jiwa) dan

keluarganya menyebabkan ODGJ dan keluarganya akan terkucilkan di

masyarakat. Pada keluarga, stigma akan menyebabkan beban yang berat bagi

keluarga penderita gangguan jiwa sehingga berdampak pada kurang

adekuatnya keluarga dalam memberikan perawatan pada ODGJ (Orang

Dengan Gangguan Jiwa). (Narsiati, 2017).

1
2

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan yang

signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Hasil analisi WHO sekitar 450

juta orang menderita gangguan jiwa termasuk skizofrenia. Skizofrenia

menjadi gangguan jiwa paling dominan dibanding gangguan jiwa lainnya.

Penderita gangguan jiwa sepertiga tinggal di negara berkembang, 8 dari 10

orang yang menderita skizofrenia tidak mendapatkan penanganan medis. Hasil

prevalensi gangguan jiwa pada penduduk Indonesia 1,7 per 1.000 penduduk

menderita gangguan mental emosional pada penduduk umur lebih dari 15

tahun naik 6% dari tahun sebelumnya (Riskesdas, 2018) . Berdasarkan data

dari riset kesehatan dasar di jawa timur, penderita gangguan jiwa pada tahun

2018 sebanyak 5% Jumlah tersebut naik sebesar 2,5 % sejak tahun 2013.

Menurut data dari Dinas kesehatan kabupaten Kediri tahun 2018 jumlah

penderita gangguan jiwa berjumlah 3.281 orang.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

11 Juli 2019 di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Adan-Adan Kebupaten

Kediri terdapat 78 orang yang menderita gangguan jiwa, dari hasil wawancara

yang dilakukan peneliti pada lima keluarga yang mempunyai anggota keluarga

dengan gangguan jiwa, Keluarga merasa dipandang sebelah mata, di buat

omongan orang dan merasa di jauhi oleh masyarakat sekitar karena

mempunyai keluarga yang menderita gangguan jiwa, karena suatu sikap atau

perilaku yang dilakukan oleh penderita gangguan jiwa yang dapat

menimbulkan kerugian bagi orang lain. Keluarga sudah menghabiskan banyak

uang untuk membiayai pasien berobat tetapi pasien tidak kunjung sembuh,
3

terkadang keluarga juga kuwalahan dan merasa takut dalam merawat saat

pasien marah-marah.

Pemerintah dalam menanggulangi gangguan jiwa masih banyak

mengalami hambatan. Menurut Agusno (2011), akar permasalahan pada

kesehatan mental berasal dari tiga inti pokok. Pertama adalah pemahaman

masyarakat yang kurang mengenai gangguan jiwa, kedua adalah stigma

mengenai gangguan jiwa yang berkembang di masyarakat dan terakhir tidak

meratanya pelayanan kesehatan mental. Berdasarkan studi kualitatif yang

dilakukan oleh Rinda 2018, tentang gambaran pengalaman keluarga tinggal

dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa perilaku kekerasan

menghasilkan 12 tema salah satunya adalah merasa dikucilkan, di kalangan

masyarakat awam, orang yang mengalami gangguan jiwa dianggap sebagai

hal yang memalukan, dan masyarakat cenderung mengabaikan, mengucilkan

bahkan mengurung mereka, tanpa menghiraukan kebutuhan mereka akan

makanan dan kebersihan. Persepsi masyarakat terhadap penderita gangguan

jiwa masih negatif dan dipandang sebelah mata. Masyarakat menganggap

penderita gangguan jiwa adalah sampah sosial, dihina dan dicaci maki, serta

tidak jarang penderita mendapatkan perlakuan yang tidak selayaknya

didapatkan oleh manusia.

Stigma dipengaruhi oleh beberapa komponen. Menurut Taylor dan Dear

1981 dikutip dalam Purnama Gilang 2016, menjelaskan bahwa ada empat

dimensi atau domain stigma gangguan jiwa di masyarakat, yaitu otoriterisme,

kebajikan, pembatasan sosial dan ideologi komunitas kesehatan mental.


4

Stigmatisasi merupakan suatu proses sosial ketika seseorang yang

terpinggirkan telah diberi label sebagai orang yang abnormal atau sesuatu

yang memalukan. Stigma berasal dari bahasa Yunani kuno, yang barati adanya

jarak sosial dimana orang lain tidak mau bergaul dengan orang yang

menderita gangguan jiwa (Waluyo, 2017).

Stigma yang terus tumbuh di masyarakat dapat merugikan dan

memperburuk bagi yang terkena label sosial ini.Dampak yang muncul dengan

adanya ODGJ bukan hanya pada pasien, namun juga pada keluarga,

masyarakat di sekitar, bahkan pemerintahan (Riskesdas, 2013). Orang yang

paling merasakan dampak dengan adanya pasien gangguan jiwa adalah

keluarga, karena keluarga merupakan orang yang tinggal dan merawat pasien

(Stuart, 2013). Jika salah satu anggota keluarga ada yang mengalami

gangguan jiwa, maka keluarga akan merasa sedih, ikut merasakan sakit,

kebingungan dalam merawat, malu menghadapi stigma yang ada di

masyarakat, dan malu untuk bersosialisasi. Hal ini disebut dengan beban

keluarga (Fajar Rinawati, 2017)

Beban tersebut yaitu beban financial dalam biaya perawatan, beban

mental dalam menghadapi perilaku pasien, danbeban sosial terutama

menghadapi stigma dari masyarakat tentang anggota keluarganya yang

mengalami gangguanjiwa. Dampak dari beban yang dirasakan keluarga akan

mempengaruhi kemampuan keluarga dalam merawat pasien. Jika keluarga

terbebani kemungkinan keluarga tidak mampu merawat pasien dengan baik

(Suryaningrum, 2013).
5

Pemerintah dalam menangani permasalahan stigma ini adalah dengan

mengadakan pelayanan, penyuluhan dan penanganan yang terintegrasi

berbasis pelayanan kesehatan primer (puskesmas), yang menjangkau seluruh

area sampai ke area yang sulit dijangkau. Pemerintah juga mengadakan

program pelatihan bagi semua pelayanan kesehatan termasuk kader

masyarakat, yang nantinya akan disosialiasikan di masyarakat yang bertujuan

meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai gangguan jiwa dan nantinya

diharapkan bisa mengurangi akan stigma ini (Purnama Gilang, 2016)

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

tentang pengaruh stigma masyarakat terhadap beban keluarga dalam merawat

penderita gangguan jiwa di wilayah kerja UPTD Puskesmas kota Kediri.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat disimpulkan masalah yaitu

“Bagaimana pengaruh beban keluarga dalam merawat penderita gangguan

jiwa di tinjau dari stigma masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Adan-Adan Kabupaten Kediri?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh beban keluarga dalam merawat penderita gangguan

jiwa di tinjau dari stigma masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Adan-Adan Kabupaten Kediri


6

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui stigma masyarakat di wilayah kerja UPTD

PuskesmasAdan-Adan Kabupaten Kediri

b. Mengetahui beban keluarga merawat penderita gangguan jiwa di

wilayah kerja UPTD Puskesmas Adan-Adan KabupatenKediri

c. Menganalisis pengaruh stigma masyarakat terhadap beban keluarga

dalam merawat penderita gangguan jiwa di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Adan-Adan Kabupaten Kediri

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Mengetahui pengaruh stigma masyarakat terhadap beban keluarga dalam

merawat penderita gangguan jiwa

2. Manfaat praktis

a. Bagi mahasiswa

Sebagai masukan dan pengetahuan bagi mahasiswa tentang pengaruh

stigma masyarakat terhadap beban keluarga dalam merawat penderita

gangguan jiwa

b. Bagi institusi pendidikan

Peneliti dapat memberikan referensi baru bagi perkembangan ilmu

pengetahuan keperawatan jiwa pada umumnya, khusunya

berhubungan dengan skripsi pengaruh stigma masyarakat terhadap


7

beban keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa sehingga

dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya.

c. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam penelitian

terutama metodelogi penelitian tentang pengaruh stigma masyarakat

terhadap beban keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa

d. Bagi keluarga dan masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan bagi keluarga maupun

masyarakat tentang penyakit gangguan jiwa.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang berjudulpengaruh stigma masyarakat terhadap beban

keluarga dalam merawat penderita gangguan jiwa di wilayah kerja UPTD

Puskesmas Adan-Adan Kabupaten Kediri, merupakan lanjutan dari penelitian

sebelumnya yang dilakukan oleh Fajar Rinawati, Sucipto tahun 2017 yang

berjudul pengaruh beban terhadap stress yang dialami keluarga dalam

merawat pasien gangguan jiwa. Hal yang membedakan dengan penelitian

sebelumnya adalah populasi, jumlah sampel, lokasi penelitian, variabel.


8

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Perbedaan Penelitian Sri Penelitian Fajar Penelitian


Suryaningrum et al Rinawati et al Mahasiswa
1. Judul penelitian Hubungan anatara Pengaruh beban Pengaruh stigma
beban keluarga terhadap stress yang masyarakat terhadap
dengan kemampuan dialami keluarga beban keluarga
keluarga merawat dalam merawat dalam merawat
pasien perilaku pasien gangguan jiwa penderita gangguan
kekerasan di poli jiwa
klinik rumah sakit
Marzoeki Mahdi
Bogor
2. Variabel Independen Independen Independen
Beban keluarga Beban Stigma masyarakat
Dependen Dependen Dependen
Kemampuan Stress yang dialami Beban keluarga
merawat pasien keluarga dalam dalam merawat
perilaku kekerasan merawat pasien penderita gangguan
gangguan jiwa jiwa
3. Tahun 2013 2017 2019
4. Tempat Poli klinik rumah Wilayah kerja UPTD Wilayah kerja
sakit Marzoeki Puskesmas UPTD Puskesmas
Mahdi Bogor campurejo dan Adan-adan
Puskesmas Balowerti Kabupaten Kediri
Kota Kediri
5. Rancangan Desain penelitian Penelitian ini Penelitian ini
penelitian adalah analitik menggunakan metode menggunakan
dengan teknik pendekatan cross metode pendekatan
purposive sampling sectional, sampel cross sectional,
terhadap 103 yang digunakan 30 sampel yang
responden responden, dengan digunakan 65
menggunakan teknik responden, dengan
purposive sampling menggunakan teknik
Sample random
sampling

Anda mungkin juga menyukai