Anda di halaman 1dari 13

Nama kelompok : Irma Ayu Malau & Firny

Tugas : Keperawatan Kritis


Dosen : Maam Erna

KASUS :

Richard Wright adalah seorang pria berusia 48 tahun dan duda dengan dua anak remaja. Tn.
Wright masuk rumah sakit komunitas akibat asites dan malnutrisi. Ia telah tiga kali masuk rumah
sakit akibat sirosis, perawatan terakhirnya di rumah sakit adalah 6 bulan yang lalu.

PENGKAJIAN

Tn. Wright dalam kondisi letargi, tetapi berespons dengan baik terhadap stimuli verbal. la
mengeluhkan "meludah darah selama seminggu terakhir atau lebih" dan berkata, "saya hanya
tidak merasa lapar." la telah mengalami penurunan berat badan sebesar 9 kg sejak perawatannya
yang terakhir. la mengalami jaundis dan memiliki petekiae dan ekimosis pada lengan dan
tungkainya. Liz Mowdi, perawat Tn. Wright, menemukan adanya edema pratibial berlesung.
Pengkajian abdomen menunjukkan abdomen yang keras dan kaku serta membengkak disertai
kaput medusa. Batas hati tidak teraba; limpa membesar. Tanda-tanda vital meliputi suhu tubuh
37,7°C, nadi 110x/ menit, respirasi 25x/menit, dan tekanan darah 110/70 mmHg.

Hasil pemeriksaan laboratorium yang abnormal mencakup SDP 3.700/mm³ (normalnya 4.300-
10.800/ mm); SDM 4,0 juta/mm' (normalnya 4,6-5,9 juta/mm'); trombosit 75.000/mm³
(normalnya 150.000-350.000/ mm'); amonia serum 105 µm/dl. (normalnya 35-65 µm/ dL);
bilirubin total 4,9 mcg/dL (normalnya 0,1-1,0 mcg/ dL); dan natrium serum 150 mEq/L
(normalnya 135-145 mEq/L). Kadar kalium, hemoglobin, hematokrit, protein total, dan albumin
terlihat jelas mengalami penurunan. Enzim hepatik mengalami kenaikan. Kadar BUN dan
kreatinin secara garis besar mengalami kenaikan. Saturasi oksigen (sat O,) 88% (rentang normal:
96-100%) per oksimetri nadi. Endoskopi menunjukkan perdarahan dari ulkus lambung, dan
diagnosis sirosis alkoholik disertai gastritis ditegakkan. Tn. Wright mulai diberikan Aldactone,
25 mg per oral tiap 8 jam; Riopan, 30 ml 2 jam setelah makan dan sebelum tidur, laktulosa, 30
mL setiap jam hingga terjadi awitan diare, kemudian 15 mL tiga kali sehari; dan 800 mg diet
natrium; pembatasan cairan 1.500 mL/hari.
A. Studi Kasus

Diagnosa Hasil yang diharapkan Intervensi Implementasi Evaluasi

Kebutuhan nutrisi a. Status Nutrisi Manajemen Nutrisi a. Berkolaborasi dengan S :


kurang dari kebutuhan Indikator : ahli gizi untuk
a. Kaji adanya alergi Pasien mengatakan
tubuh berhubungan menentukan jumlah kalori
1) Intake nutrisi dalam makanan tidak nafsu makan
dengan penurunan dan nutrisi yang
rentang normal perut terasa penuh dan
absorbsi vitamin, b. Kolaborasi dengan ahli dibutuhkan pasien
tegang,
karbohidrat dan lemak. 2) Intake makanan gizi untuk menentukan
b. Menganjurkan pasien
dalam rentang normal jumlah kalori dan nutrisi O : tampak jaundis dan
DS : pasien untuk meningkatkan Fe
yang dibutuhkan pasien memiliki petekiae dan
mengeluhkan 3) Intake minuman
c. Menganjurkan pasien ekimosis pada lengan
"meludah darah selama dalam rentang normal c. Anjurkan pasien untuk
untuk meningkatkan dan tungkainya.
seminggu terakhir atau meningkatkan Fe d.
4) Rasio BB/TB dalam protein dan vitamin C
lebih" dan berkata, Anjurkan pasien untuk A : masalah belum
rentang normal
"saya hanya tidak meningkatkan protein d. Mengajurkan diit tinggi teratasi
b. Status Nutrisi : dan vitamin C e. serat
merasa lapar." la telah P : lanjutkan intervensi
mengalami penurunan Asupan Makanan dan Yakinkan diet yang
e. Memonitor jumlah
berat badan sebesar 9 Cairan Indikator : dimakan mengandung
nutrisi dan kandungan
kg sejak perawatannya tinggi serat untuk
1) Asupan kalori, kalori
yang terakhir. mencegah konstipasi
vitamin, mineral 2) f. Mengkaji kemampuan
DO : tampak jaundis Asupan protein, lemak, f. Monitor jumlah nutrisi
pasien untuk mendapatkan
dan memiliki petekiae 3) Asupan serat,
dan ekimosis pada kalsium, sodium 4) dan kandungan kalori nutrisi yang dibutuhkan
lengan dan tungkainya. Asupan karbohidrat,
g. Kaji kemampuan g. Memonitor lingkungan
asupan zat besi
Tanda-tanda vital pasien untuk selama makan.
meliputi suhu tubuh c. Kontrol BB mendapatkan nutrisi
h. Menjadwalkan
37,7°C, nadi 110x/ Indikator : yang dibutuhkan
pengobatan dan tindakan
menit, respirasi
1) Adanya peningkatan Manajemen Mual tidak selama jam makan
25x/menit, dan tekanan
berat badan sesuai
darah 110/70 mmHg. a. Ajarkan pasien untuk i. Memonitor kulit kering
dengan tujuan
SPO2 88% memonitor pengalaman dan perubahan pigmentasi
2) Berat badan ideal mualnya
j. Memonitor turgor kulit
sesuai dengan tinggi
b. Ajarkan pasien untuk
badan k. Memonitor kekeringan,
mempelajari
rambut kusam, dan mudah
3) Mampu strategistrategi untuk
patah
mengidentifikasi mengatur mualnya
kebutuhan nutrisi l. Memonitor pertumbuhan
c. Lakukan pengkajian
dan perkembangan
4) Tidak ada tanda – lengkap terkait mual,
tanda malnutrisi meliputi frekuensi, m. Memonitor pucat,

durasi, dan faktor kemerahan, dan


5) Menunjukkan
presipitasi. kekeringan jaringan
peningkatan fungsi
konjungtiva.
pengecapan dari d.Evaluasi pengalaman-
menelan pengalaman mual pasien n. Memonitor kalori dan
6) Tidak terjadi sebelumnya intake nutrisi
penurunan berat badan
e. Identifikasi o. Membina hubungan
yang berarti
faktorfaktor yang terapeutik berdasarkan
menyebabkan mual kepercayaan dan respek
pasien sebelumnya pada pasien

f. Kolaborasi p. Menenentukan intake


memberikan terapi obat makanan

g. Ajarkan teknik-teknik dan kebiasaan makan


nonfarmakologi, seperti pasien
relaksasi, terpi musik,
q. Menyediakan informasi
distraksi, acupressure
tentang kebutuhan
untuk mengatur mual
kesehatan untuk
yang dirasakan oleh
modifikasi diit : penurunan
pasien
berat badan, peningkatan
Nutrition monitoring berat badan, kekurangan
cairan
a. BB pasien dalam batas
normal L. laktulosa, 30 mL setiap
jam hingga terjadi awitan
b. Monitor adanya
diare, kemudian 15 mL
penurunan berat badan
tiga kali sehari; dan 800
c. Monitor tipe dan
jumlah aktivitas yang mg diet natrium;
biasa dilakukan

d. Monitor lingkungan
selama makan.

e. Jadwalkan pengobatan
dan tindakan tidak
selama jam makan f.
Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi

g. Monitor turgor kulit

h. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah

i. Monitor mual dan


muntah

j. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht

k. Monitor pertumbuhan
dan perkembangan

l. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva.

m. Monitor kalori dan


intake nutrisi

n. Catat adanya edema

Konseling Nutrisi a. Bina


hubungan terapeutik
berdasarkan kepercayaan
dan respek pada pasien b.
Tentukan intake
makanan dan kebiasaan
makan pasien

c. Sediakan informasi
tentang kebutuhan
kesehatan untuk
modifikasi diit :
penurunan berat badan,
peningkatan berat badan,
kekurangan cairan

d. Bantu pasien untuk


mencatat kebiasaan
makannya tiap 24 jam

Kelebihan volume a. Keseimbangan Manajemen Cairan a. a.Mempertahankan catatan S : Pasien mengatakan


cairan berhubungan Elektrolit dan Asam Pertahankan catatan intake dan output yang perutnya masih
dengan penurunan Basa Indikator : intake dan output yang akurat membesar, tagang, dan
tekanan osmotik akurat b. Pasang urin masih terasa penuh
1) Serum albumin, b. Monitor hasil labor Hb,
koloid. kateter jika diperlukan
kreatinin, hematokrit, Ht, O : Tampak asites,
DS : pasien Blood Urea Nitrogen c. Monitor hasil Hb yang pembatasan cairan
c. Memonitor vital sign
mengeluhkan (BUN), dalam rentang sesuai dengan retensi 1.500 mL/hari. hasil
(TD, Nadi, RR, Suhu)
"meludah darah selama normal. cairan (BUN, Hmt, I/O
seminggu terakhir atau osmolaritas d. d. Mengkaji luas dan
urin)
2) pH urine, urine Tanda-tanda vital
lebih" dan berkata, Monitor vital sign lokasi asites dengan cara
sodium, urine meliputi suhu tubuh
"saya hanya tidak mengukur lingkar perut
creatinin,urine e. Monitor indikasi 37,7°C, nadi 110x/
merasa lapar." la telah
osmolarity, dalam retensi / kelebihan cairan e. Memonitor masukan menit, respirasi
mengalami penurunan makanan / cairan
rentang normal. 25x/menit, dan tekanan
berat badan sebesar 9 f. Kaji luas dan lokasi
3) tidak terjadi edema f. Berkolaborasi pemberian darah 110/70 mmHg.
kg sejak perawatannya
kelemahan otot. 4) obat Riopan, 30 ml 2 jam SPO2 88%
yang terakhir. g. Monitor masukan
setelah makan dan
DO : adanya edema tidak terjadi disritmia. makanan / cairan dan sebelum tidur, Aldactone, A : masalah belum
pratibial berlesung. hitung intake kalori 25 mg per oral tiap 8 jam teratasi
b. Keseimbangan
abdomen yang keras
Cairan Indikator : h. Monitor status nutrisi g.Bekolaborasikan dokter P : lanjutkan intervensi
dan kaku serta
jika tanda cairan berlebih
membengkak disertai 1) Tidak terjadi asites i. Kolaborasi pemberian
muncul memburuk.
kaput medusa. Batas 2) Ekstremitas tidak diuretik sesuai interuksi
hati tidak teraba; limpa edema h. Menentukan
j.Kolaborasikan dokter
membesar. kemungkinan faktor resiko
jika tanda cairan berlebih
3) Tidak terjadi dari ketidakseimbangan
Hasil pemeriksaan distensi vena jugularis muncul memburuk
cairan dengan cara
laboratorium yang Monitor Cairan memonitor intake dan
abnormal mencakup
a. Tentukan riwayat output
SDP 3.700/mm³. SDM
jumlah dan tipe intake pembatasan cairan 1.500
4,0 juta/mm'. trombosit
cairan dan eliminasi mL/hari.
75.000/mm³, amonia
serum 105 µm/dl. b. Tentukan
bilirubin total 4,9 kemungkinan faktor
mcg/dL,dan natrium resiko dari
serum 150 mEq/L ketidakseimbangan
Kadar kalium, cairan
hemoglobin,
c. Monitor berat badan
hematokrit, protein
d. Monitor TD, HR dan
total, dan albumin
terlihat jelas RR
mengalami penurunan.
e. Monitor perubahan
Enzim hepatik
irama jantung
mengalami kenaikan.
Kadar BUN dan f. Catat secara akurat

kreatinin secara garis intake dan output

besar mengalami g. Monitor tanda dan


kenaikan. gejala edema h. Beri
cairan sesuai keperluan

i. Kolaborasi dalam
pemberian obat yang
dapat meningkatkan
output urin
B. Diharap jawaban berdasarkan teori atau dari sumber media lainnya tapi diharapkan jawaban
berhubungan dengan pertanyaan

1. Jelaskan hubungan antara hipertensi portal, disfungsi hati dan asites

Jawaban :

 Hipertensi portal didefinisikan sebagai tekanan portal yang lebih besar dari 5-10 mmHg.
Karena berkembang secara spontan, aliran darah didorong dari hati ke pembuluh sistem
tekanan rendah (aliran hepatofugal).
 Sekresi empedu : hati membantu pencernaan usus dengan mensekresi 700 ml hingga
1.200 ml empedu / hari. Empedu adalah cairan alkali, mengandung garam emperdu yang
merupakan asam empedu terkonjugasi. Garam empedu diperlukan untuk emulsifikasi
usus dan penyerapan lemak dan sebagian besar garam empedu aktif diserap di ileum
terminal dan dikembalikan ke hati melalui sirkulasi portal untuk resekresi.
 Metabolisme Bilirubin : bilirubin adalah produk sampingan dari penghancuran sel darah
merah yang sudah tua memberi pigmen warna empedu hitam kehijauan dan
menghasilkan semburat kuning penyakit kuning. Makrofag yang merupakan sel kupfer
mengambil dan mengancurkan sel darah merah yang sudah tua dari sistem fagosit
mononuklear, terutama di limpa dan hati. Dalam plasma, bilirubin mengikat albumin dan
dikenal sebagai bilirubin tak terkonjugasi atau bilirubin bebas, yang larut dalam lemak.
Dalam hati, bilirubin tak terkonjugasi bergerak dari plasma di sinusoid ke dalam
hepatosit. Dalam hepatosit, itoin dengan asam glukuronat membentuk bilirubin
terkonjugasi, yang larut dalam air. Konjugasi mengubah bilirubin dari zat yang larut
dalam lipid yang dapat melewati membran biologis ke zat yang dapat larut dalam air
yang dapat diekskresikan dalam empedu. Ketika bilirubin terkonjugasi mencapai ileum
distal dan kolon, bilirubin dikonjugasi oleh bakteri dan diubah menjadi urobilinogen.
Sebagian besar urobilinogenis kemudian diekskresikan dalam urin dan sejumlah kecil
dieliminasi melalui feses.
 Vaskular dan hematologi : hati dapat menyimpan sejumlah besar darah karena jaringan
pembuluh darahnya yang luas. Jumlah yang disimpan pada satu durasi tergantung pada
hubungan tekanan di arteri dan vena. Hati juga dapat melepaskan darah untuk menjaga
volume sirkulasi sistemik jika terjadi perdarahan. Karena hati menerima semua darah
vena dari usus dan pankreas, sel kupfer di sinusoid memainkan peran penting dalam
menghancurkan bakteri usus dan mencegah infeksi. Hati juga memiliki fungsi hemostatik
yaitu mensintesis prothrombin, fibrinogen, dan faktor pembekuan.
 Metabolisme nutrisi :
a. Metabolisme lemak Lemak disintesis dari karbohidrat dan protein, terutama di
hati. Lemak yang diserap oleh lakteal di vili usus memasuki hati melalui limfatik,
terutama sebagai trigliserida. Trigliserida di hati dapat dihidrolisis menjadi
gliserol dan asam lemak bebas dan digunakan untuk menghasilkan energi
metabolik adenosin trifosfat (ATP), atau dapat dilepaskan ke dalam aliran darah
sebagai lipoprotein. Lipoprotein dibawa oleh darah dan disimpan di sel adiposa.
Hati juga mensintesis fosfolipid dan kolesterol, yang dibutuhkan untuk produksi
hati dari garam empedu, hormon steroid, komponen membran plasma dan
molekul khusus lainnya.
b. Metabolisme protein Protein plasma, termasuk albumin dan globulin (tidak
termasuk gammaglobulin), disintesis oleh hati. Hati juga mensintesis beberapa
asam amino non esensial dan enzim serum termasuk aspartat aminotransferase,
alanine aminotransferase, dehidrogenase laktat, dan alkalin fosfatase. Proses
deaminasi atau pelepasan gugus ammonia. Amonia akan dilepaskan kemudian
disintesis menjadi urea untuk dikeluarkan bersama urin.
c. Metabolisme karbohidrat Hati terlibat dalam stabilitas kadar glukosa darah
dengan melepaskan glukosa selama keadaan hipoglikemia (gula darah rendah)
dan mengambil glukosa selama keadaan hiperglikemia (gula darah tinggi) dan
menyimpannya sebagai glikogen (glikoneogenesis) atau mengubahnya menjadi
lemak. Ketika semua glikogen telah digunakan, hati dapat mengubah asam amino
dan gliserol menjadi glukosa
 Detoksifikasi metabolik : hati memiliki fungsi sebagai detoksifikasi metabolik yaitu
dengan mengubah bahan kimia eksogen dan endogen, molekul asing, dan hormon untuk
membuatnya kurang beracun. Dengan cara ini alkohol, barbiturat, amfetamin, steroid dan
hormon (termasuk estrogen, aldosteron, hormon antidiuretik, dan testosteron)
dimetabolisme atau didetoksifikasi, mencegah akumulasi berlebihan dan efek samping.
Tetapi dalam beberapa jangka waktu produk detoksifikasi metabolik dapat menjadi
racun. Hasil metabolisme alkohol, seperti acetaldehyde dan hidrogen. Konsumsi alkohol
yang berlebihan selama dalam jangka waktu yang lama menyebabkan produk hasil
metabolisme alkohol dapat merusak hepatosit. Asetaldehida merusak mitokondria seluler,
dan kelebihan hidrogen meningkatkan penumpukan lemak.

2. Tuliskan menu selama satu hari untuk diet rendah protein, rendah natrium, tinggi kalori

Jawaban :
Makan pagi :
- Bubur kacang hijau
- Roti tawar
Makan siang :
- Nasi Tim
- Pepes tahu/tempe
- Sup bayam
- Buah pepaya
Makan malam :
- Gado-gado rebus
- Jus sirsak

Referensi :

http://pustaka.poltekkes-pdg.ac.id/repository/KTI_Dewiana_Sasmita_143110209%282%29.pdf

https://eprints.umm.ac.id/48309/3/BAB%20II.pdf

https://www.academia.edu/22777347/Menu_Makanan_Untuk_Penderita_Hepatitis_Radang_Hati

https://eprints.umm.ac.id/53876/3/BAB%20II.pdf.pdf

Anda mungkin juga menyukai