Anda di halaman 1dari 31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Persalinan

1. Defenisi

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat

hidup diluar uterus melalui vagina kedunia luar. Persalinan merupakan

proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun kedalam jalan

lahir kemudian berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau

dapat hidup diluar kandungan disusul dengan pengeluaran plasenta dan

selaput janin dari tubuh ibu melalui jalan lahir, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (Oktarina, 2016).

2. Tahapan Persalinan

Dalam proses persalinan ada beberapa tahapan yang harus dilalui

oleh ibu, tahapan tersebut dikenal dengan empat kala yaitu : (Zulfianti,

2020)

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Nyeri pada kala I terutama ditimbulkan oleh stimulus yang

dihantarkan melalui saraf pada leher rahim (serviks) dan rahim/uterus

bagian bawah. Nyeri ini merupakan nyeri visceral yang berasal dari

kontraksi uterus dan adneksa. Intensitas nyeri berhubungan dengan

kekuatan kontraksi dan tekanan yang ditimbulkan. Nyeri akan bertambah

dengan adanya kontraksi isometrik pada uterus yang melawan hambatan

oleh leher rahim/ uterus dan perineum. Selama persalinan bila serviks

8
uteri/leher rahim dilatasi sangat lambat atau bilamana posisi fetus (janin)

abnormal menimbulkan distorsi mekanik , kontraksi kuat disertai nyeri

hebat. Hal ini karena uterus berkontraksi isometric melawan obstruksi.

Kontraksi uterus yang kuat merupakan sumber nyeri yang kuat.

Secara fisiologis terjadinya rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh

kontraksi otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka,

iskemia rahim, akibat kontraksi arteri miometrium. Ketidaknyamanan dari

perubahan serviks dan iskemia uterus, adalah nyeri viseral yang berlokasi

di bawah abdomen menyebar ke daerah lumbar punggung dan menurun ke

paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada

saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi

panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan

jaringan perineum. Nyeri persalinan menghasilkan respon psikis dan

refleks fisik. Nyeri persalinan memberikan gejala yang dapat diidentifikasi

seperti pada sistem saraf simpatis yang dapat terjadi, mengakibatkan

perubahan tekanan darah, nadi, respirasi, dan warna kulit. Ekspresi sikap

juga berubah meliputi peningkatan kecemasan, mengerang, menangis,

gerakan tangan (yang menandakan rasa nyeri) dan ketegangan otot yang

sangat di seluruh tubuh (Zulfianti, 2020).

Kala I dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus atau his yang teratur

dan meningkat baik frekuensi maupun kekuatannya, hingga serviks

berdilatasi akhir 10 cm disebut juga pembukaan lengkap. Pada permulaan

kala satu, his yang timbul tidak begitu kuat sehingga ibu masih koperatif

dan masih dapat berjalan-jalan. Kala I persalinan dibagi menjadi dua fase,

9
yaitu fase laten dan fase aktif.

1) Fase Laten

Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan

pembukaan serviks secara bertahap, sampai dengan pembukaaan

serviks 4 cm, berlangsung lebih kurang hingga 8 jam (Oktarina, 2016).

2) Fase Aktif

a) Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara

bertahap (kontraksi dianggap adekuat/memadai jika terjadi tiga kali

atau lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih).

b) Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau

10 cm, akan terjadi kecepatan rata-rata 1 cm per jam pada nulipara

atau primigravida atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm pada multipara

c) Terjadi penurunan bagian bawah janin

d) Pada umumnya, fase aktif berlangsung hingga 6 jam

e) Fase aktif dibagi lagi menjadi tiga fase, yaitu:

(1) Fase Akselerasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm.

(2) Fase Dilatasi, yaitu dalam waktu 2 jam pembukaan sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.

(3) Fase Deselerasi, yaitu pembukaan menjadi lamban kembali

dalam waktu 2 jam, pembukaan 9 cm menjadi lengkap

(Zulfianti, 2020).

10
2) Kala II (Kala Pengeluaran)

Selama persalinan kala II, pada saat serviks uteri/leher rahim dilatasi

penuh, stimulasi nyeri berlangsung terus dari kontraksi badan rahim

(corpus uteri) dan distensi segmen bawah rahim. Terjadi peningkatan

secara progresif tekanan oleh fetus terhadap struktur di pelvis dan

menimbulkan peningkatan nyeri somatic dengan regangan dan robekan

fascia (jaringan pembungkus otot) dan jaringan subkutan jalan lahir

bagian bawah, distensi perineum dan tekanan pada otot lurik

perineum. Nyeri ini ditransmisikan melalui serabut saraf pudendal,

yaitu suatu serabut saraf somatic yang keluar melalui S2, S3 dan S4

segmen sacral. Nyeri pada kala II ini sangat berbeda dengan nyeri

visceral kala I, nyeri somatik dirasakan selama persalinan ini adalah

intensitas nyerinya lebih nyeri dan lokasinya jelas (Aprilia, 2010).

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap

(10 cm) dan berakhir dengan kelahiran bayi. Kala II disebut juga

dengan kala pengeluaran bayi. Tanda dan gejala kala II adalah ibu

merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektrum dan vaginanya,

penerium menonjol, vulva-vagina dan spingter ani membuka, serta

meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (Manuaba, 2013).

Pada kala II persalinan his/kontraksi yang semakin kuat dan teratur.

Umumnya ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap

diikuti keinginan meneran. Kedua kekuatan, his dan keinginan untuk

meneran akan mendorong bayi keluar. Kala II berlangsung hingga 2

11
jam pada primipara dan 1 jam pada multipara (Cunningham, 2013).

Pada kala II, penurunan bagian terendah janin hingga masuk ruang

panggul sehingga menekan otot-otot dasar panggul yang secara

reflektoris menimbulkan rasa ingin meneran, karena adanya penekanan

pada rektrum sehingga ibu merasa seperti mau buang air besar yang

ditandai dengan anus membuka. Saat adanya his bagian terendah

janin akan semakin terdorong keluar sehingga kepala mulai terlihat,

vulva membuka dan penerium menonjol. Pada keadaan ini, ketika

ada his kuat, pimpin ibu untuk meneran hingga lahir seluruh badan bayi

(Oktarina, 2016).

3) Kala III (Kala uri)

Kala III persalinan disebut juga dengan kala uri atau kala

pengeluaran plasenta. Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi

dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Setelah

kala II persalinan, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10 menit.

Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan plasenta, karena sifat

retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan dengan

memperhatikan tanda-tanda berikut :

a) Perubahan bentuk uterus dan tinggi fundus uteri. Setelah bayi

lahir dan sebelum miometrium mulai berkontraksi , uterus

berbentuk bulat penuh dan umumnya tinggi fundus uteri di bawah

pusat

b) Setelah uterus berkontraksi dan plasenta terdorong ke bawah,

uterus berubah bentuk menjadi seperti buah pear / alpukat dan

12
tinggi fundus uteri menjadi di atas pusat

c) Tali pusat bertambah panjang

d) Terjadi semburan darah secara tiba-tiba perdarahan (bila

pelepasan plasenta secara Duncan /dari pinggir (Cunningham,

2013).

4) Kala IV

Kala IV persalinan disebut juga dengan kala pemantauan. Kala

IV dimulai dari setelah lahirnya plasenta lahirnya plasenta dan

berakhir dua jam setelah itu. Pada kala IV paling sering terjadi

pendarahan postpartum, yaitu pada 2 jam pertama postpartum.

Masalah/komplikasi yang dapat muncul pada kala IV adalah

perdarahan yang mungkin disebabkan oleh atonia uteri, laserasi

jalan lahir dan sisa plasenta. Oleh karena itu harus dilakukan

pemantauan, yaitu pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam. Pemantauan pada kala IV dilakukan (Oktarina, 2016).

a) Setiap 15 menit pada satu jam pertama pasca persalinan

b) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan

c) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan

penatalaksanaan atonia uteri yang sesuai.

3. Tanda – Tanda Persalinan

1) Tanda awal Persalinan

Tanda awal persalinan pada ibu yang akan melahirkan adalah:

a) Lightening mulai dirasakan kira-kira dua minggu sebelum persalinan

adalah penurunan presentasi bayi ke dalam pelvis minor.

13
b) Ibu jadi sering berkemih karena kandung kemih tertekan sehingga

ruang untuk ekspansi berkurang.

c) Perasaan ketidaknyamanan akibat tekanan panggul yang membuat ibu

merasa tidak enak dan merasa ingin defekasi.

d) Kontraksi Brakton-Hicks yaitu saat uterus meregang dan mudah

dirangsang yang menimbulkan distenfensi dinding abdomen sehingga

dinding abdomen menjadi lebih tipis dan kulit menjadi lebih peka

terhadap rangsangan.

e) Lendir vagina yang keluar semakin banyak yaitu akibat dari besarnya

kongesti selaput lendir vagina. Lendir serviks berwarna kecoklatan

atau berbercak darah (bloody show) keluar. Serviks menjadi lunak

sebagian menipis dan mulai meregang. Ketuban pecah dengan

spontan.

2) Tanda Pasti Persalinan

Ada beberapa tanda pasti persalinan, diantaranya adalah:

a) Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering dan
teratur.
b) Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak

karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal

dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada

awal kehamilam. Bloody show adalah pengeluaran dari mukus.

c) Pecah Ketuban, ketuban pecah merupakan indikasi pertama mulainya

persalinan. Setelah ketuban pecah, ada kemungkinan terjadinya

prolaps tali pusat jika bagian bawah janin tidak adekuat mengisi

14
pintu atas panggul. Kondisi ini memungkinkan terjadi jika

presentasi janin sungsang kaki, presentasi bahu.

d) Dilatasi dan penipisan serviks yang progresif.

e) Ketidaknyamanan dimulai dari bagian punggung dan menyebar ke

sekitar abdomen.

f) Kontraksi terjadi dengan teratur. Frekuensi, intensitas dan durasi

kontraksi meningkat secara progresif. Interval antara kontraksi secara

bertahap memendek, kontraksi meningkat.

g) Pada pemeriksaan dalam : servik mendatar dan pembukaan telah

ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks

antara nulipara dan multipara. Nulipara biasaya sebelum persalinan,

serviks menipis sekitar 50-60% dan pembukaan sampai 1 cm dan

dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami

penipisan serviks 50-100%, kemudian terjadi pembukaan. Pada

multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalinan,

akan tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara

serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan.

h) Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks (frekuensi

minimal 2 kali dalam10 menit).

2.1.2 Faktor yang mempengaruhi Persalinan

Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan : (Manuaba, 2013).

1) Kekuatan (power), merupakan kekuatan – kekuatan yang ada pada

ibu seperti his dan mengejan yang menyebabkan serviks membuka

dan mendorong janin keluar. His yang normal mulai dari fundus

15
uteri kemudian ke seluruh korpus uteri. Kemudian adanya

relaksasi menyeluruh , hingga tekanan dalam amnion kembali ke

asalnya.

2) Jalan lahir (passage) meliputi jalan lahir ibu, yaitu lebar panggul,

vagina, dan introitus. Ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan

sebelum persalinan dimulai. Jalan lahir mempunyai kedudukan

yang penting dalam proses persalinan untuk mencapai kelahiran

bayi. Dengan demikian jalan lahir juga mempengaruhi apakah

persalinan akan berlangsung melalui persalinan normal atau sectio

sesaria. Pada jalan lahir dengan panggul ukuran normal kelahiran

pervaginam janin dengan berat badan normal tidak akan

mengalami kesukaran. Pada jalan lahir lunak yang berperan pada

persalinan adalah segmen bawah rahim, servik uteri dan vagina.

Otot-otot jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat

urogenital juga sagat berperan dalam persalinan.

3) Janin dan Plasenta (passanger), meliputi keadaan janin (letak,

presentasi, ukuran / tidak kelainan anatomi dan posisi janin).

4) Posisi ibu, posisi ibu mempengaruhi adaptasi pesalinan posisi yang

menguntungkan bagi ibu adalah posisi tegak yang meliputi posisi

berdiri, berjalan, duduk, dan jongkok.

5) Psikologis, tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan

meningkat jika ibu tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya.

Dengan kondisi psikologis yang positif proses persalinan akan

berjalan dengan mudah (Zulfianti, 2020)

16
2.1.3 Konsep Dasar Nyeri Persalinan

1. Pengertian

Nyeri merupakan perasaan tubuh atau bagian dari tubuh manusia, yang

senantiasa tidak menyenangkan. Nyeri juga didefenisikan sebagai suatu

sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus spesifik subjektif dan

berbeda antara masing-masing individu karena dipengaruhi faktor

psikososial dan cultural dan endorphin seseorang, sehingga orang

tersebut lebih merasakan nyeri (Maryunani, 2010).

2. Mekanisme Nyeri Persalinan

Nyeri merupakan pengalaman universal tetapi sulit untuk

didefinisikan, merupakan sensasi distress yang tidak nyaman akibat dari

stimulasi saraf sensoris. Nyeri selama persalinan berbeda dari tipe/ jenis

nyeri yang lain, karena :

1) Nyeri persalinan merupakan proses fisiologis, sedangkan nyeri yang

lain dihubungkan dengan injury atau penyakit.

2) Ibu hamil memiliki waktu beberapa bulan untuk mempersiapkan

persalinan, termasuk memperoleh dan belajar mengatasi nyeri.

3) Nyeri persalinan memiliki akhir yang dapat diduga. Kelahiran bayi

menyebabkan nyeri menurun secara cepat.

4) Nyeri persalinan tidak konstan tetapi intermittent. Pada tahap awal

persalinan nyeri bersifat ringan.

5) Persalinan berahir dengan keluarnya bayi (Cunningham, 2013).

Nyeri persalinan merupakan sensasi yang tidak menyenangkan akibat

stimulasi saraf sensorik. Nyeri ini terdapat dua komponen yaitu

17
komponen psikologis dan komponen fisiologis. Komponen fisiologis

merupakan proses penerimaan impuls oleh saraf sensorik dan

menyalurkan impuls tersebut menuju saraf pusat. Komponen psikologis

meliputi rekognisi sensasi, intreprestasi rasa nyeri dan reaksi terhadap

hasil intrepetasi nyeri tersebut.

3. Penyebab nyeri persalinan

Penyebab nyeri persalinan menurut Bobak (2015) adalah :

1) Berkurangnya oksigen ke otot rahim.

2) Meregangnya leher rahim.

3) Tekanan bayi pada saraf di dekat leher rahim dan vagina.

4) Ketegangan dan meregangnya jaringan ikat pendukung rahim dan

sendi panggul selama kontraksi dan turunnya bayi.

5) Tekanan pada saluran kemih, kandung kemih dan anus.

6) Meregangnya otot-otot dasar panggul dan jaringan vagina.

7) Ketakutan dan kecemasan yang dapat menyebabkan dikeluarkannya

hormon stres dalam jumlah besar (epinefrin, norepinefrin, dan lain-

lain) yang dapat menimbulkan nyeri persalinan yang lama dan lebih

berat.

4. Faktor yang mempengaruhi nyeri persalinan

Faktor yang mempengaruhi respon nyeri menurut Bobak (2015)

adalah :

18
1) Pengalaman masa lalu

Persalinan sebelumnya dapat mempengaruhi persepsi tentang nyeri

persalinan. Wanita yang tidak didukung secara emosional dapat

menyebabkan persalinan yang sangat nyeri.

2) Usia

Wanita yang terlalu muda dan terlalu tua mengeluh tingkat nyeri

persalinan yang lebih tinggi.

3) Paritas

Pada wanita primipara mengalami persalinan yang lebih panjang,

mereka merasa letih. Hal tersebut menyebabkan peningkatan rasa

nyeri. Ibu yang mengalami persalinan pertama kali akan

merasakan lebih nyeri dibanding dengan ibu yang sudah pernah

mengalami persalinan. Nyeri pada satu persalinan dan persalinan yang

lainnya akan berbeda rasanya.

4) Kecemasan

Akan meningkatkan persepsi nyeri. Nyeri merangsang sistem limbik

yang diyakini mengendalikan emosi seseorang, khususnya

kecemasan. Sistem limbik dapat mempengaruhi proses reaksi emosi

terhadap nyeri. Kecemasan yang berhubungan dengan nyeri dapat

meningkatkan persepsi ibu terhadap nyeri.

5) Emosi

ketegangan emosi dari rasa cemas dan rasa takut meningkatkan

persepsi nyeri saat persalinan. Rasa cemas berlebih juga

mengakibatkan nyeri bertambah. Nyeri dan cemas menyebabkan

19
otot menjadi kaku dan spastik. Jalan lahir menjadi kaku, sempit

dan kurang relaksasi. Nyeri dan cemas dapat menimbulkan stress.

Stress yang kuat dan berkelanjutan akhirnya akan berdampak

negatif terhadap ibu dan janinnya.

5. Fisiologi Nyeri Persalinan kala 1

Sumber : Hutahaean, 2010

Gambar 2.1 Fisiologi Nyeri Pada Persalinan

Rangsangan persalinan kala I ditransmisikan dari serat aferen

melalui pleksus hipogastrik superior, inferior dan tengah. Rantai

simpatik torakal bawah dan lumbal, keganglia akar saraf posterior

pada T10 sampai L1. Nyeri dapat menyebar dari area pelvis ke

umbilikus, paha atas, area midsakral. Pada penurunan janin biasanya

pada kala 2 rangsangan ditransmisikan melalui saraf fundamental,

melalui pleksus sakral keganglia saraf posterior pada s2 sampai s4.

Rasa nyeri pada kala I disebabkan oleh munculnya kontraksi otot-otot

uterus, peregangan serviks pada waktu membukan, iskemia rahim

(penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)

20
akibat kontraksi arteri miometrium. Impuls nyeri ditransmisikan oleh

segmen saraf sminalis T11-12 dan saraf-saraf asesori torakal bawah

serta saraf simpatik lumbar atas (Cunningham, 2013).

6. Penatalaksanaan Nyeri Persalinan

Penanganan nyeri dalam persalinan merupakan hal yang harus

diperhatikan oleh pemberi asuhan kesehatan saat memberikan

pertolongan persalinan. Terkadang saat menolong persalinan dan ibu

seringkali melupakan untuk menerapkan terapi pengontrolan nyeri

pada kala I sehingga ibu kadang mengalami kesakitan yang hebat. Hal

ini menyebabkan ibu bersalin mengalami trauma persalinan,

pengalaman persalinan yang buruk, dan bahkan dapat menyebabkan

post partum blues. Maka rasa nyaman saat persalinan sangatlah

dibutuhkan. Penatalaksanaan nyeri dibagi menjadi dua yaitu, terapi

farmakologi dan non farmakologi, sebagai berikut :

1) Farmakologi

Penatalaksanaan nyeri farmakologis (obat-obatan) lebih efektif

untuk menangani nyeri persalinan, namun terapi ini lebih mahal dan

mempunyai efek samping seperti pusing, mual, dan rasa ingin muntah

yang kurang baik bagi ibu dan janin. Efek obat yang diberikan kepada

ibu dapat langsung menurunkan fetal heart rate (FHR) pada bayi, dan

yang tidak langsung seperti obat yang dapat menyebabkan hipotensi

maternal dan menurunkan aliran darah ke plasenta yang dapat

menyebabkan hipoksia dan asidosis pada bayi. Contoh obat yang

digunakan untuk terapi farmakologi yaitu analgesia sistemik, senyawa

21
analgesik narkotik, senyawa antagonis agonis narkotik campuran,

pembangkit efek analgesik. Analgesia/Anestesi blok saraf.Analgesia

epidural lumbar, blok paraservikal.

2) Nonfarmakologi

Kelebihan dari penggunaan terapi non-farmakologi antara lain

bersifat murah, simpel, efektif, tanpa menimbulkan efek yang

merugikan dan dapat meningkatkan kepuasan selama persalinan

karena ibu dapat mengontrol perasaan dan kekuatannya. Metode non-

farmakologis (secaratradisional) sangat bervariasi yang dapat

diterapkan untuk membantu mengurangi rasa nyeri, diantaranya

adalah masase /pijatan. Pada umumnya, ada dua teknik pemijatan

yang dilakukan dalam persalinan, yaitu teknik Back-Effleuragedan

Counte r-Pressure, yang relatif cukup efektif dalam membantu

mengurangi nyeri pinggang persalinan dan relatif aman karena tidak

ada efek samping yang ditimbulkan. Manajemen nyeri non

farmakologi yang sering diberikan antara lain hydrotherapy, massage

therapy, aromatherapy, acupressure (Sumarah, 2018).

7. Intensitas Nyeri dan Skala Pengukuran Nyeri

Indikator adanya intensitas nyeri yang paling penting adalah

laporan ibu tentang nyeri itu sendiri, namun demikian, intensitas nyeri juga

dapat ditentukan dengan berbagai macam cara. Salah satu caraya adalah

dengan menanyakan kepada ibu untuk menggambarkan nyeri atau rasa

tidak nyamannya. Metode lain adalah dengan meminta ibu untuk

menggambarkan beratnya nyeri atau rasa tidak nyamanya dengan

22
menggunakan skala. Skor/nilai skala nyeri dapat dicatat pada flow chart

untuk memberikan pengkajian nyeri yang berkelanjutan. Metode yang

ketiga adalah dengan meminta ibu untuk membuat tanda X (silang) pada

skala analog. Penggunaan skala intensitas nyeri adalah mudah dan

merupakan metode terpercaya dalam menentukan intensitas nyeri ibu.

Skala seperti ini memberikan konsistensi bagi petugas kesehatan untuk

berkomunikasi dengan klien dan petugas kesehatan lainnya.

Menurut Andarmoyo (2017) penilaian intensitas nyeri dapat

dilakukan dengan menggunakan skala sebagai berikut :

a. Verbal Descriptor Scale (VDS)

Skala pendeskripsi verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS)

merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata

pendeskripsi yang tersusun dengan jarak yang sama sepanjang garis.

Pendeskripsi nyeri ini dirangking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”.

Perawat menunjukkan kepada klien skala tersebut dan meminta

klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang ia rasakan. Perawat

juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling tidak menyakitkan.

Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk

mendeskripsikan nyeri (Andarmoyo, 2017).

23
Gambar 2.2 Skala Nyeri Verbal Descriptor Scale
(Sumber: Andarmoyo, 2017)

b. Numerical rating scales (NRS)

Skala penilaian numerik (Numerical rating scales, NRS) dianggap

sederhana dan mudah dimengerti, sensitif terhadap dosis, jenis

kelamin, dan perbedaan etnis. Lebih baik daripada VAS terutama

untuk menilai nyeri akut. Numerical rating scales (NRS) Lebih

digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Dalam hal ini,

klien diminta menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Skala

paling efektif digunakan saat mengkaji instensitas nyeri sebelum dan

setelah intervensi terapeutik (Andarmoyo, 2017).

Gambar 2.3 Skala Nyeri Numeric Rating Scale


(Sumber: Andarmoyo, 2017)

Tabel 2.1 Skala Nyeri Numeric Rating Scale


Skala Nyeri
0 Tidak ada keluhan nyeri
1-3 Nyeri ringan 1. Ada rasa nyeri
2. Pasien dapat berkomunikasi dengan baik

24
3. Ada rasa nyeri tetapi masih dapat ditahan
4-6 Nyeri sedang 4. Pasien dapat mendeskripsikan nyeri
5. Pasien menunjukkan lokasi nyeri dan dapat
mengikuti perintah dengan baik
6. Pasien dapat mengikuti perintah tetapi meri
ntih atau mendesis
7-10 Nyeri berat 7. Tidak dapat diatasi dengan alih posisi dan n
afas panjang
8. Pasien menjerit dan berteriak
9. Pasien sudah tidak mampu berkomunikasi
10.Pasien melakukan pemukulan.
Sumber : (Manaf et al., 2020).

c. Visual analog scale (VAS)

Skala analog visual (Visual analog scale, VAS) adalah suatu

garis lurus/horizontal sepanjang 10 cm, yang mewakili intensitas nyeri

yang terus menerus dan pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.

Pasien diminta untuk menunjuk titik pada garis yang menunjukan letak

nyeri terjadi sepanjang garis tersebut. Ujung kiri biasanya menandakan

“tidak ada” atau “tidak nyeri”, sedangkan ujung kanan biasanya

menandakan “berat” atau “nyeri yang paling buruk”.

Untuk menilai hasil, sebuah penggaris diletakkan sepanjang

garis dan jarak yang dibuat pasien pada garis dari “tidak ada nyeri”

diukur dan ditulis dalam centimeter (Andarmoyo, 2017)

25
Gambar 2.4 Skala Nyeri Visual Analog Scale
(Sumber: Andarmoyo, 2017)

d. Wong Baker Pain Rating Scale

Digunakan pada pasien dewasa dan anak >3 tahun yang tidak

dapat menggambar kan intensitas nyerinya dengan angka.

Gambar 2.5 Skala Nyeri Wong Baker Pain Rating Scale


(Sumber: Andarmoyo, 2017)

2.1.3 Aromaterapi

1. Pengertian Aromaterapi

Aromaterapi berasal dari kata “aroma” yang berarti harum atau

wangi dan “therapy” dapat diartikan sebagai cara pengobatan atau

penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan sebagai suatu cara

penyembuhan penyakit dan merawat tubuh dengan menggunakan minyak

esensial (essential oil) (Haqiqi, 2015).

Aromaterapi adalah terapi yang menggunakan minyak essensial atau

sari minyak murni untuk membantu memperbaiki atau menjaga kesehatan,

26
membangkitkan semngat, menyegarkan serta menenangkan jiwa dan raga

(Astuti, 2015).

2. Jenis – Jenis Aromaterapi

Menurut Kaina (2016), terdapat beberapa jenis tanaman, bunga dan

buah yang biasa digunakan sebagai bahan aromaterapi, yaitu sebagai

berikut:

a. Pappermint 

Mempunyai aroma yang harum dan menyegarkan sesuai untuk

merangsang dan menguatkan sistem yang berada didalam tubuh.

Cocok untuk perawatan sakit kepala, migrain, masalah kulit,

meredakan batuk, lelah, diare perut kembung, gatal-gatal di kulit,

mengatasi masalah bau nafas, nyeri otot dan sendi.

b. Lemon

Aromaterapi lemon merupakan salah satu minyak esensial

yang digunakan untuk menenangkan suasana. Aromanya dapat

meningkatkan rasa percaya diri, merasa lebih santai, dapat

menenangkan syaraf, tetapi tetap membuat kita sadar. Minyak lemon

untuk tubuh bermanfaat untuk mengatasi masalah pencernaan, untuk

meredakan sakit dan nyeri pada persendian dan diterapkan untuk

kondisi rematik dan asam urat untuk meredakan sakit kepala,

dengan kandungan limonea yang banyak dibandingkan dengan

senyawa lainnya, membuat minyak lemon dapat berfungsi sebagai

aromaterapi. Senyawa limonea mempunyai pengaruh untuk

mengurangi rasa anti cemas, anti depresi, dan ati stess. Hasil

27
penelitiannya adalah bahwa dosis optimum limonene (25 mg)

menghasilkan efek anti cemas, anti stress, dan anti depresi yang paling

baik. Selain itu, aromaterapi lemon dalam bidang aromaterapi juga

berfungsi untuk mengangkat dan memfokuskan pikiran.

c. Lavender 

Berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga, salah satu

minyak terapi yang popular dipakai sebagai antiseptik dan

penyembuhan luka. Mempunyai efek relaksasi maupun perangsang,

menenangkan kecemasan dan depresi. Minyak lavender digunakan

untuk mengatasi masalah pencernaan, gangguan menstruasi, sumbatan

pada hidung dan sakit tenggorokan karena influenza. Menghilangkan

sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri lainnya. Mengatasi radang kulit

akibat gigitan serangga, bisul, bercak, ruam, dan luka bakar.

Merangsang pertumbuhan sel untuk regenerasi pada kulit yang luka

dan dapat mengatasi masalah jamur pada kulit.

d. Tea tree

Memiliki kemampuan antiseptik yang sangat kuat yaitu 12 kali

lebih kuat dibandingkan acid carbolic yang biasanya digunakan dalam

penyediaan beberapa bahan kimia yang berkaitan dengan bakteri dan

ulat.

e. Orange 

Bersifat antibakteri, menghentikan pendarahan, sariawan,

sumber potasium yang baik untuk jantung dan aliran darah, melegakan

batuk dan kelelahan dan meningkatkan stamina

28
f. Mawar

Berasal dari bagian bunga dan kelopak bunga dapat

menyeimbangkan fungsi-fungsi tubuh, membangkitkan semangat,

memperbaiki suasana hati (relaksasi), menenangkan, antidepresan.

Bersifat sebagai antidepresan, bersifat sebagai antioksidan dan

penguat jantung. Dapat dipakai sebagai inhaler pada penderita asma

dan sebagai perawatan pada kulit sensitif, kulit kering, dan kulit

alergi.

3. Tekhnik Pemberian Aromaterapi

Tekhnik pemberian aromaterapi bisa dilakukan dengan cara :

a. Inhalasi

Proses aromaterapi secara inhalasi akan menyebabkan molekul-

molekul yang ada pada minyak esensial yang terhirup akan terbawa

oleh arus turbulen ke langit-langit hidung. Pada langit-langit hidung

terdapat bulu-bulu halus yang menjulur dari sel-sel reseptor kedalam

saluran hidung. Molekul minyak yang tertahan pada bulu-bulu ini

merupakan suatu impuls yang akan ditransmisikan lewat bulbus

olfaktorius dan traktus olfaktorius kedalam sistem limbik. Proses ini

akan memacu memori dan emosional lewat hipotalamus. Hipotalamus

bekerja sebagai regulator yang menyebabkan pesan tersebut dikirim

kebagian otak dan bagian tubuh lainnya. Pesan yang diterima akan

diubah sehingga terjadi pelepasan zat-zat neurokimia yang bersifat

euforik, relaksan, sedatif dan stimulan. Terdapat beberapa cara dalam

29
penggunaan aromaterapi secara inhalasi, yaitu dengan dituangkan ke

tissue, pengusapan ditangan, dan difusser (Kaina, 2016).

b. Pijat

Aromaterapi diberikan langsung dengan mengoleskan minyak

esensial diatas kulit. Minyak esensial baru bisa digunakan setelah

dilarutkan dengan minyak dasar seperti minyak zaitun, minyak kedelai

dan minyak tertentu lainnya.

c. Kompres

Kompres panas atau dingin yang mengandung minyak esensial dapat

digunakan untuk nyeri otot, memar dan sakit kepala

d. Perendaman

Mandi dengan air yang mengandung minyak esensial berlangsung

selama 10-20 menit yang direkomendasikan untuk masalah kulit dan

menenangkan saraf (Kaina, 2016).

2.1.4 Aromaterapi Mawar

1. Pengertian

Salah satu herbal esensial yang digunakan dalam aromaterapi adalah b

unga mawar. Aroma mawar efektif pada sistem saraf pusat. Dua bahan dar

i aromaterapi mawar, sytrinol dan 2-phenyl ethyl alcohol pada mawar dike

nal sebagai agen anti ansietas. Menggunakan mawar oil mengurangi kece

masan sebesar 71% pada persalinan dan hanya 14% yang membutuhkan pe

mbiusan lokal (Nasiri, 2021). Bunga mawar berkhasiat sebagai cell rejuve

nator yang membuat sel muda kembali, antiseptik, dan anti radang maka s

30
ering digunakan dalam krim dan lotion untuk memperbaiki kondisi kulit. B

aunya merupakan anti depresan, sedatif, meringankan stres dan rasa nyeri.

Minyak mawar melalui inhalasi bermanfaat untuk bisa meningkatkan kewa

spadaan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan kecepatan dalam berhitu

ng serta melegakan otot dan pikiran (Simanullang, 2022).

2. Kandungan Aromaterapi Mawar

Berdasaran penelitian Mahboubi (2013), minyak astiri bunga mawar

dalam konsentrasi 100% mengandung senyawa yang memiliki fungsi

masing masing.

Adapun sejumlah bahan kimia yang terdapat pada minyak atsiri

mawar, yakni

1. Sitronelol

2. Linalol

3. Eugenol

4. Alcohol

5. Nonil

6. Sitral

7. Geraniol

8. Nerol

9. Feniletil

10. Farnesol

11. Aldehida

31
3. Phatway Aromaterapi Mawar terhadap Nyeri Persalinan

Nyeri Persalinan

Terapi farmakologi Terapi non farmakologi


Aromaterapi
Obat - obatan Massage
Hydroteraphy

Aroma terapi mawar


dihirup secara inhalasi
selama 10 menit

Otak

Sistem Limbik

Hipotalamus

Hormon Endorpin Hormon


meningkat Enkefalin

Menghambat Nyeri
prostaglandin Berkurang

Sumber : Hakiki (2015),


Prayono (2017)

Gambar 2.6
4. Patofisiologis Aromaterapi Mawar terhadap Nyeri Persalinan

32
Bunga mawar bersifat anti depresan sehingga dapat membuat jiwa me

njadi tenang. Aromaterapi yang tepat dan menenangkan mengurangi rasa s

akit atau nyeri saat persalinan. Jenis aromaterapi yang aman digunakan unt

uk kehamilan dan persalinan salah satunya yaitu aromaterapi mawar

(Simanullang, 2022). Beberapa bahan kimia yang terkandung dalam minya

k atsiri bunga mawar diantaranya sitral, sitronelol, geraniol, linalol, nerol,

eugenol, feniletil, alhohol, farnesol, nonil, dan aldehida (Lestari, 2021). Sa

at aroma terapi minyak esensial bunga mawar dihirup, molekul yang muda

h menguap akan membawa unsur aromatik yang terkandung di dalamnya s

eperti geraniol (yang memiliki persentase kandungan 14,2% dari total seny

awa kimia pada bunga mawar) dan linalol kepuncak hidung, silia muncul d

ari sel-sel reseptor (Kholifah, 2019). Apabila molekul menempel pada ram

but-rambut tersebut, pesan elektro kimia akan ditranmisikan melalui salura

n olfaktori ke dalam sistem limbik. Hal ini akan merangsang memori dan r

espon emosional.

Hipotalamus yang berperan sebagai regulator memunculkan pesan yan

g harus disampaikan ke otak. Pesan yang diterima kemudian diubah menja

di tindakan berupa senyawa elektrokimia yang menyebabkan perasaan tena

ng dan rileks serta dapat memperlancar aliran darah (Barus, 2022).

Nyeri digambarkan dengan diterimanya rangsang nyeri oleh saraf sens

orik. Nyeri persalinan merupakan jenis nyeri dengan reseptor serabut saraf

tipe delta C yaitu saraf dengan penerimaan lambat dan nyeri terasa berkela

njutan. Impuls nyeri akan diteruskan melalui tractus ascendens yang diken

al dengan tractus spinotalamicus lateralis (penerimaan nyeri), yang selanj

33
utnya dibawa ke sinaps columna grisea posterior. Pada sinaps tersebut dile

paskan neurotransmitter substansi P. Impuls saraf selanjutnya memasuki m

edulla spinalis, medulla oblongata, pons, korteks serebri maka nyeri akan

terapresiasi serta dimulainya reaksi emosional. Reaksi emosional diatur ole

h sistem limbik (Tambunan and Aprilianti, 2021).

Minyak atsiri bunga mawar yang digunakan secara inhalasi akan mem

asuki hidung dan pesan akan mengaktifkan pusat emosi dalam sistem limbi

k, selanjutnya mengantar pesan balik ke seluruh tubuh melalui sistem sirku

lasi.

Pesan yang diantar ke seluruh tubuh dikonversikan menjadi aksi deng

an pelepasan substansi neurokimia yaitu endorphin yang menyebabkan per

asaan senang, rileks, tenang. Inhalasi terhadap minyak essensial dapat mer

edakan rasa nyeri. Efek positif pada sistem saraf pusat diberikan oleh mole

kul bau yang terkandung dalam minyak essensial, efek positif tersebut me

nghambat pengeluaran Adreno Corticotriphic Hormone (ACTH) adalah ho

rmon yang mengakibatkan terjadinya kecemasan seseorang (Mawaddah &

Iko, 2020).

Menurut Keke Susilowati dalam jurnal penelitianya (Mare, 2020 )

Rata-rata skala nyeri persalinan berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS)

sebelum intervensi adalah 5,43 dengan standar deviasi 1,516. Setelah

dilakukan intervensi pemberian aromaterapi minyak atsiri bunga mawar

rata-rata skala nyeri persalinan menjadi 4,50 dengan standar deviasi 1,85.

Terlihat nilai rata-rata perbedaan antara sebelum dan sesudah intervensi

adalah 0,93 dengan standar deviasi 0,33. Hasil uji statistik didapatkan nilai

34
P = 0,0001 dengan taraf signifikan nilai p<0,05, maka dapat disimpulkan

berdasarkan instrument skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS). terdapat

pengaruh aromaterapi minyak atsiri bunga mawar terhadap penurunan

intensitas nyeri persalinan kala I fase aktif.

5. Prosedur Penggunaan Aromaterapi Mawar pada Ibu Bersalin

Langkah-langkah penggunaan aromaterapi mawar pada ibu bersalin a

dalah sebagai berikut :

1) Persiapan alat

a) Diffuser adalah alat inhalasi yang digunakan dalam penelitian.

b) Minyak essensial bunga mawar.

c) Air 250-500 ml.

2) Persiapan pasien

Pasien diposisikan senyaman mungkin sesuai dengan aturan pada asuha

n persalinan normal.

3) Persiapan bidan (tenaga kesehatan)

a) Mencuci tangan.

b) Menggunakan sarung tangan.

c) Melakukan informed consent.

4) Prosedur pelaksanaan

a) Diffuser yang sudah disiapkan kemudian isi air sebanyak 250-500 ml.

b) Aromaterapi mawar diteteskan sebanyak 2-10 tetes ke dalam diffuser

yang sudah terisi air 250-500 ml.

c) Kabel diffuser disambungkan ke listrik dan nyalakan diffuser hingga

keluar uap.

35
d) Pastikan pasien menghirup aromaterapi mawar tersebut.

e) Inhalasi dilakukan dalam waktu 25-30 menit.

f) Teknik inhalasi dilakukan saat persalinan kala I fase aktif (Suriya et

al., 2019).

Gambar 2.7 Aromaterapi Mawar


Manfaat lain minyak astiri bunga mawar yang diaplikasikan per

inhalasi yaitu menurunkan nyeri pada pasaien post operasi, mengatasi

nyeri menstruasi, dan mengurangi kecemasan ibu hamil pada proses

persalinan (Mohebitabar, 2017)

Faktor 2.2 Kerangka


yang Teori
dapat Metode Pengukuran
Mempengaruhi Nyeri: Nyeri :
Persalinan 1. Numerical Rating Scale
1. Faktor internal (NRS)
Non Farmakologi :
Usia, paritas, 2. Visuale Analogue Scale
kecemasan, emosi 1. Relaksasi (VAS)
1. Kontraksi uterus
2. Faktor eksternal 2. Akupuntur
3. Wong-baker Faces Pain
2. Dilatasi servisk
Agama,Farmakologi :
lingkungan 3. Akupresur Rating Scale
fisik, budaya, perhatian, 36 4. Masase/pijatan
4. Verbal Descriptor Scale
1. NSAID
support2. system, sosial 5. Waterbirth (VDS)
Analgesik
ekonomi, keletihan,
3. Koanalgesik
Nyeri
Mengurangi
Diberikan
Manajemen nyeri 6. Hypnobirthing
persalinan
secara
nyeri
mekanisme koping persalinan
inhalasi
persalinan 7. Aromaterapi
Gambar 2.9 Kerangka Teori
Sumber : Barus (2022), Handayani et al., (2018), Jasmi et al., (2020), Lestari et
al., (2021), Manaf et al., (2020), Sholehah et al., (2020)

2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Kerangka konsep penelitian ialah suatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau

antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin

Variabel Independent 37 Variabel Dependent

Pemberian Aromaterapi
Nyeri Persalinan Kala I
Mawar
diteliti (Notoatmodjo, 2018). Berikut ini merupakan kerangka konsep pada

penelitian ini:

(Sumber: Notoadmodjo, 2018)

2.3 Hipotesis Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini adalah :


H1 : Terdapat pengaruh pemberian aromaterapi mawar terhadap nyeri
persalinan kala I di RS Buah Hati Ciputat Tangerang Selatan Provinsi
Banten tahun 2022.
H0 : Tidak terdapat pengaruh pemberian aromaterapi mawar terhadap nyeri
persalinan kala I di RS Buah Hati Ciputat Tangerang Selatan Provinsi
Banten tahun 2022.

38

Anda mungkin juga menyukai