Anda di halaman 1dari 9

PENGARUH BATUK EFEKTIF DENGAN FISIOTERAPI DADA TERHADAP

PENGELUARAN SPUTUM PADA BALITA USIA 3-5 TAHUN DENGAN ISPA


DI PUSKESMAS WIROSARI 1

Isnu Fauzi*), Asti Nuraeni**), Achmad Solechan***)

*)Alumni Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo Semarang


**)Dosen Program Studi S.1 Ilmu Keperawatan STIKES Telogorejo
***)Dosen Program Studi S.1 Sistem Informasi STMIK Provisi Semarang

ABSTRAK

Balita Merupakan anak menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih dengan pengertian usia sekolah
diobawah lima tahun, masa balita merupakan usia penting dalam tumbuh kembang anak secara
fisik. Pada usia tersebut pertumbuhan penyakit pernafasan begitu banyak antara lain infeksi
saluran napas, maka sebab itu pertumbuhan seorang anak sangatlah penting memerlukan asupan
zat bergizi sesuai kebutuhan untuk menghindari penyakit yang menyerang balita. Apabila
permasalahan ini tidak di tangani dengan tepat akan dapat menimbulkan masalah lain dan
mengganggu proses pertumbuhan balita. Salah satu cara untuk mengatasi permasalah tersebut
yaitu dengan cara melakukan batuk efektif dan fisioterapi dada akan mempengaruhi proses
pengeluaran sputum. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan Pengaruh Batuk Efektif
dengan Fisioterapi Dada terhadap Pengeluaran Sputum Pada Balita Usia 3-5 Tahun dengan ISPA
di Puskesmas Wirosari I. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu quasy eksperimen
dengan menggunakan jenis penelitian one group pre post test design. Populasi dalam penelitian
ini adalah20 responden. Pengumpulan data dilakukan menggunakan gelas ukur dan lembar
observasi. Analisa data yang digunakan yaitu Wilcoxon dan didapatkan hasil p-value 0,003 atau
<0,05 maka dapat diartikan terdapat Pengaruh Batuk Efektif dengan Fisioterapi Dada terhadap
Pengeluaran Sputum pada Balita Usia 3-5 Tahun dengan ISPA di Puskemas Wirosari I. Dari
hasil tersebut batuk efektif dengan fisioterapi dada dapat dijadikan salah satu cara untuk
mengeluarkan sputum khususnya pada balita yang mengalami ISPA.

Kata Kunci : Balita Usia 3-5 tahun, Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada, Pengeluaran Sputum,
ISPA

Pustaka : 46 (2003-2014)

ABSTRACT

Toodlers are children with the age of one until five years old. Childhood is an important period
in children’s growth. During this period, there are many respiratory diseases such as respiratory
tract infection, so nutrition suitable for needs is important for children to prevent children
diseases. If the problem is not handled appropriately, another problem will appear, and it will
disrupt toddlers growth. One of ways to handle the problem is by doing an effective cough and
breast physiotherapy to help the process of sputum removal. This research aims to prove the
effect of an Effective Cough with Breast Physiotherapy toward Sputum Removal on 3-5 Years
Old with ISPA in Wirosari I Community Health Center. The method used for this research is
Pengaruh batuk fekif dengan fisioterapi dada terhadap... (isnufauzi87@gmail.com) 1
quasi experiment in one group with pre and post test designed. There are 20 respondents as the
population of this research. The data gathering uses a measuring cup and observation sheets. The
data analysis used is wilcoxon and it is got from p vlue 0.003 or < 0.05. thus, it is concluded that
there is an Effect of an Effective Cough with Breast Physiotherapy toward Sputum Removal on
3-5 Years Old with in ISPA in Wirosari I Comunity Health Center. The research result
recommends an effective cough with breast physiotheraphy can be one of the ways to remove
sputum, especially in toddlers with ISPA.

Keyword : 3-5 years old Toddlers, Effective Cough and Brest and Physiotherapy,
Sputum Removal, ISPA

Bibliography : 46 (2003-2014)

PENDAHULUAN manusia) itu dapat hidup dan berkembang


Komunitas adalah sekelompok manusia semaking dewasa (Kumaryo Hadikusumo,
yang saling berhubungan lebih sering 2010, hlm.205). Kemampuan keluarga
dibandingkan dengan manusia lain yang dalam membina perilaku rumah tangga dan
berada diluarnya serta saling didalamnya yang bersangkutan langsung
ketergantungan guna memenuhi keperluan dengan balita adalah seorang ibu dalam
yang penting untuk menunjang kehidupan pencegahan dan perawatan kesehatan anak
sehari-hari (Fallen dan Dwi K, 2010, yang sakit. Untuk itu penting melengkapi
hlm.6). Keperawatan kesehatan komunitas pengetahuan dan sikap ibu mengenai
adalah suatu kesatuan atau kumpulan yang pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
merupakan suatu sistem organisasi yang pencegahan serta perawatan balita yang
menangani khusus masalah di bidang terkena ISPA agar dapat mendorong
kesehatan yang terdiri dari masyarakat, perubahan kebiasaan ibu atau keluarga
kelompok, keluarga maupun perkumpulan dalam melakukan tindakan pencegahan
lainnya Stanhope dan Lancaster (2004, maupun perawatan pada balita sehingga
hlm.344). dapat mengurangi angka kejadian ISPA
pada balita (Depkes RI, 2010).
Komunitas yang dapat diberikan pelayanan
keperawatan secara langsung yaitu pada Peran perawat yang bisa diterapkan dalam
semua tatanan pelayanan kesehatan seperti mengatasi pengaruh batuk efektif dan
sekolah, unit pelayanan kesehatan, rumah, fisioterapi dada terhadap pengeluaran
tempat kerja atau industri, barak sputum pada balita dengan ISPA antara
penampungan, kegiatan puskesmas keliling, lain, yaitu pemberi pelayanan keperawatan
panti atau kelompok khusus lain, dan secara langsung (care provider), penemu
kelompok resiko (Efendi dan Makhfudli, kasus (care finder), pendidik (educator),
2009, hlm.7-8). advokat, konselor, panutan (role model).
Care provider yaitu memberikan pelayanan
Keluarga adalah sebagai pendidik pertama selalu melibatkan klien dalam setiap tahap
dan utama karena secara kodrat anak proses asuhan keperawatan mulai dari
manusia yang dilahirkan oleh orang tua pengkajian sampai dengan evaluasi. Case
(ibunya) dalam keadaan tidak berdaya finder yaitu mengidentifikasi masalah
hanya dengan pertolongan dan layanan kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi
orang tua (terutama ibu) bayi (anak

2 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...


ledakan atau wabah (Ekasari,et al, 2008, 1,55 kali, lokasi rumah didaerah rawan
hlm.18-21). banjir sebesar 1,16 kali, dan status ekonomi
miskin sebasr 0,98 kali Depkes Jateng,
Balita adalah anak yang telah menginjak 2009).
usia diatas 1 tahun atau lebih dengan
pengertian usia sekolah dibawh lima tahun, Pencegahan penyakit yang ditimbulkan
masa balita merupakan usia penting dalam ISPA terhadap kejadian kesakitan maupun
tumbuh kembang anak secara fisik. Pada kematian pada balita, maka peran kecepatan
usia tersebut, pertumbuhan penyakit keluarga dalam membawa penderita keunit
pernafasan begitu banyak antara lain Infeksi pelayanan kesehatan yang didukung dengan
saluran napas, maka sebab itu pertumbuhan ketrampilan petugas atau peran perawat
seorang anak sangatlah penting memerlukan dalam pelakaksanaan dan penatalaksanaan
asupan zat bergizi sesuai kebutuhan untuk penderita secara baik dan benar. Sasaran
menghindari penyakit yang menyerang pada utama pelaksanaan adalah penderita yang
balita (Hindah Muaris, 2006, hlm.283). datang berobat disarana pelayanan
kesehatan dasar seperti puskesmas,
Infeksi Saluran Pernafasan Akut dikenal puskesmas pembantu dan polindes. Hal ini
sebagai salah satu penyebab kematian sesuai dengan strategi dari program
utama pada bayi dan anak balita dinegara penanggulangan pneumonia pada balita
berkembang. Ispa menyebabkan empat dari oleh Departemen Kesehatan (Ditjen P2PL
15 juta kematian pada anak berusia dibawah Depkes RI, 2006: Sacarlal, 2009).
lima tahun pada setiap tahunya, sebanyak
dua per tiga kematian tersebut adalah bayi. Pengeluaran sekret yang tidak lancar akibat
Hampir empat juta orang meninggal akibat ketidakefekifan jalan nafas adalah penderita
ISPA setiap tahun, 98% disebabkan oleh mengalami kesulitan bernafas dan gangguan
onfeksi saluran pernafasan bawah. Tingkat pertukaran gas didalam paru yang
mortalitas akibat Ispa pada bayi, anak dan mengakibatkan timbulnya sianosis,
orang lanjut usia tergolong tinggi terutama kelelahan, apatis serta merasa lemah.
dinegara-negara dengan pendapatan per Dengan tahap selanjutnya akan mengalami
kapital rendah dan menengah, Ispa juga penyempitan jalan nafas sehingga terjadi
salah satu penyebab utama konsultasi atau kelengketan jalan nafas.untuk itu perlu
rawat inap disarana pelayanan kesehatan bantuan untuk mengeluarkan dahak yang
terutama pada bagian perawatan anak lengket sehingga dapat bersihan jalan nafas
(World Health Organitation, 2007). kembali efektif ( Somantri, 2008, hlm. 54)

Penyakit ISPA juga merupakan masalah


kesehatan utama di Indonesia ISPA selalu Teknih batuk efektif merupakan tindakan
menepati urutan pertama penyebab yang dilakukan untuk membersihkan
kematian pada kelompok bayi dan balita. sekresi saluran nafas.tujuan dari batuk
Selain ISPA juga sering berada pada daftar efektif adalah untuk meningkatkan ekspansi
10 penyakit terbanyak dirumah sakit. Survei paru, mobilisasi sekresi dan mencegah efek
mortaritas yang dilakukan oleh Subdit ISPA samping dari retensi sekresi seperti
tahun 2005 menepatkan ISPA atau pneumonia, atelektasis dan demam. Dengan
pneumonia sebagai penyebab kematian bayi batuk efektif pasien tidak harus
terbesar di Indonesia dengan persentase mengeluarkan banyak tenaga untuk
22,30% dari keseluruhan balita (Depkes mengeluarkan sekret (Subrata, 2006 dalam
RI,2010). Prevalensi keluhan ISPA balita di Pranowo, 2008, hlm.138).
Jawa Tengah sebesar 18,7,diperkotaan
21,6%, lebih tinggi dibanding dipedesaan Fisioterapi dada dapat dilakukan untuk
16,6%. Faktor resiko ISPA adalah sebagai membersihkan jalan napas dan sekresi.
berikut : Gangguan asap dari pabrik sebesar Fisioterapi dada termasuk didalamnya drain

Pengaruh batuk fekif dengan fisioterapi dada terhadap... (isnufauzi87@gmail.com) 3


postural, perkusi dan vibrasi dada resiko tinggi infeksi saliran pernapasan
(Muttaqin, 2008, hlm 254). Fisioterapi dada bagian atas yang berhubungan dengan
adalah tindakan mandiri perawat yang bisa akumulasi sekret pada jalan napas yang
dilakukan dengan mudah dan murah yang sering disebabkan oleh kemampuan batuk
dapat dilakukan di rumah sakit maupun yang menurun (Muttaqin, 2008, hlm. 242).
puskesmas. Kedua tindakan tersebut tidak
memiliki efek samping, batuk efektif dan Fisioterapi dada
fisioterapi dada baik dilakukan pagi hari Fisioterapi dada adalah tindakan untuk
setelah bangun tidur, atau dilakukan membersihkan jalan nafas dengan
sebelum makan siang apabila sputum masih mencegah akumulasi sekresi paru
sangat banyak, sehingga dapat keluar (Lusianah, 2012, hlm. 33). Fisioterapi dada
maksimal (Soemarni, 2009, hlm.59) merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan dengan cara postural drainase,
Teknik relaksasi autogenik membawa cllaping/perkusi, dan vibrating pada pasien
perintah tubuh melalui autosugesti untuk dengan gangguan sistem pernafasan. Waktu
rileks sehingga pernafasan, tekanan darah, yang optimal untuk melakukan teknik ini
denyut jantung serta suhu tubuh dapat adalah sebelum makan dan menjelang tidur
(Andarmoyo, 2012, hlm. 105).
dikendalikan. Standar latihan relaksasi
ISPA
autogenik bersumber dari imajinasi visual
ISPA di adaptasi dari istilah bahasa inggris
seperti pasien membayangkan tempat- Acute Respiratory Infection (ARI)
tempat yang indah yang pernah dilihat merupakan penyakit infeksi saluran
pasien dan mantra-mantra verbal seperti pernapasan akut dapat terjadi pada saluran
pasien mengatakan pasien merasa damai pernapasan atas dan saluran pernapasan
dan tenang yang membuat tubuh merasa bawah. Sebagian besar penyakit ISPA
hangat, berat dan santai. Sensasi hangat dan bersifat ringan dan tidak memerlukan
pengobatan menggunakan antibiotik
berat ini disebabkan oleh peralihan aliran
(Nursewian, 2013, ¶2).
darah (dari pusat tubuh ke daerah tubuh Balita
yang diinginkan), yang menyejukkan dan Anak balita adalah anak yang telah
merelaksasi otot-otot disekitarnya sehingga menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih
pasien bisa merasa rileks dan menekan rasa populer dengan pengertian usia anak
nyeri (Varvogli dalam Pratiwi, 2012). dibawah lima tahun. Masa balita merupakan
periode penting dalam proses tumbuh
kembang manusia, perkembangan dan
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
pertumbuhan dimasa itu menjadi penentu
dilakukan peneliti pada bulan februari-april
keberhasilan pertumbuhan dan
2015 di Puskesmas Wirosari 1 diperoleh
perkembangan anak diperiode selanjutnya.
data jumlah Balita usia 3-5 tahun dengan
Masa tumbuh kembang diusia ini
ISPA ada 108 pasien.
merupakan masa yang berlangsung cepat
dan tidak pernah terulang kembali, karena
LANDASAN TEORI itu sering disebut golden age atau masa
Batuk Efektif keemasan (Hindah, 2006).
Latihan Batuk efekif merupakan aktifitas
perawat untuk membersihkan sekresi pada METODE PENELITIAN
jalan nafas. Tujuan batuk efektif adalah Rancangan penelitian
meningkatkan mobilisasi sekresi, pemberian
Metode yang digunakan dalam penelitian
latihan batuk efektif dilaksanakan terutama
ini adalah quasy eksperimen one group pre
pada pasien dengan masalah keperawatan
post test without control. Pada penelitian ini
ketidakefektifan jalan napas dan masalah
dengan rancangan sekelompok subjek diberi

4 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...


Análisis univariat
Usia (tahun) Frekuensi (f) Persentase (%) Usia
3 4 20 Tabel 5.1
3,2 1 5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan
3,5 1 5 usia di Puskesmas Wirosari 1, (n=20)
4 7 35
4,3 2 10 Berdasarkan tabel 5.1 menunjukan bahwa
4,5 1 5 sebagian besar responden berusia 4 tahun
5 4 20
sebanyak 7 balita (30%), sedangkan usia
Jumlah 20 100.0 yang paling sedikit berusia 3,2 – 3,5 tahun
intervensi tanpa adanya perbandingan. sebanyak 1 balita (5%).
Efektivitas perlakuan dinilai dengan cara
membandingkan nilai pre test dan post test Jenis kelamin
(Dharma, 2011, hlm.93)).
Tabel 5.2
Populasi dan sampel Distribusi frekuensi responden
populasi dalam penelitian ini adalah balita berdasarkan jenis kelamin di Puskesmas
usia 3-5 tahun yan mengalami ISPA di Wirosari 1, (n=20)
Puskesmas Wirosari 1, dihitung dari 3 bulan
terakhir dari bulan februari-april 2015 Jenis
sebanyak 108 responden. Teknik sampel kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Laki-laki 10 50
sebagian populasi yang diharapkan dapat
Perempua
mewakili atau representative populasi n
10 50
(Riyanto, 2011, hlm. 90). Sampel adalah
proses menyeleksi populasi yang ada untuk Total 20 100.0
dapat mewakili populasi (Nursalam, 2008).

Instrumen penelitian Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan bahwa


Alat pengumpulan data pada penelitian ini sebagian besar responden kelompok
perlakuan berjenis kelamin laki-laki
menggunakan lembar observasi dengan cara
sebanyak 10 balita (50%), sedangkan jenis
mengeluarkan sputum dengan cara batuk kelamin perempuan sebanyak 10 balita
efektif dengan fisioterapi dada. (50%)

Analisis data Mengikuti sebelum dan sesudah


Hasil uji normalitas data menunjukkan data perlakuan batuk efektif dan fisioterapi
pre intervensi berdistrbusi tidak normal, dada
maka dilakukan transformasi data untuk Tabel 5.3
memastikan sebaran data normal atau tidak. Distribusi frekuensi responden berdasarkan
Setelah diketahui hasil transformasi dan mengikuti Sebelum dan sesudah perlakuan
data baru diuji didapatkan sebarannya tidak batuk efektif dan fisioterapi dada di
normal, maka selanjutnya dilakukkan uji Puskesmas Wirosari 1, (n=20)
alternative Wilcoxon dengan pengambilan Mengikuti dan pengeluaran Tidak mengikuti
keputusan hipotesis penelitian (Ha) diterima sputum dan tidak
bahwa p value lebih kecil dari 0,05. pengeluran
sputum
Hasil penelitian

Pengaruh batuk fekif dengan fisioterapi dada terhadap... (isnufauzi87@gmail.com) 5


frekuensi M Min Ma frek M Min Berdasarkan
Ma tabel 5.5 menunjukan bahwa
ea x uens ea hasil
x uji normalitas data dengan Saphiro
n i n Wilk didapatkan bahwa balita yang sebelum
Batuk 20 1.0 1 2 0 0 0 mengikuti
0 perlakuan dan sesudah mengikuti
efektif 5 perlakuan berdistribusi tidak normal dengan
dan nilai p sebelum = 0.000 atau <0.005dan
fisioterap nilai p sesudah = 0.000 atau <0.05. Maka
i dada uji analisis yang digunakan adalah uji
Wilcoxon.
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan bahwa
semua responden mengikuti perlakuan Uji Wilcoxon
sesuai intervensi yang sudah di beritahukan Tabel 5.6
oleh peneliti kepada responden dan ada satu Hasil uji analisis data menggunakan uji
balita yang tidak mengeluarkan sputum
Wilcoxon di Puskesmas Wirosari 1,
Análisis bivariat (n=20)
Pengaruh batuk efektif dan fisioterapi dada
terhadap pengeluaran sputum pada balita
usia 3-5 tahun ISPA Nilai p

Tabel 5.4 Pengeluaran 0.003


Pengeluaran sputum pada balita di sputum sebelum-
Puskesmas Wirosari 1, (n=20) sesudah perlakuan

Pengeluaran Sputum Freku Persen


ensi tase Berdasarkan tabel 5.6 menunjukan bahwa
(f) (%)
hasil uji Wilcoxon nilai p = 0.003 atau
Sputum Keluar 19 95 <0.05 maka dapat diartikan bahwa Ha
Sputum Tidak Keluar 1 5 diterima, artinya ada pengaruh yang
Jumlah 20 100 signifikan antara pemberian batuk efektif
dan fisioterapi dada terhadap pengeluaran
Berdasarkan tabel 5.4 dari 20 responden
sputum pada balita usia 3-5 tahun di
menunjukan bahwa Pengeluaran sputum
Puskesmas.
pada balita yang keluar sebanyak 19 balita
(95%), dan tidak mengalami pengeluaran
sputum sabanyak 1 balita (5%) yang sudah
dilakakukan oleh peneliti sesuia intervensi
yang ada.
. PEMBAHASAN
Uji Normalitas Usia
Tabel 5.5
Hasil uji kenormalan data dengan Hasil penelitian menunjukkan sebagian
menggunakan uji Shapiro-wilk di besar responden berusia 4 tahun dengan
Puskesmas Wirosari 1 (n=20) jumlah 10 balita atau 50 persen. Sedangkan
responden paling sedikit berada pada rentan
Mengikuti Nilai P usia 5 tahun yaitu sebanyak 4 balita atau 20
Mengikuti perlakuan .000 persen
Tidak Mengikuti Hal ini juga selaras dengan penelitian yang
.000
perlakuan dilakukan oleh Slamet (2005) yang
berkaitan dengan pengaruh fisioterapi dada
di Rumah Sakit Umum Tangerang periode

6 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...


Januari-Maret 2006, yang terdiri dari laki- p sebelum=0.000 dan nilai p
laki dan perempuan yang berusia 20-50 sesudah=0.003. Maka uji non parametrik
tahun. Penelitian lainnya, Darmanto (2006) yang digunakan adalah uji wilcoxon.
menunjukan bahwa sebagian besar Sedangkan hasil uji menggunakan wilcoxon
responden berumur 40-45 tahun menunjukkan hasil nilai p = 0.003 atau
<0.05 maka ada pengaruh yang signifikan
antara pemberian batuk efektif dan
Jenis kelamin fisioterapi dada terhadap pengeluaran
sputum pada balita usia 3-5 tahun di
Sebagian besar responden kelompok Puskesmas. Dilhat dari tahun ke tahun
perlakuan berjenis kelamin laki-laki masalah kesehatan yang dialami pada balita.
sebanyak 10 orang (50%), sedangkan jenis Salah satu penyebabnya yaitu kurangnya
orang tua dalam memperhatikan kesehatan
kelamin perempuan sebanyak 10 orang
dan pola hidup sehat untuk usia balita. Pada
(50%). jaman sekarang Kemampuan keluarga
Hal ini juga selaras dengan penelitian yang dalam membina perilaku rumah tangga dan
dilakukan oleh Darmanto (2006) di dalamnya yang bersangkutan langsung
menunjukan bahwa responden dalam dengan balita adalah seorang ibu dalam
penelitian juga berjenis kelamin laki-laki pencegahan dan perawatan kesehatan anak
dan perempuan. Dari hasil penelitian yang yang sakit. Untuk itu penting melengkapi
dilakukan oleh Darmanto ialah keluhan pengetahuan dan sikap ibu mengenai
ketidakefektifan jalan nafas sehingga uji pengertian, penyebab, tanda dan gejala,
pengaruh menggunakan uji Wilcoxon untuk pencegahan serta perawatan balita yang
melihat kemaknaan pengaruh batuk efektif terkena ISPA agar dapat mendorong
dengan ɑ = 0,05 didapatkan p= 0,0003 perubahan kebiasaan ibu atau keluarga
(p<0,05) berarti bahwa berarti ada pengaruh dalam melakukan tindakan pencegahan
sebelum dan sesudah perlakuan batuk maupun perawatan pada balita sehingga
efektif. dapat mengurangi angka kejadian ISPA
pada balita

Pengaruh Batuk efektif dan fisioterapi


KESIMPULAN DAN SARAN
dada terhadap pengeluaran sputum pada
balita usia 3-5 tahun. Kesimpulan
1. Hasil penelitian menunjukkan ada
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh batuk efektif dan fisioterapi
sebelum perlakuan batuk efektif dan dada terhadap pengeluaran sputum
fisioterapi dada responden mengalami pada balita usia 3-5 tahun sebanyak 19
gangguan jalan nafas sebanyak 20 balita mampu mengeluarkan sputum
responden, Hasil sesudah perlakuan batuk dan ada 1 balita yang tidak
efektif dan fisioterapi dada responden ada 1 mengeluarkan sputum.
responden yang mengalami gangguan jalan 2. Hasil penelitian responden berjenis
nafas, dan 19 responden tidak mengalami kelamin sebanyak 10 balita, dan jenis
gangguan jalan nafas. Hasil penelitian yang kelamin perempuan sebanyak 10 balita
mengalami pengeluaran sputum sebanyak 3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
19 balita (95%), yang tidak mengalami sebelum perlakuan batuk efektif dan
pengeluaran sebanyak 1 balita (5%). fisioterapi dada rata-rata responden
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mengalami ISPA, dimana yang
responden Hasil Uji normalitas data dengan mengalami ISPA sebanyak 20 balita.
Saphiro Wilk didapatkan bahwa variabel Hasil sesudah perlakuan batuk efektif
data berdistribusi tidak normal dengan nilai dan fisioterapi dada responden

Pengaruh batuk fekif dengan fisioterapi dada terhadap... (isnufauzi87@gmail.com) 7


mengalami pengeluaran sputum Asih, Niluh Gede Yasmin, (2009).
sebanyak 19 balita dan yang tidak Keperawatan Medikal Bedah :
mengalami pengeluaran sputum Klien dengan Gangguan Sistem
sebanyak 1 balita. Pernapasan. Jakarta : EGC
4. Penelitian diperoleh hasil bahwa ada
pengaruh yang signifikan antara batuk Basuky, physio. (2008). Anatomi Terapan
efektif dan fisioterapi dada terhadap Sistem Respirasi. Surakarta
pengeluaran sputum pada balita usia 3- Jurusan Fisioterapi
5 tahun p = 0.003 dimana responden
yang mengalami pengeluaran sebanyak
Darmanto, (2006). Pengaruh batuk efektif
19 balita (95%) dan yang tidak
mengalami pengeluaran sputum dan fisioterapi dada terhadap
sebanyak 1 balita (5%). pengeluaran sputum dengan
Saran ketidakefektifan jalan nafas

1. Bagi Puskesmas Dan Masyarakat Departemen Kesehatan, (2006). Direktort


Penelitian ini dapat memberikan Jendral PPM & PL : 2005,
sosialisasi kepada masyarakat saat Rencana Kerja Jangka menengah
melakukan posyandu balita bahwa
batuk efektif dan fisioterapi dada salah Nasional Penanggulangan
satu cara untuk untuk pengeluaran Pneumonia Balita Tahun 2005-
sputum pada pasien dengan pasien 2009, Jakarta
Balita dengan ISPA. Dharma, K.K. (2011). Metode Penelitian
2. Bagi Profesi Keperawatan Keperawatan: Panduan
Hasil penelitian batuk efektif dan Melaksanakan Dan Menerapkan
fisioterapi dada dapat dijadikan sebagai Hasil Penelitian. Jakarta. TIM
salah satu tindakan mandiri
Depkes RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar
keperawatan yang diterapkan di rumah
sakit maupun puskesmas untuk : Bapenkes
mngeluarkan sputum pada balita usia
3-5 tahun dengan ISPA. ____________ . (2009). Riset Kesehatan
. Dasar : Bapenkes
3. Bagi peneliti selanjutnya ____________, (2010). Riset Kesehatan
Sebagai pandangan dan data dasar Dasar : Bapenkes
untuk peneliti selanjutnya tentang Effendi, ferry & makfudli. (2009).
penelitian batuk efektif dan fisioterapi Keperawatan kesehatan
dada ini baik di lingkungan
komunitasi teori dan praktek
Masyarakat, Panti, Puskemas dan
Rumah Sakit. dalam keperawaan. Jakarta.
Salemba medika
DAFTAR PUSTAKA Ekasari, Mia Fatma., ret al. (2008).
Keperawatan Komunitas Upaya
Andarmoyo, Sulistyo. (2012). Kebutuhan Memandirikan Masyarakat untuk
Dasar Manusi (Oksigenasi) : Hidup Sehat. Jakarta : Trans Info
Konsep , Proses dan Praktik Media
Keperawatan Edisi 1. Yogyakarta
: Graha Ilmu Herdman, T Heather. (2004). Diagnosa
keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta : EGC

8 Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK), Vol. ... No. ...


Hidayat, A. Aziz Alimul. (2011). Metode
Penelitian Kebidanan & Teknik
Analisa Data Cetakan 3. Jakarta :
Salemba Medika

Iswanto, (2012). Etiologi Infeksi Saluran


Pernafasan Atas. Jakarta :
Salemba Medika

Kumaryoa. (2010). Konsep Keluarga dan


POla Asuh Balita. Jakrta : EGCE

Lusianah, Ery, D & Suratun. (2012).


Prosedur Keperawatan. Jakarta :
TIM

Muttaqin, Arif. (2008). Asuhan


Keperawatan Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta : Salemba medika

Muwarni, A. (2020). Perawatan Pasien


Penyakit Dalam. Yogyakarta :
Gosyen Publishing.

Nursalam. (2008). Konsep dan penelitian


ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
edisi 3/Nursalam. Jakarta : Salemba
Medika

Rab, Tabrani. (2010). Ilmu Penyakit Paru.


Jakarta : TIM
Slamet. (2005). Pengaruh Fisioterapi
dada terhadap Pengeluaran Sputum di
Rumah Sakit Umum Tangerang

Stanhope, Marcia & Lncaster, Jannete.


(2004). Community & Public Health
Nursing. Sixth edition. Missouri : Mosby

Pengaruh batuk fekif dengan fisioterapi dada terhadap... (isnufauzi87@gmail.com) 9

Anda mungkin juga menyukai