Anda di halaman 1dari 17

ANALISIS DETERMINAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN

KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK


USIA 0 BULAN SAMPAI 59 BULAN DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS MEDAN LABUHAN TAHUN 2018
Angelin P.G.1 Ella F. 1 Vina A.H. 1 David 1 Erwin K.S.1
Kavin M. 1 Surya R. 1 Richard S. 1 Gracia N. 1 Natria L.N. 1 Nur Aqilah1
Isti I.F. 2
1.Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
2.Staf Pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK
Infeksi saluran pernapasan akut atau ISPA adalah salah satu penyebab utama
kematian pada anak – anak di bawah usia 5 tahun. Berdasarkan data World Health
Organization (WHO) pada tahun 2016 sebanyak 5,6 juta balita meninggal dan 15000 balita
meninggal setiap harinya yang disebabkan oleh ISPA. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh faktor determinan kesehatan ibu dan anak dengan kejadian ISPA pada
anak usia 2 bulan sampai dengan 59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Medan Labuhan tahun
2018.
Jenis penelitian ini adalah analitik multivariat dengan pendekatan cross sectional,
populasi penelitian adalah seluruh anak berusia 0 bulan sampai 59 bulan yang datang ke
Puskesmas Medan labuhan ataupun POSYANDU di wilayah kerja Puskesmas Medan
Labuhan dengan jumlah sampel sebanyak 100 yang diambil secara cluster sampling. Data
yang dikumpulkan berupa data primer dan sekunder. Analisis data dengan uji Chi square
pada analisis bivariat dan Regresi Logistik pada analisis multivariat dengan tingkat CI 95 %.
Hasil Penelitian menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit ISPA di wilayah kerja
Puskesmas Medan Labuhan sebesar 55 %. Hasil analisis bivariat Berat Badan Lahir diperoleh
nilai p = 0,062; Pemberian Imunisasi diperoleh nilai p = 0,090; Pemberian ASI Eksklusif
diperoleh nilai p = 0,042; Status gizi diperoleh nilai p = 0,216; Kunjungan antenatal care
diperoleh nilai p = 0,088; Kunjungan neonatus diperoleh nilai p = 0,077; Kunjungan bayi
diperoleh nilai p = 0,110; Analisis multivariat diperoleh faktor dominan yang mempengaruhi
kejadian ISPA pada anak usia 0 bulan sampai 59 bulan di wilayah kerja puskesmas medan
labuhan adalah hanya pemberian ASI Eksklusif dengan nilai Eksponen B 2,403 (CI 95% :
1,024 – 5,640).
Adanya faktor pemberian ASI Eksklusif yang berpengaruh terhadap kejadian ISPA
pada anak usia 0 bulan sampai 59 bulan diwilayah kerja puskesmas medan labuhan ini maka
diharapkan kepada ibu agar memberikan ASI Eksklusif pada anaknya.
Kata Kunci : Anak, Determinan Kesehatan Ibu dan anak, , ISPA.

PENDAHULUAN utama kematian pada anak - anak di bawah


usia 5 tahun.1 Berdasarkan data World
Infeksi saluran pernapasan akut
Health Organization (WHO) pada tahun
atau ISPA adalah salah satu penyebab
2016 sebanyak 5,6 juta balita meninggal
dan 15000 balita meninggal setiap harinya kesehatan, yaitu hanya sebesar 1% yang
yang disebabkan oleh ISPA.2 Di negara mencari pertolongan.4
berkembang diperkirakan angka kematian
Terdapat beberapa faktor yang
balita adalah 73,1 kematian per 1000
meningkatkan kesakitan hingga resiko
kelahiran hidup.2 Di Indonesia berdasarkan
kematian pada balita penderita ISPA.
hasil Survei Penduduk Antar Sensur
Faktor lingkungan seperti kepadatann
(SUPAS) tahun 2015 Angka Kematian
lingkungan, polusi udara dan merokok,
Balita (AKABA) sebesar 26,29 per 1.000
dan terdapat juga faktor pada anak - anak
kelahiran hidup, yang telah memenuhi
seperti pemberian ASI, Berat Bayi Lahir
target Millennium Development Goals
Rendah (BBLR), malnutrisi dan defisiensi
(MDG) 2015 sebesar 32 per 1.000
vitamin A.5,6
kelahiran hidup.1

Pemerintah telah berusaha untuk


ISPA adalah radang akut saluran menangulangi masalah ISPA, salah
pernafasan atas maupun bawah yang satunya adalah melalui upaya Kesehatan
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau ibu dan anak (KIA). Upaya KIA adalah
bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau upaya dibidang kesehatan yang
disertai radang parenkim paru.3 Salah satu menyangkut pelayanan dan pemeliharaan
yang termasuk ISPA adalah pneumonia. ibu hamil, ibu bersalin, ibu meneteki, bayi
Angka kematian pada balita yang dan anak balita serta anak prasekolah.
diakibatkan oleh pneumonia pada bahun Dimana salah satu tujuannya dalah untuk
2016 di Indonesia sebesar 0,11% meningkatkan pembinaan kesehatan,
sedangkan tahun 2015 sebesar 0,16%. pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan
kesehatan pada balita. Untuk mengatasi
Berdasarkan Profil kesehatan
masalah kesehatan balita dimulai sejak
Sumatera Utara tahun 2016, jumlah kasus
dalam kandungan, dimana terdapat
pneumonia pada balita yang diperkirakan
beberapa indikator kesehatan yang harus
di Medan sebanyak 19.924 dan hanya 879
dicapai, salah satunya adalah kunjungan
balita yang ditemukan dan ditangani. Di
neonatus, kunjungan bayi dan kunjungan
Kecamatan Medan Labuhan,
balita.11
memperkirakan jumlah balita yang
menderita pneumonia terdapat sebanyak METODE PENELITIAN
1.059 balita dan hanya 11 balita yang
Penelitian ini merupakan penelitian
ditemukan dan ditangani oleh petugas
analitik multivariat dengan pendekatan
cross sectional untuk mengetahui dalam kondisi imunosupresi seperti HIV.
bagaimana hubungan faktor komponen Besar sampel yang diambil dalam
kesehatan ibu dan anak berupa, penelitian ini adalah 100 orang.
kelengkapan imunisasi pada balita, Teknik pengambilan data pada
pemberian ASI eksklusif, berat badan penelitian ini yaitu, berupa data primer dan
lahir, status gizi balita, kunjungan data sekunder. Data primer diperoleh
neonatus, kunjungan bayi, kunjungan dengan metode wawancara pada ibu dari
balita dan kunjungan antenatal care balita yang datang ke Puskesmas Medan
terhadap kejadian infeksi saluran Labuhan dan POSYANDU yang menjadi
pernapasan akut pada balita. Penelitian ini wilayah kerja Puskesmas Medan Labuhan
dilakukan selama 3 minggu mulai tanggal sejak 10-27 September 2018 dan dipandu
10-27 September 2018. oleh peneliti. Data sekunder diperoleh
dengan melihat buku KIA (Kesehatan Ibu
Penelitian ini dilakukan di
dan Anak).
Puskesmas Medan Labuhan dan di
Data yang diperoleh diolah dan
POSYANDU yang menjadi wilayah kerja
dianalisa dengan bantuan program analisis
Puskesmas Medan Labuhan. Populasi
data statistik. Analisa statistik yang
terjangkau penelitian ini adalah anak
digunakan adalah statistik deskriptif
berusia dibawah 5 tahun yang datang ke
dengan melihat distribusi frekuensi dari
puskesmas Medan Labuhan dan
masing-masing variabel. Dilakukan analisa
POSYANDU yang menjadi wilayah kerja
multivariat menggunakan uji regresi
Puskesmas Medan Labuhan beserta
logistik untuk mengetahui variabel yang
dengan ibunya. Sampel penelitian dipilih
paling mempengaruhi kejadian ISPA pada
dengan menggunakan metode cluster
balita. Variabel yang diuji pada analisis
sampling.
multivariat adalah variabel yang pada
Kriteria Inklusi pada penelitian ini analisis bivariat memiliki nilai p pada uji
adalah anak usia dibawah 5 tahun, orang chi square ≤ 0,25 dan memenuhi syarat.
tua pasien bersedia menjadikan anaknya
HASIL PENELITIAN
sampel penelitian dan menandatangani
informed consent. Kriteria Eksklusi pada Data Penelitian yang telah
penelitian ini adalah anak yang mengalami dikumpulkan sebanyak 100 sampel
penyakit kongenital atau kanker atau anak berdasarkan hasil perhitungan sampel.
Tabel 1. Profil Kesehatan Ibu dan Anak

Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)


Usia Anak
0 bulan-12 bulan 25 25
13 bulan- 59 bulan 75 75
Jenis Kelamin Anak
Laki-laki 52 52
Perempuan 48 48
Usia Ibu
< 30 Tahun 47 47
>= 30 Tahun 53 53
Pendidikan Ibu
Tamat SD 10 10
Tamat SMP 27 27
Tamat SMA 55 55
S1 8 8
Kunjungan Antenatal Care
Melakukan Kunjungan 87 87
Tidak Melakukan Kunjungan 13 13
Berat Badan Lahir
Normal 95 95
Rendah 5 5
Kunjungan Neonatus
Melakukan Kunjungan 48 48
Tidak Melakukan Kunjungan 52 52
Kunjungan Bayi
Melakukan Kunjungan 77 77
Tidak Melakukan Kunjungan 23 23
Kunjungan Balita
Melakukan Kunjungan 57 57
Tidak Melakukan Kunjungan 18 18
Belum Cukup Usia 25 25
Pemberian ASI Eksklusif
ASI Eksklusif 38 38
ASI tidak Eksklusif 62 62
Pemberian Imunisasi
Lengkap 74 74
Tidak Lengkap 26 26
Status Gizi
Gizi Baik 74 74
Gizi Kurang dan Buruk 26 26

Berdasarkan tabel diatas, Usia anak dan usia balita 13-60 bulan sebanyak 75
berumur 0-12 bulan sebanyak 25 orang orang. Berdasarkan tabel diatas, dapat
diketahui bahwa usia ibu <30 tahun adalah Jumlah dari anak-anak tersebut yang
sebanyak 47 % sedangkan jumlah ibu dibawa oleh ibunya sewaktu masa
berusia diatas 30 tahun sebanyak 53 %. neonatus adalah sebesar 48 % dan sewaktu
Tingkat Pendidikan ibu di wilayah kerja bayi adalah sebesar 77 %.
Puskesmas Medan Labuhan terbanyak Dari 100 sampel, sebanyak 24 %
adalah tamat SMA dengan persentase anak-anak belum memasuki usia balita,
sebanyak 55 %. Berdasarkan jumlah dan sebanyak 57 % Melakukan kunjungan
sampel yang diambil, anak-anak yang Balita dan sebanyak 19 % tidak melakukan
datang paling banyak adalah laki-laki kunjungan Balita. Anak-anak tersebut saat
sebanyak 52%. masa neonatus dan bayi yang diberikan
ASI Eksklusif oleh ibunya adalah
Jumlah ibu yang sewaktu hamil
sebanyak 38 % sementara 62 % dari anak-
datang ke tenaga kesehatan atau pusat
anak tersebut tidak mendapatkan ASI
kesehatan untuk melakukan Antenatal
Eksklusif saat masa neonatus dan bayi.
Care adalah sebanyak 87 %. Sejalan
Sampai saat ini, sebanyak 74 % balita
dengan hal ini, didapati Berat Badan Lahir
sudah mendapatkan imunisasi dasar yang
dari anak-anak yang menjadi sampel
lengkap. Sebanyak 74 % dari balita
adalah 95% memiliki Berat Badan Lahir
tersebut memiliki status gizi baik
normal dan 5% anak-anak yang memiliki
sementara 26 % dari anak-anak tersebut
Riwayat Berat Badan Lahir Rendah.
mengalami gizi kurang dan buruk.

Tabel 2. Profil Kejadian ISPA di wilayah Kerja Puskesmas Medan Labuhan


Variabel Frekuensi (n) Persentase (%)
Status ISPA
ISPA 55 55
Tidak ISPA 45 45
Berdasarkan Tabel diatas, jumlah adalah sebanyak 55 % dari jumlah sampel,
balita yang mengalami Kejadian ISPA dimana 45% balita tidak mengalami ISPA.
Tabel 3. Hasil Seleksi Bivariat Untuk Uji Regresi Logistik
Variabel P value
Berat Badan Lahir *0,062
Imunisasi 0,090
Pemberian ASI 0,042
Status Gizi 0,216
Kunjungan Neonatus 0,077
Kunjungan Bayi 0110
Kunjungan Antenatal Care 0,088
*Tidak termasuk kedalam analisa selanjutnya

Berdasarkan seleksi bivariat, maka neonatus, dan kunjungan bayi. Variabel


dapat dilihat bahwa variabel yang berat badan lahir tidak dimasukkan
memiliki p value < dari 0,25 adalah kedalam analisis multivariat oleh karena
variabel imunisasi, ASI eksklusif, status terdapat nilai nol dalam tabel.
gizi, kunjungan antenatal care, kunjungan

Tabel 4. Hasil Analisa Multivariat

Variabel Nilai Eksponen B Confidence Interval


Pemberian ASI 2,403 1,024 – 5,640
Kunjungan Antenatal Care 3,203 0,784-13,083
Kunjungan Bayi 2,445 0,865 – 6,909
Berdasarkan tabel diatas, analisis sebesar 2,4 kali yang berarti orang yang
multivariat dilakukan dengan menguji tidak mendapatkan ASI Eksklusif beresiko
faktor-faktor berupa Pemberian Imunisasi, sebesar 2,4 kali untuk mengalami ISPA
Pemberian ASI, Status gizi anak, dibandingkan dengan anak yang diberikan
Kunjungan Antenatal Care ibu sewaktu ASI Eksklusif. Hasil pada tabel ini
hamil, Kunjungan neonatus, dan menunjukkan kunjungan ANC dan
kunjungan bayi dengan kejadian ISPA. kunjungan bayi tidak dapat dipastikan
Semua variabel yang dianalisis multivariat sebagai faktor risiko ataupun faktor
memberikan hasil seperti yang dimuat oleh pelindung.
tabel diatas. Berdasarkan tabel tersebut
PEMBAHASAN
dapat diketahui bahwa Pemberian ASI
mempengaruhi kejadian ISPA yaitu
Berdasarkan hasil penelitian, hamil dan fasilitas kesehatan yang banyak
jumlah ibu yang sewaktu hamil datang ke dimanfaatkan ibu hamil adalah praktek
tenaga kesehatan untuk melakukan kontrol bidan (52,5%), Puskesmas/Pustu (16,6%)
kehamilan sebesar 87 %. Berdasarkan dan Posyandu (10,0%). Hal ini juga
RISKESDAS 2013, Antenatal Care terlihat di semua provinsi.16
(ANC) adalah pelayanan kesehatan yang Sebanyak 5 % dari sampel
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk ibu memiliki riwayat berat badan lahir rendah.
selama kehamilannya dan dilaksanakan Berdasarkan RISKESDAS 2013,
sesuai dengan standar pelayanan yang Persentase BBLR tahun 2013 (10,2%)
ditetapkan dalam Standar Pelayanan lebih rendah dari tahun 2010 (11,1%).
Kebidanan (SPK). Di Sumatera Utara, Persentase BBLR tertinggi terdapat di
jumlah ibu yang melakukan ANC < 4 x provinsi Sulawesi Tengah (16,9%) dan
sekitar 70 % sementara jumlah ibu yang terendah di Sumatera Utara (7,2%).16
melakukan K1 atau kunjungan pertama Setiap bayi baru lahir sebaiknya
sewaktu melakukan ANC adalah sekitar 90 mendapatkan semua kunjungan neonatus,
%.16 Berdasarkan data Profil Kesehatan yaitu pada saat bayi berumur 6-48 jam, 3-7
Indonesia Tahun 2016 cakupan pelayanan hari, dan 8-28 hari. Bayi yang mendapat
kesehatan ibu hamil pada kunjungan 4 kunjungan neonatus tiga kali yaitu pada
yaitu 83,35% yang merupakan penurunan saat berumur 6-48 jam, 3-7 hari, dan 8-28
dari 86,85% pada tahun 2013. Meskipun hari, dapat dinyatakan melakukan
terjadi penurunan pada tahun 2016, kunjungan neonatus lengkap (KN1, KN2,
cakupan pelayanan kesehatan ibu hamil KN3). Sebanyak 48 % dari sampel
K4 pada tahun 2016 telah memenuhi target melakukan kunjungan neonatus pada masa
Rencana Strategis (Renstra) Kementerian neonatus. Capaian KN lengkap di
Kesehatan sebesar 74% Dimana Sumatera Indonesia pada tahun 2014 sebesar 93,%
Utara merupakan provinsi ke 12 yang dimana telah memenuhi target Renestra
cakupan pelayan kesehatan ibu hmail K4 tahun 2014 yaing sebesar 88%. Sumatera
tertinggi dengan cakupan 84,78%.1 Utara memiliki cakupan KN lengkap
Proporsi dari kelahiran yang mendapat sebesar 86,05%. 45 Capaian KN1 Indonesia
pelayanan ANC menurut tenaga dan pada tahun 2016 sebesar 91,14% lebih
tempat menerima ANC. Berdasarkan data, tinggi dari tahun 2015 yaitu sebesar
Bidan merupakan tenaga kesehatan yang 83,67%. Capaian ini sudah memenuhi
paling berperan (87,8%) dalam target Renstra tahun 2016 yang sebesar
memberikan pelayanan kesehatan ibu 78%. Sejumlah 26 provinsi (71%) yang
telah memenuhi target tersebut. Sumatera Gambaran capaian kunjungan bayi
Utara merupakan salah satu provinsi yang di 33 provinsi pada tahun 2014,
telah memenuhi target dengan cakupan menunjukkan bahwa sebanyak 13 provinsi
KN1 87,26%.1 (39,39%) telah memenuhi target Renstra
Sebanyak 77 % melakukan tahun 2014 yaitu sebesar 90%. Provinsi
kunjungan bayi pada masa bayi. Tidak Sumatera Utara sendiri belum mencapai
semua sampel sudah memasuki masa target, yaitu hanya 83,35%. Capaian
balita. Sebanyak 25 orang belum Indikator pelayanan kesehatan anak balita
memasuki usia balita. Dari 75 sampel yang pada tahun 2014 sebesar 75,82% yang
sudah memasuki masa balita, sebanyak 57 berarti belum mencapai target Renstra
orang melakukan kunjungan balita. pada tahun 2014 yang sebesar 85%.
Berdasarkan buku Kesehatan Ibu dan Namun, meningkat dibandingkan tahun
Anak, Kunjungan yang dilakukan sewaktu 2013 yang sebesar 70,12%. Capaian
bayi dan balita penting untuk menilai indikator menurut provinsi, Sumatera
pertumbuhan berat badannya setiap bulan Utara mencakup kunjungan balita sebesar
dan berdasarkan hal tersebut dapat diambil 75,84%.45
kesimpulan mengenai status gizi anak. Pada penelitian ini hanya sebanyak
Pada Kunjungan ini juga dapat dilakukan 38 % sampel diberikan ASI Eksklusif.
skrining mengenai perkembangan anak. Kriteria menyusu ekslusif menurut
Skrining/ deteksi dini penyimpangan RISKESDAS ditegakkan bila anak umur
tumbuh kembang dilakukan setiap 3 bulan 0-6 bulan hanya diberi ASI saja pada 24
sekali pada anak berusia 0- 24 bulan dan jam terakhir dan tidak diberi makanan
dilakukan setiap 6 bulan sekali pada anak prelakteal. Menyusui sejak dini
usia diatas 24 bulan sampai 72 bulan. Pada mempunyai dampak yang positif baik bagi
setiap usia anak berbeda hal yang diuji ibu maupun bayinya. Bagi bayi, menyusui
untuk perkembangannya namun mempunyai peran penting untuk
menggunakan alat bantu yang sama yaitu menunjang pertumbuhan, kesehatan, dan
kuesioner Pra Skrining Perkembangan kelangsungan hidup bayi karena ASI kaya
dengan melihat usia anak. Selain dengan zat gizi dan antibodi. Sedangkan
Pertumbuhan dan perkembangan anak, bagi ibu, menyusui dapat mengurangi
kunjungan ini juga dilakukan untuk morbiditas dan mortalitas karena proses
menilai atau mendeteksi gangguan menyusui akan merangsang kontraksi
penyimpangan mental emosional yang uterus sehingga mengurangi perdarahan
mulai dinilai dari usia 18 bulan. pasca melahirkan (postpartum). Mengacu
pada target program pada tahun 2014 0-59 bulan. Informasi imunisasi
cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar dikumpulkan berdasarkan empat sumber
80%, maka secara nasional cakupan informasi, yaitu wawancara kepada ibu
pemberian ASI eksklusif sebesar 52,3% balita atau anggota rumah tangga yang
belum mencapai target. Menurut provinsi, mengetahui, catatan dalam KMS, catatan
hanya terdapat satu provinsi yang berhasil dalam buku KIA, dan catatan dalam buku
mencapai target yaitu Provinsi Nusa kesehatan anak lainnya. Apabila salah satu
Tenggara Barat sebesar 84,7%. Provinsi dari keempat sumber tersebut menyatakan
Jawa Barat, Papua Barat, dan Sumatera bahwa anak sudah diimunisasi,
Utara merupakan tiga provinsi dengan disimpulkan bahwa anak tersebut sudah
capaian terendah, dimana Sumatera Utara diimunisasi untuk jenis yang ditanyakan.16
hanya 37,6%.45 Persentase bayi yang telah Analisis dilakukan pada anak umur
mendapatkan ASI eksklusif sampai usia 12-23 bulan, yang telah melewati masa
enam bulan adalah sebesar 29,5%. imunisasi dasar. Kecendrungan imunisasi
Mengacu pada target renstra tahun 2016 dasar lengkap pada tahun 2013 adalah
yang sebesar 42%, maka secara nasional sebanyak 59,2 % mendapatkan imunisasi
cakupan pemberian ASI eksklusif pada dasar lengkap, 32,1 % tidak mendapatkan
bayi usia kurang dari enam bulan telah imunisasi dasar lengkap, dan 8,7 % tidak
mencapai target, dimana cakupan ASI diimunisasi. Di sumatera utara sendiri,
eksklusif Provinsi Sumatera Utara sebesar persentase mendapatkan imunisasi dasar
46,8%.1 lengkap adalah 39,1 %, tidak mendapatkan
Sebanyak 74 % dari jumlah sampel imunisasi dasar lengkap sebesar 44,5 %,
telah diberikan imunisasi lengkap. Pada dan tidak mendapatkan imunisasi sebesar
penelitian ini, Imunisasi lengkap jika 16,4 %.16 Capaian indikator ini di
semua imunisasi dasar sudah didapatkan Indonesia pada tahun 2016 sebesar
oleh anak dalam 1 tahun pertama 91,58%. Capaian ini lebih besar dari
kehidupannya atau jika berusia kurang dari capaian tahun 2015 sebesar 86,54%.
1 tahun, maka imunisasi dikatakan lengkap Angka ini mencapai target Renstra tahun
jika sampai pada usianya sudah 2016 sebesar 91,5%. Sedangkan menurut
mendapatkan imunisasi dasar sesuai provinsi, terdapat dua belas provinsi yang
jadwalnya. mencapai target Renstra tahun 2016, salah
Berdasarkan Informasi cakupan satunya merupakan Sumatera Utara
imunisasi pada Riskesdas 2013 ditanyakan dengan pencapaian imunisasi lengkap
kepada ibu yang mempunyai balita umur sebesar 78,1%.1
Sebanyak 26 % dari jumlah sampel Kecamatan Medan Labuhan dan masih
memiliki status gizi kurang dan buruk. banyak yang tidak terdeteksi. Berdasarkan
Indikator status gizi (riskesdas) Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun
berdasarkan indeks BB/U memberikan 2016 di Kecamatan Medan Labuhan,
indikasi masalah gizi secara umum. memperkirakan jumlah balita yang
Indikator ini tidak memberikan indikasi menderita pneumonia terdapat sebanyak
tentang masalah gizi yang sifatnya kronis 1.059 balita dan hanya 11 balita yang
ataupun akut karena berat badan ditemukan dan ditangani oleh petugas
berkorelasi positif dengan umur dan tinggi kesehatan, yaitu hanya sebesar 1% yang
badan. Indikator BB/U yang rendah dapat mencari pertolongan dan terdeteksi.8
disebabkan karena pendek (masalah gizi Masih tinggi angka ISPA dapat disebabkan
kronis) atau sedang menderita diare atau oleh karena cakupan ASI eksklusif yang
penyakit infeksi lain (masalah gizi akut). masih rendah (38%), imunisasi yang tidak
Diantara 33 provinsi di Indonesia,18 lengkap (26%), Gizi kurang dan buruk
provinsi memiliki prevalensi gizi buruk- (26%), dan lain-lain. Dimana kejadian
kurang di atas angka prevalensi nasional ISPA berdasarkan penelitian Ujunwa FA,
yaitu berkisar antara 21,2 persen sampai Ezeonu CT berbagai faktor yang
dengan 33,1 persen. Sumatera Utara mempengaruhi terjadinya ISPA dengan
menduduki peringkat ke-16 dengan nilai p value <0,05 yaitu malnutrisi,
persentase sekitar 22,5 %.16 Hasil imunisasi yang buruk, ASI yang tidak
pengukuran status gizi PSG tahun 2016 adekuat, status pendidikan orang tua yang
dengan indeks BB/U pada balita 0-59 rendah, dan lain-lain.
bulan, mendapatkan persentase gizi buruk Berdasarkan hasil analisis
sebesar 3,4%, gizi kurang sebesar 14,4% Multivariat, dapat diketahui bahwa
dan gizi lebih sebesar 1,5%. Angka Pemberian ASI mempengaruhi kejadian
tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil ISPA yaitu sebesar 2,4 kali yang berarti
PSG 2015, yaitu gizi buruk sebesar 3,9%, orang yang tidak mendapatkan ASI
gizi kurang sebesar 14,9% dan gizi lebih Eksklusif beresiko sebesar 2,4 kali untuk
sebesar 1,6%. Di Sumatera Utara mengalami ISPA dibandingkan dengan
presentase gizi buruk sebesar 3,1% dan anak yang diberikan ASI Eksklusif. Hasil
gizi kurang sebesar 10,1%.45 mengenai Kunjungan Antenatal Care dan
Dari 100 sampel, sebanyak 55 % Kunjungan Bayi belum dapat dikatakan
mengalami ISPA, hal ini disebabkan oleh apakah sebagai faktor pelindung atau
karena masih tingginya angka ISPA di faktor risiko.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Berat badan lahir bayi
yang dilakukan oleh Tromp Ilse, et al yang merefleksikan kondisi dan perkembangan
bertujuan mencari hubungan antara janin selama masa gestasional. Kualitas
menyusui dengan ISPA bawah dan ISPA dan adekuasi dari antenatal care diduga
atas pada bayi hingga usia anak 4 tahun. dapat mempengaruhi berat badan lahir
Merupakan studi cohort yang menilai bayi rendah (BBLR). Berdasarkan
durasi menyusui dengan ISPA. Didapatkan penelitian Ahmed Z, Khoja S dan Tirmizi
hasil pemberian ASI selama 6 bulan S yang mencari hubungan antara antenatal
menurunkan risiko terjadinya ISPA sampai care dengan kejadian BBLR pada wanita
usia 4 tahun dengan nilai OR = 1 dan CI di pegunungan Chitral, Pakistan. Dengan
0,51-0,98. Dimana pemberian ASI selama jumlah sampel 1316 ibu yang diperiksa
3 bulan atau 3 - 6 bulan tidak berhubungan rekam medis dan di interview. Didapatkan
secara statistik dengan ISPA. Hal ini ibu yang tidak melakukan antenatal care
menunjukkan bahwa durasi meyusui kemungkinan untuk melahirkan bayi
hingga 6 bulan dapat memberikan efek BBLR 4,3 kali dibandingkan ibu yang
protektif terhadap ISPA dan sesuai dengan melaksanakan antenatal care dengan nilai
rekomendasi WHO untuk memberikan p value <0,001.57
ASI hingga 6 bulan.56 Berdasarkan penelitian Martinis
Pada penelitian ini belum dapat ALO, et al yang mencari insidensi
dikatakan apakah kunjungan bayi dan terjadinya community acquired infections
kunjungan ANC sebagai faktor risiko atau pada saluran napas bawah dan faktor risiko
pelindung terhadap kejadian ISPA. yang mempengaruhi pada balita. SDari
Namun, pada penelitian sebelumnya hasil penelitian, didapatkan satu – satunya
dikatakan bahwa kunjungan ANC faktor yang mempengaruhi adalah BBLR,
berhubungan kejadian BBLR, dimana dimana anak dengan riwayat BBLR
BBLR mempengaruhi kejadian ISPA. memiliki kemungkinan 5,96 kali untuk
Kunjungan bayi berdasarkan buku KIA terinfeksi pneumonia dibandingkan berat
termasuk salah satu dari beberapa badan lahir normal.50
indikator yang bisa menjadi ukuran Berdasarkan penelitian Tazinya
keberhasilan upaya peningkatan kesehatan AA, et al yang mencari faktor risiko ISPA
bayi dan balita. Dimana pada saat pada pasien dengan usia dibawah lima
kunjungan akan dilakukan penilaian status tahun di Rumah Sakit Umum Bamenda di
gizi, dan status gizi berhubungan dengan Cameroon. Didapatkan hubungan antara
kejadian ISPA. malnutrisi dengan kejadian ISPA. Dimana
status gizi dinilai dengan kurva WHO, Medan Labuhan lebih dari
malnutrisi dikatakan apabila Z scores < 2 setengahnya tidak diberikan ASI
SD. Hasil penelitian menunjukkan 67 Eksklusif dan cenderung
pasien malnutrisi dan 51 pasien menderita mengalami ISPA.
ISPA (76,12%), didapatkan nilai p < 3. Indikator Kesehatan Ibu dan Anak
0,001. Hal ini menunjukkan bahwa status yang mempengaruhi kejadian ISPA
gizi mempengaruhi kejadian ISPA, hal ini adalah Pemberian ASI Eksklusif
dapat dikoreksi dengan sumplementasi sedangkan baik kunjungan
makanan yang baik pada anak, edukasi Antenatal Care maupun kunjungan
pada ibu dan vaksin yang lengkap, dimana Bayi belum dapat dipastikan
kegiatan ini dapat diberikan saat sebagai faktor pelindung atau
kunjungan bayi.49 faktor risiko.

KESIMPULAN SARAN

Berdasarkan uraian diatas maka Berdasarkan Kesimpulan penelitian diatas,


kesimpulan dari penelitian ini adalah ada beberapa saran yang dapat diberikan
sebagai berikut: yaitu:

1. Masih tinggi jumlah anak di 1. Bagi institusi Pendidikan, Pada


wilayah kerja Puskesmas Medan penelitian ini kesimpulan yang ada
Labuhan yang mengalami ISPA. belum mewakili kebenaran yang
2. Anak-anak yang diimunisasi, ada oleh karena ISPA dipengaruhi
memiliki riwayat berat badan lahir oleh multifaktorial berupa faktor
normal, memiliki gizi baik, lingkungan seperti kepadatan
melakukan kunjungan bayi, lingkungan, polusi udara dan
melakukan kunjungan Antenatal merokok, penggunaan bahan bakar
Care memiliki proporsi yang kayu di rumah yang pada penelitian
serupa untuk mengalami ISPA ini tidak diteliti oleh peneliti yang
dengan yang tidak mengalami merupakan variabel perancuh
kejadian ISPA. Kurang dari 50 % dalam penelitian dan pada
memiliki riwayat tidak melakukan penelitian ini juga masih terdapat
kunjungan neonatus dan mereka banyak bias penelitian. Oleh karena
lebih banyak yang mengalami itu, penelitian ini dapat dijadikan
ISPA. Anak-anak di Puskesmas sebagai modal awal penelitian
lebih lanjut dan detail mengenai sangat dianjurkan anaknya mulai
hubungan antara faktor-faktor dari masa neonatus, bayi, hingga
dalam kesehatan ibu dan anak balita untuk membawa anaknya ke
dengan kejadian ISPA dengan pusat kesehatan untuk dilakukan
meminimalisir variabel perancuh pemantauan kesehatan yang baik
dan kemungkinan Bias yang oleh tenaga kesehatan dan
terjadi. mendapatkan imunisasi yang baik
2. Bagi Pemerintah setempat, sesuai dengan jadwal dari buku
Kejadian ISPA pada anak-anak Kesehatan Ibu dan Anak Indonesia.
terjadi lebih dari setengah jumlah Bagi ibu juga penting untuk
anak-anak. Perlu adanya intervensi mengetahui manfaat ASI Eksklusif
lebih baik dari segi Kesehatan Ibu dan cara memberikan ASI
dan Anak seperti meningkatkan Eksklusif agar anak yang
edukasi pentingnya kunjungan dilahirkan mendapat ASI Eksklusif
Antenatal Care buat Ibu dan janin, yang baik.
kunjungan neonatus, bayi, dan
DAFTAR PUSTAKA
balita buat si anak, serta
pentingnya pemberian ASI 1. DEPKES. 2017. Profil Kesehatan
Indonesia 2016. Jakarta:
Eksklusif, pemberian Imunisasi Kementerian Kesehatan RI.
dan pemantauan status gizi yang 2. World Health Organization, 2018.
Under-five mortality. [Internet]
baik. Diambil dari :
3. Bagi Masyarakat Setempat, http://www.who.int/gho/
child_health/mortality/
Mengingat kejadian ISPA terjadi mortality_under_five_text/en/
pada setengah dari jumlah anak- [Diakses tanggal 11 September
2018].
anak, maka penting untuk 3. Alsagaff, H dan Mukty, A., 2006.
memperbaiki kesehatan ibu dan Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru.
Surabaya: Airlangga University
anak yang dimulai dari rumah. Press.
Bagi ibu hamil, sangat dianjurkan 4. DEPKES. 2016. Profil Kesehatan
Kota Medan Tahun 2016. Medan.
untuk melakukan antenatal care 5. Vardas E, Blaauw D, McAnerney
sesuai dengan standar Kesehatan J. The epidemiology of respiratory
syncytial virus (RSV) infections in
Ibu dan Anak Indonesia sehingga South African children. S Afr Med
anak yang dilahirkan memiliki J. 1999;89(10):1079-84.
6. Savitha MR, Nandeeshwara SB,
berat badan lahir normal dan sehat. Pradeep Kumar MJ, ul-Haque F,
Bagi Ibu yang telah melahirkan, Raju CK. Modifiable risk factors
for acute lower respiratory tract Medan Labuhan Tahun 2009
infections. Indian J Pediatr. [Internet] [Skripsi]. [Medan]
2007;74(5):477-82. [Universitas Sumatera Utara].
7. Insani A, Fitriani HK. Hubungan Diambil dari :
Pemberian ASI eksklusif dengan http://repository.usu.ac.id/handle/1
Kejadian ISPA pada Balita usia 1 – 23456789/16314
5 Tahun di Puskesmas Ngampilang 13. Koch A, et al.. Risk Factors for
Yogyakarta Tahun 2009 [Internet] Acute Respiratory Tract Infections
[Karya Tulis Ilmiah]. [Yogyakarta] in Young Greenlandic
[Universitas Aisyiyah Yogyakarta]. Children.American Journal of
Diambil dari : Epidemiology. 2003;158(4):374-
http://digilib.unisayogya.ac.id/3241 384.
/1/JURNAL%20A%27NINDITA 14. Jackson, S. et al.. Risk factors for
%20ok.pdf severe acute lower respiratory
8. Nur FT, Febriani Y, Nugraheni A. infections in children – a
Hubungan Antara Status Imunisasi systematic review and meta-
Dan Infeksi Saluran Pernafasan analysis. Croat Medical Journal.
Akut (Ispa) Pada Balita Di 2013;Volume 54: 110-121.
Puskesmas Ngoresan Surakarta. 15. Kazi & Azad, A. K., 2009. Risk
Jurnal Placentum. 2017 Nov Factors for Acute Respiratory
9;5(2). Infections (ARI) Among Children
9. Febriana Chandrawati, P. and Ni
Under Five Years in Bangladesh.
Alhabsyi, F.
HubunganBeratBadanLahirRendah Journal of Scientific Research.
terhadapFrekuensiKejadian ISPA 2009;1(1): 72-81.
padaBalitaUsia 1 – 4 Tahun. 16. Riskesdas. (2013). Riset Kesehatan
Saintika Medika.2017; 10(1), p.31. Dasar: Penyakit Menular. Jakarta:
10. Nopita W.Hubungan Status Gizi Badan Penelitian dan
dengan Kejadian ISPA pada Balita Pengembangan Kesehatan
di Puskesmas Pembantu (PUSTU)
Kementerian Kesehatan RI.
Tompeyan Tegalrejo di Kota
Yogyakarta [Internet] [Naskah 17. Depkes RI. 2007. Pedoman
Publikasi]. [Yogyakarta] Tatalaksana Pneumonia Balita.
[Universitas Aisyiyah Yogyakarta]. Dirjen PP & PL. Jakarta
Diambil dari : 18. WHO. 2002. Penanganan ISPA
http://digilib.unisayogya.ac.id/2488 pada Anak di Rumah Sakit Negara
/1/WIDIA%20NOPITA- Berkembang. Pedoman untuk
201510104413_NASKAH Dokter dan Petugas Kesehatan
%20PUBLIKASI.pdf Senior. Jakarta. Buku Kedokteran
11. Organisai WHO. Pencegahan dan EGC. Alih Bahasa: C. Anton
Pengendalian Infeksi Saluran Wijawa.
Pernapasan Akut (ISPA) yang 19. Kumar P, Medigeshi GR, Mishra
Cenderung Menjadi Epidemi dan VS, Islam M, Randev S,
Pandemi di Fasilitas Pelayanan Mukherjee A, et al. Etiology of
Masyarakat. 2nd ed. Jenewa: Acute Respiratory Infections in
World Health Organization; 2007. Infants. The PediatrInect Dis J.
12. Sihotang DJ. Hubungan Antara 2017; 36(1): 25 – 30.
Tingkat Keparahan ISPA dengan 20. DEPKES. Pedoman Pengendalian
Status Gizi pada Anak Balita di Infeksi Saluran Pernafasan Akut
Kelurahan Tangkahan Kecamatan Jakarta: Direktorat Jenderal
Pengendalian Penyakit dan 31. Baskoro, A. 2. ASI Panduan
Penyehatan Lingkungan; 2012. Praktis Ibu Menyusui. Yogyakarta:
21. KEMENKES. Riset Kesehatan Banyu Media. 2008
Dasar Jakarta: Badan Penelitian 32. Roesli, U. Mengenal ASI Eksklusif.
dan Pengembangan Kesehatan Jakarta: Niaga Swadaya. 2005
Kementerian Kesehatan RI; 2013 33. Kristian WG, Manfaat Air Susu
22. Prayogo A, Adelia A, Cathrine, Ibu (ASI), Nutriclub. 2016
Dewina, Astri, Pratiwi, et al.. 34. Widarini, N. P. & Sumasari, N. L.,
Kelengkapan Imunisasi Dasar pada Hubungan Pemberian ASI
Anak Usia 1 – 5 tahun. Sari Eksklusif dengan Kejadian ISPA
Pediatri.2016:15-20. Pada Bayi. Ilmu Kesehatan
23. DEPKES RI.2014.Profil Kesehatan Masyarakat Universitas Udayan.
Indonesia tahun 2013. Jakarta: 2010.
KementerianKesehatan RI. 35. Abbas, P. & Haryati, A. S.
24. Agussalim. Hubungan Hubungan Pemberian Asi
Pengetahuan, Status Imunisasi dan Eksklusif dengan Kejadian Infeksi
Keberadaan Perokok Dalam Saluran Pernapasan Akut (ISPA)
Rumah dengan Penyakit Infeksi pada Bayi. Universitas Islam
Saluran Pernafasan Akut pada Sultan Agung Semarang. 2011.
BALITA di PUSKESMAS Peukan 36. Husin, A. Hubungan Berat Badan
Bada Kabupaten Aceh Besar. Lahir Dan Status Imunisasi Dengan
Jurnal Ilmiah STIKES U'Budiyah. Kejadian Infeksi Saluran
2012 Maret; 1(2). Pernafasan Akut (ISPA) Pada
25. Prajapati B, Talsania N, Lala MK, Balita Di Puskesmas Wirobrajan
Sonalia KN. A Study of Risk Yogyakarta. 2014.
Factors of Acute Respiratory Tract 37. Imelda. Hubungan Berat Badan
Infection (ARI) of Under Five Age Lahir Rendah dan Status Imunisasi
Group in Uban and Rural dengan Kejadian Infeksi Saluran
Communities of Ahmedabad Pernafasan Akut pada Balita di
District, Gujarat. Healthline. 2012 Aceh Besar. Jurnal Ilmu
January - June; 3(1). Keperawatan. 2017; 5(2):0-96.
26. Tikolau JR, Pemberian Air Susu 38. Arifeen et al. Exclusive
Ibu (ASI) Pada Berbagai Situasi Breastfeeding Reduces Acute
dan Kondisi, Ikatan Dokter Anak Respiratory Infection and Diarrhea
Indonesia. 2013 Deaths Among Infants in Dhaka
27. Indonesia KKR. 2013. Slums. Pediatrics American
Kementerian Kesehatan Republik Academy of Pediatrics. 2001;
Indonesia : Imunisasi. 108(67).
28. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 39. HV. Wadgave, LB. Burden of
2010. Cakupan ASI Eksklusif di Acute Respiratory Tract Infections
Indonesia. in. Primary Health Centre
29. Fikawati, Sandra., & Ahmad, Valsang, South Solapur . 2007
Syafiq.Kajian Implementasi 40. E. Kathryn Miller, JB. Human
danKebijakan ASIEksklusif dan Rhinoviruses in Severe Respiratory
IMD diIndonesia. MAKARA Disease in Very Low Birth Weight
Kesehatan. 2010; 14(1):17-24. infants. Pediatrics. 2011 : 129.
30. Olds, London, and Ladewig’s 41. Nilay Ettiler, SV. Incidence of
Maternal Newborn Nursing
acute respiratory infections and the
Melloni’s Illustrated Dictionary of
Obstetrics and Gynecology. 2017 relationship with some factors in
infancy in Antalya, Turkey. BMC Pulmonary Medicine.
Pediatrics International. 2002: 64- 208;18:7-15.
69. 50. Martins ALO, Nascimento DSF,
Schneider IJC, Schuelter-Trevisol
42. Karolina Trigemayanti Tallo, I. K.
F. Incidence of community-
The effect of exclusive acquired infections of lower
breastfeeding on reducing. airways among infants. Rev Paul
Paediatr Indones. 2012: 52. Pediatr. 2016; 34(2):204-209.
43. Chalabi, D. Acute respiratory 51. Desiyana FD. Hubungan Berat
infection and malnutrition among Badan Lahir, Status Gizi dan
children below 5 years of age in Kelengkapan Imunisasi dengan
Kejadian Infeksi Saluran
Erbil governorate Iraq. Eastern
Pernapasan Akut (ISPA) pada
Mediterranean Health Journal. Anak Balita di Wilayah Kerja
2013; 19. Puskesmas Sawit Seberang
44. Kementerian Kesehatan RI. 2016. Kecamatan Sawit Seberang
Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Kabupaten Langkat Tahun 2017.
Jakarta :Kementerian Kesehatan [Internet] [Medan] : Universitas
dan JICA. Sumatera Utara. Diambil dari :
45. DEPKES. 2015. Profil Kesehatan http://repositori.usu.ac.id/bitstream/
Indonesia 2014. Jakarta: handle/123456789/1644/13100027
Kementerian Kesehatan RI. 7.pdf?sequence=1&isAllowed=y
46. Ujunwa FA, Ezeonu CT. Risk 52. Rodriguez L, Cervantes E, Ortiz R.
Factors for Acute Respiratory Tract Malnutrition and Gastrointestinal
Infections in Under-five Children and Respiratory Infections in
in Enugu Southeast Nigeria. Ann Children: A Public Health
Med Health Sci Res. 2014 Jan – Problem. Int J Environ Res Public
Feb; 4(1): 95 – 99. Health. 2011 Apr; 8(4): 174-1205.
47. Sukmawati, Dara Ayu Sri. Hubungan 53. Powanda MC, Beisel WR.
Status Gizi, Berat Badan Lahir (BBL), Metabolic effects of infection on
Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi protein and energy status. J.
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Nutr. 2003;133:322S–327S. Powan
Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas da MC, Beisel WR. Metabolic
Tunikamaseang Kabupaten Maros.
effects of infection on protein and
Media Gizi Pangan. 2010;10 (2):16-
20. energy status. J.
48. Lebuan AW, Somia A. Faktor yang Nutr. 2003;133:322S–327S. 
berhubngan dengan Infeksi Saluran 54. Fonseca CRB, Strufaldi MWL,
Carvalho LR, Puccini RF. Adequacy
Pernapasan Akut pada Siswa
of antenatal care and its relationship
Taman Kanak-kanak di Kelurahan with low birth weight in Botucatu, Sao
Dangin Puri KEcamatan Denpasar Paolo, Brazil : a case-control study.
TImur Tahun 2014. E-Jurnal BMC Pregnancy and Childbirth.
Medika. 2017; 6(6): 1-8. 2014;14:255-267.
49. Tazinya AA, Halle-Ekane GE, 55. Windawati M. Hubungan Antara
Mbuagbaw LT, Abanda M, Kunjungan Neonatus Lengkap,
Atashili J, Obama MT. Risk Imunisasi Dasar Lengkap dan
Factors for Acute Respiratory Perilaku Ibu Terhadap Upaya
Infections in Children Under Five Pencegahan ISPA dengan Kejadian
Years Attending the Bamenda ISPA Non Pneumonia Berulang
Regional Hospital in Cameroon. pada Balita Usia 12 – 24 Bulan.
[Internet] [Skripsi]. [Surabaya]
[Universitas Airlangga]. Diambil
dari:
http://repository.unair.ac.id/id/eprin
t/22844
56. Tromp I, et al. Breastfeeding and the
risk of respiratory tract infections after
infancy: The Generation R Study.
PLos One. 2017; 12(2):
57. Ahmed Z, Khoja S, Tirmizi SS.
Antenatal care and the occurrence
of Low Birth Weight delivery
among women in remote
mountainous region of Citral,
Pakistan. Pak J Med Sci. 2012;
28(5): 800 – 5.

Anda mungkin juga menyukai