Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.

2 Edisi Des 2015, ISSN: 19779-469X

HUBUNGAN USIA ANAK, JENIS KELAMIN DAN BERAT BADAN


LAHIR ANAK DENGAN KEJADIAN ISPA

Firda Fibrila
Program Studi Kebidanan Metro Politeknik Kesehatan Tajungkarang
E-mail: firda76_metro@yahoo.co.id

Abstrak
Prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25% dan di provinsi Lampung sekitar 20%. Sebanyak 23%
kasus ISPA berat terjadi pada anak berusia di atas 6 bulan, insidens lebih tinggi pada anak laki-laki
dan berat badan lahir yang memiliki peran penting terhadap kematian akibat ISPA. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan usia anak, jenis kelamin dan berat badan lahir dengan
kejadian ISPA. Penelitian menggunakan survei analitik dengan rancangan case control. Sampel
penelitian berjumlah 48 meliputi: 24 kasus dan 24 kontrol yang diperoleh dengan teknik quota
sampling. Pengumpulan data menggunakan data primer dengan metode wawancara, observasi dan
dokumentasi. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menyimpulkan terdapat
hubungan antara usia anak (p-value = 0,018; OR = 5,320) dan berat badan lahir (p-value = 0,037;
OR = 4,491) dengan kejadian ISPA, sedangkan jenis kelamin tidak terdapat hubungan. Petugas
kesehatan perlu lebih meningkatkan promosi hidup sehat kepada orang tua untuk mencegah terjadi
ISPA pada balita
Kata kunci: Usia anak, Jenis kelamin, BBL, ISPA

Abstract: Relationship Age, Sex and Weight Born Children with the Prevalence of Acute
Respiratory Infection

The prevalence of acute respiratory infection in Indonesia about 25% and 20% of Lampung
province. As many as 23% of cases of severe acute respiratory infection in children over the age of
6 months, the incidence was higher in boys and birth weight has an important role to death due to
respiratory infection. This study aims to determine the relationship of the child's age, gender and
birth weight with acute respiratory infection. The research used analytic survey with case control
design. These samples included 48 include: 24 cases and 24 controls were obtained by quota
sampling technique. Collecting data using primary data by interview, observation and
documentation. Analysis of data using chi-square test. The study concluded there is a relationship
between age (p-value = 0.018; OR = 5.320) and birth weight (p-value = 0.037; OR = 4.491) with
acute respiratory infection, whereas there was no correlation sexes. Health workers need to further
enhance the promotion of healthy living to parents to prevent it from occurring acute respiratory
infection in infants.
Keywords: child age, gender, birth weight, acute respiratory infection.

Firda Fibrila, Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin dan BBL Anak dengan Kejadian ISPA 8
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.2 Edisi Des 2015, ISSN: 19779-469X

Pendahulan ini adalah untuk mengetahui hubungan usia


anak, jenis kelamin dan berat badan lahir
Kasus kematian tertinggi umumnya dengan kejadian ISPA di Puskesmas Bumi Mas
terjadi pada usia balita yang rentan terhadap Kecamatan Batanghari Lampung Timur.
penyakit. Statistik menunjukkan bahwa lebih
dari 70% kematian balita disebabkan oleh ISPA Metode
(pneumonia), diare, campak, malaria, dan
malnutrisi (WHO, 2007) 12). Infeksi Saluran Jenis penelitian survey analitik dengan
Pernafasan Akut (ISPA) merupakan kondisi rancangan case control yang dilaksanakan di
umum yang menyerang sebagian masyarakat Puskesmas Bumi Mas Kecamatan Batanghari
dalam waktu tertentu dan menjadi penyakit Lampung Timur. Populasi penelitian adalah
utama penyebab kematian bayi dan balita di seluruh Balita terdiagnosis ISPA berulang
Indonesia. Beberapa hasil SKRT diketahui dalam 6 bulan terakhir yang berkunjung ke
bahwa 80 sampai 90% dari seluruh kasus Puskesmas Bumi Mas. berjumlah 48 meliputi
kematian ISPA disebabkan Pneumonia 24 kasus dan 24 kontrol. Pengambilan sampel
(Depkes, 2012) 1). dengan quota sampling. Data dikumpulkan
Laporan Riset Kesehatan Dasar data primer dengan wawancara, observasi,
(Riskesdas) tahun 2013 menyatakan prevalensi dokumentasi status pasien dan alat ukur check
ISPA di Indonesia sekitar 25%. Di Provinsi list. Analisis data menggunakan analisis
Lampung pada tahun yang sama, prevalensi univariat dan analisis bivariat dengan uji chi-
ISPA sekitar 20% (Dinkes Provinsi Lampung, square.
2013) ²). Berdasarkan usia balita ditemukan
23% kasus ISPA berat terjadi pada anak berusia Hasil
di atas 6 bulan. Berdasarkan jenis kelamin
diketahui terdapat perbedaan jumlah penderita Analisis Univariat
ISPA, yaitu insidens lebih tinggi pada anak Hasil analisis diperoleh hasil gambaran
laki-laki. Berdasarkan status gizi diketahui dari 48 responden yang terdiri dari 50%
bahwa gizi buruk merupakan faktor predisposisi kelompok kasus dan 50% kelompok kontrol,
terjadinya ISPA pada anak. Berdasarkan berat sebanyak 39,6% usia anak berisiko tinggi,
badan lahir diketahui bahwa berat badan lahir sebanyak 47,9% anak dengan jenis kelamin
memiliki peran penting terhadap kematian berisiko tinggi dan sebanyak 37,5% berat badan
akibat ISPA (Kemenkes RI, 2013) 5). lahir tidak normal (Lihat tabel 1).
Penyebab ISPA pada balita bervariasi.
ISPA dapat disebabkan oleh faktor agent yang Analisis Bivariat
disebabkan oleh virus dan bakteri, faktor Hasil analisis bivariat menggunakan uji
lingkungan, faktor prilaku dan faktor individu chi square dengan tingkat kepercayaan 95%
anak itu sendiri. Penyebab ISPA yang berasal menunjukkan ada hubungan antara usia anak
dari faktor individu anak antara lain; umur dengan ISPA pada balita (p-value = 0.018).
anak, jenis kelamin, berat badan lahir, status Balita yang memiliki usia berisiko tinggi secara
gizi, vitamin A dan imunisasi (Maryunani, uji statistik memiliki risiko 5,320 kali
8)
2010) . mengalami ISPA dibandingkan dengan balita
Hasil prasurvei di Puskesmas Bumi yang berusia risiko rendah (OR = 5,320; 95%
Mas pada tahun 2013 terdapat kelahiran BBLR CI: 1,485 – 19,064). Terdapat hubungan
sebanyak 11,7% (72 kasus). Pada bulan antara berat badan lahir dengan ISPA pada
Oktober – Desember 2014, sebanyak 225 balita balita (p=0.037). Balita yang memiliki berat
berkunjung ke Puskesmas Bumi Mas yang badan lahir tidak normal secara uji statistik
terkena ISPA sebanyak 39% (88 kasus).
memiliki risiko 4,491 kali mengalami ISPA
Menurut Kartasasmita (2010)4),
beberapa penelitian menunjukkan bahwa dibandingkan dengan balita yang berat
insiden ISPA paling tinggi terjadi pada bayi di badan lahir normal (OR = 4,491 (95% CI:
bawah satu tahun, dan insiden menurun dengan 1,260 – 16,006). Sedangkan, variabel jenis
bertambahnya umur. Hasil penelitian Ranny kelamin secara statistik tidak menunjukkan
Ranantha (2014) 11) menunjukkan terdapat berhubungan dengan ISPA pada balita
berhubungan signifikan dengan kejadian ISPA (p=0.563) (Lihat tabel 2).
meliputi jenis kelamin laki-laki (p=0,003) dan
BBL < 2500 gram (p=0,002). Tujuan penelitian

Firda Fibrila, Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin dan BBL Anak dengan Kejadian ISPA 9
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.2 Edisi Des 2015, ISSN: 19779-469X

Tabel 1
Distribusi Kejadian ISPA, Usia Anak, Jenis Kelamin dan Berat Badan Lahir Anak
di Puskesmas Bumi Mas Kecamatan Batanghari Lampung Timur

Jumlah
Variabel Penelitian %
n=48
Usia Anak
Risiko Tinggi 19 39,6
Risiko Rendah 29 60,4
Jenis Kelamin
Berisiko Tinggi 23 47,9
Berisiko Rendah 25 52,1
Berat Badan Lahir Anak
Tidak Normal 18 37,5
Normal 30 62,5

Tabel 2
Distribusi Usia dan Jenis Kelamin serta Berat Badan Anak dengan Kejadian ISPA
di Puskesmas Bumi Mas Kecamatan Batanghari Lampung Timur

Kejadian ISPA
Total OR Nilai
Variabel Kasus Kontrol
(95% CI) P
n % N % n %
Usia Anak
14 58,3 5 20,8 19 39,6 5,320 0,018
Risiko Tinggi
Risiko Randah 10 41,7 19 79,2 29 60,4 (1,485-19,064)
Jumlah 24 100 24 100 48 100
Jenis Kelamin
Berisiko Tinggi 13 54,2 10 41,7 23 47,9 1,655 0,563
Berisiko Rendah 11 45,8 14 58,3 25 52,1 (0,528-5,182)
Jumlah 24 100 24 100 48 100
Berat Badan Anak
Tidak Normal 13 54,2 5 20,8 18 37,5 4,491 0,037
Normal 11 45,8 19 79,2 30 62,5 (1,260-16,006)
Jumlah 24 100 24 100 48 100

Pembahasan dibandingkan dengan balita yang berusia risiko


rendah.
Hubungan antara usia anak dengan ISPA merupakan infeksi yang berawal
kejadian ISPA pada balita dari saluran pernapasan, hidung, tenggorokan,
Hasil analisis diketahui sebanyak laring, trakea, bronchi dan alveoli. ISPA
39,6% (19) balita berada dalam kelompok usia merupakan penyakit infeksi akut yang
berisiko tinggi (6 – 12 bulan). Analisis lebih menyerang salah satu bagian dan atau lebih
lanjut, dari 19 balita yang berada dalam dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
kelompok usia berisiko tinggi diketahui atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk
sebanyak 58,3% (14) balita yang mengalami jaringan adneksanya seperti sinus, rongga
ISPA. Hasil analisis dengan uji chi square telinga tengah dan pleura (Wong dkk, 2008)
dengan tingkat kepercayaan 95% diketahui ada 14)
.
hubungan antara Usia Anak dengan ISPA (p- ISPA sering terjadi pada bayi dan anak
value = 0.018) dan nilai OR = 5,320 (CI: balita. Menurut Kartasasmita (2010) 4),
1,485 – 19,064) yang berarti bahwa balita yang beberapa penelitian menunjukkan bahwa
memiliki usia berisiko tinggi secara uji statistik insiden ISPA paling tinggi terjadi pada bayi di
memiliki risiko 5,320 kali mengalami ISPA bawah satu tahun, dan insiden menurun dengan

Firda Fibrila, Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin dan BBL Anak dengan Kejadian ISPA 10
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.2 Edisi Des 2015, ISSN: 19779-469X

bertambahnya umur. Kondisi ini ASI kaya akan faktor antibodi untuk melawan
dimungkinkan karena pada 10 tahun pertama infeksi bakteri dan virus. Hasil penelitian lain
kehidupan manusia, sistem pernafasan masih menunjukan bahwa Asi mampu melindungi
terus berkembang untuk mencapai fungsi yang bayi terhadap ISPA dan diare.
sempurna, terutama dalam perbentukan Faktor lain untuk mendukung
alveoli, selain itu hal tersebut menunjukkan terbentuknya sistem kekebalan pada balita
usia yang lebih muda rentan terkena infeksi. adalah pemberian vitamin A. Balita yang
Teori ini sesuai dengan hasil penelitian, yaitu mendapatkan vitamin A lebih dari 6 bulan
sebanyak 58,3% (14) balita yang berada dalam sebelum sakit maupun yang tidak pernah
kelompok usia berisiko tinggi mengalami mendapatkannya adalah sebagai risiko
ISPA. terjadinya suatu penyakit sebesar 96,6% pada
Terjadinya ISPA pada balita umumnya kelompok kasus dan 93,5% pada kelompok
merupakan kejadian infeksi pertama serta kontrol. Pemberian vitamin A yang dilakukan
belum terbentuknya secara optimal proses bersamaan dengan imunisasi akan
kekebalan secara alamiah. Sistem kekebalan menyebabkan peningkatan titer antibodi yang
tubuh seseorang sangat berpengaruh dalam spesifik.
melawan infeksi virus maupun bakteri Memperhatikan uraian diatas, masa
terhadap tubuh manusia. Risiko seseorang balita merupakan masa pertumbuhan dari
mengalami infeksi akan meningkat ketika setiap sistem tubuh. Kondisi ini tentunya
kekebalan tubuh lemah. Kondisi cenderung menyebabkan balita rentan akan terkena
terjadi pada anak – anak dan orang yang lebih infeksi. Faktor yang mendukung agar balita
tua. Sedangkan orang dewasa sudah banyak tidak mudah terserang infeksi adalah dengan
terjadi kekebalan alamiah yang lebih optimal meningkatkan kekebalan tubuh. Beberapa cara
akibat pengalaman infeksi yang terjadi untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh
3)
sebelumnya (Behrman & Arvin, 2000) . agar anak tidak rentan terhadap infeksi adalah
Pemberian imunisasi merupakan salah dengan memperhatikan asupan nutrisi balita
satu usaha untuk membentuk sistem antibodi untuk menjaga status gizi balita tetap baik,
pada tubuh manusia. Antibodi yang terbentuk memberikan imunisasi dasar, dan memberikan
dari imunisasi memerlukan waktu untuk dapat vitamin A secara lengkap.
berfungsi. Kelengkapan pemberian imunisasi Saat ini promosi untuk memberikan
dapat membantu pembentukan antibodi secara Asi Eksklusif pada bayi sangat gencar
optimal diharapkan dapat menekan dilakukan, tetapi masih terdapat balita belum
perkembangan penyakitnya tidak menjadi mendapatkan Asi Eksklusif, kondisi ini di
lebih berat jika terkena ISPA. perkuat belum 100% bayi yang mendapatkan
Berdasarkan gambaran responden Asi Eksklusif dalam kelompok responden.
diketahui, seluruh responden (100%) telah Untuk itu perlu ditingkatkan lagi promosi
mendapatkan imunisasi secara lengkap, tetapi pemberian Asi Eksklusif.
pada riwayat pemberian ASI diketahui
sebanyak 64,6% (31 responden) tidak Hubungan antara jenis kelamin dengan
mendapatkan ASI secara eksklusif. kejadian ISPA pada balita
Berdasarkan kondisi bayi, pada 6 Hasil analisis diketahui sebanyak
bulan pertama kehidupan bayi, sistem 47,9% (23) balita berada dalam kelompok jenis
kekebalan tubuh berasal dari ibu. Sebelum usia kelamin berisiko (laki - laki). Analisis lebih
3 bulan, bayi memiliki kecepatan infeksi lebih lanjut, dari 23 balita yang berada dalam
rendah, kondisi ini dimungkinkan adanya kelompok jenis kelamin berisiko diketahui
fungsi protektif dari antibodi maternal. Pada sebanyak 54,2% (13) balita yang mengalami
usia 3 sampai dengan 6 bulan kecepatan ISPA. Hasil analisis dengan uji chi square
infeksi meningkat. Pada usia ini, merupakan dengan tingkat kepercayaan 95% diketahui
waktu antara hilangnya antibodi maternal dan tidak ada hubungan antara jenis kelamin
munculnya antibodi bayi sendiri (Wong dkk, dengan ISPA (p-value = 0.563).
2008) 14). Pada umumnya tidak ada perbedaan
Wantania (2008) 14) menyebutkan insiden ISPA akibat virus atau bakteri pada
pemberian Asi mempunyai pengaruh proteksi laki-laki dan perempuan. Akan tetapi ada yang
terhadap ISPA selama setahun pertama. mengemukakan bahwa terdapat sedikit
Penelitian – penelitian yang dilakukan pada perbedaan, yaitu insidens lebih tinggi pada
sepuluh tahun terakhir, menunjukkan bahwa anak laki-laki. Pada dekade yang lalu, hasil

Firda Fibrila, Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin dan BBL Anak dengan Kejadian ISPA 11
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.2 Edisi Des 2015, ISSN: 19779-469X

penelitian menunjukkan bahwa proporsi balita tinggi agar selalu diberikan asupan makanan
berdasarkan jenis kelamin terdapat perbedaan dengan nutrisi yang seimbang dan makan yang
antara laki – laki dan perempuan yaitu 59% teratur serta menjaga kebersihan diri dengan
pada balita laki – laki dan 41% pada balita baik. Terutama pada balita laki – laki yang
perempuan, dan penelitian tersebut cenderung lebih banyak aktifitas di luar rumah
menyatakan bahwa, ISPA lebih sering terjadi dibandingkan balita perempuan sehingga balita
pada balita laki – laki dibandingkan pada balita laki – laki lebih rentan terhadap penyakit.
8)
perempuan (Maryunani, Anik, 2010) .
Hasil penelitian Ranny Ranantha tahun Hubungan antara berat badan lahir dengan
2014 menunjukkan 70% ISPA terjadi pada kejadian ISPA pada balita
balita laki – laki. Balita dengan jenis kelamin Hasil analisis diketahui sebanyak
laki – laki 1,5 kali lebih sering menderita 37,5% (18) balita berada dalam kelompok
penyakit ISPA dibandingkan dengan balita berat badan lahir tidak normal (< 2500 gram).
perempuan. Hal ini lebih disebabkan karena Analisis lebih lanjut, dari 18 balita yang berada
anak laki – laki lebih banyak berada di luar dalam kelompok berat badan lahir tidak
rumah dibandingkan anak perempuan normal diketahui sebanyak 54,2% (13) balita
6) yang mengalami ISPA. Hasil analisis dengan
(Kristina, 2013) .
Pada penelitian ini diketahui bahwa uji chi square dengan tingkat kepercayaan
tidak ada hubungan yang signifikan antara 95% diketahui ada hubungan antara berat
jenis kelamin dengan ISPA. Hasil ini selaras badan lahir tidak dengan ISPA (p-value =
dengan penelitian Mei Elyana dan Aryu 0.037) dan nilai OR = 4,491 (CI: 1,260 –
Candra (2013) 9), tidak ada hubungan antara 16,006) yang berarti bahwa balita yang
jenis kelamin dengan kejadian ISPA. Kondisi memiliki usia berisiko tinggi secara uji statistik
ini dimungkinkan adanya pergeseran terhadap memiliki risiko 4,491 kali mengalami ISPA
kebiasaan pada anak. Saat ini baik anak laki – dibandingkan dengan balita yang berat badan
laki maupun perempuan memiliki lahir normal.
kencenderungan yang sama dalam hal Berat badan lahir bayi dapat
bermain. Pada era ini anak – anak lebih sering dipengaruhi oleh gangguan kesehatan pada
bermain di dalam rumah dengan fasilitas yang saat ibu hamil yang menyebabkan
tersedia dibandingkan bermain di luar rumah. terhambatnya pertumbuhan janin. Berat badan
Tetapi dalam penelitian tersebut tidak lahir menentukan pertumbuhan dan
membedakan kebiasaan antara anak – anak perkembangan fisik dan mental pada masa
yang berada dalam lingkungan perkotaan balita. Seperti dikemukan oleh Dachi J yang
dengan lingkungan pedesaan. dikutip Sukmawati, dan Sri D.A, (2009) 10),
Wilayah kerja Puskesmas Bumi Mas risiko kesakitan hingga risiko kematian pada
yang terletak di Kecamatan Batanghari BBLR cukup tinggi oleh karena adanya
Kabupaten Lampung Timur terletak ± 30 km gangguan pertumbuhan dan imaturitas organ.
dari ibu kota Kabupaten Lampung Timur Penyebab utama kematian pada BBLR adalah
dengan jarak tempuh ± 45 menit perjalanan afiksia, sindroma gangguan pernapasan,
dengan menggunakan kendaraan dan ± 7 km infeksi dan komplikasi hipotermia. Pada bayi
dari Kota Metro atau sekitar 15 menit dengan BBLR, pembentukan zat anti kekebalan
menggunakan kendaraan bermotor. Dengan kurang sempurna sehingga lebih mudah
kondisi yang tidak terlalu jauh dari perkotaan, terkena penyakit infeksi terutama pada saluran
tidak merubah suasana dan kebiasaan pernapasan.
penduduk di wilayah tersebut. Bayi dengan berat badan lahir rendah
Suasana pedesaan di desa – desa yang (BBLR) memiliki risiko kematian yang lebih
berada di wilayah kerja Puskesmas Bumi Mas besar dibandingkan dengan bayi yang memiliki
masih terasa sangat kental. Masih terlihat anak barat badan lahir normal, terutama pada bulan–
laki–laki maupun perempuan bermain di luar bulan pertama kelahiran. Kondisi ini
rumah. Ini menandakan bahwa kebiasaan disebabkan karena pembentukan zat anti
anak–anak di wilayah tersebut rentan terkena kekebalan kurang sempurna sehingga lebih
infeksi jika tidak disertai dengan personal mudah terkena penyakit infeksi.
hygiene Balita dengan berat badan lahir rendah
Sesuai dengan kondisi balita (BBLR) memiliki kekebalan tubuh yang masih
berdasarkan jenis kelamin, diharapkan pada rendah dan organ pernafasan masih lemah.
balita dengan aktifitas di luar rumah yang Pada bayi dengan BBLR memiliki pusat

Firda Fibrila, Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin dan BBL Anak dengan Kejadian ISPA 12
Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No.2 Edisi Des 2015, ISSN: 19779-469X

pengaturan pernafasan yang belum sempurna, 4. Kementerian Kesehatan, 2013, Riset Kesehatan
surfaktan paru–paru masih kurang, otot Dasar, Badan Penelitian dan Pengembangan
pernafasan dan tulang iga masih lemah, dan Kesehatan, Jakarta.
dapat disertai penyakit hialin membran
5. Maryunani, Anik, 2010, Ilmu Kesehatan Anak
sehingga balita BBLR lebih mudah terserang
dalam Kebidanan, Jakarta: Trans Info Media
penyakit infeksi, khususnya infeksi pernafasan 6. Kartasasmita, B, C. 2010. Pneumonia
dibandingkan dengan balita tidak BBLR Pembunuh Nomor 1, Jakarta: Kementerian
Berdasarkan uraian sebelumnya, Kesehatan Republik Indonesia
belum sempurnanya sistem kekebalan tubuh 7. Ranny, Liviandari Ranantha, 2014, Hubungan
balita bukan penyebab utama terjadinya ISPA Karakteristik Balita dengan Kejadian ISPA
pada kelompok kasus dengan berat badan lahir pada Balita di Desa Gandon Kecamatan
rendah. Hal ini dipastikan seluruh responden Kaloran Kabupaten Temanggung, Tersedia
memiliki riwayat imunisasi lengkap. Online: [http://eprints.dinus.ac.id] [17 Februari
2015].
Simpulan 8. Wong Donna L, et al, 2008, Buku Ajar
Keperawatan Pediatrik, Volume 1 & 2, Jakarta,
Hasil penelitian menyimpulkan Penerbit EGC.
9. Behrman, K. & Arvin, N., 2000. Pemberian
terdapat hubungan antara usia anak dengan
Makanan Bayi dan Anak. Ilmu Kesehatan Anak,
ISPA pada balita (p-value = 0.018; OR = Vol.1, Penerbit Buku Kedokteran RGC, Jakarta
5,320) dan berat badan lahir dengan ISPA pada 10. Wantania, J.M., Naning, R., Wahani, A, 2008.
balita (p-value = 0.037; OR = 4,491). Insfeksi Respirarori Akut. Buku Ajar
Sedangkan, jenis kelamin tidak berhubungan Respiratologi Anak Edisi Pertama. Ikatan
dengan ISPA pada balita (p-value = 0.563) Dokter Anak Indonesia, Jakarta
11. Kristina, Ni Nyoman, 2013, Mengenal Penyakit
Saran Pneumonia (ISPA), Dinas Kesehatan Provinsi
Bagi Petugas di Puskesmas Bumiemas Bali, Tersedia online:
[www.diskes.baliprov.go.id] [7 Maret 2015]
Lampung Timur, hasil penelitian ini 12. Mei Elyana, Aryu Candra, 2013, Hubungan
diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan Frekuensi ISPA dengan Status Gizi Balita di
pertimbangan guna meningkatkan Klinik Masjid Agung Jawa Tengah, Tersedia
pelayanan kepada masyarakat berupa online: [http://ejournal.undip.ac.id] [12 Februari
Promosi Kesehatan tentang penerapan pola 2015].
13. Sukmawati, dan Sri D.A, 2009, Hubungan
hidup sehat dan bersih serta mendukung Status Gizi, Berat Badan Lahir, Imunisasi,
gerakan ASI Eksklusif. Perlunya penelitian dengan Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah
lanjutan dengan memasukan variabel lain Kerja Puskesmas Tunikamaseang Kecamatan
yang berhubungan dengan kejadian ISPA Bontoa Kabupaten Maros, Tersedia Online:
dan penggunaan sampel yang lebih besar [http://jurnalmediagizipangan.files.wordpress.co
m] [17 Februari 2015].
rancangan penelitian seperti dengan 14. Layuk, Ribka Rerung, 2013, Faktor yang
menggunakan rancangan kohort dengan berhubungan dengan Kejadian ISPA pada
memperhatikan kriteria inklusi dan Balita di Lembang Batu Sura, Tersedia online:
eksklusi. [http://repository.unhas.ac.id] [17 Februari
2015].
Daftar Pustaka

1. WHO, 2007, Infeksi Saluran Pernafasan Akut


(ISPA) yang Cenderung menjadi Epidemi dan
Pedemi, Tersedia online:
[http://www.acehforum.or.id] [12 Februari
2015].
2. Departemen Kesehatan RI, 2012, Survey
Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Tahun 2011.
Jakarta.
3. Dinas Kesehatan Provinsi Lampung 2013,
Profil Kesehatan Provinsi Lampung tahun
2012, Bandar Lampung.

Firda Fibrila, Hubungan Usia Anak, Jenis Kelamin dan BBL Anak dengan Kejadian ISPA 13

Anda mungkin juga menyukai