Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI RS CINTA KASIH TZU CHI

ABSTRAK
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan penyumbang angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada
balita setiap tahunnya di negara berkembang termasuk Indonesia. Penyebab kejadian ISPA pada balita karena faktor
individu (umur, status imunisasi, jenis kelamin, berat badan lahir, ASI eksklusif dan status gizi), faktor lingkungan
fisik (jenis dinding, suhu, kelembapan dan kepadatan hunian, bahan bakar untuk memasak) dan faktor perilaku
anggota keluarga yang merokok di dalam rumah.Tujuan penelitian untuk menganalisis kejadian ISPA pada balita di
RS Cinta Kasih (CK) Tzu Chi Cengkareng-Jakarta Barat. Desain penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan
cross sectional menggunakan metode pengumpulan data retrospektif dari data rekam medik. Sampel penelitian
sebanyak 100 balita ISPA dengan teknik random sampling. Hasil penelitian menjelaskan bahwa sebagain besar
usia balita yang mengalami ISPA memiliki usia < 25 bulan sebanyak 55 %, status gizi kurang 52%, imunisasi
lengkap 53%, kejadian ISPA ringan 47% pada balita di RSCK Tsu Chi. Analisis statistik menggunakan uji statistik
Kendall Tau-b, menjelaskan bahwa ada hubungan antara berat badan lahir balita (p value = 0,004), status gizi (p
value = 0.000), pemberian ASI Eksklusif (p value = 0.002) dan imunisasi ( p value = 0.024) dengan kejadian ISPA
di RSCK Tsu Chi. Kesimpulan sebaiknya keluarga terutama ibu, penting untuk menjaga kesehatannya selama hamil
untuk mencegah bayi terlahir BBLR, Pemberian Makan Bayi dan Anak yang benar yaitu berikan ASI Eksklusif lalu
MPASI (Makanan Pendamping ASI) untuk menjadikan status gizi balita baik, kepatuhan dalam imunisasi

Kata Kunci : balita, kejadian ISPA

ABSTRACT
Acute Respiratory Tract Infection (ARI) is a contributor to high morbidity and mortality rates in children under five
every year in developing countries including Indonesia. The cause of the incidence of ARI in children under five is
due to individual factors (age, immunization status, gender, birth weight, exclusive breastfeeding and nutritional
status), physical environmental factors (type of walls, temperature, humidity and density of housing, fuel for
cooking) and behavioural factors. family members who smoke in the house. The study aimed to analyze the
incidence of ARI in children under five at the Cinta Kasih Hospital (CK) Tzu Chi Cengkareng-West Jakarta.
Descriptive quantitative research design with a cross-sectional approach using retrospective data collection
methods from medical record data. The research sample was 100 children under five ARI with a random sampling
technique. The results of the study explained that the majority of children under five who experienced ARI had an
age of <25 months as much as 55%, 52% poor nutritional status, 53% complete immunization, 47% mild ARI
incidence in toddlers at Tsu Chi Hospital. Statistical analysis using the Kendall Tau-b statistical test, explained that
there was a relationship between birth weight under five (p-value = 0.004), nutritional status (p-value = 0.000),
exclusive breastfeeding (p-value = 0.002) and immunization (p-value = 0.024) with the incidence of ARI at Tsu Chi
Hospital. The conclusion is that it is better for families, especially mothers, it is important to maintain their health
during pregnancy to prevent babies from being born with low birth weight, the correct feeding of infants and
children is to give exclusive breastfeeding and then complementary foods (ASI) to make the nutritional status of
toddlers good, compliance with immunizations

Keywords: preschool, the incidence of ARI

PENDAHULUAN
Infeksi saluran pernapasan dunia (Riskesdas, 2018). Prevalensi ISPA di
merupakan salah satu penyebab utama Indonesia berdasarkan diagnosis pada tahun
kematian yaitu lebih dari 4 juta kematian 2018 paling banyak terjadi di Papua (±
setiap tahun terutama di negara-negara 10%), Bengkulu (± 9%) dan NTT (±7,5 %)
berpenghasilan rendah dan menengah (Kemenkes RI,; 2019). Hasil Survei
(Toressy et al., 2020). Angka mortalitas Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
ISPA mencapai 4,25 juta setiap tahun di tahun 2017 menunjukkan Angka Kematian
Neonatus (AKN) sebesar 15 per 1.000 rumah, kepadatan hunian rumah, umur anak,
kelahiran hidup, Angka Kematian Bayi berat badan lahir, status gizi, status
(AKB) yakni 24 per 1.000 kelahiran hidup, imunisasi, faktor perilaku. Penelitian yang
dan Angka Kematian Balita (AKABA) dilakukan oleh (Khan & Islam, 2017;
yakni 32 per 1.000 kelahiran hidup (Jayanti Rahman & Nur, 2015) menjelaskan bahwa
et al., 2020; Kemenkes RI, 2019). bahwa pemberian ASI ekslusif juga
Peneliti menemukan bahwa terdapat berhubungan dengan penyakit ISPA.
110 balita di Rumah Sakit Cinta Kasih Tzu Upaya masyarakat untuk pencegahan
Chi yang mengalami ISPA sejak Januari ISPA diantaranya dengan memberikan
2017 sampai Desember 2019 dari jumlah asupan makanan dengan nutrisi seimbang
tersebut ada sekitar 64 balita yang diagnosa pada balita agar tidak terjadi gizi kurang,
bronkhopneumonia, ada banyak faktor memberikan ASI Eksklusif, melakukan
penyebab terjadinya ISPA pada balita di pemeriksaan kehamilan secara rutin pada
RSCK Tzu Chi berdasarkan hasil pengkajian ibu hamil untuk menghindari risiko bayi
yang ditemukan saat balita tersebut berobat lahir dengan berat badan lahir rendah, pada
yaitu adanya kebiasaan orang tua yang balita dibutuhkan makanan dengan nutrisi
merokok di rumah, status gizi yang kurang, yang seimbang juga personal higyene yang
imunisasi yang tidak lengkap, pemberian baik. Penelitian (Pujiati Abbas, 2015)
ASI eksklusif yang tidak tepat, sehingga menjelaskan bahwa ada hubungan antara
dapat menyebabkan banyak balita yang pemberian ASI eksklusif dengan kejadian
rentan terhadap ISPA. Penelitian ini ISPA (p value = 0,000).
bertujuan untuk menganalisis kejadian ISPA Penelitian (Oktaviani et al., 2014)
pada balita di RSCK Tzu Chi Cengkareng- menjelaskan bahwa terdapat hubungan
Jakarta Barat. antara Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
dan imunisasi terhadap kejadian ISPA, serta
TINJAUAN PUSTAKA tidak terdapat hubungan antara status gizi,
ISPA merupakan penyakit infeksi kepadatan tempat tinggal dan lingkungan
akut, sebagai salah satu masalah kesehatan fisik ventilasi terhadap kejadian ISPA.
utama penyebab morbiditas dan mortalitas Penelitian oleh (Rahayu, I., Yuniar,
bayi dan balita di Indonesia (Fibrilia, N., & Fachlevy, 2019) menjelaskan bahwa
2015). ISPA dapat menyerang jaringan ada hubungan antara kepadatan hunian (p
alveoli di paru-paru sehingga terjadi batuk value= 0,007), luas ventilasi (p
dan sesak napas. Bronkhus yang mengalami value=0,013), jenis dinding (p value=
infeksi akut disebut bronchopneumonia 0,015), langit-langit rumah (p
(Hockenberry & Wilson, 2015). ISPA value=0,005),paparan asap rokok (p
merupakan salah satu penyakit pembunuh value=0,019), pemberian ASI Ekslusif (p
nomor satu pada balita di dunia, jika value= 0,005) dan status imunisasi (p value=
dibandingkan dengan masalah kesehatan 0,019) dengan kejadian ISPA pada balita di
lain seperti Malaria, Campak dan AIDS. Puskesmas Soropia Kabupaten Konawe.
ISPA sering disebut sebagai The Forgotten Penelitian (Fatimah, 2017) menjelaskan ada
Pandemic atau pandemi yang terlupakan hubungan yang bermakna antara umur
(Burkhardt et al., 2010). (p=0,022), status gizi (p=0,034), status ASI
Penelitian (Milo et al., 2015) eksklusif (p=0,025), kepadatan hunian ruang
menyatakan bahwa beberapa faktor resiko tidur (p=0,034), dan keberadaan perokok
yang menyebabkan ISPA pada balita yaitu (p=0,028) dengan kejadian ISPA pada bayi.
pencemaran udara dalam rumah, ventilasi
Penelitian (Imaniyah & Jayatmi, balita, data antara Januari 2017 sampai
2018) menunjukan bahwa ada hubungan dengan Desember 2019.
antara gizi kurang dengan kejadian ISPA (p Analisis univariat digunakan untuk
value= 0,047), tidak ada hubungan antara mengetahui distribusi frekuensi dan
BBLR dengan kejadian ISPA (p value= persentase hasil data usia, BBLR, status gizi,
0,093) dan ada hubungan antara kurangnya ASI Eksklusif, imunisasi dan kejadian ISPA.
imunisasi campak dengan kejadian ISPA (p Analisa bivariat menggunakan chi square
value = 0,015). dan Kendall Tau-b untuk mengetahui
hubungan usia, BBLR, status gizi, ASI
METODE PENELITIAN Eksklusif, imunisasi dengan kejadian ISPA
Desain penelitian deskriptif pada balita di RSCK Tse Chi. Penelitian ini
kuantitatif dengan pendekatan cross sudah mendapatkan Keterangan Layak Etik
sectional menggunakan metode (Description Of Ethical Approval) dari
pengumpulan data retrospektif. Alat Komisi Etik Penelitian dan Pengembangan
pengumpul data menggunakan kuisioner dan Kesehatan STIK Sint Carolus dikeluarkan
medical record balita yang menderita ISPA, pada tanggal 14 Juli 2020 dengan No:
usia 1-5 tahun di RSCK Tse Chi pasien 087/KEPPKSTIKSC/VII/2020.
rawat jalan dan rawat inap sebanyak 100

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN


Tabel 1 Distribusi frekuensi karakteristik balita dengan ISPA di RSCK Tse Chi
Frekuensi Persentase
Karakteristik
(n) (%)
Usia
< 25 bulan 55 55.0
≥ 25 bulan 45 45.0
Berat Badan Bayi Lahir
> 2500 gram 60 60
≤ 2500 gram 40 40
Status Gizi
Gizi kurang 52 52.0
Gizi Cukup 42 42.0
Gizi Berlebih 6 6.0
ASI Eksklusif
ASI Eksklusif 56 56.0
Tidak ASI Eksklusif 44 44.0
Imunisasi
Imunisasi Lengkap 53 53.0
Imunisasi tidak lengkap 47 47.0
Kejadian ISPA
Ringan 47 47.0
Sedang 46 46.0
Berat 7 7.0
Total 100 100

Berdasarkan tabel 1 menjelaskan mendapat ASI Eksklusif sebanyak 56%,


bahwa sebagain besar usia balita yang imunisasi lengkap 53% dan kejadian ISPA
mengalami ISPA memiliki usia < 25 bulan ringan 47% pada balita di RSCK Tse Chi.
sebanyak 55 %, status gizi kurang 52%,

Tabel 2 Hubungan karakteristik dengan kejadian ISPA di RSCK Tsu Chi


Kejadian ISPA Total P value
Variabel Ringan Sedang Berat
n % n % n % n %
Usia
< 25 bulan 23 41.8 26 47.3 6 10.9 55 100 0.130
≥ 25 bulan 24 53.2 20 44.4 1 2.2 45 100
Berat badan lahir
> 2500 gram 35 58,3 22 36,7 3 5 60 100 0.004
≤ 2500 gram 12 30 24 60 4 10 40 100
Status Gizi
Kurang 44 84.6 6 11.5 2 3.85 52 100
Cukup 3 7,1 37 88,1 2 4.8 42 100 0.000
Berlebih 0 0 3 50 3 50 6 100
ASI
Terpenuhi 35 62.5 16 28.6 5 8.9 56 100 0.002
Tidak terpenuhi 12 27.3 30 68.2 2 4.5 44 100
Imunisasi
Lengkap 30 56.6 21 39.6 2 3.8 53 100 0.024
Tidak lengkap 17 36.2 25 53.2 5 10.6 47 100

Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian kendall’s tau c diperoleh p value =


besar hubungan usia balita dengan kejadian 0,004<0,05, dapat dinyatakan bahwa Ha1
ISPA, usia < 25 bulan mengalami kejadian diterima yang artinya ada hubungan
ISPA kategori sedang sebanyak 47.3% (26 signifikan antara berat badan lahir dengan
responden). Hasil analisis uji statistic kejadian ISPA pada balita di RSCK Tse Chi.
kendall’s tau c diperoleh p value = Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian
0.130>0,05, dapat dinyatakan bahwa Ha2 besar balita memiliki status gizi kurang yang
ditolak artinya tidak ada hubungan mengalami kejadian ISPA kategori ringan
signifikan antara usia dengan kejadian ISPA sebanyak 84.61% (44 responden). Hasil
pada balita di RSCK Tse Chi. analisis uji statistic kendall’s tau c diperoleh
Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian p value = 0.000 < 0,05, dapat dinyatakan
besar balita memiliki berat badan lahir bahwa Ha1 diterima artinya ada hubungan
>2500gram mengalami kejadian ISPA signifikan antara status gizi balita dengan
kategori ringan sebanyak 58.3% (35 kejadian ISPA di RSCK Tse Chi.
responden). Hasil analisis uji statistic
Tabel 2 menjelaskan bahwa kelompok balita dan juga termasuk 10
sebagian besar balita yang mendapat ASI penyakit terbanyak di rumah sakit
Eksklusif tidak terpenuhi mengalami (Kemenkes RI, 2018). Hasil penelitian ini
kejadian ISPA kategori sedang sebanyak sejalan dengan hasil penelitian (Nasution,
62,5% (35 responden). Hasil analisis uji 2020) ada hubungan umur balita dengan
statistic kendall’s tau c diperoleh p value = terjadinya ISPA di kelurahan Cibabat
0.002 < 0,05, dapat dinyatakan bahwa Ha1 Cimahi.
diterima artinya ada hubungan signifikan Kejadian ISPA Balita merupakan
antara status gizi balita dengan kejadian kejadian infeksi pertama disebabkan karena
ISPA di RSCK Tse Chi. belum optimalnya kekebalan tubuh balita
Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian secara alamiah. Sistem kekebalan tubuh
besar balita memiliki riwayat imunisasi seorang balita sangat berperan dalam
lengkap mengalami kejadian ISPA kategori melawan bakteri dan juga infeksi yang
ringan sebanyak 56.6% (30 responden). masuk ke dalam tubuh seseorang. Kondisi
Berdasarkan hasil uji statistic kendall’s tau- ini sering terjadi pada anak-anak karena
c diperoleh p value = 0.024 < 0,05, dapat belum maturnya fungsi organ. Berbeda pada
dinyatakan bahwa Ha1 diterima artinya ada orang dewasa yang kekebalan alamiahnya
hubungan signifikan antara riwayat lebih optimal (Padila et al., 2019). .
imunisasi dengan kejadian ISPA pada balita Pada penelitian ini terdapat usia
di RSCK Tse Chi. balita<25 bulan mengalami ISPA kategori
berat sebanyak 10,9% (6 responden), hal ini
dapat dikarenakan sistem imun belum
Hubungan Usia Dengan Kejadian ISPA terbentuk secara maksimal dan didukung
Balita di RSCK Tsu Chi dengan anatomi saluran pernapasan yang
Kejadian penyakit infeksi saluran lebih sempit dan belum matur. Namun,
pernapasan akut (ISPA) meningkat pada kejadian ISPA juga dapat dipengaruhi oleh
bayi dan usia dini anak-anak dan menurun beragam faktor lingkungan seperti
terhadap peningkatan usia anak (Desiyana, lingkungan yang padat penduduk dan
F. D., Lubis, Z., & Nasution, 2017). berpolusi tinggi.
Penelitian (Tanjung & Cahyanto, 2015)
menjelaskan bahwa sebagian besar balita Hubungan BBLR Dengan Kejadian ISPA
yang menderita ISPA adalah kelompok Balita di RSCK Tsu Chi
usia 12-23 bulan sebanyak 44,2%. Hal ini BBLR adalah bayi dengan berat
terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun badan lahir<2500 gram, sehingga
imunitas belum sempurna dan lumen saluran menyebabkan terganggunya pertumbuhan
nafasnya masih sempit (Hockenberry et al., dan maturasi alat dan organ di dalam tubuh
2017). belum sempurna, bayi akan mudah terkena
Penelitian (Fatimah, 2017) infeksi dan BBLR dapat mengalami
menjelaskan bahwa kejadian ISPA pada kejadian ISPA bahkan komplikasi dan
kelompok usia 7-11 bulan sebanyak 69,0%, menyebabkan mortalitas (Widia, 2017).
usia 0-6 bulan sebanyak (46,7%). Balita Penelitian (Fatimah, 2017)
merupakan kelompok masyarakat yang menjelaskan bahwa kejadian ISPA pada
rentan untuk terserang berbagai penyakit balita dengan BBLR sebanyak 75%,
khususnya penyakit infeksi. Infeksi sedangkan pada balita dengan BBL ≥
Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menempati 2500gram sebanyak 57%. Berat badan lahir
urutan pertama penyebab kematian pada menentukan pertumbuhan dan
perkembangan fisik dan mental pada masa Tsu Chi. Penelitian (Widia, 2017) tentang
balita. Berat lahir normal adalah 2500-4000 hubungan status gizi dengan kejadian ISPA
gram. Bayi dengan berat badan lahir rendah pada balita di Puskesmas Pembantu
(BBLR) mempunyai resiko kematian lebih (PUSTU) Tompeyan Tegal Rejo di Kota
besar dibandingkan berat badan lahir Yogyakarta. Hasil penelitiannya
normal, terutama pada bulan-bulan pertama menjelaskan bahwa ada hubungan status gizi
kelahiran karena pembentukan zat anti balita dengan kejadian ISPA ( p value 0,013
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih < 0,05). Status gizi balita dari 86 responden
mudah terkena penyakit infeksi (Fibrilia, yang mengalami ISPA didapatkan status gizi
2015; Hockenberry et al., 2017). buruk (6,4%), kurang (2,3%), baik (40,7%)
Penelitian ini menjelaskan balita lebih (0,6%).
yang sebelumnya memiliki BBL <2500gram Balita dengan gizi yang kurang akan
mengalami kejadian ISPA kategori berat lebih mudah terserang ISPA dibandingkan
sebanyak 10% (4 responden), hal ini terjadi balita dengan gizi normal karena daya tahan
ketika setelah pemberian ASI Eksklusif, tubuh yang kurang. Balita dengan penyakit
balita memerlukan MPASI (Makanan ISPA sering tidak mempunyai nafsu makan
Pendamping ASI) dengan gizi seimbang dan dan akhirnya mengakibatkan kekurangan
meneruskan pemberian ASI. Agar status gizi gizi, sehingga mudah terserang gejala ISPA
anak menjadi baik dengan Pemberian yang berat bahkan serangannya lebih lama
Makanan Bayi dan Anak (PMBA) yang (Hadiana, 2013).
benar. Asupan makanan akan menghasilkan
Penelitian ini tidak sejalan dengan zat gizi memiliki efek yang kuat untuk
penelitian yang dilakukan (Fatimah, 2017), reaksi resistensi terhadap infeksi dan
dimana tidak terdapat hubungan yang imunitas tubuh. Balita yang dalam keadaan
bermakna antara berat badan lahir dengan status kurang gizi, akan menyebabkan
kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja menurunnya ketahanan tubuh dan mudah
Puskesmas Kampung Baru Kecamatan terserang infeksi. Tubuh memerlukan
Medan. Penelitian (Imaniyah & Jayatmi, sumber gizi utama yang dapat diperoleh dari
2018) bayi yang berat badan lahirnya protein untuk pembentukan enzim yang
rendah, pembentukan zat anti kekebalan berfungsi dalam metabolisme tubuh,
kurang sempurna sehingga lebih mudah termasuk sistem imun. Kekurangan protein
terkena penyakit infeksi terutama dapat berdampak terhadap metabolisme
pneumonia dan sakit saluran pernapasan vitamin dan mineral sehingga tidak mampu
lainnya. Meskipun anak mempunyai berfungsi secara maksimal sebagai
riwayat lahir dengan BBLR, jika antioksidan di dalam tubuh untuk mencegah
didukung oleh kondisi status gizi baik timbulnya gejala penyakit, termasuk ISPA
maka tubuh akan mempunyai cukup (Nurwijayanti, 2019).
kemampuan untuk mempertahankan diri Selain itu yang dapat membantu
terhadap penyakit infeksi dalam mencegah mencegah masuknya bakteri dan virus
kejadian ISPA. terutama paru-paru dan saluran nafas adalah
makanan yang mengandung asam amino
Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian treonin. Sistem imun yang tidak baik bisa
ISPA Balita di RSCK Tsu Chi dipengaruhi oleh kekurangan protein di
Penelitian ini menjelaskan sebagian dalam tubuh sehingga dapat menyebabkan
besar balita memiliki status gizi kurang yang tubuh lebih mudah terpapar penyakit infeksi
mengalami ISPA sebanyak 52% di RSCK (Widia, 2017). Balita yang memiliki status
gizi yang baik maka organ tubuhnya cukup dapat melindungi dari masuknya bakteri,
untuk memproduksi sistem imun dan perlindungan dari infeksi merupakan hal
berfungsi dengan optimal dan dapat yang penting untuk bertahan hidup
terhindar dari resiko terjadinya ISPA. (Choyron et al., 2015). Perkembangan dan
Kebutuhan gizi pada balita merupakan hal pertumbuhan bayi berlangsung dengan baik
yang penting untuk meningkatkan kesehatan selama pemberian ASI Eksklusif, tetapi
balita. setelah lepas dari ASI Eksklusif sebaiknya
balita mendapat asupan makanan yang
Hubungan ASI Eksklusif Dengan adekuat dengan gizi seimbang sehingga
Kejadian ISPA Balita di RSCK Tsu Chi memiliki imunitas tubuh yang baik untuk
Penelitian ini menjelaskan sebagian mencegah terjadinya risiko penyakit infeksi.
besar balita yang mendapat ASI Eksklusif
sebanyak 56% (56 responden) di RSCK Tsu
Chi. Keadaan balita yang ASI eksklusif nya Hubungan Imunisasi Dengan Kejadian
terpenuhi mengalami ISPA dengan kategori ISPA Balita di RSCK Tsu Chi
ringan lebih banyak dibandingkan dengan Penelitian ini menjelaskan bahwa
balita yang mengalami ISPA dengan sebagian besar balita memiliki imunisasi
kategori sedang dan berat. Balita dengan lengkap sebanyak 53% di RSCK Tsu Chi.
status ASI Eksklusif terpenuhi tetapi masih Penelitian yang dilakukan Fatimah, tahun
menderita ISPA sebanyak 56 balita. 2017 menjelaskan bahwa kejadian ISPA
Keadaan ini dapat disebabkan karena pada bayi dengan status sudah
orangtua balita memiliki pengetahuan yang mendapatkan imunisasi DPT/Hib dan
kurang dalam memenuhi kebutuhan imunisasi campak sebanyak 65,8%.
pemberian makanan untuk bayi dan anak Imunisasi penting diberikan agar terhindar
nya dengan gizi seimbang setelah usia 6 dari penyakit berbahaya karena untuk
bulan, hal ini terlihat dari keadaan balita meningkatkan kekebalan terhadap penyakit
yang memiliki status gizi kurang sebanyak tersebut, diantaranya dapat mencegah
52%. Sehingga imunitas tubuh menjadi penyakit ISPA. Menurut pendapat dari
rentan dan anak tidak kuat untuk melawan (Oktaviani et al., 2014) munisasi
bakteri yang masuk ke dalam tubuh dan merupakan suatu program yang dengan
mengalami kejadian ISPA. Penelitian yang sengaja memasukkan antigen lemah agar
dilakukan oleh (Fatimah, 2017) menjelaskan merangsang antibodi keluar sehingga tubuh
bahwa kejadian ISPA pada balita yang tidak dapat resistensi terhadap penyakit tertentu.
diberikan ASI eksklusif sebanyak 70,8%. Penelitian ini menjelaskan bahwa
Penelitian ini sejalan dengan sebagian besar balita memiliki riwayat
penelitian yang dilakukan oleh (Pujiati imunisasi lengkap namun mengalami
Abbas, 2015) pada anak usia 12 bulan kejadian ISPA kategori ringan sebanyak
menjelaskan bahwa ada hubungan antara 56.6% (30 responden), hal ini karena
pemberian ASI eksklusif dengan kejadian terjadinya ISPA setelah beberapa waktu
ISPA (p value=0,000). Hubungan pemberian diberikan imunisasi baru terjadi ISPA.
ASI dan kejadian ISPA ialah bayi yang Imunisasi merupakan suatu langkah untuk
mendapatkan ASI sejak lahir akan lebih mencegah kejadian ISPA pada balita yang
jarang mengalami ISPA karena memiliki merupakan faktor risiko akibat komplikasi
antibodi maternal (IgA), laktoferin, lisozim, dari campak. Jadi, imunisasi seperti difteri
interferon, dan mendukung lactobicilli dan dan campak yang diberikan bukan untuk
bifidobacter yang didapat dari ASI sehingga menambah kekebalan tubuh balita secara
langsung terhadap serangan kejadian ISPA, balita di RSCK (p value = 0,130). Ada
melainkan hanya dapat mencegah faktor hubungan signifikan antara BBLR (p value
yang dapat memicu terjadinya ISPA. = 0,004), status gizi (p value = 0.000),
Walaupun balita telah medapatkan imunisasi pemberian ASI Eksklusif (p value = 0.002)
lengkap namun insiden ISPA balita masih dan imunisasi (p value = 0.024) dengan
tinggi yang disebabkan karena belum kejadian ISPA pada balita di RSCK. Untuk
maksimalnya pemberian vaksin yang dapat mencegah dan mengurangi terjadinya ISPA
secara langsung mencegah terjadinya ISPA pada balita diharapkan keluarga dapat
seperti imunisasi Campak dan DPT. Balita meningkatkan status gizi pada balita dengan
dengan status imunisasi lengkap bisa juga gizi seimbang, mempertahakan kepatuhan
terkena ISPA, karena daya tahan tubuh dalam imunisasi serta memberikan ASI
balita yang rendah misalnya karena status Ekslusif pada bayi usia 0-6 bulan. Ibu juga
gizi yang kurang dan riwayat sebelumnya penting memperhatikan kebutuhan gizi
karena tidak terpenuhinya pemberian ASI seimbang dan kesehatannya selama
Eksklusif. Kualitas vaksin dan genetik kehamilannya agar bayinya dterhindar dari
merupakan salah satu upaya tubuh balita berat badan lahir dan mengurangi resiko
untuk dapat menangkal suatu penyakit. Jadi, kejadian ISPA.
walaupun balita telah mendapatkan
imunisasi lengkap, namun kemungkinan UCAPAN TERIMAKASIH
terjadinya ISPA tetap ada (Sambominanga Peneliti mengucapkan terimakasih kepada
et al., 2014). STIK Sint Carolus dan pimpinan Rumah
Penelitian ini juga menjelaskan jika Sakit Cinta Kasih Tsu Chi, serta semua
balita memiliki riwayat imunisasi tidak pihak yang telah membantu sehingga
lengkap yang mengalami ISPA berat penelitian ini dapat terlaksana dengan baik
sebanyak 10,6% (5 repsonden), artinya dan lancar.
imunisasi menjadi penting diberikan untuk
balita. Penelitian ini sejalan dengan DAFTAR PUSTAKA
penelitian (Nasution, 2020) menjelaskan Burkhardt, O., Ewig, S., Haagen, U.,
bahwa ada hubungan antara status imunisasi Giersdorf, S., Hartmann, O.,
dengan kejadian ISPA pada balita (p value Wegscheider, K., Hummers-Pradier, E.,
0,047<0,05) di kelurahan Cibabat Cimahi. & Welte, T. (2010). Procalcitonin
Balita yang mendapatkan imunisasi dasar guidance and reduction of antibiotic
secara lengkap memiliki sistem kekebelan use in acute respiratory tract infection.
yang lebih baik, karena bertujuan untuk European Respiratory Journal, 36(3),
mengenalkan suatu objek mikroorganisme 601–607.
ke dalam tubuh sehingga tubuh dapat https://doi.org/10.1183/09031936.0016
melakukan perlawanan saat terkena 3309
mikroorgansime yang sama. Maka proses Choyron, V. A. G., Raharjo, B., & Werdani,
penyakit tidak menjadi lebih berat yang K. E. (2015). Hubungan Pemberian
berdampak pada menurunnya angka ASI Ekslusif dengan Kejadian
kematian anak terutama akibat kejadian Pneumonia pada Balita di Wilayah
ISPA. Kerja Puskesmas Pedan Klaten. Jurnal
Kesehatan Masyarakat FIK UMS, 3(1),
KESIMPULAN 1–9.
Tidak terdapat hubungan signifikan Desiyana, F. D., Lubis, Z., & Nasution, E.
antara usia dengan kejadian ISPA pada (2017). Hubungan Kelengkapan
Imunisasi Dengan Kejadian Infeksi Indonesia. Kementrian Kesehatan
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Indonesia. In
Anak Balita Di Wilayah Kerja Pusdatin.Kemenkes.Go.Id.
Puskesmas Sawit Seberang Kecamatan https://pusdatin.kemkes.go.id/resources
Sawitseberang Kabupaten Langkat. /download/pusdatin/profil-kesehatan-
Gizi, Kesehatan Reproduksi Dan indonesia/
Epidemiologi, 1. PROFIL_KESEHATAN_2018_1.pdf
Fatimah, L. (2017). Faktor-Faktor Yang Kemenkes RI. (2019). Profil Kesehatan
Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Indonesia 2018 [Indonesia Health
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Profile 2018].
Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas http://www.depkes.go.id/resources/dow
Kampung Baru Kecamatan Medan nload/pusdatin/profil-kesehatan-
Maimun. indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-
https://repositori.usu.ac.id/handle/1234 Kesehatan-Indonesia-2018.pdf
56789/1565 Khan, M. N., & Islam, M. M. (2017). Effect
Fibrilia, F. (2015). Hubungan Usia Anak, of exclusive breastfeeding on selected
Jenis Kelamin dan Berat Badan Lahir adverse health and nutritional
Anak Dengan Kejadian Pneumonia. outcomes: A nationally representative
Kesehatan Masyarakat, VIII(2), 8–13. study. BMC Public Health, 17(1), 1–7.
Hadiana, S. Y. M. (2013). Hubungan Status https://doi.org/10.1186/s12889-017-
Gizi Terhadap Terjadinya Infeksi 4913-4
Saluran Pernapasan Akut (Ispa) Pada Maria, G. A. R., & Nurwati, R. N. (2020).
Balita Di Puskesmas Pajang Surakarta. Analisis Pengaruh Peningkatan Jumlah
14–27. Masyarakat Terkonfirmasi Covid-19
Hockenberry, M. ., & Wilson, D. (2015). Terhadap Produktivitas Penduduk
Wong’s Nursing Care of Infants and Yang Bekerja Di Jabodetabek.
Children. Elsevier. https://scholar.google.com/scholar?
Hockenberry, M. ., Wilson, D., & Rodgers, hl=en&as_sdt=0%2C5&q
C. (2017). Wong’s Essentials of Milo, S., Ismanto, A., & Kallo, V. (2015).
Pediatrics Nursing. Elsevier. Hubungan Kebiasaan Merokok Di
Imaniyah, E., & Jayatmi, I. (2018). Dalam Rumah Dengan Kejadian Ispa
Determinan Kejadian Infeksi Saluran Pada Anak Umur 1-5 Tahun Di
Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita. Puskesmas Sario Kota Manado. Jurnal
Jurnal Ilmiah Kebidanan Indonesia, Keperawatan UNSRAT, 3(2), 107603.
9(01), 18-25. 19(01), 18–25. Nasution, A. S. (2020). Aspek Individu
https://journals.stikim.ac.id/index.php/ji Balita Dengan Kejadian ISPA Di
ki/article/view/212/163 Kelurahan Cibabat Cimahi. Amerta
Jayanti, K. D., Wijaya, E. W., Bisono, E. F., Nutrition, 4(2), 103.
Nurkhalim, R. F., Susilowati, I., https://doi.org/10.20473/amnt.v4i2.202
Setyawan, I., & Putra, B. R. (2020). 0.103-108
Proyeksi Angka Kematian Bayi di Nurwijayanti. (2019). Keterkaitan
Rumah Sakit X Kabupaten Kediri Kekurangan Energi Protein (KEP)
dengan Single Exponential Smoothing. dengan Kejadian Infeksi Saluran
Jurnal Berkala Kesehatan, 6(2), 50. Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita
https://doi.org/10.20527/jbk.v6i2.8925 Usia (1-5 Tahun). Jurnal Care, 4(3),
Kemenkes RI. (2018). Profil Kesehatan 30–36.
Oktaviani, I., Hayati, S., & Supriatin, E. . M. Jurnal Kesehatan Tadulako, 1, 39–48.
(2014). Faktor-Faktor Yang Riskesdas. (2018). Hasil Riset Kesehatan
Berhubungan Dengan Kejadian Infeksi Dasar Tahun 2018. Kementrian
Saluran Puskesmas Garuda Kota Kesehatan RI, 220.
Bandung. J u r n a l I l m u K e p e r a https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uplo
w a t a , 1(2), 113. ad/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-
Padila, P., Febriawati, H., Andri, J., & Dori, riskesdas-2018_1274.pdf
R. A. (2019). Perawatan Infeksi Sambominanga, P., Ismanto, A., & Onibala,
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada F. (2014). Hubungan Pemberian
Balita. Jurnal Kesmas Asclepius, 1(1), Imunisasi Dasar Lengkap Dengan
25–34. Kejadian Penyakit Ispa Berulang Pada
https://doi.org/10.31539/jka.v1i1.526 Balita Di Puskesmas Ranotana Weru
Pujiati Abbas, A. S. H. (2015). Hubungan Kota Manado. Jurnal Keperawatan
Pemberian Asi Eksklusif Dengan UNSRAT, 2(2), 108876.
Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Tanjung, S., & Cahyanto, E. B. (2015).
Akut (Ispa) Pada Bayi. Majalah Ilmiah Hubungan antara lama paparan asap
Sultan Agung, 49(123), 85-95, 49(123), rokok dengan frekuensi kejadian ispa
85–89. pada balita di Puskesmas Gambirsari
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/m Surakarta. 1–9.
ajalahilmiahsultanagung/article/ Toressy, O., Asmin, E., & Kailola, N. E.
viewFile/36/31 (2020). Faktor-Faktor Yang
Rahayu, I., Yuniar, N., & Fachlevy, A. F. Berhubungan Dengan Kejadian
(2019). Faktor yang Berhubungan Kematian Neonatal di RSUD Dr. M.
dengan Kejadian Penyakit Ispa pada Haulussy Ambon Periode Januari 2017-
Balita di Wilayah Kerja Puskesmas April 2019. PAMERI: Pattimura
Soropia Kabupaten Konawe Tahun Medical Review, 2(1), 13–25.
2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa https://doi.org/10.30598/pamerivol2iss
Kesehatan Masyarakat, 3(3). ue1page13-25
Rahman, A., & Nur, a F. (2015). Hubungan Widia, L. (2017). Hubungan Antara Status
Pemberian ASI Eksklusif dengan Gizi dengan Kejadian ISPA pada
Kejadian Penyakit Infeksi Saluran Balita. Jurnal Darul Azhar, 3(1), 28–
Pernafasan Akut Pada Anak Balita di 35.
Wilayah Kerja Puskesmas Managaisaki

Anda mungkin juga menyukai