Disampaikan pada
“Seminar Ilmiah Keperawatan”
Tema: Praktik Keperawatan Berdasarkan Evidence Based.
Tuberkulosis pada anak Indonesia usia < 15 tahun sebesar 8,8% dari total kasus
tuberkulosis, dan 2 – 16% pada tingkat provinsi (WHO. 2012). Data pada Provinsi Kalimantan
selatan dari tahun 2009 s/d 2011 sebanyak 28 kasus dengan BTA+ usia 0-14 tahun (Dinkes.
Prov. Kalsel 2010, 2011 dan 2012). Banyak pasien yang tidak dilakukan pengobatan sekitar
10% tiap tahun (WHO, 2010), angka TB Anak adalah 8.8% dari 3.153 maka angka kejadian
TB Anak di Kalsel adalah 241 kasus/ tahun.
Peran perawat dalam evidence based practice terhadap Indeks prediktif TB Anak di
Kalimantan Selatan, adalah tingkah laku praktik berbasis bukti yang diharapkan dari perawat
terhadap indeks prediktif TB Anak di Kalimantan selatan. Meliputi Lingkungan social budaya,
Lingkungan Biologis, Lingkungan Fisik Rumah, Riwayat Imunisasi dan Gizi. Berdasarkan hal
tersebut diharapkan dalam penanganan tuberculosis pada anak harus memperhatikan factor social
budaya, biologis, fisik rumah, riwayat imunisasi dan sttaus gizi anak tersebut. Sehingga
diharapkan angka kejadian TB Anak dapat mengalami penurunan.
Kata Kunci: Peran Perawat, Evidence Based Practice, Indeks Prediktif TB Anak.
Dr. Bahrul Ilmi, M.Kes.
Senior Lecturer and Researcher.
Polytechnic of Health, Indonesia Ministry of Health, Banjarmasin, South Kalimantan Province, Indonesia.
Email: ilmie.bahrul@gmail.com
Address: Street Mistar Cokrokusumo number 1A Banjarbaru, zip code 70714
======================================
Beberapa pengertian peran perawat;
Peran adalah tingkah laku yang diharapkan oleh seseorang terhadap orang lain dalam hal ini
perawat (CHS, 1989),
Menurut lokakarya Nasional (1983): sebagai pelaksana pelayanan keperawatan, pengelola
pelayanan keperawatan dan institusi pendidikan.
Peran menurut Kozier, Barbara (1995) : Seperangkat tingkah laku yang diharapkan oleh orang
lain terhadap seseorang sesuai kedudukannya dalam suatu sistem.
Status gizi pada anak juga sangat penting, karena asupan gizi yang baik pada anak dapat
meningkatkan daya tahan tubuhnya sehingga tidak mudah terserang penyakit. Sedangkan asupan
gizi yang tidak memenuhi syarat kesehatan tentunya rentan terhadap infeksi kuman M.tb.
berdasarkan hasil riskesdas 2010, Prevalensi Rumah Tangga dengan konsumsi energi dan
protein dibawah rerata nasional sebesar 69,3% (energi) dan 53,0% (protein). Konsumsi energy
dan protein yang kurang tentunya berpotensi menimbulkan gizi kurang dan bahkan gizi buruk,
hal ini sesuai dengan Riskesdas tahun 2010, bahwa provinsi Kalimantan Selatan gizi buruk 6,%
dan gizi kurang 16,8% (Indonesia gizi buruk 4,9 dan kurang 13,0) (Riskesdas 2010).
Peran perawat dalam mengatasi masalah kejadian TB anak berdasarkan Indek prediktif
TB Anak, yang merupakan peran Perawat Puskesmas dapat melaksanakan enam peran, yaitu
sebagai:
1. Pemberi pelayanan kesehatan
2. Penemu kasus
3. Pendidik kesehatan
4. Koordinator dan kolaborasi
5. Konselor
6. Role model
Adapun peran tersebut dapat digunakan dalam mengatasi kejadian TB pada Anak sesuai Indeks
prediktif TB Anak, yang meliputi:
1. Pemberi Pelayanan Kesehatan & Asuhan keperawatan
Perawat puskesmas memeberikan pelayanan kesehatan kepada individu,keluarga,
kelompok/masyarakat berupa asuhan keperawatan kesehatan masyarakat yang utuh/holistik,
komprehensif meliputi pemeberian asuhan pada pencegahan tingkat pertama,tingkat kedua
maupun tingkat ketiga. Dalam peran ini yang dilakukan perawat adalah:
a. Memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien TB Anak dengan melibatkan keluarga,
baik asuhan langsung (direct care) kepada klien, maupun tidak langsung (indirect) di
berbagai pelayanan kesehatan, seperti Puskesmas, sekolah, Rutan/Lapas, panti, Posyandu,
dan diKeluarga (rumah klien) .
b. Menerapkan proses keperawatan dalam melakukan asuhan pada TB Anak (pasien
centered) dengan melibatkan keluarga (Family centered) dari pengkajian sampai evaluasi.
c. Merencanakan pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan kepada penderita dan
keluargannya.
d. Memberikan dukungan Sosial kepada pasien dan keluargannya dalam hal (dukungan
informasi tentang penyakit TB pada anak, dukungan psikologis, dukungan Instrumental)
2. Penemu kasus.
Perawat Puskesmas berperan dalam mendeteksi dan menemukan kasus serta melakukan
penelusuran terjadinya penyakit. Tindakan yang dilakukan dalam penemuan kasus TB Anak
adalah dengan cara Skoring sistem yang direkomendasikan Ikatan Dokter Indonesia IDAI,
dilakukan oleh perawat yang terlatih:
a. Melakukan Anamnesis pada Anak ditemukan data:
1) Selama 2 bulan berat badan berkurang tanpa sebab yang jelas
2) Demam berlanjut sampai 2 minggu tanpa sebab yang jelas
3) Terdapat batuk kronik ≥ 3 minggu, ada atau tidak wheezing
4) Terdapat riwayat kontak dengan pasien TB dewasa
5. Konselor (Conselor)
Konseling adalah proses membantu klien dan keluarga untuk menyadari dan mengatasi
tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun hubungan interpersonal yang baik dan
untuk meningkatkan perkembangan seseorang.
Peran perawat sebagai seorang yang membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalah
yang mereka hadapi sehubungan dengan penyakitnya:
a. Perawat memberikan dukungan social (dukungan informasi, dukungan emosional dan
intelektual kepada klien dan keluarganya.
b. Perawat mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan sehat sakitnya.
c. Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu atau keluarga dalam
mengintegrasikan pengalaman kesehatan dengan pengalaman yang lalu.
d. Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan.
e. Perawat menjelaskan pada keluarga betapa pentingnya social network, social support dan
collective efficacy terhadap penderita dengan melibatkan anggota keluarga yang lain.
9. Pembela (Advocate)
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain khususnya
dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien, juga
dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien.
Tugas perawat :
1. Bertanggung jawab membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi
dari berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi lain yang diperlukan
untuk mengambil persetujuan (inform concern) atas tindakan keperawatan yang diberikan
kepadanya.
2. Mempertahankan dan melindungi hak-hak klien Perawat adalah anggota tim kesehatan
yang paling lama kontak dengan klien, sehingga diharapkan perawat harus mampu
membela hak-hak klien.
3. Memastikan kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hak-hak klien, klien harus
mendapatkan perawatan sesuai kebutuhannya. Contohnya pada penderita TB biasannya
adalah masyarakat miskin sehingga harus dipanstikan klien dengan TB dilakukan
pengobatan
10. Konsultan
Peran disini adalah sebagai tempat konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan
yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang
tujuan pelayanan keperawatan yang diberikan.
Yang dapat dilakukan perawat dalam bentuk konsultasi untuk mendapatkan pengobatan, dan
perawatan yang baik
Kesimpulan:
Peran perawat dalam mengatasi kejadian TB Anak dapat dilakukan oleh perawat baik
perawatan langsung maupun perawatan tidak langsung di masyarakat/ komunitas sesuai dengan
peran perawat dalam memenuhi kebutuhan klien TB dan dalam mencegah individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang beresiko terhadap penularan penyakit TB.
Kepustakaan:
Kozier B , 1994, Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice, Eighth Edition,
publisher Addison-Wesley Longman, Incorporated.
Elly, S. L., 2012.Model Integrasi Self Care dan Familly Centered Nursing.Makassar:Pustaka
Timur-CEPSIS.
Friedman, Marilyn M., 2003, Keperawatan Keluarga: Riset, Teori, dan Praktik Edisi 5,
penerbit EGC, Jakarta.
Ilmi, B. (2013) Indek Prediktif TB Anak di Provinsi Kalimantan Selatan. Disertasi. Pascasarjana
Unair, Surabaya.
Berkman, dan Kawachi, 2000. Social Epidemiology. New York, Oxford University Press, 198
Madison Avenue.
Berkman L., F., dan Syme L., 2002 Sosial Networks, Host Resistance, and Moratality: A Nine
Year Follow of Study of Alameda Country Residents. American. American Journal of
Epidemiologi. Vol. 12. Halaman 87- 94.
Hargreaves JR., Baccia D., Evans CA., Adato, da Petticrew M., 2011. The Sosial Determinan of
Tuberculosis: From Evidence to Action. London. UKPMC Funder Group Author
Manuscript Am J Public Health, available in PMC 2011 May 27. Halaman 654-662.
Browning C., R., dan Cagney K., A., 2002. Neighborhood Structural Disadvantage, Collective
Efficacy, and Self-Rated Physical Helath in an Urban Setting. Journal of Health and
Social Behavior. Vol 43, No. 4 (Dec., 2002) halaman 383-399. Published by: American
Sociological Association, http://www.Jstor.org/stable. di akses 12 Maret 2012.
Lestari, P., 2011. Peran Kondisi Lingkungan Rumah, Status Gizi, Status Besi, Respon Imun dan
Polimorfisme NRAMPI terhadap Probabilitas Kejadian Sakit pada Anak Kontak TB,
Disertasi, Surabaya. Program Pascasarjana Universitas Airlangga.
Fatimah, S., 2008, Faktor Kesehatan Lingkungan Rumah yang Berhubungan dengan Kejadian
TB Paru di Kab. Cilacap Kecamatan Sidareja Patimuan Gandrungmangu, Bantasari tahun
2008. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang.
Rusnanto, Rahmatullah P, Udiono A., 2006. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian TB
Paru pada Usia Dewasa (Studi Kasus di Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit
Paru Pati). Artikel Publikasi, PDF created with pdf. Factory pro trial version www.
Pdffactory.com. diakses tanggal 6 Februari 2012.
Badan Litbang Kemenkes RI, 2010. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010, Jakarta: Kemenkes RI.