Anda di halaman 1dari 10

AKK

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU BALITA,


PARITAS DAN STATUS EKONOMI KELUARGA
DENGAN KEJADIAN PENYAKIT ISPA PADA BALITA
DI PUSKESMAS KALUMATA TAHUN 2017
Karlina Hasan ¹ dan Syamsudin Radjabessy, M.Kes²

Abstrak

Provinsi Maluku Utara juga merupakan salah satu daerah yang rentang pada penyakit
ISPA dan khususnya di Kota Ternate juga termasuk kota kecil yang juga rawan adanya
penyakit ISPA. Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kalumata tahun 2016
menunjukan bahwa dari total wilayah kerja Puskesmas Kalumata yang terdiri dari 13
Kelurahan dengan total penduduk terbesar mencapai 61.114 jiwa. Hal ini menjadi salasatu
yang menyebabkan penderita penyakit ISPA tertinggi dari tahun ke tahun.
Tujuan penelitian ini Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu Balita,
dengan kejadian penyakit Ispa pada balita di Puskesmas Kalumata tahun 2017. Selain itu,
Analisis data dalam penelitian ini yaitu menggunakan SPSS dengan uji Statistik Chi-Square.
Dan sampel yang digunakan sebanyak 84 Balita sebagai responden.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan erat antara status ekonomi
dengan penyakit ISPA yang ada di Puskesmas Kalumata Kota Ternate Selatan Tahun 2017.
Yang mana nilai signifikan 0,001 pada derajat kemaknaan 0,05. Sementara hubungan
pendidikan terakhir ibu dan paritas dengan penyakit ISPA dari hasil uji statistik Chi-Square
menunjukan tidak terdapat terdapat hubungan dengan nilai signifikan masing-masing 1,000
dan 0,203 pada derajat kemaknaan 0,05 di wilaya Puskesmas Kalumata.
Disarankan kepada pihak Puskesmas Kalumata untuk dapat memberikan penyuluhan-
penyuluhan bahaya penyakit ISPA di wilayah kerja Puskesmas kalumata bagian Kota Ternate
Selatan. Dan diiharapkan kepada para ibu balita yang terkena penyakit ISPA agar lebih
mendalami pemahaman tentang penyakit ISPA sehingga dapat mengurangi adanya penyakit
tersebut.

Kata kunci: balita, penyakit ISPA

¹ Mahasiswa Peminatan Akk Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Maluku


Utara
² Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Maluku Utara

1
PENDAHULUAN dibandingkan dengan tahun 2015 yang

D i Indonesia penyakit Infeksi


ditargetkan mencapai 580. Akan tetapi realisasi
penemuan penderita pneumonia semakin
meningkat yaitu golongan umur <1TH Kalumata
Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan 2 Balita, Kayu Merah 1 balita, Bastiong Karance
penyakit yang sering terjadi pada anak. 1 Balita, Bastong Talangame 1 Balita, Ubo-Ubo 2
Episode penyakit batuk pilek pada balita di Balita, Tabona 1 Balita, Jati 1 Balita, Jati
Indonesia diperkirakan sebesar 3 -6 kali Perumnas 2 Balita, Tanah Tinggi 1 balita, Tanah
pertahun. Ini berarti seorang balita rata-rata Tinggi Barat 1, Jumlah 13 Balita. Untuk Usia 1-4
mendapat serangan batuk, pilek sebanyak 3- TH, Kalumata 6 Balita, Kayu Merah 3 Balita,
6 kali setahun. Sebagai kelompok penyakit, Bastiong Karance 1 Balita, Tabona 3 Balita,
Mangga Dua Utara 3 Balita, Jati 1 Balita, Toboko
ISPA juga merupakan salah satu penyebab
1 Balita, Tanah Tinggi 2 Balita, Jumlah 20.
utama kunjungan pasien disarana Secara keseluruhan totalnya adalah 33 Balita
kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan pada posisi 25 %. Pneumonia berat 0, ISPA
berobat di puskesmas dan 15%-30% >5THN Pneumonia 13 Balita.
kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan Data yang diperoleh dari Puskesmas
rawat inap rumah sakit disebabkan oleh Kalumata Tahun 2016 menunjukan bahwa
ISPA (DepKes. RI, 2009). Kematian akibat wilayah kerja Puskesmas Kalumata dan jumlah
ISPA terutama Pneumonia di penduduk yang besar menyebabkan penderita
Indonesia,pada akhir 2000 sekitar 450.000 penyakit ISPA tertinggi dari tahun ke tahun dan
balita usia 0-5 tahun. Diperkirakan sebanyak terjadi peningkatan dari angka 2% menjadi 25%
dari total jumlah penduduk usia balita yang ada di
150.000 bayi atau balita meninggal tiap wilaya kerja Puskesmas Kalumata. Selain itu
tahun atau 12.500 korban perbulan atau 416 data juga diperoleh langsung dari Puskesmas
kasus perhari atau 17 anak perjam atau Kalumata Tahun 2017 yaitu penemuan penderita
seorang bayi / balita tiap lima menit ISPA, dan kunjungan balita yang terkena ISPA.
(Depkes.RI,2009) Bulan Mei 2017 menunjukan dari total wilayah
Provinsi Maluku Utara merupakan salah kerja Puskesmas Kalumta yang terdiri dari 13
satu daerah yang rentang pada penyakit tersebut Kelurahan denga total penduduk secara
dan khususnya di Kota Ternate juga termasuk keseluruhan 61.114, jumlah penduduk usia balita
kota kecil yang juga termasuk daerah rawan (10% penduduk) 6.111, perkiraan pnemonia 140.
penyakit ISPA. Berdasarkan data Rekapan Dan realisasi penemuan penderita pneumonia <1
Laporan Bulanan Program P2 ISPA dari Dinas tahun, laki-laki 11, perempuan 12 total 23. Untuk
Kesehatan Kota Ternate bulan Januari- umur 1- < 5 Tahun, laki-laki 20, perempuan 12
Desember tahun 2015 secara keseluruhan yang Total total 32. < 1 Tahun laki-laki 31 dan
meliputi 10 Puskesmas dengan total keseluruhan perempuan 24 total secara keseluruhan 55.
jumlah penduduk dari sejumlah Kelurahan Batuk bukan pneumonia < 1 Th. Laki-laki 31,
mencapai angka 58.049 jiwa, jumlah penduduk perempuan 39 dan 1-<5 Tahun. Laki-laki 95,
usia balita 5.805, target penemuan penderita perempuan 107. Total 272. Dan ISPA ≥ 5 Tahun
pneumonia pada balita 580. Realisasi penemuan bukan pneumonia laki-laki 94, perempuan 104.
penderita penyakit ISPA terbanyak adalah Total 198. ISPA pneumonia laki-laki 3,
golongan umur <1 thn. Kalumata 3 Balita, perempuan 7 total 10. Dan untuk jumlah
Tabona 1 Balita, Jati Perumnas 1 Balita. Jumlah kunjungan balita batuk kesukaran bernapas
5 Balita. 1-4 thn. Kayu Merah 2, Bastiong bulan mei 2017 tidak ada.
Karance 2, Bastiong Talangame 1, Tabona 3, Dari data tersebut sangat berhubungan
Mangga Dua 1. Jumlah 9 Balita. Secara dengan faktor resiko pada penyakit ISPA
keseluruhan 14 Balita pada posisi 2 %. adalah faktor ekstrinsik dan intrinsik. Faktor
Pneumonia Berat 0. Tingkat Kematian 0 dan ekstrinsik terdiri dari kepadatan hunian, jenis
ISPA >5 thn 0. lantai, luas jendela, letak dapur, penggunaan
Hal ini telah terjadi peningkatan jumlah jenis bahan bakar, dan kepemilikan lubang
realisasi penderita pneumonia dibeberapa asap. Sedangkan faktor intrinsik terdiri dari
Kelurahan pada bulan Januari-Desember tahun umur, jenis kelamin, status gizi, status
2016 yang disesuaikan data dari Puskesmas imuniasi, pemberian vitamin A pada saat
Kalumata dan target penemuan penderita nifas/balita dan pemberian ASI.
pneumonia berkurang menjadi 133 balita,

2
Faktor yang akan dikaji dalam penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN
ini adalah faktor ekstrinsik yang meliputi Hasil
Pendidikan, Paritas dan Status ekonomi Karakteristik Responden
Keluarga. Berdasarkan uraian di atas, maka Dalam penelitian jumlah responden yang
tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui di jadikan sampel yaitu sebanyak 84 balita, yang
hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Balita, terkena penyakit ISPA di Puskesmas Kalumata,
Paritas dan Status Ekonomi Keluarga dengan dengan distribusi responden yang di sajikan pada
Kejadian Penyakit ISPA pada Balita di tabel-tabel berikut:
Puskesmas Kalumata tahun 2017.” a. Jenis Kelamin

METODE Hasil pengelolaan data penelitian,


diketahui distribusi jenis kelamin responden
Penelitian ini menggunakan metode balita disajikan pada tabel berikut:
deskriptif analitik, dengan pendekatan cross Tabel. 1
sectional study. Penelitian ini dilakukan pada Distribusi Responden Berdasarkan Jenis
bulan Juli tahun 2017 berlokasi di Puskesmas Kelamin Balita di Puskesmas Kalumata Kota
Kalumata Kota Ternate Selatan. Ternate Selatan Tahun 2017
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua ibu yang mempunyai anak umur 0-5 tahun Jenis kelamin N %
yang berobat di Puskesmas Kalumata Kota
Ternate Selatan tahun 2016 yang berjumlah 535 Laki-laki 41 48,8
balita. Besar sampel dalam penelitian ini yaitu Perempuan 43 51,2
seluruh ibu yang mempunyai Anak umur 0-5
tahun yang berkunjung ke Puskesmas Kalumata Total 84 100
yang berjumlah 84 orang ibu balita. Untuk Sumber: Data Primer Tahun 2017
menentukan besarnya sampel dari populasi
peneliti menggunakan rumus Slovin yang Dari data yang dikelolah pada tabel 1
dikembangkan oleh Roscoe dalam Sugiyono dapat menunjukan bahwa jenis kelamin laki-laki
(2010), sebagai berikut: berumlah 41 responden (48,8%) dan perempuan
sebanyak 43 responden pada peresetasi
(51,2%).
dimana
b. Umur Balita
n: jumlah sampel
N: jumlah populasi
Dari hasil pengelolaan pada tabel 2 dapat
e: batas toleransi kesalahan (error
menunjukan bahwa umur balita yang terkena
tolerance)
penyakit ISPA pada Puskesmas Kalumata Umur
n = N / ( 1 + N e² ) = 535 / (1 + 535 x 0,1²)
< 1 Tahun berjumlah 19 responden peresetasi
= 84,25  84. 22,6 %. Dan Umur 1-4 Tahun sebanyak 65
Dengan demikian, jumlah sampel yang responden peresentasi 77,4 % dari total
dibutuhkan adalah 84 ibu balita. keseluruhan 84 responden.
Data yang digunakan berupa data primer
dan data sekunder. Analisis data yang dilakukan
yaitu Analisa Univariat dan Analisa Bivariat.
Analisis bivariat melakukan uji Chi-Square Tes
(X2). Untuk melihat kemaknaan (CI) 0,05%
(Arikunto, 2006), dengan ketentuan bila nilai p<
0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
menunjukan adanya hubungan antara variabel
terikat dengan variable bebas.

3
Tabel 2 Tabel 4
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Distribusi Responden Berdasarkan
Balita di Puskesmas Kalumata Kota Ternate Pekerjaan Suami dari Ibu Balita di
Selatan Tahun 2017 Puskesmas Kalumata
Kota Ternate Selatan Tahun 2017
Umur Balita n %
Pekerjaan N %
Suami
< 1 Tahun 19 22,6
PNS 16 19,0
1-4 Tahun 65 77,4 Wiraswasta 35 41,7
Pensiunan 1 1,2
Total 84 100
Lain-lain 32 38,1
Sumber: Data Primer Tahun 2017 Total 84 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
c. Umur Ibu
1. Analisis Univariat
Hasil pengelolaan data penelitian,
diketahui distribusi responden umur ibu dapat a. Pendidikan Terakhir Ibu
disajikan pada tabel berikut:
Hasil pengelolaan data penelitian,
Tabel 3 diketahui distribusi responden berdasarkan
Distribusi Responden Berdasarkan Umur Ibu pendidikan terakhir ibu yang disajikan pada tabel
dari Balita di Puskesmas Kalumata Kota 5 sebagai berikut:
Ternate Selatan Tahun 2017
Tabel 5
Umur Balita N % Distribusi Responden
< 20 Tahun 2 2,4 BerdasarkanPendidikan Terakhir Ibu Pada
20-30Tahun 66 78,6 Balita Yang Terkena penyakit ISPA di
Puskesmas Kalumata Kota Ternate Selatan
> 30 Tahun 16 19 Tahun 2017
Total 84 100
Pedidikan
Sumber: Data Primer Tahun 2017 Terakhir Ibu N %
SD 3 3,6
Dari pengolahan data pada tabel 3 SMP 12 14,3
menunjukan bahwa umur pada ibu balita mulai SMA 35 41,3
dari < 20 Tahun sebanyak 2 responden SMK 10 11,9
peresentase 2,4,%. Umur 20-30 tahun sebanyak Kesehatan 6 7,1
66 responden peresentase 78,6 %. Dan untuk Diploma/Pergurua
18 21,4
umur > 30 Tahun sebanyak 16 responden tinggi
dengan peresentase 19 %. Total 84 100
Sumber: Data Primer Tahun 2017
d. Pekerjaan Suami
Dari hasil pengelolaan data pada tabel 5
Pada tabel di atas menunjukan bahwa dapat menunjukan bahwa pendidikan terakhir ibu
pekerjaan suami PNS sebanyak 16 responden untuk SD sebayak 3 responden presentase (3,6
(19,0%), Wirasuasta sebanyak 35 responden %), SMP sebanyak 12 responden presentase
(41,7%), Pensisunan 1 Responden (1,2%) dan (14,3 %), SMA sebanyak 35 responden,
Lain-lain 32 Responden (38,1%). peresentase (41,3 %), Kesehatan sebanyak 6
responden peresentase (7,1 %), Diploma atau
Perguruan Tinggi.

4
b. Pendapatan keluarga responden peresetase 41,3 %. Nulipara 10
responden pada peresetase 11,9 %.
Hasil pengelolaan data penelitian,
diketahui distribusi responden berdasarkan 2. Analisis Bivariat
berapa pedapatan keluarga yang disajikan pada
tabel 6 sebagai berikut: a. Hubungan Antara Penyakit ISPA dengan
Tabel 6 Pendidikan Terakhir Ibu
Distribusi Responden Berdasarkan Berapa
Pendapatan Keluarga Pada Balita Yang Tabel 8
Terkena penyakit ISPA di Puskesmas Hubungan Antara Penyakit ISPA
Kalumata Kota Ternate Selatan Tahun 2017 dengan Pendidikan Terakhir Ibu di
Puskesmas Kalumata Kota Ternate Selatan
Pendapatan N % Tahun 2017
Keluarga Sumber: Data Primer Tahun 2017
< 2.158.00 33 39,3
> 2.158.000 51 60,7 Hasil analisis data penelitian variabel
hubungan tingkat penyakit ISPA dengan
Total 84 100
Riwayat Penyakit ISPA
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Pendi Penderit Tidak
Berdasarkan tabel 6 dapat menunjukan dikan a ISPA Penderita
bahwa pedapatan keluarga yang berpenghasilan Ibu ISPA n %
< 2.158.000 sebanyak 33 responden dan
N % N %
pendapatan keluarga yang berpenghasilan >
2.158.000 sebanyak 51 responden, sehingga Tinggi 1 85,0 9 15,0 60 100
pada tabel tersebut yag lebih domonan adalah Renda
0 83,3 4 16,7 24 100
pendapatan > 2.158.000. h
Total 1 84,5 13 15,5 84 100
e. Paritas p= 1,000
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Hasil pengelolaan data penelitian,
diketahui distribusi respde berdasarkan berapa pendidikan terakhir ibu dapat diragkum
riwayat melahirkan yang disajikan pada tabel 7 pada tabel 11 menunjukan bahwa dari 60
sebagai berikut: responden pada tingkat pendidikan yang tinggi
Tabel 7 terdistribusi sebesar 51 responden dengan
Distribusi Responden Berdasarkan Riwayat presetase 85,0%, Penderita ISPA dan tidak
Melahirkan Pada Ibu Balita di Puskesmas penderita ISPA 9 responden dengan presentase
Kalumata Kota Ternate Selatan Tahun 2017 15,0%. Sedangkan pendidikan terakhir Ibu yang
Riwayat Melahirkan n % renda sebanyak 24 responden dari 20 responden
Pernah Melahirkan 1 kali 3 3,6 pada presentase 83,3% penderita ISPA. Dan
Pernah Melahirkan 2-5 kali 12 14,3 tidak penderita ISPA 4 responden dengan
Lebih Dari 5 Kali 35 41,3 presentase 16,7% dari total keseluruhan 84
Nulipara 10 11,9 responden dari 71 penderita ISPA dengan
presentase 84,5% dan tidak Penderita ISPA
Total 84 100 sebanyak 13 responden dengan peresentase
Sumber: Data Primer Tahun 2017 15,5%.

Dari tabel 7 dapat menununjukan bahwa Hasil uji statistik chi-sqaure didapatka nilai
riwayat melahirkan dari ibu balita yang terkena harapan, sehingga syarat chi-square tidak
penyakit ISPA dengan jumlah keseluruha 84 terpenuhi karena itu digunakan nilai signifikan
responden sesuai dengan data yang diambil di fisher’s exact test yaitu diperoleh nilai p=1,000
tempat penelitan yaitu perna melahirkan 1 kali pada derajat kemakaan 0,05 yang menunjukan
sebanyak 3 responden, peresentasi 3,6 %. Perna bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
melahirkan 2-5 kali sebanyak 12 responden antara pendidikan terakhir ibu dengan penyakit
dengan presentase 14,3 %. Lebih dari 5 kali 35 ISPA di Puskesmas Kalumata Kota Ternate.

5
Status Ekonomi Kurang Baik berjumlah 33 responden
b. Hubungan Antara Penyakit ISPA dengan dari 22 responden yang terkena ISPA dengan
Paritas peresentase 66,7% dan tidak terkena ISPA sebanyak
11 responden dengan peresentase 11,3%.
Pada Tabel 9 berikut menunjukan bahwa Tabel 10
ada responden yang dengan Paritas resiko tinggi Hubungan Antara Penyakit ISPA dengan
yaitu 28 responden dari 26 responden yang Status Keluarga di Puskesmas Kalumata
terkena ISPA dengan peresentase 92,9% dan Kota Ternate Selatan
Tidak terkena ISPA sebanyak 2 responden Tahun 2017
dengan presentase 7,1%. Sedangakan resiko Penyakit ISPA
terendah 56 responden dari 45 responden yang Penda
terkena ISPA dengan presentase 80,4% dan patan Penderita Tidak
tidak terkena ISPA 11 responden dengan Keluar ISPA Penderita
peresentase 19,6%. Dari total keseluruhan 84 ga ISPA n %
responden dari 71 respinden yang terkena ISPA
N % n %
dengan peresentase 84,5% dan tidak terkena
ISPA 13,5%. Cukup
Tabel 9 49 96,1 2 3,9 51 100
Baik
Hubungan Antara Penyakit ISPA dengan Kurang 3
Paritas di Puskesmas Kalumata Kota Ternate 22 66,7 11 33 100
Baik 3,3
Selatan 1
Tahun 2017 71 84,5 13 84 100
Total 5,5
Riwayat Penyakit ISPA p= 0,001
Sumber: Data Primer Tahun 2017
Penderit Tidak
Paritas a ISPA Penderit Hasil uji statistik chi-sqaure didapatka nilai
a ISPA n % harapan, sehingga syarat chi-square tidak
n % n % terpenuhi karena itu digunakan nilai signifikan
fisher’s exact test yaitu diperoleh nilai p=0,001
Resiko 2 pada derajat kemakaan 0,05 yang menunjukan
92,9 2 7,1 28 100
Tinggi 6 bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
Resiko 4 pendapatan keluarga dengan penyakit ISPA di
80,4 11 19,6 56 100
Rendah 5 Puskesmas Kalumata Kota Ternate.
7
84,5 13 15,5 84 100
Total 1 PEMBAHASAN
p= 1,000 ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut)
Sumber: Data Primer Tahun 2017 adalah infeksi yang terjadi pada saluran
pernapasan yang disebabkan oleh bakteri.
Hasil uji statistik chi-sqaure didapatka tidak Saluran napas terdiri dari saluran napas atas dan
ada nilai harapan, sehingga syarat chi-square saluran napas bawah. Saluran napas atas adalah
terpenuhi karena itu digunakan nilai signifikan saluran napas yang paling sering terpapar
fisher’s exact test yaitu diperoleh nilai p=0,203 pajanan polusi luar sehingga seringkali terkena
pada derajat kemakaan 0,05 yang menunjukan infeksi pertama kali. Saluran napas atas terdiri
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara dari hidung yang kemudian berjalan menuju
riwayat melahirkan dengan penyakit ISPA di tenggorokan. Setelah bagian tenggorokan,
Puskesmas Kalumata Kota Ternate. saluran napas berjalan menuju saluran napas
bawah yaitu trakea, kemudian trakea
c. Hubungan Antara Penyakit ISPA dengan bercabang menjadi bronkhus, sebelum menuju
ke paru-paru. Jika bronkhus terinfeksi, itulah
Status Ekonomi
yang disebut dengan bronkhitis. Bronkitis adalah
infeksi umum yang menyebabkan peradangan di
Pada Tabel 10 berikut menunjukan bahwa ada
saluran napas akut dan pada akhirnya jika
51 responden dengan Status Ekonomi Baik dari 49
berlanjut maka akan menyebabkan iritasi pada
responden yang penderita ISPA dengan peresentase
saluran udara utama paru-paru.Gejala bronkitis
96,1% dan tidak terkana ISPA sebanyak 2
meliputi batuk lendir berwarna kuning keabu-
Responden dengan peresentase 3,9%, sedangakan

6
abuan, sakit tenggorokan, nafas berbunyi mengi zaman yang semakin maju, industri kini semakin
dan hidung tersumbat.Bronkitis akut dapat banyak hadir.
memiliki gejala batuk dan produksi dahak yang Bronkitis kronis ditemukan dalam tingkat
kadang menyertai infeksi saluran pernapasan yang lebih tinggi pada kawasan industri seperti
atas. pertambangan batubara di mana para pekerja
Dalam kebanyakan kasus, bronkitis akut terpapar debu dan asap. Tapi penyebab utama
biasanya diakibatkan infeksi viru, tapi kadang- adalah merokok jangka panjang, yang
kadang juga disebabkan oleh bakteri. Jika kondisi mengiritasi saluran bronkial dan menyebabkan
pertahanan tubuh pasien baik, selaput lendir saluran bronkhial untuk menghasilkan lendir
kembali normal setelah sembuh dari infeksi paru- yang berlebihan. Gejala bronkitis kronis juga
paru awal, yang biasanya berlangsung selama diperparah dengan konsentrasi tinggi sulfur
beberapa hari.Bronkitis kronis adalah gangguan dioksida dan polutan lainnya di atmosfer.
serius jangka panjang yang sering memerlukan
perawatan medis yang teratur.Jika pasien 1. Hubungan Pendidikan Terakhir Ibu dengan
seorang perokok dan jatuh ke dalam kondisi penyakit ISPA Puskesmas Kalumata Kota
bronkitis akut, maka akan jauh lebih sulit bagi Ternate Selatan.
pasien untuk pulih. Setiap kerusakan saluran
Pendidikan adalah proses seseorang
napas karena rokok akan menghancurkan
mengembangkan kemampuan, sikap dan
struktur kecil di paru-paru, yang disebut silia
bentuk-bentuk tingkah laku lainnya dalam
(seperti rambut-rambut di mukosa), yang
masyarakat tempat dia hidup, proses sosial yakni
bertanggung jawab untuk menyikat keluar puing-
seseorang dihadapkan pada pengaruh
puing zat, iritasi, dan kelebihan lendir.Jika
lingkungan yang terpilih dan terkontrol
seseorang terus merokok, kerusakan silia ini
(khususnya yang datang dari sekolah), sehingga
mengakibatkan silia tidak berfungsi dengan baik,
ia dapat memperoleh atau mengalami
sehingga meningkatkan peluang untuk menjadi
perkembangan kemampuan sosial dan
bronkitis kronis.
kemampun individu yang optimal. Kualitas
Pada beberapa perokok berat, selaput
pendidikan berbanding lurus dengan penyakit
lendir yang melapisi saluran udara meradang dan
(Ahcmad Munib dkk, 2004).
silia akhirnya berhenti berfungsi sama sekali.
Dalam Juli Soemirat Slamet (2002),
Paru-paru kemudian rentan terhadap infeksi virus
menyatakan bahwa kualitas pendidikan
dan bakteri, dari waktu ke waktu infeksi akan
berbanding lurus dengan pencegahn penyakit.
mengikis dan merusak secara permanen saluran
Demikian juga dengan pendapatan, kesehatan
udara paru-paru. Kondisi permanen ini disebut
lingkungan dan informasi yang didapat tentang
PPOK (penyakit paru obstruktif kronik). Dokter
kesehatan. Semakin rendah pendapatan ibu
juga dapat melakukan tes pernapasan, yang
makan semakin tinggi resiko ISPA pada balita.
disebut spirometri, untuk melihat seorang anak
Dengan demikian dari hasil penelitian ini,
yang jauh setelah PPOK.Bronkitis akut sangat
diketahui pengetahuan penyakit ISPA oleh para
sering terjadi. Gangguan yang sering ini dapat
orang tua dari balita yang ada di Puskesmas
diobati secara efektif tanpa bantuan medis
Kalumata Kota Ternate Selatan. Sebagian besar
profesional. Namun, jika Anda memiliki gejala
hubungan tingkat penyakit ISPA dengan
yang parah atau persisten (menetap), adanya
pendidikan terakhir ibu dapat diragkum pada
demam tinggi, atau jika Anda batuk darah, Anda
Hasil analisis data penelitian variabel hubungan
harus mengunjungi dokter. Jika ada kesulitan
tingkat penyakit ISPA dengan pendidikan terakhir
bernapas atau nyeri dada, segera bawa ke
ibu dapat diragkum pada tabel 8 menunjukan
Instalasi Gawat Darurat. Jika seseorang
bahwa dari 60 responden pada tingkat
menderita bronkitis kronis, maka ia berada pada
pendidikan yang tinggi terdistribusi sebesar 51
risiko masalah jantung serta penyakit paru-paru
responden dengan presetase 85%, Penderita
yang lebih serius serta infeksi lainnya, sehingga
ISPA dan tidak penderita ISPA 9 responden
harus dipantau oleh dokter. Bronkitis akut
dengan presentase 15%. Sedangkan pendidikan
umumnya disebabkan oleh infeksi paru-paru,
terakhir Ibu yang renda sebanyak 24 responden
90% di antaranya adalah virus. Serangan
dari 20 responden pada presentase 83,3%
berulang dari bronkitis akut, yang melemahkan
penderita ISPA. Dan tidak penderita ISPA 4
dan mengiritasi bronkus saluran udara dari waktu
responden dengan presentase 16,7% dari total
ke waktu, dapat mengakibatkan bronkitis
keseluruhan 84 responden dari 71 penderita
kronis.Polusi industri penyebab lainnya. Pada
ISPA dengan presentase 84,5% dan tidak

7
Penderita ISPA sebanyak 13 responden dengan melahirkan dengan penyakit ISPA di Puskesmas
peresentase 15,5%. Kalumata Kota Ternate.
Sehingga tingkat kekurangan pemahaman
para ibu pada balita yang terkena penyakit ISPA 3. Hubungan Status Ekonomi dengan Penyakit
di Puskesmas Kalumata yaitu lebih dominan ISPA.
pada pendidikan Ibu yang tinggi yaitu mencapai
51 responden. Namun demikian masi terdapat Status ekonomi adalah kedudukan
25%. Sedangkan keterkaitan antara pendidikan seseorang atau keluarga di masyarakat
terakhir ibu dengan penyakit ISPA dari hasil uji berdasarkan pendapatan per bulan. Status
statistik fisher’s sxact test diperoleh nilai p= 1,000 ekonomi dapat dilihat dari pendapatan yang
pada derajat kemaknaan (alfa 0,05). Sehingga disesuaikan dengan harga barang pokok
hipotesis yang menyebutkan tidak ada hubungan (Kartono, 2006)
antara pendidikan terakhir ibu dengan penyakit Status ekonomi sangat sulit dibatasi.
ISPA (dapat di terima). Hubungan dengan kesehatan juga kurang nyata
yang jelas bahwa kemiskinan erat kaitanya
dengan penyakit, hanya saja sulit dianalisis yang
2. Hubungan Riwayat Melahirkan dengan mana sebab dan mana akibat. Status ekonomi
Penyakit ISPA. menentukan kualitas makanan, hunian,
kepadatan, gizi, taraf pendidikan, tersedianya
Berat badan lahir menentukan fasilitas air bersih, sanitasi, besar kecilnya
pertumbuhan, perkembangan fisik dan mental keluarga, teknologi dll (Juli Soemirat, 2000).
pada balita. Bayi dengan berat badan lahir Tingkat penghasilan sering dihubungkan dengan
rendah (BBLR) mempunyai faktor risiko kematian pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun
yang lebih besar dibandingkan dengan berat pencegahan. Seseorang kurang memanfaatkan
badan lahir normal, terutama pada bulan pertama pelayanan kesehatan yang ada mungkin karena
melahirkan karena pembentukan zat anti tidak cukup uang untuk membeli obat, membayar
kekebalan kurang sempurna sehingga lebih transport dll (Notoatmodjo, 2007). Adapun tingkat
mudah terserang penyakit infeksi, teruta45ma ekonomi.
pneumonia dan penyakit saluran pernapasan. Geimar dan Lasorte (1964) dalam
Apabila daya tahan terhadap tekanan dan stress Friedman (2004) membagi keluarga terdiri dari 4
menurun, maka sistem imun dan antibodi tingkat ekonomi:
berkurang, sehingga mudah terserang infeksi. a. Adekuat
Pada anak hal ini dapat mengakibatkan kematian Adekuat menyatakan uang yang
(Sunita Almatsier, 2004). Dengan demikian hasil dibelanjakan atas dasar suatu permohonan
penelitian dapat menunjukan bahwa ada bahwa pembiayaan adalah tanggung jawab
responden yang dengan Paritas resiko tinggi kedua orang tua. Keluarga menganggarkan dan
yaitu 28 responden dari 26 responden yang mengatur biaya secara ralisitis.
terkena ISPA dengan peresentase 92,9% dan b. Marginal
Tidak terkena ISPA sebanyak 2 responden Pada tingkat marginal sering terjadi
dengan presentase 7,1%. ketidaksepakatan dan perselisihan siapa yang
Sedangakan resiko terendah 56 seharusnya mengontrol pendapatan dan
responden dari 45 responden yang terkena ISPA pengeluaran.
dengan presentase 80,4% dan tidak terkena c. Miskin
ISPA 11 responden dengan peresentase 19,6%.
Keluarga tidak bisa hidup dengan caranya
Dari total keseluruhan 84 responden dari 71
sendiri, pengaturan keuangan yang buruk akan
respinden yang terkena ISPA dengan menyebabkan didahulukannya kemewahan.
peresentase 84,5% dan tidak terkena ISPA Diatas kebutuhan pokok, manajemen keuangan
13,5%.Hubungan antara riwayat melahirkan yang sangat buruk dapat atau tidak
dengan penyakit ISPA. Sedangakan Hasil uji membahayakan kesejahteraan anak, tetapi
statistik chi-sqaure nilai harapan tidak terpenuhi,
pengeluaran dan kebutuhan keuangan melebihi
sehingga syarat chi-square terpenuhi karena itu penghasilan.
digunakan nilai signifikan fisher’s exact test yaitu d. Sangat Miskin
diperoleh nilai p=0,203 pada derajat kemakaan
0,05 yang menunjukan bahwa terdapat Menejemen keuangan yang sangat jelek,
hubungan yang bermakna antara riwayat termasuk pengeluaran saja dan berhutang terlalu
banyak, serta kurang tersedianya kebutuhan

8
dasar. Upah Minimum Kota Ternate tahun 2016 1. sarankan kepada pihak Puskesmas Kalumata
ditetapkan sebesar Rp1.905.500, dan pada untuk dapat memberikan penyuluhan-
tahun 17 mengalami peningkatan sebesar 13,3% penyuluhan bahaya penyakit ISPA di wilayah
atau naik Rp 252,500. Dengan demikian upah
kerja Puskesmas kalumata bagian Kota Ternate
minimum Kota Ternate adalah Rp 2.158.000,
Degan demikian dari hasil penelitian dapat Selatan.
meunjukan bahwa ada Pada Tabel 13 berikut 2. Diharapkan kepada para ibu balita yang
menunjukan bahwa ada 51 responden dengan Status terkena penyakit ISPA agar lebih mendalami
Ekonomi Baik dari 49 responden yang penderita ISPA pemahaman tentang penyakit ISPA sehingga
dengan peresentase 96,1% dan tidak terkana ISPA dapat mengurangi adanya penyakit tersebut
sebanyak 2 Responden dengan peresentase 3,9%, yang ada pada Puskesmas Kalumata Kota
sedangakan Status Ekonomi Kurang Baik berjumlah
Ternate Selatan.
33 responden dari 22 responden yang terkena ISPA
dengan peresentase 66,7% dan tidak terkena ISPA
sebanyak 11 responden dengan peresentase 11,3%.
Daftra pustaka
Secara keseluruhan Status Ekonomi dari 84
responden dan 71 responden yang terkena ISPA
dengan peresentase 84,5% dan tidak terkena ISPA Almatsier, Sunita,Prinsip Dasar Ilmu Gizi.
sebanyak 13 responden denga peresentase 15,5. Jakarta: Gramedia; 2004
Sedangakan Hasil uji statistik chi-sqaure
didapatka nilai harapan, sehingga syarat chi- Arikunto S, Prosedur Penelitian Suatu
square tidak terpenuhi karena itu digunakan nilai Pendekatan Praktik, Ed Revisi VI, Penerbit
signifikan fisher’s exact test yaitu diperoleh nilai PT Rineka Cipta, Jakarta; 2006
p=0,001 pada derajat kemakaan 0,05 yang
menunjukan bahwa terdapat hubungan yang Ahmad Munib, dkk. Pengentar Ilmu Pendidikan,
bermakna antara pendapatan keluarga dengan Semarang: UPT UNNES PRESS; 2004
penyakit ISPA di Puskesmas Kalumata Kota
Ternate. Dan uji hipotesis ditolak ( sangat Benny. Infeksi Saluran Pernafasan, 2010.
berhubungan erat) http://nuzululfkp09.web.unair.ac.id/artikel_
. detail-35511
Kesimpulan Depkes RI, Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta;
2009. http://www.depkes.go.id.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan pada bab
Munib, Achmad, dkk. Pengantar Ilmu Pendidikan.
sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai
Semarang: UPT MKK UNNES; 2004.
berikut:
1. Tidak ada hubungan yang bermakna antara
Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Napas
pendidikan terakhir ibu dengan penyakit ISPA di Pneumonia pada Anak Balita, Dewasa,
Puskesmas Kalumata Kota Ternate Selatan. dan Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor
2. Tidak ada hubungan yang bermakna antara Populer Mughni Isfahami Rahmadiar;
Paritas dengan penyakit ISPA yang ada di 2008.
Puskesmas Kalumata Kota Ternate.
3. Ada hubungan erat yang bermakna antara Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan danIlmu
Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta; 2007.
Status Ekonomi dengan penyakit ISPA yang ada
di Puskesmas Kalumata Kota Ternate Selatan. Notoadmodjon, Metodologi Penelitian
Karena uji chi-quere hipotesis ditolak dengan Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Ciptta;
p=0,001. 2010. http:// indiana. Edu di akses 11 Juli.

Saran Prawirohardjo. S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.


Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
Setelah mengkaji hasil penelitian dan
kesimpulan sebagaimana tersebut diatas, maka 2005.
peneliti ingin menyampaikan beberapa saran di
antaranya: Ranuh, I.G.N., dkk. Pedoman imunisasi di
Indonesia, Edisi ketiga Tahun 2008.

9
Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Slamet, Juli Soemirat. Kesehatan Lingkungan.
Anak Indonesia; 2005. Cetakan Kedelapan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta; 2002.
Roesli, Utami. Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta
Trubus Agriwidya; 2008. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan,
http:// kompas.com/read. (Bandung : Alfabeta); 2010.

10

Anda mungkin juga menyukai