Renita Muzalfah 1, Yunita Dyah Puspita Santik1, Anik Setyo Wahyuningsih1
1
Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Sejarah Artikel: Preeklampsia merupakan salah satu 3 penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Brebes
tahun
Diterima 6 Mei 2018 2016 (34,90%). Puskesmas Sirampog merupakan salah satu penyumbang kejadian
preeklampsia
Disetujui 11 Juni 2018 tinggi di Kabupaten Brebes tahun 2016 yaitu 50 kasus, mengalami peningkatan dari tahun
Dipublikasikan 30 Juli sebelumnya. Penelitian ini dilaksanan pada tahun 2017 dengan tujuan untuk mengetahui faktor
2018 yang mempengaruhi kejadian preeklampsia pada ibu bersalin. Jenis penelitian ini adalah survei
analitik dengan rancangan case control. Sampel yang ditetapkan sebesar 35 kasus dan 35 kontrol
Keywords: menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan uji chi square. Hasil
Preeclampsia, Maternal, penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara umur (p value= 0,016), usia
kehamilan (p
Immunologic value= 0,014), pemeriksaan ANC (p value= 0,031), riwayat hipertensi (p value= 0,026),
pendapatan
keluarga (p value= 0,030), riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal (p value= 0,028) dengan
DOI: kejadian preeclampsia pada ibu bersalin. Simpulan dari penelitian ini yaitu terdapat hubungan
https://doi.org/10.15294 antara umur, usia kehamilan, pemeriksaan ANC, riwayat hipertensi, pendapatan keluarga, dan
/higeia/v2i3/21390 riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal dengan kejadian preeklampsia pada ibu bersalin.
Abstract
Preeclampsia was one of the 3 main causes of maternal mortality in Brebes regency in 2016 (34,90%).
Sirampog public health center was one contributed to the high incidence of preeclampsia in Brebes in
2016 with
50 cases, an increased from previous year. This research was conducted in 2017 with the purpose was to
determine the factors of preeclampsia in maternal mother. This type of research was an analytical survey
with
case control design. The samples of this research are 35 cases and 35 controls used purposive sampling
technique. Data were analyzed by chi square test. The results showed that there was a associated
between age
(p value=0,016), gestational age (p value=0,014), ANC (p value=0,031), history of hypertension (p
value=0,026), family income (p value=0,030), and history of hormonal contraceptive used (p
value=0,028)
with preeclampsia in maternal mothers. The conclusion of this study there was a association between
age,
gestational age, ANC, history of hypertension, family income, and history of hormonal contraceptive used
with
the incidence of preeclampsia in maternal mothers.
2
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3)
(2018)
kejadian preeklampsia/eklampsia pada tahun
PENDAHULUAN
418
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3)
(2018)
preeklampsia masih belum diketahui secara
2014 adalah sebanyak 301 kasus, pada
pasti, sehingga preeklampsia disebut sebagai
tahun 2015 mengalami penurunan
“the disease of theories”. Namun ada beberapa
menjadi 151 kasus, sedangkan pada
faktor yang mempengaruhi preeklampsia
tahun 2016 mengalami peningkatan
yaitu ibu yang berusia >35 tahun, nulipara,
menjadi 947 kasus, sedangkan pada
jarak antar kehamilan, riwayat preeklampsia
bulan Januari 2017 tercatat kasus
preeklampsia/eklampsia sebanyak 2 sebelumnya, riwayat adanya faktor risiko
kasus. Preeklampsia/eklampsia keluarga tersebut tidak selalu
merupakan salah satu preeklampsia, menyebabkan terjadinya
3 penyebab utama kejadian kematian ibu kehamilan multipel, preeklampsia, dan hasil
di Kabupaten Brebes tahun 2016 yaitu obesitas sebelum hamil penelitian-penelitian
sebanyak (34,90%), sedangkan dan Indeks Massa terdahulu yang pernah
penyebab lain dari kematian ibu di Tubuh (IMT) saat dilakukan masih
Kabupaten Brebes yaitu decompensasi pertama kali ANC, menimbulkan
cordis, gagal ginjal, penyakit jantung, riwayat penyakit inkonsistensi atau
dan gagal nafas (37,73%), perdarahan (diabetes, ginjal, perbedaan hasil penelitian.
(22,64%) dan infeksi (4,72%) (Dinkes hipertensi) (POGI, Penelitian yang dilakukan
Kab Brebes, 2016). Puskesmas dengan 2016). Menurut Rianti dan Nora (2013)
jumlah kasus preeklampsia tinggi di Manuaba (2007), pada dengan ada hubungan
Kabupaten Brebes salah satunya adalah preeklampsia antara umur, paritas,
Puskesmas Sirampog. Preeklampsia didapatkan gejala distensi
pada ibu bersalin tahun 2014 sebanyak 2 tekanan darah rahim,
kasus, tahun 2015 terdapat 7 kasus, dan ≥140/90 - 160/110 riwayat
tahun 2016 meningkat menjadi 50 kasus mgHg, proteinuria preeklampsi/eklampsi,
sedangkan tahun 2017 terhitung dari ≥300 mg/24 - 2,0 dan riwayat hipertensi
bulan Januari-April terdapat 7 kasus. gr/24 jam, trombosit dengan kejadian
Kasus preeklampsia pada ibu bersalin <100.000/mm3, sakit preeklampsia. Berbeda
tahun 2016 di wilayah kerja Puskesmas kepala, dan gangguan dengan penelitian yang
Sirampog lebih banyak dari pada kasus penglihatan serta sakit dilakukan Lusiana (2014)
preeklampsia pada ibu hamil. Pada ibu pada epigastrium. menunjukkan tidak
bersalin sebanyak 50 kasus dan pada ibu Etiologi dan terdapat hubungan
hamil sebanyak 4 kasus. Dari beberapa patofisiologi dari antara faktor umur,
kejadian komplikasi ibu bersalin di preeklampsia faktor paritas, faktor
Puskesmas Sirampog kejadian disebabkan oleh kehamilan kembar
preeklampsia pada ibu bersalin lebih gangguan imunologik dengan kejadian
banyak dari pada komplikasi ibu dimana produksi preeklampsia.
bersalin lainnya, sehingga perlu adanya antibodi penghambat Hasil studi
penelitian tentang preeklampsia. Untuk berkurang. Hal ini pendahuluan di wilayah
cakupan kunjungan ibu hamil di wilayah dapt menghambat kerja Puskesmas
kerja Puskesmas Sirampog adalah 86,2% invasi arteri spiralis Sirampog dengan jumlah
mengalami penurunan dari tahun ibu oleh trofoblas sampel sebanyak 10
sebelumnya yaitu sebanyak 95,36% sampai batas tertentu diketahui bahwa faktor
kunjungan ibu hamil (Dinkes Kab hingga mengganggu risiko yang paling banyak
Brebes, 2016). fungsi plasenta. adalah usia kehamilan
Preeklampsia merupakan kondisi Berbagai >37 minggu sebanyak 9
spesifik pada kehamilan yang ditandai penelitian telah orang (90%), ibu dengan
dengan adanya disfungsi plasenta dan dilakukan untuk pendapatan keluarganya
respon maternal terhadap adanya mencari faktor-faktor rendah sebanyak 8 orang
inflamasi sistemik dengan aktivasi risiko terjadinya (80%), Ibu dengan
endotel dan koagulasi. Penyebab pasti preeklampsia, namun pemeriksaan ANC tidak
419
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3)
(2018)
lengkap sebanyak 7 hamil dan atau paritas, usia
sebanyak 2 orang
orang (70%), (20%), ibu dengan janin, berupa kehamilan, IMT,
sedangkan faktor primigraviditas deteksi dini pemeriksaan ANC,
lainnya adalah ibu sebanyak 1 orang faktor risiko, riwayat hipertensi,
yang memiliki (10%). pencegahan dan pendapatan
riwayat penyakit Berbagai penanganan dini keluarga, riwayat
hipertensi sebanyak upaya yang telah komplikasi abortus, dan
6 orang (60%), ibu dilakukan oleh kebidanan riwayat pemakaian
dengan paritas >3 pemerintah seperti kontrasepsi
sebanyak 3 orang untuk preeklampsia. hormonal.
(30%), ibu dengan menurunkan (Dinas Sedangkan variable
riwayat abortus preeklampsia, Kesehatan terikat dalam
sebanyak 2 orang seperti melalui Provinsi Jawa penelitian ini yaitu
(20%), usia ibu pelayanan Tengah, 2015). preeklampsia pada
<20 tahun kesehatan ibu Penelitian ini ibu bersalin.
sebanyak 1 orang hamil. Pelayanan bertujuan untuk Populasi kasus
(10%) dan >35 kesehatan ibu mengetahui dalam penelitian ini
tahun
hamil faktor-faktor yaitu ibu bersalin
diwujudkan yang dengan
melalui berhubungan preeklampsia dan
pemberian dengan kejadian terdaftar dalam
pelayanan preeklampsia rekam medis di
antenatal pada ibu bersalin Puskesmas
sekurang- di wilayah kerja Sirampog tahun
kurangnya 4 kali Puskesmas 2016 dan bulan
selama masa Sirampog Januari-April 2017.
kehamilan Kabupaten Populasi kasus
dengan distribusi Brebes. sebesar 57 kasus
waktu minimal 1 preeklampsia pada
kali pada METODE ibu bersalin.
trimester Populasi kontrol
pertama (usia Penelitian adalah ibu bersalin
kehamilan 0- ini menggunakan tidak preeklampsia
12 minggu), metode terdaftar dalam
minimal 1 kali penelitian survey rekam medis di
pada trimester analitik dengan Puskesmas
kedua (usia desain penelitian Sirampog tahun
kehamilan 12-24 case control. 2016. Populasi
minggu) dan Variable bebas kontrol dalam
minimal 2 kali dalam penelitian penelitian ini yaitu
pada trimester ini umur, sejumlah 342 ibu
ketiga (usia graviditas, bersalin.
kehamilan 24
Sampel kasus puskesmas Sirampog
minggu sampai
dalam penelitian ini tahun 2016 dan bulan
lahir). Standar
adalah ibu bersalin Januari-April 2017 yang
waktu pelayanan
dengan preeklampsia tercatat dalam data
tersebut
yang memenuhi rekam medis. Kriteria
dianjurkan untuk
kriteria inklusi dan inklusi untuk sampel
menjamin
kriteria eksklusi di kasus adalah ibu bersalin
perlindungan
wilayah kerja dengan preeklampsia yang
terhadap ibu
420
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3)
(2018)
tercatat dalam rekam bertempat tinggal di
dalam penelitian preeklampsia dan
medis; bertempat wilayah kerja
ini diperoleh data ibu persalinan
tinggal di wilayah Puskesmas Sirampog;
dengan cara normal yang
kerja Puskesmas mempunyai buku KIA
wawancara diperoleh dari
Sirampog; (Kesehatan Ibu dan
kepada rekam medis.
mempunyai buku Anak. Sedangkan
responden Instrumen yang
KIA (Kesehatan Ibu kriteria eksklusi untuk
menggunakan digunakan dalam
dan Anak); bersedia sampel kontrol adalah
kuesioner. Data penelitian adalah
menjadi responden. responden yang
yang diambil rekam medis dari
Adapun kriteria tempat tinggalnya
meliputi data puskesmas dan
eksklusi untuk sulit dijangkau dan
karakteristik kuesioner. Teknik
sampel kasus yaitu responden tidak
responden pengambilan data
ibu bersalin dengan bersedia
seperti nama, yaitu dengan
preeklampsia berpartisipasi.
usia, pekerjaan, wawancara
dengan alamat Besar sampel
pendidikan, langsung dengan
tidak jelas atau dalam penelitian ini
berat badan, responden terpilih
telah 3 kali sebanyak 70 orang
tinggi badan, guna mendapatkan
didatangi untuk yang terdiri dari 35
pendapatan informasi tentang
diwawancarai tetapi sampel kasus dan 35
keluarga dan data-data yang
tidak berhasil sampel kontrol.
data mengenai dibutuhkan dalam
ditemui dan Pengambilan sampel
graviditas, penelitian. Selain
responden tidak lagi menggunakan metode
paritas, usia itu juga dilakukan
bertempat tinggal di nonprobability sampling
gestasi, IMT, pencatatan hasil
wilayah kerja dengan teknik
riwayat wawancara dan
Puskesmas purposive sampling.
hipertensi, dokumnetasi dalam
Sirampog. Sampel kasus dalam
pemeriksaan bentuk foto.
Sampel penelitian ini diambil
ANC, Analisis data
kontrol dalam dengan cara
pendapatan menggunakan
penelitian ini mengambil data ibu
keluarga, riwayat analisis univariat
adalah semua ibu bersalin dengan
abortus dan dan bivariat.
bersalin dengan preeklampsia dari
riwayat Analisis univariat
tidak preeklampsia rekam medis. Begitu
pemakaian digunakan untuk
yang memenuhi pula dengan cara
kontrasepsi melakukan analisis
kriteri inklusi dan pengambilan sampel
hormonal. distribusi dan
kriteri eksklusi di kontrol diambil data
Sedangkan persentase dari
wilayah kerja ibu bersalin dengan
sumber data masing-masing
puskesmas tidak preeklampsia
sekunder dalam variabel. Variabel
Sirampog tahun yang diperoleh
penelitian ini bebas yang diteliti
2016 dan bulan berdasarkan data
diperoleh dari dalam penelitian ini
Januari-April 2017 rekam medis di
Dinas Kesehatan yaitu umur,
yang tercatat dalam Puskesmas Sirampog.
Kabupaten graviditas, paritas,
rekam medis. Baik sampel kasus
Brebes yaitu usia kehamilan,
Kriteria inklusi maupun kontrol harus
jumlah kejadian IMT, pemeriksaan
untuk sampel memenuhi kriteria
preeklampsia ANC, riwayat
kontrol yaitu ibu inklusi dan eksklusi.
Kabupaten hipertensi,
bersalin normal Sumber data primer
Brebes dan dari pendapatan
yang tercatat dalam
Puskesmas keluarga, riwayat
rekam medis di
Sirampog yaitu abortus, dan
Puskesmas
data ibu bersalin riwayat pemakaian
Sirampog;
dengan kontrasepsi
responden
421
Renita M., Yunita D. P. S. dan Anik S. / Kejadian Preeklamsia / HIGEIA 2 (3)
(2018)
hormonal.
Sedangkan
analisis
bivariat
dilakukan
untuk
mengetahuit
hubungan
variabel bebas
dan variabel
terikat
(kejadian
preeklampsia)
dengan
menggunakan
uji statistik
yang
disesuaikan
dengan skala
data yang ada.
Uji statistik
pada penelitian
ini
menggunakan
uji chi square
dengan tingkat
signifikan
p>0,05 (taraf
kepercayaan
95%). Syarat
uji Chi-Square
adalah sel
yang
mempunyai
nilai expected
kurang dari 5,
maksimal 20%
dari jumlah
sel. Jika
syarat uji chi
square tidak
terpenuhi,
maka uji
alternatifnya
menggunakan
uji fisher’s exact
test.
422
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Analisis Bivariat Hubungan Antara Variabel Bebas dengan Kejadian Preeklampsia
Frekuensi
No Variabel Jumlah
Kasus Kontrol p value OR (95%CI)
N % N % N %
1. Umur
Berisiko
21 60,0 10 28,6 31 44,3 3,750 (1,383-
(<20 atau >35 tahun) 0,016
10,169)
Tidak Berisiko
(20-35 tahun) 14 40,0 25 71,4 39 55,7
2. Graviditas
Berisiko (Primigravida) 12 34,3 11 31,4 23 32,9 1,138 (0,420-
1,000
Tidak Berisiko 3,089)
(Multigravida) 23 65,7 24 68,6 47 67,1
3. Paritas
0,741 (0,252-
Berisiko (<2 atau ≥4 kali) 25 71,4 27 77,1 52 74,3 0,784
2,175)
Tidak Berisiko (2-3 kali) 10 28,6 8 22,9 18 25,7
4. Usia Kehamilan
Berisiko (>37 minggu) 27 77,1 16 45,7 43 61,4 4,008 (1,428-
0,014
Tidak Berisiko 11,247)
(≤37 minggu) 8 22,9 19 54,3 27 38,6
5. IMT
Berisiko (IMT ≥25) 6 17,1 1 2,9 7 10,0 7,034 (0,800-
0,106 61,869)
Tidak Berisiko
(IMT <25) 29 82,9 34 97,1 63 90,0
6. Pemeriksaan ANC
3,273 (1,224-
Tidak Lengkap 21 60,0 11 31,4 32 45,7 0,031 8,748)
Lengkap 14 40,0 24 68,6 38 54,3
7. Riwayat Hipertensi
3,574 (1,275-
Ada Riwayat 18 51,4 8 22,9 26 37,1 0,026 10,014)
Tidak Ada Riwayat 17 48,6 27 77,1 44 62,9
8. Pendapatan Keluarga 3,333 (1,235-
0,030
Rendah 25 71,4 15 42,9 40 57,1 8,997)
Tinggi 10 28,6 20 57,1 30 42,9
9. Riwayat Abortus 0,856 (0,287-
1,000
Ada Riwayat 8 22,9 9 25,7 17 24,3 2,556)
Tidak Ada Riwayat 27 77,1 26 74,3 53 75,7
10. Riwayat Pemakaian Alat
Kontrasepsi Hormonal 3,431 (1,251-
0,028
9,404)
Ada Riwayat 26 74,3 16 45,7 42 60,0
Tidak Ada Riwayat 9 25,7 19 54,3 28 40,0
Tabel 1 menunjukkan analisis signifikan antara umur dengan kejadian
bivariat yakni analisis hubungan antara variabel preeklampsia (p value= 0,016, OR= 3,750
bebas dan variabel terikat. Hasil analisis bivariat dengan 95% CI= 1,383-10,169). Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sesuai dengan teori Cunningham dalam Oktaria
(2010) bahwa umur ibu pada masa kehamilan
1,0-5,9), preeklampsia pada usia ibu <20
merupakan salah satu faktor yang
tahun lebih banyak 56,10% dari pada usia ibu
menentukan tingkat risiko kehamilan dan
20-30 tahun yaitu 40,00%.
persalinan. Wanita dengan usia <20 tahun
Hasil penelitian di lapangan
dan
menunjukkan persamaan, dimana ibu yang
>35 tahun memiliki risiko tinggi terhadap
memiliki umur berisiko (<20 tahun atau >35
kejadian preeklampsia. Pada usia <20 tahun
tahun) pada kelompok kasus sebanyak 21
ukuran uterus belum mencapai ukuran yang
orang (60,0%) lebih banyak dari pada
normal untuk kehamilan, sehingga
kelompok kontrol yaitu 10 orang (28,6%).
kemungkinan terjadinya gangguan dalam
Pada kelompok kasus ibu yang berusia <20
kehamilan seperti preeklampsia menjadi lebih
tahun sebanyak 5 orang (14,3%), hal ini
besar. Pada usia >35 tahun terjadi proses
menunjukkan masih adanya pernikahan di
degeneratif yang mengakibatkan perubahan
usia muda yaitu usia <20 tahun, sedangkan
sruktural dan fungsional yang terjadi pada
ibu yang berusia >35 tahun sebanyak 16 orang
pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab
(45,7%).
terhadap perubahan tekanan darah, sehingga
Berdasarkan hasil penelitian
lebih rentan mengalami preeklampsia.
menunjukkan bahwa, tidak terdapat
Preeklampsia sering mengenai wanita muda dan
hubungan yang signifikan antara graviditas
nulipara, sedangkan wanita yang lebih tua
dengan kejadian preeklampsia (p value=
lebih berisiko mengalami hipertensi kronis
1,000, OR = 1,138 dengan 95% CI = 0,420-
yang bertumpang tindih dengan
3,089. Hal ini tidak sesuai dengan teori
preeklampsia.
imunologik yang menyatakan bahwa
Hasil penelitian ini sesuai dengan
primigravida mempunyai risiko lebih besar
penelitian yang dilakukan oleh Imron (2013)
terjadinya preeklampsia jika dibandingkan
yang menyatakan bahwa ada hubungan
dengan multigravida. Pada kehamilan
signifikan antara umur ibu dengan kejadian
pertama sering terjadi blokcing antibodies
preeklampsia. Dalam penelitian tersebut,
terhadap antigen plasenta sehingga menjadi
persentase ibu yang memiliki umur berisiko
penyebab hipertensi sampai dengan
(<20 atau >35 tahun) pada kelompok kasus
terjadinya keracunan kehamilan (Manuaba,
(46,7%) lebih banyak dari pada kelompok
2007).
kontrol (21,9%). Penelitian juga diperkuat
Penelitian ini sesuai dengan penelitian
oleh Oktaria (2014) menyatakan bahwa
Tika (2015) menyatakan bahwa dari hasil
terdapat hubungan yang bermakna antara
analisis data bivariat menunjukkan tidak ada
usia ibu dengan kejadian preeklampsia (p
hubungan signifikan antara faktor risiko
value= 0,001). Dalam penelitian Oktaria
graviditas dengan kejadian preeclampsia.
proporsi ibu yang berusia dalam kategori usia
Pada penelitian tersebut mungkin disebabkan
risiko tinggi dan menderita preeklampsia 4,43
masih adanya berbagai faktor yang turut
kali lebih banyak dari pada yang tidak
menyebabkan terjadinya
mengalami preeklampsia. Penelitian Fouedjio
preeklampsia/eklampsia pada ibu bersalin
(2015), Kumari (2016) juga menemukan
dengan gravida yang tidak dikendalikan dalam
bahwa ibu yang berumur <20 tahun
penelitian tersebut misalnya faktor jarak
berhubungan dengan kejadian
kehamilan, faktor umur, faktor obesitas,
preeklampsia/eklampsia (AOR= 2,5, 95% CI=
faktor riwayat preeklampsia pada kehamilan
sebelumnya atau pada keluarga, faktor stress
dan perilaku tidak sehat.
Hasil penelitian di lapangan
menunjukkan graviditas tidak mempengaruhi
kejadian preeklampsia, hal ini karena ibu
dengan primigravida pada kelompok kasus
sebagian besar sebanyak 8 orang (22,9%)
berusia baik untuk hamil yaitu berumur 20-35 tahun,
sehingga lebih siap untuk menerima penelitian tersebut menyatakan bahwa hal ini bisa
kehamilannya. Umur 20-35 tahun merupakan terjadi
umur yang paling aman bagi wanita untuk
hamil dan melahirkan. Selain itu, hasil di
lapangan juga menunjukkan bahwa dari 12
ibu (34,3%) dengan primigravida pada
kelompok kasus ibu yang sudah
memeriksakan kehamilannya secara rutin
(ANC lengkap) sebanyak 8 orang (22,9%), hal
ini menunjukkan bahwa ibu primigravida
dengan ANC lengkap lebih terjaga
kehamilannya sehingga dapat mendeteksi
preeklampsia secara dini.
Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa, tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara paritas
dengan kejadian preeklampsia (p value=
0,784, OR= 0,741 dengan 95% CI = 0,252-
2,175). Hal ini tidak sesuai dengan teori yang
menyatakan bahwa pada primipara sering
mengalami stress dalam maenghadapi
persalinan, stress emosi yang terjadi pada
nulli/primi/grandemultipara menyebabkan
peningkatan pelepasan
corticotropic-releasing hormone (CRH) oleh
hipotalamus, yang kemudian menyebabkan
peningkatan kortisol. Efek kortisol adalah
mempersipkan tubuh untuk merespon terhadap
semua stressor dengan meningkatkan respons
simpatis, termasuk respons yang ditujukan
untuk meningkatkan curah jantung dan
mempertahankan tekanan darah. Selain itu pada
primipara sangat besar kemungkinan peluang
terjadinya blocking antibodies tubuh ibu dengan
antigen plasenta sehingga memicu terjadinya
hipertensi sampai dengan
preeklampsia/eklampsia. Pada multipara,
lingkungan endometrium disekitar tempat
implantasi kurang sempurna dan tidak siap
menerima hasil konsepsi, sehingga pemberian
nutrisi dan oksigenisasi kepada hasil konsepsi
kurang sempurna dan mengakibatkan
pertumbuhan hasil konsepsi akan terganggu
sehingga dapat menambah resiko terjadinya
preeklampsia (Wiknjosastro, 2008).
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
penelitian Tika (2015) menyatakan bahwa
tidak ada hubungan yang signifikan antara
faktor paritas dengan kejadian. Pada
karena didukung oleh faktor ekonomi, sesuai dengan teori iskemia implantasi
dimana ibu yang memiliki status plasenta yaitu bahwa kejadian preeklampsia
ekonomi tinggi pada semakin meningkat pada usia kehamilan tua,
nullipara/primipara/grandemultiparabisa karena pada usia kehamilan tua kadar
dengan mudah mengakses pelayanan fibrinogen meningkat dan lebih meningkat
kesehatan selama kehamilan jika lagi pada ibu yang terkena preklampsia
dibandingkan ibu bersalin dengan (Manuaba, 2007).
paritas tidak berisiko namun memiliki Hasil penelitian ini sesuai dengan
status ekonomi rendah. penelitian yang dilakukan oleh Indriani
Hasil penelitian di lapangan (2012) menyatakan bahwa usia kehamilan
menunjukkan paritas tidak terhadap preeklampsia mempunyai hubungan
mempengaruhi kejadian preeklampsia yang signifikan dengan OR= 3,182 yang
karena sebagian besar ibu pada kelompok berarti bahwa ibu hamil dengan usia
kasus (74,3%) sudah menggunakan alat kehamilan >37 minggu mempunyai risiko
kontrasepsi untuk merencanakan jumlah 3,182 lebih besar untuk mengalami
anak dalam keluarganya sehingga preeklampsia dari pada saat usia kehamilan
kelahiran dapat dibatasi. Pada ibu 20-37 minggu. Penelitian ini juga diperkuat
kelompok kasus dengan paritas berisiko oleh Afridasari (2012) menyatakan bahwa
(<2 atau ≥4 kali) yang sudah umur kehamilan merupakan faktor risiko
menggunakan alat kontrasepsi sebanyak kejadian preeklampsia. Dalam penelitian
(37,1%). Afridasari, persentase umur
Berdasarkan hasil kehamilan >37 minggu pada kelompok kasus
penelitian (32,3%) lebih tinggi dari pada kelompok
menunjukkan bahwa, terdapat kontrol (19,0%).
hubungan yang bermakna antara umur Hasil penelitian dilapangan menunjukkan
kehamilan dengan kejadian bahwa, terdapat hubungan yang bermakna
preeklampsia (p value= 0,014, OR= antara umur kehamilan dengan kejadian
4,008 dan 95% CI= 1,428-11,247. Hal ini preeklampsia. Hal ini terlihat dimana
proporsi
mengalami abortus sebanyak 77,1% retensi ion natrium dan sekresi air disertai
memungkinan menjadi penyebab tidak kenaikan aktivitas rennin plasma dan pembentukan
signifikannya hubungan riwayat abortus dengan angiontensin sehingga dapat memicu terjadinya
kejadian preeklampsia. Hal ini karena peningkatan tekanan darah (Fajriansi, 2013).
memang kejadian abortus yang sudah sedikit. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawan (2014) menyatakan
menunjukkan bahwa, terdapat hubungan bahwa ada hubungan antara kontrasepsi dengan
yang bermakna antara riwayat pemakaian terjadinya preeklampsia. Pada penelitian Setiawan
kontrasepsi hormonal dengan kejadian persentase aseptor KB pada kelompok kasus lebih
preeklampsia (p value= 0,028, OR= 3,431 banyak dibandingkan dengan kelompok kontrol.
dengan 95% CI= 1,251-9,404). Pemakaian Persentase aseptor KB kelompok kasus dan kontrol
kontrasepsi pada sebelum kehamilan berurut-urut sebanyak 35,3% dan 8,8. Selain itu
berpengaruh signifikan terhadap kejadian penelitian Kartasurya (2015) juga mengatakan hal
preeklampsia pada individu tersebut. yang sama yaitu penggunaan kontrasepsi hormonal
Kontrasepsi hormonal berupa pil KB sebagian sebelum kehamilan mempunyai hubungan dengan
besar mengandung hormon estrogen dan kejadian preeklampsia (OR= 2,5, 95% CI= 1.2-5.3).
pregesteron. Hormon dalam kontrsepsi ini Hasil penelitian di lapangan juga
telah diatur sedemikian rupa sehingga menunjukkan persamaan bahwa persentase ibu yang
mendekati kadar hormone dalam tubuh mempunyai riwayat kontrasepsi hormonal pada
akseptor. Namun jika digunakan dalam kelompok kasus lebih banyak (74,3%) dari pada
jangka waktu yang lama akan menimbulkan kelompok kontrol (45,7%). Dalam penelitian
efek samping lain. Kedua hormon tersebut dilapangan riwayat pemakaian kontrasepsi
memiliki kemampuan untuk mempermudah hormonal dengan kejadian preeklampsia
mempunyai hubungan signifikan
karena sudah banyak ibu yang menggunakan
KB untuk merencanakan kehamilannya.
PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Abstrak
Preeklampsia adalah kelainan multisistemik spesifik pada kehamilan yang ditandai oleh
timbulnya hipertensi dan proteinuria setelah umur kehamilan 20 minggu. Kondisi yang terjadi
pada kasus preeklampsia perlu ditangani dengan tepat karena preeklampsia dapat
menimbulkan komplikasi yang serius pada ibu dan janin. Sementara itu, hingga saat ini
penyebab preeklampsia belum diketahui secara pasti. Namun demikian, beberapa penelitian
telah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia.
Sehingga, studi literatur ini dilakukan untuk mengidentifikasi faktor- faktor yang berhubungan
dengan preeklampsia berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Indonesia. Studi
literatur ini dilakukan dengan cara melakukan pencarian artikel pada google cendekia,
pengkategorian artikel sesuai kriteria inklusi, dan analisis artikel. Kata kunci yang digunakan
dalam pencarian artikel adalah : faktor-faktor dan preeklampsia. Pada pengaturan lanjutan
ditentukan artikel yang dicari adalah artikel pada tahun 2008-2018. Dalam pencarian tersebut
didapatkan 887 artikel. Kriteria inklusi yang digunakan dalam pencarian artikel adalah : (1)
artikel berisi tentang kejadian preeklampsia di Indonesia, (2) kata kunci yang digunakan dalam
pencarian ada dalam judul artikel, dan
(3) rancangan penelitian dalam artikel menggunakan case control design. Berdasarkan kriteria
inklusi tersebut, maka didapatkan 10 artikel yang dapat dianalisis untuk studi literatur ini.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, telah teridentifikasi bahwa faktor-faktor resiko yang
berhubungan dengan kejadian preeklampsia adalah karakteristik ibu, riwayat kehamilan, berat
badan, riwayat penyakit kronis, pengetahuan, dan riwayat kontrasepsi. Faktor-faktor resiko
yang telah teridentifikasi ini diharapakan dapat digunakan sebagai dasar untuk menganalisis
program pencegahan preeklampsia dan menentukan penatalaksanaan yang lebih tepat pada ibu
hamil dengan preeklampsi di Indonesia.
Tabel 1.
Kategori Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Preeklampsia
Kategori Faktor p
Resiko
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
(Umar & Yani &(Nurhasanah (Situmoran (Saraswa (Astut (Agusti (Aidah et (Andriyani,
&(Sutrimah, g ti i, n
Wardan, 2017)
Suyan, Indriani, 2017) Mifbakhuddin, &et al., & & Indriani, al., 2012)
2016)
2017) Mardiana,2016) 2013) 2013)
Wahyuni, 2015)
Usia 0,004 0,00 0,00 0,76 0,00 2016)
0,00 0,01 0,00 0,04 0,00
1 0 8 0 01 7 0 6 1
Karakteristik Tingkat - - 0,00 - - 0,082 0,00 0,82 - 0,00
1 2 3 1
Pendidika
n
Pekerjaan - - 0,631 - - 0,287 0,166 - - 0,00
1
Paritas 0,000 0,00 0,00 0,313 0,765 0,00 0,793 - 0,01 0,00
1 0 9 0 1
ANC - - - - 0,813 0,00 0,215 - - -
01
Riwayat Jarak antar - - - - - - 0,69 0,99 0,00 -
8 6 4
Kehamilan Kehamilan
Kehamilan - - - 1,0 - 0,584 - 0,01 0,316 -
Kembar 5
Tentang - - - - 0,00 - - - - -
0
Kehamilan
Pembahasan
Satu dari sembilan hasil penelitian didapat, maka seseorang akan lebih terbiasa
tersebut menunjukkan bahwa ibu yang berusia menerima dan memahami informasi yang
<20 atau >35 tahun memiliki kemungkinan 3-4 diberikan. Sehingga ibu hamil dengan tingkat
kali lebih besar untuk mengalami preeklampsia pendidikan lebih tinggi akan lebih mudah
dibandingkan dengan ibu yang berusia 20-35 memahami informasi kesehatan tentang
tahun(Agustin & Indriani, 2013). Hal ini kehamilan dan berpikir lebih rasional dalam
dikarenakan oleh usia dapat mempengaruhi menghadapi masalah pada kehamilan yang salah
peningkatan dan penurunan fungsi tubuh satunya mengarah pada kejadian preeklampsia.
manusia serta status kesehatan manusia yang Selanjutnya tabel 1 menunjukkan bahwa
dalam hal ini adalah ibu hamil(Situmorang et empat dari sepuluh artikel meneliti tentang
al., 2016).Pada usia status pekerjaan sebagai faktor resiko terjadinya
<20 tahun diketahui bahwa organ reproduksi preeklampsia. Satu dari empat artikel tersebut
perempuan belum siap dan atau matang secara menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
sempurna, sementara pada usia >35 tahun atau signifikan antara status pekerjaan dengan
semakin bertambahnya usia ibu hamil, dapat kejadian preeklampsia (p=0,001) (Andriyani,
terjadi proses degeneratif yang menyebabkan 2012). Hasil penelitiannya mendapatkan bahwa
terjadinya pengerasan dinding pembuluh darah ibu yang bekerja mempunyai kemungkinan
yang selanjutnya menyebabkan terjadinya 4 kali lebih besar untuk mengalami
penyempitan pembuluh preeklampsia dibandingkan dengan ibu yang
darah(Lowdermilk, Perry, & Cashion, 2010). tidak bekerja. Hal ini sejalan dengan teori
Sehingga aliran darah memerlukan tekanan Klonof bahwa perempuan yang bekerja di luar
darah yang lebih besar agar dapat melalui rumah memiliki resiko lebih tinggi untuk
pembuluh darah. Hal ini ditunjukkan dengan mengalami preeklampsia jika dibandingkan
adanya peningkatan tekanan darah sebagai dengan ibu rumah tangga. Pekerjaan dikaitkan
salah satu tanda dari preeklampsia. dengan adanya aktifitas fisik dan stres (Agustin,
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa lima 2016). Sementara itu, adanya stres pada tubuh
dari sepuluh artikel meneliti tentang tingkat seseorang dapat merangsang pelepasan endotel
pendidikan terakhir sebagai faktor resiko pada pembuluh darah yang dapat menyebabkan
terjadinya preeklampsia. Tiga dari lima artikel vasokonstriksi pembuluh darah dan
tersebut menunjukkan adanya hubungan yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah yang
signfikan antara usia dengan kejadian mengarah pada preeklampsia (Agustin &
preeklampsia (p<0,05) (Andriyani, 2012; Astuti, Indriani, 2013). Selain itu, pengaruh stres akan
2016; Nurhasanah & Indriani, 2017). Ketiga merangsang kelenjar anak ginjal atau adrenal
penelitian tersebut mengelompokkan tingkat untuk mengeluarkan hormon adrenalin.
pendidikan terakhir berdasarkan kelompok Hormon adrenalin akan bekerja dan memacu
tingkat pendidikan rendah (SD dan SMP) dan denyut jantung lebih cepat yang berdampak
kelompok tingkat pendidikan tinggi (SMA dan pada peningkatan tekanan darah (Nurhasanah &
perguruan tinggi).Satu dari lima hasil penelitian Indriani, 2017).
tersebut menunjukkan bahwa ibu hamil dengan Sementara kategori faktor resiko riwayat
tingkat pendidikan terakhir SMP dan kehamilan terdiri dari faktor resiko paritas,
kebawahnya dapat mempengaruhi 2-3 kali lebih antenatal care (ANC), jarak antar kehamilan,
besar untuk terjadinya preeklampsia. Hal ini dan kehamilan kembar.
dapat disebabkan oleh semakin banyak Tabel 1 menunjukkan bahwa sembilan
pendidikan yang dari sepuluh artikel meneliti tentang status
paritas sebagai faktor resiko
kejadian preeklampsia. Enam dari sembilan
artikel tersebut menunjukkan adanya hubungan preeklampsia (p=0,004) (Aidah et al., 2013).
yang signifikan antara status paritas dengan Hasil penelitiannya membuktikan bahwa ibu
kejadian preeklampsia (p<0,05) (Aidah et al., hamil dengan jarak antar kehamilan <2 atau >5
2013; Andriyani, 2012; Nurhasanah & Indriani, tahun memiliki kemungkinan 2-3 kali lebih
2017; Saraswati & Mardiana, 2016; Umar & besar untuk mengalami
Wardani, 2017; Yani & Suyani, 2017). Hasil preeklampsia jika
penelitian Aidah et al. (2013) membuktikan dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki
bahwa ibu hamil primipara memiliki jarak antar kehamilan 2-5 tahun. Hal ini dapat
kemungkinan 4-5 kali lebih besar untuk dikarenakan sumber biologis tubuh ibu secara
mengalami preeklampsia sistematis akan terpakai selama masa
dibandingkan dengan ibu hamil multipara kehamilan, dan untuk kehamilan berikutnya
bahkan grande multipara. Hal ini dapat terjadi membutuhan waktu 2-5 tahun agar kondisi
karena pada kehamilan pertama cenderung tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelum
terjadi kegagalan pembetukan blocking hamil. Apabila terjadi kehamilan berikutnya
antibodies terhadap antigen plasenta sehingga sebelum 2 tahun, maka kesehatan ibu dapat
timbul respon imun yang tidak menguntungkan mengalami kemunduran secara progresif.
yang mengarah pada preeklampsia. Selain itu tabel 1 juga menunjukkan
Pada tabel 1 juga ditunjukkan bahwa bahwa terdapat empat dari sepuluh artikel yang
terdapat tiga dari sepuluh artikel yang meneliti meneliti tentang kehamilan kembar sebagai
tentang riwayat ANC sebagai faktor resiko faktor resiko terjadinya preeklampsia. Satu dari
terjadinya preeklampsia. Satu dari tiga artikel empat artikel tersebut menunjukkan bahwa
tersebut menunjukkan bahwa terdapat terdapat hubungan yang signifikan antara
hubungan yang signifikan antara riwayat kehamilan kembar dengan kejadian
mengikuti ANC dengan kejadian preeklampsia preeklampsia (p=0,015) (Agustin & Indriani,
(p=0,0001) (Saraswati & Mardiana, 2016). Hasil 2013). Hasil penelitian tersebut sejalan dengan
penelitiannya mendapatkan bahwa ibu hamil hasil penelitian Kristen et al. (2015) bahwa ibu
yang tidak mengikuti ANC memiliki hamil kembar memiliki kemungkinan 3 kali
kemungkinan 17 kali lebih besar untuk lebih besar untuk mengalami preeklampsia.
mengalami preeklampsia dibandingkan dengan Sementara itu, berdasarkan kategori
ibu hamil yang mengikuti ANC. Hal ini faktor resiko berat badan (obesitas), didapatkan
berkaitan dengan pernyataan Kementerian dua dari sepuluh artikel yag meneliti tentang
Keseharan Republik Indonesia bahwa melalui obesitas sebagai faktor resiko terjadinya
ANC ibu hamil bisa mendapatkan informasi preeklampsia. Kedua artikel tersebut
kesehatan tentang tumbuh kembang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
kehamilannya serta dapat mengenali secara dini signifikan antara obesitas dengan kejadian
adanya penyulit dalam kehamilannya, sehingga preeklampsia (p<0,05) (Nurhasanah & Indriani,
dapat terhindar dari preeklampsia. 2017; Yani & Suyani, 2017). Hasil penelitian
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa tersebut membuktikan bahwa ibu hamil dengan
terdapat tiga dari sepuluh artikel yang meneliti obesitas memiliki kemungkinan 2-
tentang jarak antar kehamilan sebagai faktor 3 kali lebih besar ntuk mengalami preeklampsia
resiko terjadinya preeklampsia. Satu dari tiga dibandingkan ibu hamil yang tidak obesitas.
artikel tersebut menunjukkan bahwa terdapat Obesitas disebabkan karena banyak faktor
hubungan yang signifikan antara riwayat lama seperti faktor genetik, gangguan metabolik, dan
jarak antar kehamilan dengan kejadian konsumsi makanan yang berlebihan. Semakin
gemuk seseorang maka jumlah darah yang
ada
pada tubuh juga akan semakin banyak sehigga
akan semakin berat juga fungsi pompa membuktikan bahwa ibu hamil dengan riwayat
jantungnya yang ditandai dengan peningkatan preeklampsia pada kehamilan sebelumnya
tekanan darah. Jika hal ini berlangsung terus memiliki kemungkinan 20 kali lebih besar untuk
menerus tanpa penanganan, maka hal ini dapat mengalami preeklampsia.
engarah pada terjadinya preeklampsia. Pada tabel 1 juga didapatkan bahwa
Berikutnya berdasarkan kategori faktor terdapat tiga dari sepuluh artikel yang meneliti
resiko riwayat penyakit kronis terdiri dari tentang riwayat keturunan preeklampsia sebagai
hipertensi, preeklampsia, keturunan faktor resiko terjadinya preeklampsia. Dua dari
preeklampsia, dan penyakit selain hipertensi. tiga artikel tersebut menunjukkan bahwa
Tabel 1 menunjukkan bahwa terdapat terdapat hubungan yang signifikan antara
empat dari sepuluh artikel yang meneliti tentang riwayat keturunan preeklampsia dengan
riwayat hipertensi sebagai faktor resiko kejadian preeklampsia (p<0,05) (Nurhasanah &
terjadinya preeklampsia. Keempat artikel Indriani, 2017; Saraswati & Mardiana, 2016).
tersebut menunjukkan bahwa terdapat Hasil penelitian Saraswati dan Mardiani (2016)
hubungan yang signifikan antara riwayat membuktikan bahwa ibu hamil dengan riwayat
hipertensi dengan kejadian preeklampsia keturunan preeklampsia pada ibu dan
(p<0,05) (Aidah et al., 2013; Astuti, 2016; keluarganya memiliki kemungkinan 2- 3 kali
Saraswati & Mardiana, 2016; Umar & Wardani, lebih besar mengalami preeklampsia
2017). Hasil penelitian Umar dan Wardani dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
(2017) serta Saraswati dan Mardiana (2016) mempunyai riwayat keturunan
membuktikan bahwa ibu hamil dengan riwayat preeklampsia. Hasil penelitian ini membuktikan
hipertensi memiliki kemungkinan 6 kali lebih teori Norwitz (2008) yang menyatakan bahwa
besar untuk mengalami preeklampsia preeklampsia merupakan sindrom yang
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak diturunkan. Sindrom ini lebih sering ditemukan
memiliki riwayat hipertensi. Hal ini selaras pada anak perempuan dari ibu yang mempunyai
dengan pernyataan(Cunningham et al., riwayat preeklampsia atau mempunyai riwayat
2012)bahwa pada sebagian ibu hamil dengan preeklampsia dalam keluarganya.
riwayat hipertensi kronis, maka dapat tarjadi Selain itu tabel 1 menunjukkan bahwa
perburukan kondisi hipertensi pada kehamilan terdapat enam dari sepuluh artikel yang meneliti
berikutnya. hipertensi yang diperberat oleh tentang riwayat penyakit selain hipertensi dan
kehamilan dapat disertai dengan proteinuria preeklampsia sebagai faktor resiko terjadinya
atau edema patologis yang kemudian disebut preeklampsia. Dua dari enam artikel tersebut
dengan superimposed preeclampsia. menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa terdapat signifikan antara riwayat penyakit selain
lima dari sepuluh artikel yang meneliti tentang hipertensi dan preeklampsia dengan kejadian
riwayat preeklampsia sebagai faktor resiko preeklampsia (p<0,05) (Nurhasanah & Indriani,
terjadinya preeklampsia. Empat dari lima artikel 2017; Yani & Suyani, 2017). Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa terdapat Nurhasanah (2017) membuktikan bahwa ibu
hubungan yang signifikan antara riwayat hamil dengan riwayat menderita penyakit kronis
preeklampsia dengan kejadian memiliki kemungkinan 2 kali lebih besar untuk
preeklampsia (p<0,05) (Andriyani, 2012; mengalami preeklampsia
Saraswati & Mardiana, 2016; Sutrimah et al., dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak
2015; Umar & Wardani, 2017). Hasil penelitian menderita riwayat penyakit kronis. Angka
Saraswati dan Mardiana (2016) kejadian preeklampsia akan meningkat
pada ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit
kronis sebelumnya karena pembuluh darah digunakan dalam jangka waktu yang lama akan
plasenta sudah mengalami gangguan menimbulkan efek samping lain. Kedua hormon
sebelumnya. tersebut memiliki kemampuan untuk
Selanjutnya berdasarkan kategori faktor memperoleh retensi ion natrium dan sekresi air
resiko pengetahuan tentang kehamilan dan disertai kenaikan aktivitas renin plasma dan
masalah kehamilan, terdapat satu dari sepuluh pembentukan angiotensin sehingga dapat
artikel yang meneliti tentang pengetahuan memicu terjadinya peningkatan tekanan darah
sebagai faktor resiko terjadinya preeklampsia. yang mengarah pada preeklampsia.
Artikel tersebut menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara pengetahuan Simpulan dan Saran
dengan kejadian Berdasarkan hasil dan pembahasan di
preeklampsia (p=0,000) (Situmorang et al., atas, maka studi literatur ini menunjukkan
2016). Ibu hamil dalam penelitian tersebut bahwa faktor-faktor resiko yang berhubungan
mengatakan bahwa pengetahuan tentang dengan kejadian
kehamilan dan masalah kehamilan sangat preeklampsia adalah karakteristik ibu, riwayat
penting, karena dengan memiliki pengetahuan kehamilan, berat badan, riwayat penyakit
tentang kehamilannya, maka mereka dapat kronis, pengetahuan, dan riwayat kontrasepsi.
mengetahui dan mengatasi tanda dan gejala dari Faktor-faktor resiko yang telah teridentifikasi
masalah yang dialaminya. Selain itu, dengan ini diharapakan dapat digunakan sebagai dasar
pengetahuan yang baik, ibu hamil dapat untuk menganalisis program pencegahan
terlindungi dari kecemasan dalam menghadapi preeklampsia dan menentukan
masalah kehamilan sehingga tercapai derajat penatalaksanaan yang lebih tepat pada ibu hamil
kesehatan yang baik bagi ibu hamil. dengan preeklampsi di Indonesia.
Sementara itu berdasarkan faktor resiko
riwayat kontrasepsi hormonal, terdapat satu dari Daftar Pustaka
sepuluh artikel yang meneliti tentang riwayat Agustin, D. P., & Indriani. (2013).
kontrasepsi hormonal sebagai faktor resiko Faktor- Faktor yang
terjadinya preeklampsia. Artikel
tersebut menunjukkan Berhubungan dengan Kejadian
bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara Preeklampsia pada Ibu Hamil di
riwayat kontrasepsi hormonal dengan kejadian RSUD Panembahan Senopati
preeklampsia (p=0,048) (Nurhasanah & Bantul Yogyakarta Tahun 2012.
Indriani, 2017). Hasil penelitian tersebut STIKES
membuktikan bahwa ibu hamil dengan riwayat
penggunaan kontrasepsi hormonal memiliki ’Aisyiyah Yogyakarta.
kemungkinan 1-2 kali lebuh besar untuk Retrieved from
mengalami preeklampsia dibandingkan dengan http://digilib.unisayogya.ac.id/13
ibu hamil yang tidak memiliki riwayat 41/
penggunaan kontrasepsi hormonal. Sebagian
besar kontrasepsi hormonal mengandung
Aidah, S., Suesti, & Sulistyaningsinh.
hormon estrogen dan progesteron. Hormon
dalam kontrasepsi ini telah diatur sedemikian (2013). Faktor-Faktor Resiko
rupa sehingga mendekati kadar hormon dalam yang Berhubungan dengan
tubuh akseptor. Namun jika Kejadian Preeklampsia pada Ibu
Bersalin di RS PKU
Muhammadiyah Yogyakarta
Tahun 2010-2012. STIKES
’Aisyiyah Yogyakarta. Retrieved
from
http://digilib.unisayogya.ac.id/id/epri
nt/1423
Bobak, I. M., Lowdermilk, D. L., & Jensen, M. Situmorang, T. H., Damantalm, Y., Januarista,
D. (2004). Maternity Nursing. San A., & Sukri. (2016). Faktor - Faktor yang
Francisco: Mosby-Year Book. Berhubungan dengan Kejadian
Preeklampsia pada Ibu Hamil di Poli
Cunningham, F. G., Gants, N. F., Leveno, KIA RSU Anutapura Palu. Jurnal
K. J., Gilstrap, L. C., Hault, J. C., & Kesehatan Tadulako, 2(1), 34–44.
Wenstrom, K. D. (2012). Williams
Obstetrics. New York: McGraw-Hill. Sutrimah, Mifbakhuddin, & Wahyuni, D.
(2015). Faktor-Faktor yang
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2015). Berhubungan dengan Kejadian
Angka Kematian Ibu. Retrieved from Preeklampsia pada Ibu Hamil di RS
www.diskes.jabarprov.go.id Roemani Muhammadiyah Semarang.
Jurnal Kebidanan Universitas
KementerianKesehatanRepublikIndonesia. Muhammadiyah Semarang, 4(1).
(2011). Jaminan Persalinan, Upaya https://doi.org/https://doi.org/10.2671
Terobosan Kementerian Kesehatan 4/jk.4.1.2015.1-10
dalam Percepatan Pencapaian Target
MDGs. Retrieved from Umar, M. Y., & Wardani, P. K. (2017). Faktor-
http://www.kesehatanibu.depkes.go.i Faktor yang Berhubungan dengan
d/archives/99 Kejadian Pre-Eklampsia pada
Perempuan Bersalin. JUrnal Ilmu
Lowdermilk, Perry, & Cashion. (2010). Kesehatan Aisyah, 2(1), 45–50.
Maternity Nursing. Mosby. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.30
604/jika.v2i1.31
Nurhasanah, D. N., & Indriani. (2017). Velde, M. Van de, Scholefield, H., & Plante, L.
Faktor-Faktor yang A. (Eds.). (2013). Maternal Critical Care.
Berhubungan dengan Kejadian Cambridge: Cambridge University Press.
Preeklampsia pada Ibu Hamil di
RSUD Panembahan Senopati World Health Organization. (2016).
Sustainable Development Goals.
Bantul Tahun 2016. Universitas Retrieved from www.who.int
’Aisyiyah Yogyakarta. Retrieved
from
http://digilib.unisayogya.ac.id/3028/