Anda di halaman 1dari 15

MANUSKRIP

MUTU PELAYANAN REPRODUKSI

UNIVERSITAS ANDALAS

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA KOTA PADANG
TAHUN 2017

Dosen Pengampu: Dr. dr. Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM

Oleh :
Egi Nisura
1820322020

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Penyebab terbesar kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan dan infeksi. Kematian ibu di Kota Padang tahun 2016 yaitu sebanyak 24
kematian dan meningkat pada tahun 2017 menjadi 27 kematian ibu. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui faktor risiko kejadian hipertensi dalam kehamilan di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya kota Padang tahun 2017.

Metode
Desain studi penelitian ini adalah studi cross sectional. Populasi adalah seluruh ibu
hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun 2017 sebanyak
1440 orang. Sumber data dari register kohort ibu hamil dan data primer dilakukan
dengan wawancara dengan kuisioner. Data analisis dengan uji chi-square dengan
95%CI dan analisis regresi logistik.

Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi ibu hamil dengan hipertensi adalah
8,7%. Terdapat hubungan umur dengan p-value=0,046 , riwayat hipertensi dengan p-
value =0,016 dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dan paritas p-value=0,80,
indeks massa tubuh p-value=0,47, antenatal care p-value=0,71, status pendidikan
p-value=0,28, status pekerjaan p-value=1,0 dan status merokok p-value=1,0 tidak
memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.

Kesimpulan
Ibu hamil yang memiliki faktor risiko umur dan riwayat hipertensi mempunyai
risiko lebih tinggi untuk mengalami kejadian hipertensi dalam kehamilan. Oleh
karena itu disarankan agar petugas kesehatan untuk melakukan deteksi awal pada ibu
hamil yang memilki faktor risiko umur dan riwayat hipertensi dan masyarakat agar
meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian hipertensi pada ibu yag memiliki
diatas 35 tahun dan memiliki riwayat hipertensi.

Kata Kunci : Hipertensi dalam Kehamilan, Riwayat Hipertensi, Umur


ABSTRACT

Objective
The biggest causes of maternal mortality in Indonesia are bleeding, hypertension in
pregnancy and infection. Maternal mortality in Padang in 2016 werw 24 deaths and
increased in 2017 to 27 deaths. This study aims to determine the risk factors of
hypertension in pregnancy in Lubuk Buaya Health Centre Padang in 2017.

Method
The design of this study was a cross sectional study. The population is all pregnant
women in the Working Area of Lubuk Buaya Health Centre Padang in 2017 as
many as 1440 people. Data source from maternity cohort register and primary data
were taken using questionnaire. Data analysis with chi-square test and logistic
regression with 95%CI..

Results
The results showed that the prevalence of pregnant women with hypertension was
8.7%. There was an age relationship p-value = 0.046, history of hypertension p-value
= 0.016 with hypertension in pregnancy and parityp-value = 0.80, body mass indexp-
value = 0.47, antenatal care p-value = 0, 71, education status-value = 0.28,
employment status p-value = 1.0 and smoking-p value = 1.0 have no relationship to
hypertension in pregnancy.

Conclusion
Pregnant women who have a factor of age and history of hypertension have a higher
condition to come to hypertension in pregnancy. Therefore, in order for health
workers to perform early detection in pregnant women who have age factors and
history of hypertension and community to increase alertness to incidence of
hypertension in mothers who have over 35 years old and have a history of
hypertension.

Keywords : Age, Hypertension in Pregnancy, History of Hypertension


Latar Belakang
Keberhasilan upaya kesehatan ibu diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). Angka kematian ibu (AKI) adalah ukuran kematian ibu
yang berhubungan dengan kehamilan termasuk dalam masa nifas yang dinyatakan
dengan jumlah ibu yang meninggal per 100.00 kelahiran hidup. Meskipun dari tahun
ke tahun mengalami penurunan, AKI di Indonesia masih jauh lebih tinggi daripada
AKI di negara Asia Tenggara yang lain, apalagi dibandingkan dengan negara-negara
maju.
Penyebab kematian ibu tertinggi adalah perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan, infeksi, komplikasi selama persalanian dan aborsi yang tidak
aman.(2)Tahun 2014, penyebab kematian tertinggi di regional Asia Tenggara yaitu
perdarahan sebanyak 29,9% kasus, diikuti oleh hipertensi dalam kehamilan sebanyak
14,5% kasus, aborsi sebanyak 7,4% kasus dan komplikasi jalan lahir (sepsis)
sebanyak 5,5% kasus.(3) Kematian ibu di Indonesia berdasarkan profil kesehatan
Indonesia tahun 2015 masih didominasi oleh 3 penyebab utama yaitu perdarahan,
hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. Namun persentasenya telah berubah
dimana perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangakan
hipertensi dalam kehamilan semakin meningkat.(4)
Berdasarkan Data Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI tahun 2016,
persentase kematian ibu akibat hipertensi dalam kehamilan pada tahun 2010 sebesar
21,5% . Tahun 2011 kematian ibu akibat hipertensi dalam kehamilan naik menjadi
menjadi 24,7%, tahun 2012 terus meningkat menjadi 26,9% dan terkahir pada tahun
2013 persentase kematian ibu akibat hipertensi dalam kehamilan tercatat sebesar
27,1%.(5) Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat mencatat 113 kematian ibu pada
tahun 2017. Hipertensi dalam kehamilan yaitu sebanyak 27 kematian menjadi
penyebab kematian nomor dua tertinggi setelah perdarahan. Kasus ini tercatat
meningkat dari tahun sebelumnya dengan 24 kasus kematian ibu akibat hipertensi
dalam kehamilan.(6) Kasus kematian ibu di Kota Padang pada tahun 2016 yaitu 16
kasus dengan kematian akibat hipertensi sebanyak 5 kasus. Tahun sebelumnya Dinas
Kesehatan Kota Padang mencatat hanya terdapat 1 kasus kematian ibu akibat
hipertensi dalam kehamilan.(7)
Hipertensi dalam kehamilan mencakup hipertensi gestasional preeklampsia
dan eklampsia. Hipertensi dalam kehamilan ditandai dengan tekananan darah 140/90
mmHg atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan, atau tekanan darah meningkat
lebih tinggi dari 30/15 mmHg sejak awal kehamilan atau berdasarkan pemeriksaan
sebelum hamil.(8) Hipertensi dalam kehamilan memerlukan pengawasan ketat.
Kondisi terparah dari hipertensi dalam kehamilan yaitu ketika tekanan darah
mencapai 160/100 mmHg setelah 2 kali pengukuran secara terpisah 6 jam istarahat
total.(9)
Penelitian Agrawal dan Gagandeep (2005) menemukan paritas, Antenatal
Care,status kehamilan kembar dan status merokok berhubungan dan faktor risiko
preeklampsia pada kehamilan.(10) Penelitian Sulastri dan Lindawati (2012) juga
menemukan paritas menjadi faktor risiko hipertensi dalam kehamilan. (11)Sedangkan
penelitian Rohmani (2013) menemukan umur dan indeks massa tubuh menjadi faktor
risiko kejadian hipertensi dalam kehamilan. (12)
Penelitian yang dilakukan Opitasari dan Lelly (2014) menemukan variabel
lain yang menjadi faktor risiko preeklampsia dan eklampsia pada pasien beberapa
rumah sakit di Jakarta. Variabel yang berhubungan dengan kejadian preeklampsia
dan eklampsia yaitu umur, riwayat hipertensi, status pekerjaan dan status
pendidikan.(13)Penelitan Muti, dkk (2015) membuktikan umur, paritas dan riwayat
hipertensi bermakna secara statistik berhubungan dengan kejadian hipertensi dalam
kehamilan.(14)Terakhir penelitian pada tahun 2017 oleh Shamina Ahmed, dkk
membuktikan umur, status pendidikan dan status pekerjaan menjadi faktor risiko
kejadaian hipertensi dalam kehamilan.(15)
Data kematian per puskesmas tahun 2016 Dinas Kesehatan Kota Padang
terdapat sebanyak 5 kasus kematian ibu akibat hipertensi dalam kehamilan termasuk
preeklampsia dan eklampsia yaitu 2 orang ibu hamil dan 3 orang ibu. Kematian ibu
akibat hipertensi dalam kehamilan tertinggi pada wilayah kerja Puskesmas Lubuk
Buaya yaitu 2 kasus kematian ibu hamil akibat preeklampsia berat. Berdasarkan data
PWS-KIA 2016, Puskesmas Lubuk Buaya mempunyai 428 ibu hamil dengan risiko
tinggi. Angka ini merupakan tertinggi perkiraan kasus ibu hamil dengan risiko tinggi
sekota Padang. Berdasarkan survey awal, selama Januari 2017 jumlah ibu hamil yang
terdeteksi hipertensi dalam kehamilan pada pemerikasaan di Puskesmas Lubuk
Buaya adalah sebanyak 4 kasus.
Berdasarkan penelitian dan artikel ilmiah yang telah ada sebelumnya bahwa
umur, paritas, indeks massa tubuh (IMT), antenatal care, riwayat hipertensi, status
pendidikan, status pekerjaan dan status merokok berhubungan dengan risiko kejadian
hipertensi dalam kehamilan. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti “Faktor Risiko
Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya
Kota Padang Tahun 2017”.
Metodologi

Desain studi penelitian ini adalah studi cross sectional. Populasi adalah
seluruh ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang tahun
2017 sebanyak 1440 orang. Sumber data dari register kohort ibu hamil dan data
primer dilakukan dengan wawancara dengan kuisioner. Data analisis dengan uji chi-
square dengan 95%CI dan analisis regresi logistik.
Hasil
Hasil penelitian menunjukan bahwa prevalensi ibu hamil dengan hipertensi
adalah 8,7%. Terdapat hubungan umur dengan p-value=0,046 , riwayat hipertensi
dengan p-value =0,016 dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dan paritas p-
value=0,80, indeks massa tubuh p-value=0,47, antenatal care p-value=0,71, status
pendidikan p-value=0,28, status pekerjaan p-value=1,0 dan status merokok p-
value=1,0 tidak memiliki hubungan dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.
Tabel 10 menunjukkan bahwa pada pemodelan akhir multivariat diperoleh
bahwa riwayat hipertensi merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi
kejadian hipertensi pada kehamilan dengan nilai POR 20,787.

Pembahasan
Berdasarkan Tabel 2 hasil analisa bivariat didapatkan nilai p value sebesar
0,04 (p<0,05) dan POR=4,629 (95%CI: 1,106-19,379) dapat diartikan bahwa adanya
hubungan yang bermakna secara statistik antar umur ibu dengan kejadian hipertensi
dalam kehamilan. Hasil penelitian ini sama dengan yang dilakukan oleh Rohmani,
dkk (2013) dengan p value sebesar 0,004, penelitian Opitasari, dkk (2014) dengan p
value sebesar 0,004, penelitian Muti, dkk (2015) dengan p value sebesar 0,002 dan
terkahir pada tahun 2017 dibuktikan oleh penelitian Shamina Ahmed, dkk dengan p
value sebesar 0,006.
Hasil analisa bivariat menunjukan ibu yang mengalami hipertensi dalam
kehamilan yang merupakan anak kedua (multipara) adalah 8 orang (12,9%) lebih
tinggi dibandingkan dengan ibu dengan kehamilan anak pertama (primipara) yaitu
sebanyak 1 orang (3,6%). Tidak terdapatnya hubungan yang bermakna secara
statistik antara paritas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dengan p-value
sebesar 0,08 (p>0,05). Sejalan dengan hasil penelitian Rohmani, dkk (2013) dengan
p value sebesar 0,077, penelitian Opitasari, dkk (2014) dengan p value sebesar 0,285.
Namun hasil penelitian ini Bertolak belakang dengan penelitian Agrawal, dkk
(2005) dengan masing-masing p value <0,0001, penelitian Sulastri dan Lindarwati
(2012) dengan p value sebesar 0,009 dan penelitian Muti, dkk (2015) dengan
masing-masing p value sebesar 0,0454 yang membuktikan adanya hubungan yang
bermakna secara statistik antara paritas dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.
Hipertensi dalam kehamilan dengan kategori IMT bersiko sebanyak 4 orang
(11,8%) sedangkan ibu dengan indeks massa tubuh tidak berisiko sebanyak 5 orang
(7,1%). Hasil uji statistik menunjukan tidak adanya hubungan antara indeks massa
tubuh dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dengan p value sebesar 0,47
(p>0,05). Hasil penelitian lain oleh agrawal, dkk (2005) juga membuktikan bahwa
tidak terdapat hubungan antara indeks massa tubuh denga kejadian hipertensi dalam
kehamilan dengan hipertensi dalam kehamilan (p=0,414). Tingginya nilai imt
berkaitan dengan dyslipidemia, yang akan meningkatkan trigliserid serum/plasma,
LDL (low densitylipoprotein) dan penurunan VLDL (very low density lipoprotein.
Keadaan ini akan menginduksi oxidative stress dan menimbulkan disfungsi sistem
endhotel yang merupakan konsep dasar penyebab HDK.
Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,71 (p>0,05). Hasil penelitian lain
oleh opitasari dan lelly (2014) agrawal, dkk (2005) juga menunjukan tidak
terdapatnya hubungan yang bermakna secara statistik antara pemeriksaan kehamilan
dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan dengan p value sebesar 0,055. Namun
penelitian agrawal, dkk (2005) dengan p value <0,0001 membuktikan adanya
hubungan antara pemeriksaan kehamilan dengan kejadian hipertensi dalam
kehamilan.
Perbedaan kemampuan dan sikap ibu dalam menerima informasi dalam
setiapkali pemerikasaan kehamilan menjadi penyebab adanya perbedaan hasil
penelitian. Kualitas komunikasi informasi dan edukasi (KIE) yang diberikan oleh
petugas kesehatan saat ibu melakukan pemeriksaan kehamilan. Kurangnya
pendidikan kesehatan yang diberikan terkait materi tentang hipertensi dalam
kehamilan menjadi faktor lain.
Hasil analisa bivariat mendapatkan p-value sebesar 0,016 (p<0,05) yang
berarti adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat hipertensi
dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian Opitasari dan
Lelly (2014) dan penelitian Muti (2015) dengan p value sama yaitu 0,0000. Hal ini
menunjukkan adnaya hubungan yang bermakna antar riwayat hipertensi dengan
keadian hipertensi dalam kehamilan.
Etiologi hipertensi dalam kehamilan pertama dikaitkan dengan peran faktor
imunologi. Pada kehamilan pertama pembentukan antibodi pemblokiran terhadap
situs antigenik plasenta mungkin terganggu, sehingga meningkatkan risiko
preeklampsia. Selain itu keberadan protein asin, janin atau agen plasenta dapat
menimbulkan respons imunologi. Gangguan respon imun dapat menyebabkan
gangguan hipertensi dalam kehamilan. Mernurut Cande, dkk terjadinya hipertensi
dalam kehamilan pada satu kehamilan menjadi prediktor kuat untuk terjadinya
kekambuhan pada kehamilan berikutnya dan gangguan hipertensi berulang dikaitkan
dengan risiko lebih tinggi pada perinatal. (14)
Hasil penelitian menunjukan rata-rata tingkat pendidikan responden di
wilayah kerja Puskesmas Lubuk Buaya sudah tinggi. Responden dengan status
pendidikan dikategorikan tidak berisiko yaitu responden dengan pendidikan terakhir
SMA dan PT yaitu sebanyak 92 orang (88,5%) dan responden dengan status
pendidikan rendah dengan pendidikan terakhir SD dan SMP yaitu sebanyak 12 orang
(11,5%). responden yang mengalami hipertensi dalam kehamilan dengan kategori
status pendidikan berisiko adalah sebanyak 2 orang (16,7%) 2 kali lebih tinggi
dibandingkan dengan proporsi ibu yang mengalami hipertensi dalam kehamilan
dengan status pendidikan tidak berisiko yaitu sebanyak 7 orang (7,6%). Hasil analisa
bivariat menunjukan p value sebesar 0,277 (p>0,05) membuktikan tidak terdapatnya
hubungan yang bermakna secara statistik antara status pendidikan dengan kejadian
hipertensi dalam kehamilan.
Hasil Penelitian ini bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Opitasari dan Lelly (2014) dan penelitian Shamina Ahmed, dkk (2017).
Penelitian Opitasari dan Lelly (2014) mendapatkan hasil p value sebesar 0,005
(p<0,5) dan penelitian Shamina Ahmed, dkk (2017) dengan hasil p value sebesar
0,0001 (p<0,05) membuktikan adanya hubungan yang bermakna secara statistik
antara status pendidikan dengan kejadin hipertensi daam kehamilan.
Hasil analisa bivariat diketahui bahwa tidak terdapatnya hubungan yang
bermakna secara statistik antara status pekerjaan dengan hipertensi dalam kehamilan
dengan p value sebesar 1,000 (p>0,05). Berbeda dengan hasil penelitian Opitasari
dan Lelly (2014) yang menemukan hasil analisa bivariat dengan p value sebesar
0,018 (p<0,05) dan penelitian Shamina Ahmed, dkk (2017) dengan p value sebesar
0,021 (p<0,05) yang dikatakan bahwa status pekerjaan berhubungan dengan kejadian
hipertensi dalam kehamilan.
Salah satu mekanisme dimana pekerjaan menuntut kondisi fisik yang dapat
menyebabkan gangguan hipertensi dalam kehamilan adalah peningkatan resisten
pembuluh darah uteroplasenta seiring dengan meningkatnya aktifitas fisik. Pekerjaan
yang menuntut fisik dapat menyebabkan peningkatan kadar katekolamin yang dapat
menyebabkan penurunan aliran darah uterus sebagai penyebab terjadinya hipertensi
dalam kehamilan.(16)
Hasil analisa bivariat hubungan status merokok dengan kejadian hipertensi
dalam kehamilan menunjukan bahwa p value sebesar 1,000 (p>0,05) berarti tidak
terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara status merokok dengan
kejadian hipertensi dalam kehamilan. Berbeda dengan penelitian Agrawal,dkk (2005)
yang menemukan adanya hubungan yang bermakna secara statistik antara status
merokok dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan.
Mekanisme biologis potensial yang mendasari asosiasi antara status merokok
dengan kejadian hipertensi dalam kehamilan tidak sepenuhnya dipahami. Wanita
yang merokok atau terpapar asap rokok mungkin memiliki respon imun yang
menurun karena keterpaparan bahan kimia yang terdapat dalam asap rokok. Merokok
juga dapat mengatur sistem antioksidan dalam plasenta yang dapat mengakibatkan
stres oksidatif plasenta mungkin terlibat dalam etiologi preeklampsia.

Kesimpulan
Ibu hamil yang memiliki faktor risiko umur dan riwayat hipertensi
mempunyai risiko lebih tinggi untuk mengalami kejadian hipertensi dalam
kehamilan. Oleh karena itu disarankan agar petugas kesehatan untuk melakukan
deteksi awal pada ibu hamil yang memilki faktor risiko umur dan riwayat hipertensi
dan masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kejadian hipertensi pada
ibu yag memiliki diatas 35 tahun dan memiliki riwayat hipertensi.
Ucapan Terima Kasih
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Pemimpin beserta staf Prodi S2
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, Dosen Pengampu
Mata Kuliah Mutu Pelayanan Kesehatan Reproduksi Dr, dr, Dien Gusta Anggraini
Nursal, MKM dan kepada pimpinan beserta staf Puskesmas Lubuk Buaya Padang
yang turut berpartisipasi dan membantu dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Achadi A. Langkah Kedepan Mempercepat Penurunan Angka Kematian Ibu di
Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 2010;4(4).
2. Maternal Mortality [Internet]. World Health Organization. 2016. Available
from: www.who.int/mediacentre/factsheets/fs348/en/.
3. Lale Say DC, Alison Gemmill, Özge Tunçalp, Ann-Beth Moller, Jane Daniels,
A Metin Gülmezoglu, Marleen Temmerman, Leontine Alkema. Global causes
of maternal death: a WHO systematic analysis. The Lancet Global Health.
2014;2:323.
4. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. In: 2015 SJPKIT, editor.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2016.
5. Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. In: 2016 SJPKIT, editor.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI; 2017.
6. Kematian Ibu s/d Desember 2017. In: Barat DKPS, editor. Padang: Dinas
Kesehatan Provinsi Sumatera Barat; 2017.
7. Data Kematian Maternal Per Puskesmas Tahun 2016. In: Padang DKK, editor.
Padang: Dinas Kesehatan Kota Padang.2016.
8. Maryam Sina WH, Zhiqiang Wang. Anthropometric predictors of gestational
hypertensive disorders in a remote aboriginal community: a nested case–control
study. BMC Research Notes. 2014;7(122).
9. Getinet Ayele SL, Eskzyiaw Agedew. Factors Associated with Hypertension
during Pregnancy in Derashie Woreda South Ethiopia, Case Control. Quality in
Primary Care. 2016;24(5).
10. Sutapa Agrawal GKW. Prevalence and risk factors for Pre-eclampsia in Indian
women: a national cross sectional study. Journal of Public Health Foundation of
India. 2005-2006:23.
11. Sulastri L. Analisis Jumlah Gravida Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Saat
Hamil Di Rsud Pandan Arang Boyolali. Prosiding Seminar Ilmiah Nasional
Kesehatan. 2012.
12. Afiana Rohmani MTS, Diana Ratih Puspitasari. Faktor Resiko Kejadian
Hipertensi dalam Kehamilan. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Semarang. 2013:9.
13. Cicih Opitasari LA. Parity, education level and risk for (pre-) eclampsia in
selected hospitals in Jakarta. Health Science Indonesia. 2014;5(1):5
14. Monica Muti MT, Gombe T. Notion, Donewell Bangure, Prosper Chonzi.
Prevalence of pregnancy induced hypertension and pregnancy outcomes among
women seeking maternity services in Harare, Zimbabwe. BMC Cardiovaskular
Disorder. 2015;15(111):8.
15. Sarker Shamima Ahmed NS, Most Luthy Begum, Lobaba Sultana Lima, Md
Firoz Abedin, Md Kausar Hosen. Pregnancy Induced Hypertension and
Associated Factors among Pregnant Women. Journal of Gynecology and
Women’s Health. 2017;3(4).
16. Jaap Jan Nugteren CAS, Albert Hofman, Vincent W. V. Jaddoe, Eric A. P.
Steegers, Alex Burdorf. Work-Related Maternal Risk Factors and the Risk of
Pregnancy Induced Hypertension and Preeclampsia during Pregnancy. The
Generation R Study. Plos One. 2012;7(6).
TABEL
Tabel 1 : Frekuensi Hipertensi Dalam Kehamilan Dan Faktor-Faktor Risiko Di
Wiliyah Kerja Puskesmas Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2017

Variabel Frekuensi Persentase (%)


Hipertensi dalam Kehamilan
Hipertensi (≥140/90) 9 8,7
Tidak Hipertensi (<140/90) 95 91,3
Umur
Berisiko(<20 tahun,>35 tahun) 18 17,3
Tidak Berisiko (20-35 tahun) 86 82,7
Paritas
Multipara 62 59,6
Primipara 42 40,4
Indeks Massa Tubuh (IMT)
Berisiko (IMT ≥25) 34 32,7
Tidak Berisiko (IMT <25) 70 67,3
Antenatal Care
Kurang dari 4 kali 29 27,9
Lebih sama dari 4 kali 75 72,1
Riwayat Hipertensi
Ya 21 20,2
Tidak 83 79,8
Status Pendidikan
Berisiko 12 11,5
Tidak Berisiko 92 88,5
Status Pekerjaan
Bekerja 54 51,9
Tidak Bekerja 50 48,1
Status Merokok
Ya 87 83,7
Tidak 17 16,3

Tabel 2. Hubungan Umur dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan

Hipertensi dalam Kehamilan


POR P-
Umur Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % F %
Berisiko 4 22,2 14 77,8 18 100 4,63 0,04
Tidak Berisiko 5 5,8 81 94,2 86 100 (1,11-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 19,38)

Tabel 3. Hubungan Paritas dengan Kejadian Hipertensi dalam Kehamilan


Hipertensi dalam Kehamilan
POR P-
Paritas Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % f %
Multipara 8 12,9 54 87,1 62 100 6,07 0,80
Primipara 1 3,6 41 97,6 42 100 (0,73-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 50,51)
Tabel 3 Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Kejadian Hipertensi dalam
Kehamilan
Hipertensi dalam Kehamilan
POR P-
IMT Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % f %
Berisiko 4 11,8 30 88,2 34 100 1,73 0,47
Tidak Berisiko 5 7,1 65 92,9 70 100 (0,43-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 6,92)

Tabel 0. Hubungan Antenatal Care Dengan Kejadian Hipertensi Dalam


Kehamilan
Hipertensi dalam Kehamilan
POR P-
Antenatal Care Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % f %
Kurang dari 4 kali 3 10,3 26 89,7 29 100 1,33 0,71
Lebih dan sama 4 kali 6 8 69 92 75 100 (0,31-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 5,70)

Tabel 5. Hubungan Riwayat Hipertensi dengan Kejadian Hipertensi dalam


Kehamilan
Hipertensi dalam Kehamilan
POR P-
Riwayat Hipertensi Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % f %
Ya 5 23,8 16 76,2 21 100 6,17 0,02
Tidak 4 4,8 79 95,2 83 100 (1,49-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 25,54)

Tabel 6. Hubungan Status Pendidikan dengan Kejadian Hipertensi dalam


Kehamilan
Hipertensi dalam Kehamilan
POR P-
Status Pendidikan Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % f %
Berisiko 2 16,7 10 83,3 12 100 2,43 0,28
Tidak Berisiko 7 7,6 85 92,4 92 100 (0,44-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 13,33)

Tabel 7. Hubungan Status Pekerjaan dengan Kejadian Hipertensi dalam


Kehamilan
Hipertensi dalam Kehamilan
POR P-
Status Pekerjaan Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % f %
Bekerja 5 9,3 49 90,7 54 100 1,17 1,00
Tidak Bekerja 4 8,0 46 92,0 50 100 (0,30-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 4,64)
Tabel 8. Hubungan Status Merokok dengan Kejadian Hipertensi dalam
Kehamilan
Hipertensi dalam Kehamilan
POR P-
Status Merokok Ya Tidak Total
95%CI value
F % f % f %
Ya 8 9,2 79 90,8 87 100 1,62 1,00
Tidak 1 5,9 16 94,1 17 100 (0,19-
Jumlah 9 8,7 95 91,3 104 100 13,87)

Tabel 9 Analisis Multivariat Variabel Independen yang Dominan terhadap


Kejadian Hipertensi Dalam Kehamilan Di Wilayah Kerja Puskesmas
Lubuk Buaya Kota Padang Tahun 2017

95% CI
Model Variabel OR p-value ∆ OR
Min Maks
2 Umur Ibu 18,093 1,903 171,994 0,012
Riwayat Hipertensi 20,787 2,292 188,499 0,007

Anda mungkin juga menyukai