Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AKHIR

MUTU PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI

UNIVERSITAS ANDALAS

IMPLEMENTASI TOTAL QUALITY MANAGEMENT TERHADAP


ANGKA KESEMBUHAN TUBERCULOSIS

Dosen Pengampu: Dr. Mery Ramadani, SKM, MKM

Oleh :
Egi Nisura
1820322020

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
PLAN
1. Menentukan Pokok Permasalahan
Berdasarkan identifikasi masalah ditemukan lima masalah kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas Pauh tahun :
1. Rendahnya presentase status hygiene sanitasi TPM dikode dengan A
2. Rendahnya cakupan penanganan komplikasi neonatal dikode dengan B
3. Rendahnya pemberian kapsul vitamin A pada bayi dikode dengan C
4. Cakupan desa atau kelurahan Universal Child Imunization dikode dengan D
5. Angka kesembuhan TB paru dikode dengan E
Masalah Urgency (U) Seriousness (S) Growth (G) Total Rangking

A 0 1 3 4 IV
B 1 2 1 4 V
C 2 2 4 8 II
D 3 1 2 6 III
E 4 4 0 8 I

Berdasarkan penetapan prioritas masalah dengan metode USG didapatkan prioritas masalah
di wilayah kerja puskesmas Pauh adalah rendahnya angka kesembuhan TB paru.

2. Membahas Penyebab
Man
Dari segi manusia, tingginya masalah program pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular terutama dalam hal penyembuhan TB disebabkan oleh:
1) Tenaga kesehatan yang bertanggung jawab dalam program TB belum mendapatkan
pelatihan khusus yang berhubungan dengan penanggulanganTB.
2) Tingkat pengetahuan masyarakat yang masih rendah terkait penyakit TBC. Hal ini
dibuktikan dengan adanya masyarakat yang malu dan tidak menerima bahwa mereka
adalah penderita TB.
3) Kepatuhan pasien dalam berobat masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan adanya
pasien yang tidak melakukan kunjungan ulang untuk mengambil obat dan pasien yang
minum obat namun tidak teratur. Hal ini diketahui saat nakes melakukan kunjungan
rumah namun obat yang tersisa masih banyak.
4) Tidak adanya reward yang diberikan kepada nakes dalam upaya penyembuhan
penderita TB. Sedangkan reward merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan
kinerja nakes.
Material
1) Alat periksa dahak tidak ada, sehingga untuk memeriksakan dahak petugas harus
merujuk ke puskesmas Andalas. Hasil pemeriksaan tersebut sering terlambat karena
pasien di puskesmas Andalas juga banyak dan ini tentunya akan mempengaruhi
tindakan yang akan dilakukan nakes puskesmas pauh.
2) APD yang dibutuhkan nakes tidak lengkap. Hal ini menyebabkan nakes enggan untuk
bekerja atau kontak dengan penderita saat kondisi tubuh mereka kurang baik. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi upaya penyembuhan penderita TB.
Lingkungan
1) Masih ada lingkungan rumah masyarakat yang tidak sesuai dengan standar sehat. Hal
ini dibuktikan oleh nakes saat melakukan kunjungan rumah. Nakes sudah memberikan
penyuluhan saat penderita berobat ke puskesmas, namun keadaan rumah penderita
(dalam hal ini berupa kebersihan) masih tidak sesuai dengan yang seharusnya.
Money
1) Biaya untuk transportasi dalam rangka penjemputan obat ke puskesmas padang pasir
tidak ada.
2) Biaya untuk melaksanakan kegiatan penyuluhan yang melibatkan lintas sektor tidak
ada. Sehingga penyuluhan hanya dilakukan dengan inisiatif nakes sendiri saat
melakukan pengobatan di puskesmas atau saat kunjungan rumah.
3) Biaya untuk melakukan kunjungan rumah 1 kali sebulan sudah disediakan dari dana
BOK, namun tidak mencukupi karena pasien TB cukup banyak sedangkan dana yang
tersedia tidak mencukupi.
Method
1) Tidak adanya organisasi yang dibentuk dalam upaya penyembuhan TB. Yang ada hanya
organisasi dalam rangka penjaringan TB.
2) Kurangnya kerjasama dengan lintas sektor terkait penyembuhan TB. Kerjasama dengan
lintas sektor hanya dalam upaya penjaringan, untuk upaya penyembuhan dan
penyuluhan kepada penderita tidak ada
ENVIRONMENT MATHERIAL MAN

Tidak adanya reward Nakes belum mendapatkan


Masih ada lingkungan yang diberikan pelatihan terkait program TB
rumah masy yang tidak kepada nakes
sesuai dengan standar
Tingkat pengetahuan masyarakat
sehat
yang rendah terkait TB
Alat periksa
dahak belum ada
APD yang
dibutuhkan nakes Rendahnya partisipasi
tidak lengkap masyarakat BTA(+)
dalam pengobatan

Rendahnya
Angka
Kesembuhan TB
Biaya untuk transportasi paru
penjemputan obat tidak
Tidak ada organisasi / Kurangnya kerja tersedia
LSM yang dibentuk sama lintas sektor
dalam upaya dalam upaya Biaya untuk penyuluhan
penyembuhan TB penyembuhan tidak tersedia

Biaya untuk melakukan


kunjungan rumah
kurang memadai
METHOD MONEY
3. Menentukan Penyebab Utama
Analisis SWOT
Adapun tahapan pengukuran analisis SWOT atau TOWS yaitu:
1) Mengidentifikasi variabel yang berhubungan dengan organisasi atau perusahaan.
2) Mengklasifikasikan variabel internal atau eksternal.
3) Menentukan bobot tiap variable
4) Menentukan skala atau rating tiap variabel.
5) Menentukan nilai atau score dari setiap aspek SWOT atau TOWS.
6) Menghitungstrength posture dan competitive posture.
Strengthposture adalah perhitungan komulatif nilai atau score dari variable faktor
internal yang telah didapatkan dengan rumus:
Strengh Posture = S + (-W)
Sedangkan competitive posture adalah perhitungan komulatif nilai atau score dari
variable faktor ekstenal yang telah didapatkan pula dengan rumus:
Competitive posture = O + (-T)
7) Menggambarkan ordinat pada kuadran SWOT atau TOWS untuk mengetahui posisi
organisasi
8) Menentukan strategi dan solusi untuk organisasi
Analisis faktor internal
a. Strength
- Adanya LSM penjaringan penderita TB yang melibatkan dinas kesehatan,
pihak akademik, petugas puskesmas dan kader yang dipilih dari masyarakat.
- Struktur organisasi fleksibel sehingga dapat dikembangkan sesuai dengan
kebutuhan, kondisi, permasalahan dan kemampuan sumber daya.
- Petugas pemegang program TB juga didukung oleh petugas dari program
lainnya seperti sanitarian. Jika terdapat penyakit lain yang menyertai, seperti
DM, petugas dapat berkolaborasi dengan tenaga gizi.
- Sudah tersedia ruang penyembuhan TB yang terpisah dari ruangan lainnya.
No Strength Skor Bobot Nilai
1. S1 5 33% 1,65
2. S2 3 20% 0,6
3. S3 4 27% 1,08
4. S4 3 20% 0,6
TOTAL 15 100% 3,93
b. Weakness
- Petugas kesehatan tidak selalu bisa berkunjung ke rumah penderita TB.
- Peralatan pemeriksaan sputum tidak tersedia.
- Tidak terdapat kader untuk program penyembuhan.
No Weakness Skor Bobot Nilai
1. W1 -5 35,7% -1,785
2. W2 -4 28,6% -1,144
3. W3 -5 35,7% -1,785
TOTAL -14 100% -4,714

Strenght Posture = S + (-W) = 3,93+(-4,714) = -0.784


Analisis faktor eksternal
a. Opportunity
- Adanya fasilitas umum seperti masjid, posyandu, yang dapat digunakan
sebagai tempat untuk melaksanakan pemberdayaan kader.
- Tersedianya sarana transportasi yang memadai.
- Umumnya masyarakat pauh memiliki tingakt pendidikan menengah ke atas.
No Opportunity Skor Bobot Nilai
1. O1 4 30,76% 1,23
2. O2 4 30,76% 1,23
3. O3 5 38,48% 1,92
TOTAL 13 100% 4,38

b. Threats
- Budaya masyarakat yang masih percaya dengan pengobatan tradisional.
- Pengambilan keputusan yang lambat karena bersumber dari 1 orang.
- Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah sebagai petani sehingga
masyarakat lebih memilih untuk menyelesaikan pekerjaannya daripada
pengobatan.

No Threats Skor Bobot Nilai


1. T1 -4 40% -1.6
2. T2 -3 30% -0.9
3. T3 -3 30% -0.9
TOTAL -10 100% -3.4

Competitive Posture = O + (-T) = 4.38 – 3.4 = 0.98


Oppurtinity

Kuadran I
Kuadran III

Weakness Strength

Kuadran IV Kuadran II

Treath

4. Menyusun Rencana Penanggulangan


Masalah Penyebab Masalah Rencana Penanggulangan
Rendahnya angka Alat periksa dahak belum ada Diajukan pengadaan alat periksa sputum
kesembuhan TB paru
Kurangnya kerja sama lintas sektor Diadakan pertemuan yang intensif
dalam upaya penyembuhan dengan lintas sektor untuk membahas
upaya penyembuhan pasien TB

Tidak ada organisasi/LSM yang Dibentuk kader untuk melakukan upaya


dibentuk dalam upaya penyembuhan pasien TB
penyembuhan TB

Berdasarkan analisis SWOT, puskesmas Pauh berada di kuadran III. Posisi ini menandakan
bahwa puskesmas Pauh mempunyai kelemahan pada beberapa elemen tertentu namun
mempunyai peluang yang cukup besar di elemen lain. Jadi, rekomendasi strategi intervensi
yang dapat dilakukan adalah pembentukan dan pemberdayaan kader untuk program
penyembuhan TB paru.
DO
5. Pelaksanaan Penanggulangan
Kegiatan pembentukan dan pemberdayaan kader dilaksanakan pada waktu dan tempat
yang ditentukan. Pembentukan dan pemberdayaan kader dilaksanakan tepat waktu sesuai
dengan jadwal yang telah disepakati dg masyarakat. Kegiatan dibuka oleh moderator, dan
moderator menjelaskan tujuan serta membuat kontrak waktu kegiatan. Acara dilanjutkan dg
pembentukan kader yg dipilih dan bersedia menjadi kader untuk program penyembuhan TB.
Kemudian dilanjutkan dengan penjelasan materi mengenai program penyembuhan TB.
Setelah penyajian materi dilanjutkan dengan diskusi tentang materi yg telah diberikan.
Fasilitator memotivasi audience untuk bertanya mengenai hal yang tidak dimengerti.
Pada akhir kegiatan moderator melakukan evaluasi mengenai kader yang dipilih serta
mengevaluasi kembali materi yg disampaikan ttg program penyembuhan TB paru.

CHECK
6. Mengevaluasi Hasil
Indikator Evaluasi adalah:
1. Terbentuknya kader program penyembuhan TB paru sebanyak 10 org.
2. Setiap kader mempunyai buku panduan ttg program penyembuhan TB paru.
3. Meningkatnya kesadaran penderita TB paru untuk rajin berobat dan minum obat.
4. Meningkatnya angka kesembuhan TB paru.

ACTION
7. Standarisasi
a. Persentase fasyankes (RS, Klinik, DPM) yang telah menerapkan layanan TB sesuai
dengan standar
b. Proporsi fasyankes (RS, Klinik, DPM) yang telah melaksanakan notifikasi wajib.
c. Proporsi fasyankes (FKTP dan FKRTL) yang telah terakreditasi dan tersertifikasi.
d. Jumlah organisasi profesi yang terlibat (IDI, PDPI, IDAI, PAPDI, PPNI, IBI, IAI,
ILKI, dll)
e. Jumlah organisasi Masyarakat yang terlibat dari organisasi masyarakat yang ada.
8. Langkah Berikutnya
Mengidentifikasi masalah yang terkait dan diakibatkan oleh rendahnya angka kesembuhan
TB di wilayah kerja Puskesmas Pauh

Anda mungkin juga menyukai