Disusun oleh :
Gita Nurhikma 1811015027
1. Analisis Situasi
A. Analisa status kesehatan
Status kesehatan masyarakat dapat diukur melalui angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian (mortalitas) serta peningkatan umur harapan hidup. Berbagai
upaya dilakukan secara terpadu guna menekan angka kesakitan pada pemyakit
tertentu, penyakit menular serta kematian pada bayi, balita, ibu hamil, dan ibu nifas.
Di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular (PM) seperti Kusta, Malaria, DBD, TB Paru, ISPA,
Diare, PD3I juga terus di intensifkan guna menekan angka kematian dan angka
kesakitan. Adapun tujuan dari upaya tersebut yaitu untuk menekan anka kematian
anak, menakan angka kesakitan malaria per-1000 penduduk, meningkatkan angka
kesembuhan TB Paru, menekan angka AFP (Acute Flaccid Paralysis) pada anak usia
kurang dari 15 tahun per 100.000 penduduk, persentase balita dengan gizi buruk dan
persentase bebas rawan pangan.
Bedasarkan pencatatan dan pelaporan rutin mengenai angka kematian
(mortalitas) pada Profil Kesehatan Kabupaten Tanah Laut tahun 2016, yang tercatat
pada sarana kesehatan dasara adalah kematian ibu melahirkan, bayi lahir mati, dan
kematian bayi usia kurang dari 28 hari..
1) Angka Kematian Ibu (AKI) Melahirkan per-100.000 kelahiran hidup
AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan
aksesbilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Pada Tahun 2016 terdapat sebanyak 6
kasus kematian maternal (98,100.000KH), dengan rincian yang disebabkan
karena Pendarahan sebanyak 2 orang ibu, Hipertensi dalam kehamilan sebanyak
1 orang ibu, dan lain-lain sebanyak 2 orang ibu.
Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa AKI tertinggi di Kab. Tanah Laut
terjadi pada tahun 2012 sebesar 147,5 per 100.000 kelahiran hidup dan aki
terendah di Tahun 2016 sebesar 98 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2016 Kab. Tanah Laut AKI sudah berada di bawah target MDGs (102/100.000)
kelahiran hidup).
Upaya strategis dalam menekan AKI telah dilakukan dengan pendekatan
safe motherhood yaitu memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang
dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya,
sehingga diharapkan angka kematian ibu dapat mrnurun secara signifikan.
2) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup
Jumlah kematian bayi di Kab. Tanah Laut pada Tahun 2016 sebanyak 6.094
bayi. Berdasarkan hal ini, angka kematian bayi Tahun 2016 adalah sebesar 14
per–1.000 kelahiran hidup (pada tahun 2015 sebesar 12 per–1.000 kelahiran
hidup), bila dibandingkan tahun sebelumnya terdapat kecenderungan mengalami
kenaikan walaupun sudah lebih rendah dari target MDGs yaitu 23/1.000
kelahiran hidup. Distribusi jumlah kematian bayi menurut puskesmas Kabupaten
Tanah Laut Tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut :
Adapun hasil dari pelaporan dan pencatatan dalam Profil Kesehatan Tahun 2016
mengenai penyakit yang masih menjaid masalah selain penyakit yang disebutkan
diatas, sebagai berikut;
1) Angka Kesakitan Malaria per- 1000 Penduduk
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah yang ditularkan oleh
nyamuk anopheles. Penyakit malaria di kabupaten Tanah Laut masih menjadi
masalah kesehatan dan merupakan daerah endemis malaria yang disebabkan
meluasnya daerah perindukan vektor akibat perubahan lingkungan, penambahan
jumlah vektor akibat perubahan iklim, dan peningkatan penularan karena
mobilitas penduduk yang tinggi. Pada tahun 2016 penderita positif malaria
sebanyak 75 orang dan angka kesakitan malaria sebesar 0.33/1.000 penduduk. Di
Kab. Tanah Laut, ada beberapa puskesmas yang tidak terdapat penderita malaria
dan angka kesakitan yang tertinggi ada wilayah Puskesmas Tajau Pecah sebesar
1.94/1.000 penduduk.
2) Angka Kesakitan DBD per- 100.000 Penduduk
Penyakit Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat.
Pada Tahun 2015 di Kabupaten Tanah Laut jumlah kasus DBD sebanyak
397 kasus dengan incident rate sebesar 120.56 per 100.000 penduduk, dengan
jumlah kematian sebanyak 5 orang CFR/angka kematian= 1,3%).
Angka kesakitan demam berdarah di Kab. Tanah Laut selama tahun 2012-
2016, terjadi peningkatan yang sangat tinggi yaitu sebesar 120.58 per 100.000
penduduk dari tahun-tahun sebelumnya.
3) Angka Kesebuhan Penderita TB Paru BTA+
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB Paru masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kab. Tanah Laut, program
pemberantasan penyakit TB Paru belum menjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat. Angka Kesakitan Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan dengan
jumlah penduduk yang besar terdapat di puskesmas Pelaihari, Kintap ,Bati-bati
dan Bumi Makmur. Kasus baru BTA+ di tiga puskesmas tersebut lebih dari 10%
dari jumlah seluruh kasus baru di Kabupaten Tanah Laut.
Di Kabupaten Tanah Laut, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi 1,4 kali
dibandingkan BTA+ pada perempuan. Sebesar 59% kasus BTA+ yang ditemukan
berjenis kelamin laki-laki dan 41% kasus berjenis kelamin perempuan. Disparitas
paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Puskesmas Batakan, Tajau
Pecah, Batibati dan Bumi Makmur kasus pada laki-laki dua kali lipat dari kasus
pada perempuan.
Tahun 2016 proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus belum
mencapai target yang diharapkan (68,2%). Hal itu mengindikasikan mutu
diagnosis yang rendah dan kurang baiknya prioritas menemukan kasus BTA+ di
Kabupaten Tanah Laut. Namun, ada beberapa puskesmas yang masih belum
mencapai target tersebut. Puskesmas Sei Cuka dan Tanjung Habulu merupakan
puskesmas dengan proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus yang
terendah yaitu di bawah 25%.
Berdasarkan gambar di atas, beberapa puskesmas memiliki kesembuhan
100% yaitu Puskesmas Tirtajaya, Kait-kait dan Kurau. Angka keberhasilan
pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Pada Tahun 2016 jumlah penderita TB Paru Klinis (suspect) sebanyak 1.799
orang dan jumlah penderita TB Paru baru dengan BTA positif sebanyak 230
orang serta angka kesembuhan pada Tahun 2016 sebesar 80.44%. Angka
kesembuhan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. WHO
menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
4) Penyakit Kusta per-10.000 Penduduk
Penyakit kusta juga dikenal sebaigai penyakit lepra atau hansen yang
disebabkan oleh mycobacterium leprae. Berdasarkan data atau informasi terkait
penyakit kusta menurut puskesmas Kab. Tanah Laut, penderita kusta sebanyak 6
orang dan tidak ditemukan penderita pada anak.
5) Angka Kesakitan Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman Pneumococcus,
Staphylococcus, Streptococcus, dan virus. Populasi yang rentan terkena adalah
anak-anak usia kurang dari 2 tahun, lansia 65 tahun keatas, dam orang yang
memiliki gangguan kesehatan. Salah satu upaya dalam mengendalikan pneumonia
yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Cakupan
penemuan pneumonia pada bayi dan balita di Kab. Tanah Laut tahun 2016 sebesar
1.493 atau 41,19% yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
6) Angka Kesakitan Diare
Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Tahun 2016 jumlah
kasus diare di Kab. Tanah Laut sebanyak 5.527 orang yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2015 sebanyak 5.661 orang.
7) Angka Kesakitan HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada
tahun 2016 kasus baru HIV sebanyak 4 kasus, AIDS 7 kasus, dan jumlah
kematian akibat AIDS sebanyak 3 kasus. Berdasarkan proporsi, persentase
penderita HIV/AIDS jenis kelamin perempuan lebih besar (53,8%) dibandingkan
laki-laki (46,2%).
8) Angka Kesakitan AFP (Acute Flaccid Paralysis/ Lumpuh layu Akut) pada anak
<15 Tahun per-100.000 Anak
Polio disebabkan virus yang menyerang sistem syaraf yang menyebabkan
penderita mengalami kelumpuhan. Polio biasanya menyerang anak berusia 0-3
tahun dengan munculnya beberapa gejala. Terdapat 2 jenis polio, yakni AFP dan
Non AFP. Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP rate minimal
2/100.000 populasi anak usia <15 tahun. Pada tahun 2016, Kabupaten Tanah Laut
non polio AFP rate sebesar 6.12/100.000 populasi anak <15 tahun yang berarti
telah mencapai standar minimal penemuan
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiammya dalam
MDGs adalah status gizi balita.
PRESENTASI PREVALENSI GIZI KURANG TAHUN 2012 S.D 2016 (HASIL PSG)
DI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2016
Sumber: Bidang Kesga (Seksi Gizi) Dinkes. Kab. Tanah Laut
Dari gambar diatas perbandingan prevalensi gizi kurang hasil PSG tahun 2012
sampai dengan 2016 dapat kita lihat bahwa kecendrungan dari tahun 2015 sampai
dengan 2016 mengalami penurunan menjadi yaitu 13,9%.
Salah satu indikator dalam menentukan status gizi masyarakat adalah Berat
badan lahir bayi. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada
bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan
pertumbuhan selama kehamilan. Persentase berat bayi lahir rendah disajikan pada
gambar berikut ini.
D. Analisa perilaku
Keadaan perilaku masyarakat berpengaruh terhadap kesehatan akan disajikan atas
beberapa indikator yang berkaitan dengan perilaku masyarakatnya diantaranya Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
1) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah
stop BABS minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leaders,
dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. STBM
menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan
kesehatan lingkungan secara keseluruhan. STBM sebagai pilihan pendekatan,
strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan. Dalam
pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu Stop buang air besar
sembarangan, Cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum dan makanan
yang aman di rumah tangga, Pengelolaan sampah dengan benar, Pengelolaan
limbah cair rumah tangga yang aman. Suatu desa/kelurahan dikatakan telah
melaksanakan STBM didasarkan pada kondisi :
a) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam
desa/kelurahan tersebut.
b) Adanya masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi
intervensi STBM baik individu atau dalam bentuk komite dan sebagai
respon dari aksi intervensi STBM, dan
c) Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai
komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah
disepakati bersama.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, presentase desa/kelurahan di
Kabupaten Tanah Laut pada Tahun 2016 sebesar 23,70% sudah melaksanakan
STBM. Adapun yang telah melaksanakan STBM terbesar di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Habulu sebesar 100% dan presentase desa/kelurahan terendah
yaitu di wilayah kerja Puskesmas Batakan, Tirtajaya, Kait-kait, Tambang Ulang,
Kurau, Padang Luas dan Bumi Makmur. Dalam upaya pencapaian ini masih ada
beberapa kendala yang dihadapi diantaranya dalam hal perubahan perilaku dan
kesenjangan pencapaian desa/kelurahan yang melaksanakan STBM. Proses
perubahan perilaku membutuhkan waktu yang relatif lama dan tidak dapat
dilakukan secara instan sehingga diperlukan pendampingan dari petugas agar
masyarakat mau berubah untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dan tetap
konsisten dalam menjalankannya.
2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mampu mempraktekkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS dapat dilakukan di berbagai tatanan masyarakat, seperti
tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. PHBS di
tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah
tangga ber-PHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau,
yaitu Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, Memberi ASI Eksklusif,
Menimbang balita setiap bulan, Menggunakan air bersih, Mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, Menggunakana jamban sehat, Memberantas jentik di rumah
sekali seminggu, Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan aktifitas fisik
setiap hari , Tidak merokok di dalam rumah
Dalam pelaksanaan survei PHBS rumah tangga apabila dalam 10 indikator
tersebut, ada satu saja tidak memenuhi kriteria tersebut maka tidak dapat
dikategorikan sebagai rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, presentase rumah tangga ber-
PHBS (berdasarkan hasil survei PHBS) untuk Kabupaten Tanah Laut Tahun 2016
sebesar 44,66%. Dengan presentase tertinggi yaitu dalam wilayah kerja
Puskesmas Angsau sebanyak 85,71% dan terendah pada wilayah kerja Puskesmas
Kait-kait sebesar 14,22%.
a. Analisa lingkungan
Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Tanah Laut terletak paling selatan di
Kalimantan Selatan dengan ibukota Pelaihari yeng dibatasi Laut Jawa (sebelah barat
dan selatan), tanah bambu (sebelah timur), dan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
(sebelah utara). Secara astronomis Kabupaten Tanah Laut terletak di antara
114°30’20” BT-115° 23’31” BT dan 3°30’33” LS–4°11’38”LS, dengan luas wilayah
3.631,35 km2 atau hanya 9,71% dibandingkan dengan luas wilayah Propinsi
Kalimantan Selatan. Keadalahan alam Kab. Tanah Laut sangat berpengaruh terhadap
temperatur udara. Rata-rata temperatur udara pada kabupaen ini berkisar antara 25,0
sampai dengan 28,5 derajat celsius. Keadaan alam Kab. Tanah laut berupa ginung,
hutan lebar, dataran rendah dan pantai. Secara administratif, Kab. Tanah Laut terbagi
atas 11 kecamatan, 135 desa/kelurahan yang terdiri dari 130 desa dan 5 kelurahan.
Wilayah paling luas adalah Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km2 kemudian
Kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km2 dan Kecamatan Kintap dengan luas 537,00
km2, sedangkan kecamatan yang luas daerahnya paling kecil adalah Kecamatan Kurau
dengan luas 127 km2.
Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum,harus bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak
diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan
yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan
makanan yang terkontaminasi.
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik.
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang mendapat perhatian khusus. Untuk
menggambarkan keadaan kesehatan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator
persentase rumah sehat, persentase tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan
makanan, sarana dan akses air minum yang berkualitas serta sarana dan akses sanitasi
dasar yang layak.
1) Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang
baik, lantai rumah bukan dari tanah dan kepadatan hunian rumah yang sesuai.
Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan
manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, persentase rumah tangga
yang memiliki akses terhadap sanitasi layak. Secara kabupaten, terdapat 99.48%
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak. Hasil ini sudah memenuhi
target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2016 yaitu 75%. Puskesmas dengan
persentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak tertinggi yaitu
Puskesmas Kurau sebesar 166,78%, Sedangkan puskesmas dengan persentase
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak terendah yaitu Puskesmas
Tanjung Habulu sebesar 54,58%.
2) Tempat-tempat Umum (TTU) atau Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)
Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang
digunakan untuk kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah/
swasta atau perorangan seperti sekolah, hotel, puskesmas, mesjid dan lain-lain.
TTU dan TUPM meruapakan sarana yang dikhawatirkan akan menjadi tempat
penyebaran penyakit.. TTU dan TUPM yang sehat adalah tempat-tempat umum
dan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan seperti adanya
air bersih, pencahayaan, ventilasi serta sarana pembuangan limbah yang baik, dan
lain-lain.. Tempat-tempat Umum (TTU) yang ada di Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2016 yaitu sebanyak 384 diperiksa dan hampir seluruhnya memenuhi
syarat kesehatan (98%). Tempat pengelolaan makanan (TPM) adalah usaha
pengelolaan makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan dan
restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, terdapat 14,72% TPM yang
memenuhi syarat kesehatan. Hasil ini belum memenuhi target Renstra
Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 75%. Dari 19 puskesmas di Kabupaten
Tanah Laut semuanya belum ada TPM yang memenuhi syarat Kesehatan.Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah TPM yang memenuhi syarat
diantaranya dengan memberikan dukungan aspek legal untuk operasionalisasi
pembinaan dan pengawasan TPM dan Tempat Pengolahan Pangan (TPP),
meningkatkan jejaring kemitraan, meningkatkan kapasitas SDM, menyediakan
sarana dan prasarana seperti media KIE tentang higiene sanitasi pangan.
3) Sarana dan akses air minum yang layak
Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air yang memenuhi persyaratan
secara fisik, mikrobiologis, kimia dan radioaktif. Secara mikrobiologis, air minum
yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan xat-zat berbahaya lainnya seperti
arsen klos, Al, dan lain-lain. Salah satu syarat air dikatakan aman dapat dilihat
secara fisik yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak bewarna. Sumber air minum
mempengaruhi kualitas air yang kita minum. Terdapat berbagai macam sumber
air seperti air ledeng (PAM, Penampungan air hujan (PAH, sumur, dan mata air.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, pada tahun 2016 telah
dilakukan pengambilan sampel air minum oleh Balai Besar Kesehatan
Lingkungan untuk mengetahui apakah air menim yang dikonsumsi masyarakat
telah emenuhi syarat. Dari 186 sampel yang diperiksa, terdapat 165 sampel yang
memenuhi syarat atau sekitar 88,71% Hasil ini belum memenuhi target Rentra
Kementerian Kesehatan yaitu 100% sampel yang diperiksa sudah memenuhi
syarat. Secara kabupaten terdapat beberapa puskesmas yang sudah memenuhi
target Renstra Kemenkes dengan memperoleh hasil 100%. Namun masih ada
beberapa puskesmas yang belum memenuhi syarat kualitas air minum ini.
2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisis situasis wilayah Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan
Selatan diatas terdapat beberapa macam penyakit berbasis hutan hujan tropis seperti
Malaria, DBD, Kusta, Diare, TBC dan lain-lain. Namun, ada tahap identifikasi ini, salah
satu penyakit tropis yang dipilih untuk diidentifikasi karena masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat sekitar wilayah Kab. Tanah Laut adalah Penyakit Tuberculosis
(TBC).
B. Prioritas Masalah
Strategi Upaya Kesehatan
Prioritas Masalah
Epidemiologi Pencegahan Penanganan Pemeliharaan
Memberikan
sosialisasi dan
Meningkatkan
Rendahnya edukasi
pengetahuan
pengetahuan tentang
masyarakat,
masyarakat dan UPH bahaya dan
kader dan
kader tentang TB pencegahan
penderita
Paru serta
mengenai TB
pengendalian
TB Paru
Memeriksaka Melakukan
Penemuan kasus Memeriksakan n diri apabila Skrining dan
baru TB Paru masih UPH diri lebih awal mengalami surveilans
rendah gejala penduduk
Memberikan
edukasi
terhadap Kader TB Paru
Angka keberhasilan
Menyelesaikan pasien mengontrol
pengobatan pasien
UPH pengobatan TB mengenai pasien untuk
baru TB Paru masih
Paru pentingnya rutin minum
rendah
menyelesaika obat
n pengobatan
TB Paru
Melaksanakan
Kurangnya
Memberikan Pelatihan
keterampilan dan
edukasi kepada kader
kemampuan kader
terhadap kader tentang Memonitor
dalam menangani KE
dalam pencegahan kinerja kader
program
menangani TB dan
pengendalian TB
Paru pengendalian
Paru
TB Paru
Melaksanakan
Meningkatkan
Ketidaktahuan sosialisasi dan
pengetahuan
masyarakat UPH edukasi
masyarakat
mengenai kriteria ME mengenai
mengenai
rumah sehat kriteria rumah
rumah sehat
sehat
Melakukan
edukasi
Mempertahank
Permukiman Menjaga terhadap
KE an perilaku
penduduk yang Kebersihan masyarakat
ME PHBS pada
kumuh Lingkungan untuk
rumah tangga
menerapkan
PHBS
Keterangan:
UPH - Ubah Perilaku Host
KE - Kendalikan Environtment
MA - Membatasi Agent
Berdasarkan tabel alternatif solusi diatas sehingga diperoleh 4 prioritas solusi yaitu
Melaksanakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan pasien TB Paru baik dalam
pencegahan dan pengendalian, Kader TB Paru mengontrol pasien untuk rutin minum
obat, Melaksanakan pelatihan terhadap kader dan Melaksanakan Skrining dan surveilans
dalam menemukan kasus baru TB Paru. Selain itu, terdapat strategi promkes diantaranya
advokasi, bina suasana dan Pemberdayaan.
3. Rencana program