Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS SITUASI DAN PERENCANAAN

KAWASAN HUTAN HUJAN TROPIS

Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Perenencanaan


Kesehatan Kawasan Hutan Hujan Tropis
Dosen Pengampu: Siswanto, S,Pd., M.Kes

Disusun oleh :
Gita Nurhikma 1811015027

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
Nama : Gita Nurhikma
NIM : 1811015027
Peminatan : Kesehatan dan Kselamatan Kerja

ANALISIS SITUASI DAN PERENCANAAN KAWASAN HUTAN HUJAN TROPIS


KABUPATEN TANAH LAUT, KALIMANTAN SELATAN

1. Analisis Situasi
A. Analisa status kesehatan
Status kesehatan masyarakat dapat diukur melalui angka kesakitan (morbiditas)
dan angka kematian (mortalitas) serta peningkatan umur harapan hidup. Berbagai
upaya dilakukan secara terpadu guna menekan angka kesakitan pada pemyakit
tertentu, penyakit menular serta kematian pada bayi, balita, ibu hamil, dan ibu nifas.
Di Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan Selatan, upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit menular (PM) seperti Kusta, Malaria, DBD, TB Paru, ISPA,
Diare, PD3I juga terus di intensifkan guna menekan angka kematian dan angka
kesakitan. Adapun tujuan dari upaya tersebut yaitu untuk menekan anka kematian
anak, menakan angka kesakitan malaria per-1000 penduduk, meningkatkan angka
kesembuhan TB Paru, menekan angka AFP (Acute Flaccid Paralysis) pada anak usia
kurang dari 15 tahun per 100.000 penduduk, persentase balita dengan gizi buruk dan
persentase bebas rawan pangan.
Bedasarkan pencatatan dan pelaporan rutin mengenai angka kematian
(mortalitas) pada Profil Kesehatan Kabupaten Tanah Laut tahun 2016, yang tercatat
pada sarana kesehatan dasara adalah kematian ibu melahirkan, bayi lahir mati, dan
kematian bayi usia kurang dari 28 hari..
1) Angka Kematian Ibu (AKI) Melahirkan per-100.000 kelahiran hidup
AKI merupakan salah satu indikator yang peka terhadap kualitas dan
aksesbilitas fasilitas pelayanan kesehatan. Pada Tahun 2016 terdapat sebanyak 6
kasus kematian maternal (98,100.000KH), dengan rincian yang disebabkan
karena Pendarahan sebanyak 2 orang ibu, Hipertensi dalam kehamilan sebanyak
1 orang ibu, dan lain-lain sebanyak 2 orang ibu.

JUMLAH KEMATIAN IBU MATERNAL


MENURUT PUSKESMAS DI KABUPATEN TANAH LAUT 2016
Menurut skala diatas, dapat diketahui bahwa jumlah kematian ibu maternal
pada tahun 2016 tsebanyak 6 orang dan jumlah seluruh kelahiran hidup 6.094
orang.
Berikut perkembangan angka kematian ibu (AKI) Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2011-2016:

ANGKA KEMATIAN IBU (AKI)


DI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2011 S.D 2016

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa AKI tertinggi di Kab. Tanah Laut
terjadi pada tahun 2012 sebesar 147,5 per 100.000 kelahiran hidup dan aki
terendah di Tahun 2016 sebesar 98 per 100.000 kelahiran hidup. Pada tahun
2016 Kab. Tanah Laut AKI sudah berada di bawah target MDGs (102/100.000)
kelahiran hidup).
Upaya strategis dalam menekan AKI telah dilakukan dengan pendekatan
safe motherhood yaitu memastikan semua wanita mendapatkan perawatan yang
dibutuhkan sehingga selamat dan sehat selama kehamilan dan persalinannya,
sehingga diharapkan angka kematian ibu dapat mrnurun secara signifikan.
2) Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 Kelahiran Hidup
Jumlah kematian bayi di Kab. Tanah Laut pada Tahun 2016 sebanyak 6.094
bayi. Berdasarkan hal ini, angka kematian bayi Tahun 2016 adalah sebesar 14
per–1.000 kelahiran hidup (pada tahun 2015 sebesar 12 per–1.000 kelahiran
hidup), bila dibandingkan tahun sebelumnya terdapat kecenderungan mengalami
kenaikan walaupun sudah lebih rendah dari target MDGs yaitu 23/1.000
kelahiran hidup. Distribusi jumlah kematian bayi menurut puskesmas Kabupaten
Tanah Laut Tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut :

JUMLAH KEMATIAN BAYI MENURUT PUSKESMAS


DI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2016
Dari gambar diatas, dapat diketahui bahwa 19 puskesmas di wilayah Kab.
Tanah Laut terdapat AKB, dan yeng tertinggi terdapat pada Puskesmas Pelaihari
sebanyak 12 bayi. Berikut perkembangan AKB selama Tahun 2012-2016:

ANGKA KEMATIAN BAYI (AKB)


DI KABUPATEN TANAH LAUT 2012-2016

Dari gambar diatas, diketahui bahwa capaian AKB 2012-2016 mengalami


kenaikan dan di Tahun 2016 (14/1.000 KH) mengalami kenaikan dari Tahun
2015. Meskipun demikian, Angka Kematian Bayi Tahun 2016 lebih rendah dari
target MDGs yaitu 23/1.000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil dari pencatatan dan pelapran dari sarana pelayanan kesehatan
dalam Profil Kesehatan Kab. Tanah Laut, terdapat 10 (sepuluh) penyakit dengan
kasus Angka Kesakitan (Morbiditas) tertinggi pada Tahun 2016, sebagai berikut:

SEPULUH PENYAKIT TERBANYAK PADA PASIEN


RAWAT JALAN DI PUSKESMAS KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2016
Dari gambar diatas, diketahui bahwa penyakit dengan jumlah kasus tertinggi
pada Kab. Tanah Laut 2016 adalah penyakit hipertensi. Di Indonesia, penyakit
hipertensi sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer prevalensi tinggi yaitu
sebesar 25,8% sesuai dengan data riskesdas 2013.
Selama dua tahun (2015 dan 2016) berturut-turut penyakit hipertensi yang
merupakan penyakit tidak menular mempunyai jumlah kasus terbanyak pertama di
Kabupaten Tanah Laut. Kondisi ini telah terjadi pergeseran jenis penyakit yang
diderita oleh penduduk Kabupaten Tanah Laut yaitu dari penyakit menular menjadi
penyakit tidak menular. Berikut proporsi sepuluh penyakit terbanyak pada pasien
rawat jalan di puskesmas Kab. Tanah Laut Tahun 2016.

PROPORSI SEPULUH PENYAKIT TERBANYAK


PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PKM KAB. TANAH LAUT 2016

Adapun hasil dari pelaporan dan pencatatan dalam Profil Kesehatan Tahun 2016
mengenai penyakit yang masih menjaid masalah selain penyakit yang disebutkan
diatas, sebagai berikut;
1) Angka Kesakitan Malaria per- 1000 Penduduk
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit plasmodium
yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah yang ditularkan oleh
nyamuk anopheles. Penyakit malaria di kabupaten Tanah Laut masih menjadi
masalah kesehatan dan merupakan daerah endemis malaria yang disebabkan
meluasnya daerah perindukan vektor akibat perubahan lingkungan, penambahan
jumlah vektor akibat perubahan iklim, dan peningkatan penularan karena
mobilitas penduduk yang tinggi. Pada tahun 2016 penderita positif malaria
sebanyak 75 orang dan angka kesakitan malaria sebesar 0.33/1.000 penduduk. Di
Kab. Tanah Laut, ada beberapa puskesmas yang tidak terdapat penderita malaria
dan angka kesakitan yang tertinggi ada wilayah Puskesmas Tajau Pecah sebesar
1.94/1.000 penduduk.
2) Angka Kesakitan DBD per- 100.000 Penduduk
Penyakit Demam Berdarah (DBD) adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang tergolong Arthropod-Borne Virus, genus Flavivirus, dan famili
Flaviviridae. DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, terutama
Aedes aegypti atau Aedes albopictus. DBD dapat muncul sepanjang tahun dan
menyerang seluruh kelompok umur. Penyakit ini dipengaruhi oleh kondisi
lingkungan dan perilaku masyarakat.
Pada Tahun 2015 di Kabupaten Tanah Laut jumlah kasus DBD sebanyak
397 kasus dengan incident rate sebesar 120.56 per 100.000 penduduk, dengan
jumlah kematian sebanyak 5 orang CFR/angka kematian= 1,3%).
Angka kesakitan demam berdarah di Kab. Tanah Laut selama tahun 2012-
2016, terjadi peningkatan yang sangat tinggi yaitu sebesar 120.58 per 100.000
penduduk dari tahun-tahun sebelumnya.
3) Angka Kesebuhan Penderita TB Paru BTA+
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
mycobacterium tuberculosis. Penyakit TB Paru masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat di Indonesia termasuk di Kab. Tanah Laut, program
pemberantasan penyakit TB Paru belum menjangkau ke seluruh lapisan
masyarakat. Angka Kesakitan Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan dengan
jumlah penduduk yang besar terdapat di puskesmas Pelaihari, Kintap ,Bati-bati
dan Bumi Makmur. Kasus baru BTA+ di tiga puskesmas tersebut lebih dari 10%
dari jumlah seluruh kasus baru di Kabupaten Tanah Laut.
Di Kabupaten Tanah Laut, kasus BTA+ pada laki-laki lebih tinggi 1,4 kali
dibandingkan BTA+ pada perempuan. Sebesar 59% kasus BTA+ yang ditemukan
berjenis kelamin laki-laki dan 41% kasus berjenis kelamin perempuan. Disparitas
paling tinggi antara laki-laki dan perempuan terjadi di Puskesmas Batakan, Tajau
Pecah, Batibati dan Bumi Makmur kasus pada laki-laki dua kali lipat dari kasus
pada perempuan.
Tahun 2016 proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus belum
mencapai target yang diharapkan (68,2%). Hal itu mengindikasikan mutu
diagnosis yang rendah dan kurang baiknya prioritas menemukan kasus BTA+ di
Kabupaten Tanah Laut. Namun, ada beberapa puskesmas yang masih belum
mencapai target tersebut. Puskesmas Sei Cuka dan Tanjung Habulu merupakan
puskesmas dengan proporsi pasien baru BTA+ di antara seluruh kasus yang
terendah yaitu di bawah 25%.
Berdasarkan gambar di atas, beberapa puskesmas memiliki kesembuhan
100% yaitu Puskesmas Tirtajaya, Kait-kait dan Kurau. Angka keberhasilan
pengobatan ini dibentuk dari angka kesembuhan dan angka pengobatan lengkap.
Pada Tahun 2016 jumlah penderita TB Paru Klinis (suspect) sebanyak 1.799
orang dan jumlah penderita TB Paru baru dengan BTA positif sebanyak 230
orang serta angka kesembuhan pada Tahun 2016 sebesar 80.44%. Angka
kesembuhan ini mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. WHO
menetapkan standar angka keberhasilan pengobatan sebesar 85%.
4) Penyakit Kusta per-10.000 Penduduk
Penyakit kusta juga dikenal sebaigai penyakit lepra atau hansen yang
disebabkan oleh mycobacterium leprae. Berdasarkan data atau informasi terkait
penyakit kusta menurut puskesmas Kab. Tanah Laut, penderita kusta sebanyak 6
orang dan tidak ditemukan penderita pada anak.
5) Angka Kesakitan Pneumonia
Pneumonia adalah penyakit yang disebabkan kuman Pneumococcus,
Staphylococcus, Streptococcus, dan virus. Populasi yang rentan terkena adalah
anak-anak usia kurang dari 2 tahun, lansia 65 tahun keatas, dam orang yang
memiliki gangguan kesehatan. Salah satu upaya dalam mengendalikan pneumonia
yaitu dengan meningkatkan penemuan pneumonia pada balita. Cakupan
penemuan pneumonia pada bayi dan balita di Kab. Tanah Laut tahun 2016 sebesar
1.493 atau 41,19% yang mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
6) Angka Kesakitan Diare
Diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan
penyakit potensial KLB yang sering disertai dengan kematian. Tahun 2016 jumlah
kasus diare di Kab. Tanah Laut sebanyak 5.527 orang yang mengalami penurunan
dibandingkan tahun 2015 sebanyak 5.661 orang.
7) Angka Kesakitan HIV/AIDS
HIV/AIDS merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus
Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada
tahun 2016 kasus baru HIV sebanyak 4 kasus, AIDS 7 kasus, dan jumlah
kematian akibat AIDS sebanyak 3 kasus. Berdasarkan proporsi, persentase
penderita HIV/AIDS jenis kelamin perempuan lebih besar (53,8%) dibandingkan
laki-laki (46,2%).
8) Angka Kesakitan AFP (Acute Flaccid Paralysis/ Lumpuh layu Akut) pada anak
<15 Tahun per-100.000 Anak
Polio disebabkan virus yang menyerang sistem syaraf yang menyebabkan
penderita mengalami kelumpuhan. Polio biasanya menyerang anak berusia 0-3
tahun dengan munculnya beberapa gejala. Terdapat 2 jenis polio, yakni AFP dan
Non AFP. Kementerian Kesehatan menetapkan non polio AFP rate minimal
2/100.000 populasi anak usia <15 tahun. Pada tahun 2016, Kabupaten Tanah Laut
non polio AFP rate sebesar 6.12/100.000 populasi anak <15 tahun yang berarti
telah mencapai standar minimal penemuan
Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapaiammya dalam
MDGs adalah status gizi balita.

PRESENTASE CAKUPAN PENIMBANGAN BALITA MENURUT PUSKESMAS DI


KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2016
Sumber: Bidang Kesga (Seksi Gizi) Dinkes. Kab. Tanah Laut
Berdasarkan gambar diatas capaian penimbangan balita Tahun 2016 sebesar 77.6%
Puskesmas yang masih di bawah target yaitu Puskesmas Panyipatan (65.4%), puskesmas S.
Cuka (69%), puskesmas Tirtajaya (58.8%), Puskesmas Takisung (55.7%), puskesmas
Tambang Ulang (52.4%), Puskesmas Padang Luas (59.3%), dan puskesmas Bumi Makmur
(40.8%).

PRESENTASI PREVALENSI GIZI KURANG TAHUN 2012 S.D 2016 (HASIL PSG)
DI KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2016
Sumber: Bidang Kesga (Seksi Gizi) Dinkes. Kab. Tanah Laut
Dari gambar diatas perbandingan prevalensi gizi kurang hasil PSG tahun 2012
sampai dengan 2016 dapat kita lihat bahwa kecendrungan dari tahun 2015 sampai
dengan 2016 mengalami penurunan menjadi yaitu 13,9%.
Salah satu indikator dalam menentukan status gizi masyarakat adalah Berat
badan lahir bayi. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat
badannya saat lahir kurang dari 2500 gram. BBLR tidak hanya dapat terjadi pada
bayi prematur, tapi juga pada bayi cukup bulan yang mengalami hambatan
pertumbuhan selama kehamilan. Persentase berat bayi lahir rendah disajikan pada
gambar berikut ini.

PRESENTASE BAYI DENGAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI KABUPATEN


TANAH LAUT TAHUN 2016
Berdasarkan gambar diatas, persentase bayi (0- 11 bulan) dengan persentase
BBLR tertinggi terdapat di Puskesmas Padang Luas (12%) dan terendah di
Puskesmas Kintap (3,3%). Masalah BBLR terutama pada kelahiran prematur terjadi
karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Bayi berat lahir rendah
mempunyai kecenderungan ke arah peningkatan terjadinya infeksi dan mudah
terserang komplikasi.
B. Analisa Kependudukan
1) Demografi
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tanah Laut jumlah
penduduk tahun 2016 jumlah penduduk Kabupaten Tanah Laut sebesar 329.299
jiwa, terdiri dari laki-laki 169.019 jiwa (51.33%) dan perempuan 160.279 jiwa
(48.67%).
Distribusi penduduk menurut kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak
adalah Kecamatan Pelaihari 71.003 jiwa (21.56%), Kecamatan Bati-Bati 42.944
jiwa (13,04%), dan Kecamatan Kintap 42.356 jiwa (12,86%). Sedangkan jumlah
penduduk terendah terdapat di Kecamatan Kurau sebesar 12.868 jiwa (3.90%).
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, kepadatan penduduk dari
tahun ke tahun di Kabupaten Tanah Laut cenderung mengalami peningkatan.
Kepadatan penduduk di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2016 adalah 90.6 penduduk
per km2 dengan wilayah terpadat Kecamatan Pelaihari sebesar 187.12 penduduk
per km2, Kecamatan Bati Bati sebesar 182.94 penduduk per km2 dan Kecamatan
Tambang Ulang sebesar 103.19 penduduk per km2 dan kepadatan penduduk
terendah di Kecamatan Batu Ampar sebesar 47.10 penduduk per km2.
Jumlah Rumah Tangga di Kabupaten Tanah Laut Tahun 2016 sebanyak
126.618 Rumah Tangga, masing–masing rumah tangga dihuni rata-rata 3 jiwa.
Jumlah penduduk menurut kelompok umur 0-14 dan 65+ tahun sebanyak 110.478
jiwa, serta jumlah penduduk menurut kelompok umur 15-64 tahun 218.820 jiwa.
Hal ini menunjukkan rasio beban tanggungan di Kabupaten Tanah Laut tahun
2016 sebesar 50.5%, yang berarti dalam 100 penduduk Tanah Laut yang produktif
disamping menanggung dirinya sendiri, juga menanggung 50.5 orang yang
belum/sudah tidak produktif lagi. Apabila dibandingkan antar jenis kelamin, maka
angka beban tanggungan perempuan sedikit lebih besar jika dibandingkan dengan
laki-laki. Pada Tahun 2016, angka beban tanggungan perempuan sebesar 51.18
yang berarti bahwa 100 orang penduduk perempuan yang produktif, disamping
menanggung dirinya sendiri, akan menanggung beban 51.18 penduduk
perempuan yang belum/sudah tidak produktif lagi.
Penduduk sebagai determinan pembangunan perlu mendapat perhatian yang
serius. Program pembangunan, termasuk pembangunan di bidang kesehatan, harus
didasarkan pada dinamika kependudukan. Upaya pembangunan di bidang
kesehatan tercermin dalam program kesehatan melalui upaya promotif, preventif,
kuratif maupun rehabilitatif. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu upaya
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Adapun pembangunan pada Kab. Tanah Laut berdasarkan sektor-sektor,
sebagai berikut:
a. Perekonomian dan Pariwisata: Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tanah
Laut dipengaruhi oleh sektor industri, pertambangan, dan perkebunan.Objek
wisata yang dimiliki Kabupaten Tanah Laut, diantaranya objek wisata alam
berupa pantai Batakan, pantai Swarangan, dan Air Terjun Balangdaras, serta
objek wisata budaya seperti Upacara Adat Balian.
b. Bandara dan Pelabuhan: Saat ini Kabupaten Tanah Laut sedang melaksanakan
pembangunan tahap ketiga Pelabuhan Swarangan, yang nantinya akan menjadi
pelabuhan khusus untuk pertambangan dan perkebunan atau kapal bertonase
besar.Selain itu Pemerintah Kabupaten Tanah Laut telah menyiapkan lahan
seluas 1.000 hektar untuk pembangunan bandara Maluka Baulin.
c. Pertanian: Pada tahun 2017, luas panen (padi sawah dan padi ladang) adalah
56.836 hektar meningkat sebesar 8,33 persen dibanding tahun 2016.Jagung
juga merupakan tanaman pangan yang memiliki luas panen terbanyak di
Kabupaten Tanah Laut yaitu seluas 24.903. Jagung mengalami peningkatan
sebesar 30,14 persen.
d. Perkebunan: Perkebunan mempunyai peranan yang cukup besar dalam
pengembangan pertanian, jika melihat keadaan geografis Kabupaten Tanah
Laut. Tanaman perkebunan yang sudah dikembangkan adalah tanaman karet,
kelapa sawit, kelapa hibrida dan lainnya. Jenis tanaman perkebunan yang
potensial untuk menjadi tanaman andalan Kabupaten Tanah Laut adalah
tanaman kelapa sawit dan karet. Luas panen tanaman kelapa sawit pada tahun
2017 mencapai 7.660 ha, nilai tanaman kelapa sawit pada tahun ini mengalami
penurunan sebesar 35,2 persen dari luas panen tahun lalu. Hal ini disebabkan
karena harga kelapa sawit yang turun dan juga kemarau yang berkepanjangan.
Sementarauntuk tanaman karet, pada tahun 2017 mengalami penurunan
sebesar 50,7 persen menjadi 9.196 ha.
e. Peternakan: Populasi ternak sapi yang merupakan primadona dari Kabupaten
Tanah Laut akhir tahun 2017 ini adalah sebanyak 75.665 ekor. Populasi ini
naik 16,11 persen dari tahun sebelumnya (65.169 ekor), sedangkan populasi
unggas terus meningkat dibanding tahun 2016.
f. Perikanan: Tanah laut sebagai daerah yang berbatasan langsung dengan laut
tentunya kaya akan potensi kelautan. Hal ini ditunjukkan oleh jumlah produksi
hasil laut utamanya ikan.Produksi ikan dari perairan laut pada tahun 2017
sebesar 52.824 ton. Sedangkan produksi dari perairan umum sebesar 3.965
ton.
g. Kehutanan: Luas hutan di Kabupaten Tanah Laut adalah sebesar 127.338 ha.
Bila dirinci menurut fungsinya, kawasan hutan lindung memiliki luas 13.589
ha, kawasan hutan produksi 86.177 ha, dan kawasan hutan konservasi 27.572
ha. Kawasan hutan lindung yang memiliki lahan dengan kondisi lahan kritis
seluas 9.955 ha dan kondisi lahan sangat kritis 112 ha.
h. Pertambangan: Berdasarkan data dari Dinas Pertambangan dan Energi pada
tahun 2017, produksi batu bara meningkat sebesar 25,19 persen dari tahun
2016, dari 7,13juta ton menjadi 8,9 juta ton
2) Pendidikan
Salah satu komponen pengukuran yang sangat berpengaruh untuk tingkat
pembangunan suatu daerah yaitu komponen pendidikan. Prndidikan masyarakat
dapat diukur dengan berbagai indikator seperti rata-rata lama sekolah. Selain itu,
capaian dalam bidang pendidikan dapat dilihat dari kepemilikan ijazah/STTB
yang biasanya menjadi tolak ukur dalam hubungan sosial.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, Pada tahun 2016, persentase
penduduk berumur 15 tahun ke atas yang memiliki ijazah/STTB minimal
SMA/sederajat sekitar 20,24%, sedangkan yang memiliki ijazah/STTB
SD/sederajat sekitar 30,12% dan yang tidak/belum pernah sekolah dan yang tidak
tamat SD (tidak memiliki ijazah/STTB) sekitar 27,21%. Apabila dibandingkan
menurut jenis kelamin, persentase penduduk laki -laki yang mempunyai
ijazah/STTB minimal SD/sederajat relatif lebih tinggi daripada penduduk
perempuan.
3) Keadaan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Tanah Laut tahun 2015 adalah sebesar
2,89 persen. Selama kurun tahun 2011-2015 perkapita Tanah Laut semakin
meningkat setiap tahunnya dari 26.844 juta rupiah pada tahun 2011 menjadi
33.288 juta rupiah pada tahun 2015, atau tumbuh rata-rata 5.53 persen setiap
tahunnya. Namun demikian, apabila diukur dalam USD, PBDR perkapita Tanah
Laut masih termasuk dalam jajaran wilayah berpendapatan menengah bawah.
Dari sisi PDRB perkapita konstan, PDRB perkapita Tanah Laut tumbuh melambat
selama periode 2012- 2015, atau dari 4,20 persen pada tahun 2012 menjadi 1,25
persen pada tahun 2015. Kondisi tersebut dipengaruhui oleh dinamika
perekonomian Tanah Laut yang sedang mengalami perlambatan dalam kurun
waktu yang sama.
Pencapaian derajat kesehatan yang optimal bukan hanya menjadi tanggung
jawab dari sektor kesehatan saja, namun sektor terkait lainnya seperti sektor
pendidikan, ekonomi, sosial dan pemerintahan juga memiliki peranan yang cukup
besar. Kesehatan merupakan hak semua penduduk, sehingga ditetapkan target dan
sasaran pembangunan kesehatan.

C. Analisa program pelayanan dan pengendalian masalah kesehatan


Upaya kesehatan terdiri atas dua unsur utama, yaitu upaya kesehatan masyarakat
dan upaya kesehatan perorangan. Upaya kesehatan masyarakat adalah setiap kegiatan
yang dilakukan oleh pemerintah, masyarakat atau swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah
kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan.
Berikut ini diuraikan upaya kesehatan yang dilakukan selama beberapa tahun
terakhir khususnya tahun 2016 berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, sebagai
berikut;
1) Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
Keberhasilan upaya kesehatan ibu, diantaranya dapat dilihat dari indikator
Angka Kematian Ibu (AKI). Beberapa program penurunan AKI dan AKB di
Indonesia telah dilakukan melalui kebijakan Making Pregnancy Safer (MPS).
Salah satunya adalah dengan meningkatkan mutu dan menjaga kesinambungan
pelayanan kesehatan ibu serta neonatal di tingkat pelayanan dasar dan pelayanan
rujukan. Upaya kesehatan ibu dan anak diharapkan mampu menurunkan angka
kematian. Indikator angka kematian yang berhubungan dengan ibu dan anak
adalah Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Neonatal (AKN), Angka
Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian Balita (AKABA).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibumampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
yang terlatih di fasilitas kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi,
perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi dan pelayanan keluarga
berencana.
2) Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya dalam perbaikan gizi terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan
Pemberian Tablet Tambah Darah (Fe) pada ibu hamil, Pemberian Kapsul Vitamin
A, Pemberian ASI Eksklusif, Rutin program penimbangan Balita di Posyandu,
dan Pelayanan Imunisasi. Adanya pelayanan imunisasi dapat menjadi Upaya
pencegahan dan pemberantasan penyakit menular seperti TB Paru, Kusta, Malaria,
DBD, Diare, ISPA, PD3I (Difteri, Pertusis) yang juga terus diintensifkan untuk
menekan Angka Kematian Anak, menekan angka kesakitan malaria per-1.000
penduduk, meningkatkan angka kesembuhan TB Paru BTA+, menekan angka
AFP (Acute Flaccid Paralysis) pada anak usia <15 tahun per-100.000 anak,
menurunkan angka kesakitan Demam Berdarah Dengue per-100.000 penduduk.
3) Penyakit Menular Langsung
a. Tuberkulosis Paru
Upaya pengendaliannya dinilai pada komitmen global Millenium
Development Goals. MDGs menetapkan Tb sebagai bagian dari tujuan di
bidang kesehatan. Upaya pengobatan kasus Tb dilakukan dengan menerapkan
strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotheraphy),
yaitu strategi penatalaksanaan Tb yang menekankan pentingnya pengawasan
terhadap pasien Tb untuk memastikan pasien menyelesaikan pengobatan
sesuai ketentuan sampai dinyatakan sembuh.
b. ISPA
Semua kasus ISPA yang ditemukan harus ditatalaksana sesuai standar,
dengan demikian angka penemuan kasus pneumonia juga menggambarkan
penatalaksanaan kasus ISPA
c. Diare
Pengendalian diare dilakukan melalui peningkatan upaya pencegahan
kasus diare di masyarakat dan tatalaksana kasus diare di fasilitas pelayanan
kesehatan. Tatalaksana kasus diare pun dikembangkan termasuk penggunaan
zink sebagai
obat diare.
d. Kusta
Upaya pengendalian penyakit kusta digunakan dua indikator utama yaitu
angka penemuan kasus baru atau New Case Detection Rate (NCDR) dan
angka cacat tingkat II.
e. HIV AIDS
HIV dan AIDS menjadi salah satu penyakit menular yang
pengendaliannya dipantau melalui komitmen global MDGs. Kegiatan
pengendalian ini dilakukan melalui pencegahan infeksi, penularan, penemuan
penderita secara dini yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan konseling
hingga perawatan dan pengobatan.
4) Penyakit Bersumber Binatang
a. Malaria
Upaya pengendalian penyakit malaria dapat dilaksanakannkegiatan
eliminasi berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan republik Indonesia,
yaitu . Peningkatan kualitas dan akses terhadap penemuan dini dan
pengobatan malaria, Penjaminan kualitas diagnosis malaria melalui
pemeriksaan laboratorium maupun Rapid Diagnostic Test (RDT),
Perlindungan terhadap kelompok rentan terutama ibu hamil dan balita di
daerah endemis malaria, Intervensi vektor termasuk surveilans vektor dan
Penguatan sistem pengelolaan logistik malaria.
b. Demam Berdarah
Upaya pengendalian penyakit DBD secara umum terdiri dari Peningkatan
kegiatan surveilans penyakit dan surveilans Nyamuk, Diagnosis dini dan
pengobatan dini, dan Peningkatan upaya pemberantasan vektor penular
penyakit DBD. Upaya pemberantasan vektor dilakukan melalui kegiatan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Kegiatan ini dilakukan melalui
pengasapan dengan insektisida dalam 2 siklus. Upaya lain adalah
pemberantasan dan pencegahan penularan DBD yaitu melaui pemantauan
jentik secara berkala serta menggairahkan masyarakat untuk melakukan
kegiatan 3M serta abatisasi.
c. Filariasis
Filariasis adalah penyakit menular menahun yang disebabkan oleh parasit
berupa cacing filaria. Penyakit ini menginfeksi jaringan limfe (getah bening)
menyebabkan pembengkakan di kaki, tungkai, payudara, lengan dan organ
Genital. Filariasis menular melalui gigitan nyamuk yang mengandung cacing
filaria dalam tubuhnya.
Di Kabupaten Tanah Laut pada tahun 2016 tidak terdapat penderita
filariasis, sedangkan tahun 2015 terdapat 3 orang. Untuk meningkatkan
cakupan perlu dilakukan sosialisasi kepada masyarakat akan pentingnya
minum obat pencegahan filariasis yang diberikan setahun sekali pada daerah
endemis
Indonesia memberantas filariasis sebagai bagian dari eliminas filariasis
global melalui dua pilar kegiatan yaitu dengan Memutuskan mata rantai
penularan filariasis dengan Pemberian Obat Pencegahan Massal (POPM)
filariasis di daerah endemis sekali setahun selama lima tahun berturut-turut
dan Mencegah dan membatasi kecacatan dengan penatalaksanaan kasus
filariasis mandiri.
5) Pelayanan Kesehatan Penunjang
a. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Kabupaten Tanah Laut pada Tahun
2016 jumlah SD/sederajat yang diperika gigi dan mulut sebanyak 6.858 anak
atau sebesar 16,5% (tahun 2015 sebesar 22,5%)
b. Pelayanan Kesehata Pra Usia Lanjut dan Usia Lanjut
Cakupan pelayanan kesehatan usia lanjut (>60 tahun) sebesar 76.66%
(pada tahun 2015 sebesar 76,59%). Pelayanan kesehatan ini diberikan kepada
kelompok khusus yaitu usia lanjut yang biasanya mengalami gangguan
kesehatan degeneratif dan fungsi tubuh lainnya.
6) Pelayanan Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit
a. Puskesmas
Jumlah puskesmas di Kabupaten Tanah Laut sampai dengan Desember
2016 sebanyak 19 unit. Jumlah tersebut terdiri dari 3 unit puskesmas rawat
inap dan 16 unit puskesmas non rawat inap. Puskesmas juga berkomitmen
terhadap penurunan AKI dan AKB melalui upaya kesehatan kesehatan ibu,
anak, gizi, promosi kesehatan serta penyelenggaraan puskesmas PONED.
Puskesmas dengan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) Kabupaten Tanah Laut terdapat 3 unit Puskesmas yaitu puskesmas
Kintap, Puskesmas Tajau Pecah dan puskesmas Kurau.
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat dilakukan dengan rawat jalan dan
rawat inap, baik secara langsung maupun melalui rujukan pasien bagi
masyarakat yang mendapatkan gangguan kesehatan sedang hingga berat.
Jumlah kunjungan pasien Rawat jalan yaitu 292.367 kunjungan sedangan
jamlah pasien rawat inap yaitu 1.787 pasien
b. Rumah Sakit
Di Kabupaten Tanah Laut terdapat 1 Rumah Sakit Umum Daerah (Rumah
Sakit H. Boejasin) dan 3 Rumah sakit milik swasta (Rumah Sakit Bersalin
Ainun, Boerneo Citra dan Ibunda). Indikator standar pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit yang dipantau antara lain pemanfaatan tempat tidur (BOR),rata-
rata lama hari perawatan (LOS), rata-rata tempat tidur dipakai (BTO), rata-
rata selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI), persentase pasien keluar
yang meninggal (GDR) dan persentase pasien keluar yang meninggal < 24
jam perawatan (NDR).
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio
tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Pada Tahun 2016 RS. H. Boejasin
Pelaihari memiliki 161 tempat tidur sedangkan cakupan pemanfataan tempat
tidur (BOR) sebesar 64.47% (tahun 2015 sebesar 71.33%), ratarata lama hari
perawatan (LOS) sebesar 2.83 hari (tahun 2015 sebesar 2.54 hari), rata-rata
selang waktu pemakaian tempat tidur (TOI) sebesar 1.48 hari (tahun 2015
sebesar 1.03 hari ), persentase pasien keluar yang meninggal (GDR) sebesar
28.33 per 1.000 pasien (tahun 2015 sebesar 20.39 per 1.000 pasien ) dan
persentase pasien keluar yang meninggal < 24 jam perawatan (NDR) sebesar
11.60 per 1.000 pasien (tahun 2015 sebesar 6.69 per 1.000 pasien)
c. Ketersediaan Obat dan Vaksin
Persentase penulisan resep obat generik di Kabupaten Tanah Laut Tahun
2016 sebesar 100%, sedangkan ketersediaan obat generik 100%. Untuk
mendapatkan gambaran ketersediaan obat dan vaksin dilakukan pemantauan
ketersediaan obat dan vaksin. Obat yang dipantau ketersediannya merupakan
obat indikator yang digunakan untuk pelayanan kesehatan dasar dan obat
yang mendukung pelaksanaan program kesehatan. Jumlah item obat yang
dipantau adalah 144 item obat dan vaksin yang terdiri dari 135 item obat
untuk pelayanan kesehatan dasar dan 9 jenis vaksin untuk imunisasi dasar.
Kontinuitas persediaan obat sesuai kebutuhan di puskesmas tahun 2016
didapatkan sebesar 100%.

D. Analisa perilaku
Keadaan perilaku masyarakat berpengaruh terhadap kesehatan akan disajikan atas
beberapa indikator yang berkaitan dengan perilaku masyarakatnya diantaranya Sanitasi
Total Berbasis Masyarakat dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.
1) Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Desa STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) adalah desa yang sudah
stop BABS minimal 1 dusun, mempunyai tim kerja STBM atau natural leaders,
dan telah mempunyai rencana kerja STBM atau rencana tindak lanjut. STBM
menjadi ujung tombak keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan
kesehatan lingkungan secara keseluruhan. STBM sebagai pilihan pendekatan,
strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan. Dalam
pelaksanaan STBM mencakup 5 (lima) pilar yaitu Stop buang air besar
sembarangan, Cuci tangan pakai sabun, Pengelolaan air minum dan makanan
yang aman di rumah tangga, Pengelolaan sampah dengan benar, Pengelolaan
limbah cair rumah tangga yang aman. Suatu desa/kelurahan dikatakan telah
melaksanakan STBM didasarkan pada kondisi :
a) Minimal telah ada intervensi melalui pemicuan di salah satu dusun dalam
desa/kelurahan tersebut.
b) Adanya masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi
intervensi STBM baik individu atau dalam bentuk komite dan sebagai
respon dari aksi intervensi STBM, dan
c) Masyarakat menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai
komitmen-komitmen perubahan perilaku pilar-pilar STBM yang telah
disepakati bersama.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, presentase desa/kelurahan di
Kabupaten Tanah Laut pada Tahun 2016 sebesar 23,70% sudah melaksanakan
STBM. Adapun yang telah melaksanakan STBM terbesar di wilayah kerja
Puskesmas Tanjung Habulu sebesar 100% dan presentase desa/kelurahan terendah
yaitu di wilayah kerja Puskesmas Batakan, Tirtajaya, Kait-kait, Tambang Ulang,
Kurau, Padang Luas dan Bumi Makmur. Dalam upaya pencapaian ini masih ada
beberapa kendala yang dihadapi diantaranya dalam hal perubahan perilaku dan
kesenjangan pencapaian desa/kelurahan yang melaksanakan STBM. Proses
perubahan perilaku membutuhkan waktu yang relatif lama dan tidak dapat
dilakukan secara instan sehingga diperlukan pendampingan dari petugas agar
masyarakat mau berubah untuk menerapkan perilaku yang lebih sehat dan tetap
konsisten dalam menjalankannya.
2) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di rumah tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar mampu mempraktekkan perilaku
hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS dapat dilakukan di berbagai tatanan masyarakat, seperti
tatanan rumah tangga, sekolah, tempat kerja dan tempat-tempat umum. PHBS di
tatanan rumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga
agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat serta
berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai rumah
tangga ber-PHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang dipantau,
yaitu Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, Memberi ASI Eksklusif,
Menimbang balita setiap bulan, Menggunakan air bersih, Mencuci tangan dengan
air bersih dan sabun, Menggunakana jamban sehat, Memberantas jentik di rumah
sekali seminggu, Makan buah dan sayur setiap hari, Melakukan aktifitas fisik
setiap hari , Tidak merokok di dalam rumah
Dalam pelaksanaan survei PHBS rumah tangga apabila dalam 10 indikator
tersebut, ada satu saja tidak memenuhi kriteria tersebut maka tidak dapat
dikategorikan sebagai rumah tangga yang berperilaku hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, presentase rumah tangga ber-
PHBS (berdasarkan hasil survei PHBS) untuk Kabupaten Tanah Laut Tahun 2016
sebesar 44,66%. Dengan presentase tertinggi yaitu dalam wilayah kerja
Puskesmas Angsau sebanyak 85,71% dan terendah pada wilayah kerja Puskesmas
Kait-kait sebesar 14,22%.

a. Analisa lingkungan
Berdasarkan letak geografis, Kabupaten Tanah Laut terletak paling selatan di
Kalimantan Selatan dengan ibukota Pelaihari yeng dibatasi Laut Jawa (sebelah barat
dan selatan), tanah bambu (sebelah timur), dan Kabupaten Banjar dan Kota Banjarbaru
(sebelah utara). Secara astronomis Kabupaten Tanah Laut terletak di antara
114°30’20” BT-115° 23’31” BT dan 3°30’33” LS–4°11’38”LS, dengan luas wilayah
3.631,35 km2 atau hanya 9,71% dibandingkan dengan luas wilayah Propinsi
Kalimantan Selatan. Keadalahan alam Kab. Tanah Laut sangat berpengaruh terhadap
temperatur udara. Rata-rata temperatur udara pada kabupaen ini berkisar antara 25,0
sampai dengan 28,5 derajat celsius. Keadaan alam Kab. Tanah laut berupa ginung,
hutan lebar, dataran rendah dan pantai. Secara administratif, Kab. Tanah Laut terbagi
atas 11 kecamatan, 135 desa/kelurahan yang terdiri dari 130 desa dan 5 kelurahan.
Wilayah paling luas adalah Kecamatan Jorong dengan luas 628,00 km2 kemudian
Kecamatan Batu Ampar seluas 548,10 km2 dan Kecamatan Kintap dengan luas 537,00
km2, sedangkan kecamatan yang luas daerahnya paling kecil adalah Kecamatan Kurau
dengan luas 127 km2.
Lingkungan sehat mencakup lingkungan permukiman, tempat kerja, tempat
rekreasi, serta tempat dan fasilitas umum,harus bebas dari unsur-unsur yang
menimbulkan gangguan, diantaranya limbah (cair, padat, dan gas), sampah yang tidak
diproses sesuai dengan persyaratan, vektor penyakit, zat kimia berbahaya, kebisingan
yang melebihi ambang batas, radiasi, air yang tercemar, udara yang tercemar, dan
makanan yang terkontaminasi.
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi derajat kesehatan
masyarakat bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik.
Lingkungan merupakan salah satu variabel yang mendapat perhatian khusus. Untuk
menggambarkan keadaan kesehatan lingkungan, akan disajikan indikator-indikator
persentase rumah sehat, persentase tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan
makanan, sarana dan akses air minum yang berkualitas serta sarana dan akses sanitasi
dasar yang layak.
1) Rumah Sehat
Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang
baik, lantai rumah bukan dari tanah dan kepadatan hunian rumah yang sesuai.
Sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang menunjang kesehatan
manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan lingkungan yang mempengaruhi
derajat kesehatan masyarakat.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, persentase rumah tangga
yang memiliki akses terhadap sanitasi layak. Secara kabupaten, terdapat 99.48%
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak. Hasil ini sudah memenuhi
target Renstra Kementerian Kesehatan tahun 2016 yaitu 75%. Puskesmas dengan
persentase rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak tertinggi yaitu
Puskesmas Kurau sebesar 166,78%, Sedangkan puskesmas dengan persentase
rumah tangga yang memiliki akses sanitasi layak terendah yaitu Puskesmas
Tanjung Habulu sebesar 54,58%.
2) Tempat-tempat Umum (TTU) atau Tempat Pengelolaan Makanan (TUPM)
Tempat-tempat umum (TTU) adalah tempat atau sarana umum yang
digunakan untuk kegiatan masyarakat dan diselenggarakan oleh pemerintah/
swasta atau perorangan seperti sekolah, hotel, puskesmas, mesjid dan lain-lain.
TTU dan TUPM meruapakan sarana yang dikhawatirkan akan menjadi tempat
penyebaran penyakit.. TTU dan TUPM yang sehat adalah tempat-tempat umum
dan tempat pengolahan makanan yang memenuhi syarat kesehatan seperti adanya
air bersih, pencahayaan, ventilasi serta sarana pembuangan limbah yang baik, dan
lain-lain.. Tempat-tempat Umum (TTU) yang ada di Kabupaten Tanah Laut
Tahun 2016 yaitu sebanyak 384 diperiksa dan hampir seluruhnya memenuhi
syarat kesehatan (98%). Tempat pengelolaan makanan (TPM) adalah usaha
pengelolaan makanan yang meliputi jasa boga atau katering, rumah makan dan
restoran, depot air minum, kantin, dan makanan jajanan.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, terdapat 14,72% TPM yang
memenuhi syarat kesehatan. Hasil ini belum memenuhi target Renstra
Kementerian Kesehatan yaitu sebesar 75%. Dari 19 puskesmas di Kabupaten
Tanah Laut semuanya belum ada TPM yang memenuhi syarat Kesehatan.Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan jumlah TPM yang memenuhi syarat
diantaranya dengan memberikan dukungan aspek legal untuk operasionalisasi
pembinaan dan pengawasan TPM dan Tempat Pengolahan Pangan (TPP),
meningkatkan jejaring kemitraan, meningkatkan kapasitas SDM, menyediakan
sarana dan prasarana seperti media KIE tentang higiene sanitasi pangan.
3) Sarana dan akses air minum yang layak
Air minum yang aman bagi kesehatan adalah air yang memenuhi persyaratan
secara fisik, mikrobiologis, kimia dan radioaktif. Secara mikrobiologis, air minum
yang sehat harus bebas dari bakteri E.Coli dan xat-zat berbahaya lainnya seperti
arsen klos, Al, dan lain-lain. Salah satu syarat air dikatakan aman dapat dilihat
secara fisik yaitu tidak berbau, tidak berasa dan tidak bewarna. Sumber air minum
mempengaruhi kualitas air yang kita minum. Terdapat berbagai macam sumber
air seperti air ledeng (PAM, Penampungan air hujan (PAH, sumur, dan mata air.
Berdasarkan profil kesehatan Kab. Tanah Laut, pada tahun 2016 telah
dilakukan pengambilan sampel air minum oleh Balai Besar Kesehatan
Lingkungan untuk mengetahui apakah air menim yang dikonsumsi masyarakat
telah emenuhi syarat. Dari 186 sampel yang diperiksa, terdapat 165 sampel yang
memenuhi syarat atau sekitar 88,71% Hasil ini belum memenuhi target Rentra
Kementerian Kesehatan yaitu 100% sampel yang diperiksa sudah memenuhi
syarat. Secara kabupaten terdapat beberapa puskesmas yang sudah memenuhi
target Renstra Kemenkes dengan memperoleh hasil 100%. Namun masih ada
beberapa puskesmas yang belum memenuhi syarat kualitas air minum ini.

2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan analisis situasis wilayah Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan
Selatan diatas terdapat beberapa macam penyakit berbasis hutan hujan tropis seperti
Malaria, DBD, Kusta, Diare, TBC dan lain-lain. Namun, ada tahap identifikasi ini, salah
satu penyakit tropis yang dipilih untuk diidentifikasi karena masih menjadi masalah
kesehatan masyarakat sekitar wilayah Kab. Tanah Laut adalah Penyakit Tuberculosis
(TBC).

A. Analisis Penyebab Masalah


Segitiga KK USG
Penyebab Masalah Total
Epidemiologi KR KT U S G
Kurangnya pengetahuan Y T 5 5 4 14
masyarakat tentang TB Paru
Kurangnya sosialisasi dan Y T 4 5 4 9
edukasi mengenai TB Paru
kepada masyarakat
Kurangnya kemampuan kader Y T 3 4 3 10
dalam mengidentifikasi
Keterlambatan penemuan kasus T T 5 5 5 15
TB Paru
Kurangnya Kader dalam Y T 3 4 2 9
program TB Paru
Kurangnya dukungan dari T T 3 3 3 9
Host
pemerintah
Kurangnya kerja sama antar Y T 2 3 3 8
stakeholder
Ketidakpatuhan pasien TB Paru Y Y 5 5 5 15
dalam menyelesaikan
pengobatan
Kurangnya kesadaran Y Y 4 4 2 10
masyarakat untuk menerapkan
PHBS
Ketidaktahuan masyarakat Y Y 4 5 4 9
mengenai pentingnya penerapan
rumah sehat
Infeksi bakteri mycobacterium Y Y 4 4 4 12
tuberculosis menyebar melalui
Agent
droplet orang yang telah
terinfeksi basil tuberkulosis.
Tempat tinggal penduduk tidak Y Y 5 5 4 9
sesuai dengan syarat atau kriteria
rumah sehat.
Rendahnya rumah tangga dalam T T 3 4 2 9
menerapkan PHBS
Environtment Kepadatan penduduk Y Y 3 3 2 8
Permukiman penduduk kumuh Y Y 4 4 3 11
karena padatnya penduduk
Polusi udara karena asap Y T 3 3 3 9
transportasi, asap rokok atau
asap rumah tangga
Keterangan:
KR - Kerentanan U - Urgensi
KT - Keterpaparan S - Serously
G - Growth

B. Prioritas Masalah
Strategi Upaya Kesehatan
Prioritas Masalah
Epidemiologi Pencegahan Penanganan Pemeliharaan
Memberikan
sosialisasi dan
Meningkatkan
Rendahnya edukasi
pengetahuan
pengetahuan tentang
masyarakat,
masyarakat dan UPH bahaya dan
kader dan
kader tentang TB pencegahan
penderita
Paru serta
mengenai TB
pengendalian
TB Paru
Memeriksaka Melakukan
Penemuan kasus Memeriksakan n diri apabila Skrining dan
baru TB Paru masih UPH diri lebih awal mengalami surveilans
rendah gejala penduduk
Memberikan
edukasi
terhadap Kader TB Paru
Angka keberhasilan
Menyelesaikan pasien mengontrol
pengobatan pasien
UPH pengobatan TB mengenai pasien untuk
baru TB Paru masih
Paru pentingnya rutin minum
rendah
menyelesaika obat
n pengobatan
TB Paru
Melaksanakan
Kurangnya
Memberikan Pelatihan
keterampilan dan
edukasi kepada kader
kemampuan kader
terhadap kader tentang Memonitor
dalam menangani KE
dalam pencegahan kinerja kader
program
menangani TB dan
pengendalian TB
Paru pengendalian
Paru
TB Paru
Melaksanakan
Meningkatkan
Ketidaktahuan sosialisasi dan
pengetahuan
masyarakat UPH edukasi
masyarakat
mengenai kriteria ME mengenai
mengenai
rumah sehat kriteria rumah
rumah sehat
sehat
Melakukan
edukasi
Mempertahank
Permukiman Menjaga terhadap
KE an perilaku
penduduk yang Kebersihan masyarakat
ME PHBS pada
kumuh Lingkungan untuk
rumah tangga
menerapkan
PHBS
Keterangan:
UPH - Ubah Perilaku Host
KE - Kendalikan Environtment
MA - Membatasi Agent

C. Alternatif Solusi, Prioritas Solusi, dan Strategi Promosi Kesehatan


Alternatif CARL, LC, HI, & C Prioritas Promosi
Solusi C A R L Total LC HI C Solusi Kesehatan
Meningkatkan
pengetahuan
√ √
masyarakat 2 2 1 4 16 -
Melaksanakan
dan pasien TB
sosialisasi dan
Paru
edukasi
Meningkatkan Bina Suasana:
kepada
pengetahuan Melaksanakan
masyarakat
masyarakat sosialisasi dan
dan pasien TB
tentang √ √ edukasi terhadap
1 1 2 3 6 - Paru baik
kriteria rumah masyarakat
dalam
sehat agar mengenai TB Paru
pencegahan
dapat
dan
diterapkan
pengendalian
Masyarakat
√ - √
menerapkan 1 2 2 2 8
perilaku
PHBS dalam
rumah tangga
Kader TB
Pasien harus Paru
menyelesaikan √ √ mengontrol
2 2 3 3 36 -
pengobatan pasien untuk
rutin rutin minum
obat
Advokasi:Menjalin
Meningkatkan kerjasama dengan
Melaksanakan
kemampuan stakeholder seperti
√ √ pelatihan
dan 1 2 2 2 8 - Pemerintah, Lurah,
terhadap
keterampilan Camat, Lurah,
kader
Kader Ormas dan lain-
lain.
Pemberdayaan:
Meningkatkan
Melaksanakan
kualitas pelayanan
Skrining dan
Penemuan kesehatan di Kab.
surveilans
kasus baru TB √ √ √ Tanah Laut dalam
2 2 3 4 48 dalam
Paru secara melaksanakan
menemukan
dini skrining dan
kasus baru TB
surveilans dalam
Paru
menemukan kasus
baru TB Paru
Keterangan:
C - Capability LC - Low Cost
A - Accsessibilty HI - High Impact
R - Readiness C - Continue
L - Leverage

Berdasarkan tabel alternatif solusi diatas sehingga diperoleh 4 prioritas solusi yaitu
Melaksanakan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat dan pasien TB Paru baik dalam
pencegahan dan pengendalian, Kader TB Paru mengontrol pasien untuk rutin minum
obat, Melaksanakan pelatihan terhadap kader dan Melaksanakan Skrining dan surveilans
dalam menemukan kasus baru TB Paru. Selain itu, terdapat strategi promkes diantaranya
advokasi, bina suasana dan Pemberdayaan.
3. Rencana program

Sumber daya Indikator


No Kegiatan Tujuan Sasaran Metode
Tenaga Dana Keberhasilan

1 Melaksanakan Meningkatkan Masyarakat Mahasiswa, Rp. 250.000 80% meningkatkan Mengadakan


sosialisasi dan pengetahuan dan Setempat dan Tim Promkes, pengetahuan dan sosialisasi dengan
edukasi kepada kesadaran Pasien TB Paru Tim P2M dan kesadaran mendatangi satu
masyarakat dan masyarakat dan Petugas masyarakat dan persatu pasien serta
pasien TB Paru baik pasien TB Paru Kesehatan pasien TB Paru masyarakat sekitar
dalam pencegahan baik dalam pasien dan diberikan
dan pengendalian pencegahan dan informasi mengenai
pengendalian bahaya dan cara
pencegahan TB Paru
dengan bantuan media
cetak leaflet dan video
edukasi
2 Mengurangi angka Pasien TB Paru Kader TB - 90% pasien TB Paru Menghubungi pasien
Kader TB Paru kesakitan dan Paru konsisten rutin melalui telepon atau
mengontrol pasien meningkatkan minum obat dan SMS untuk
untuk rutin minum angka kesembuhan dapat berhasil mengingatkan untuk
obat TB Paru menyelesaikan obat konsumsi obat
3 Meningkatkan Kader TB Paru Tenaga Rp. 500.000 80% kader TB Paru Mengadakan pelatihan
Melaksanakan keterampilan dan Puskesmas Kesehatan berkompeten kepada kader TB Paru
pelatihan terhadap kemampuan kader Profesional menyelesaikan dalam menangani
kader masalah TB Paru pasien
4 Melaksanakan Mendeteksi dini Masyarakat Tim Rp. 100.000 90% Tim Epid Melakukan skrining
Skrining dan kasus TB Paru agar Setempat Epidemiologi berhasil menemukan masyarakat sekitar
surveilans dalam diberi penanganan Puskesmas kasus sehingga dapat pasien dengan
menemukan kasus lebih cepat sebelu diberi penanganan mengadakan tes dahak
baru TB Paru kasus bertambah dan darah
-

Anda mungkin juga menyukai