Anda di halaman 1dari 5

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular, penyakit kusta pada
umumnya terdapat di negara-negara berkembang sebagai akibat keterbatasan
kemampuan negara tersebut dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam
bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.
(Kemenkes RI, 2012). Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae,
yaitu bakteri yang bersifat gram positif, berbentuk batang lurus atau melengkung,
ukuran panjang 1-8 mikron, diameter 0,2 – 0,5 mikron dan mempunyai sifa
tpleomorfik. Mycobacterium leprae termasuk golongan Basil Tahan Asam (BTA) bila
dilakukan pewarnaan Ziehl Neelsen, namun dalam mengikat warna merah dari
karbolFuchsin tidak sekuat Mycobacterium tuberculosis (Suparyanto, 2014).
Cara penularan penyakit kusta melalui saluran pernafasan, seperti saat pasien
bersin atau batuk. Kusta juga dapat ditularkan melalui kontak langsung yang lama
dengan penderita yang berada pada stadium reaktif (Soedarto, 2009). Menurut WHO
(2016), angka penemuan kasus kusta diseluruh dunia mulai tahun 2011 hingga 2015
mengalami penurunan yang tidak signifikan. Pada tahun 2011 ditemukan 226.626
kasus penderita kusta, tetapi mengalami kenaikan pada tahun 2012 sejumlah 232.857
kasus penderita kusta, dan mengalami penuunan kembali pada tahun 2013 sejumlah
215.656 kasus penderita kusta, pada tahun 2014 sejumlah 213.899 kasus penderita
kusta dan pada tahun 2015 sejumlah 201.758 kasus penderita kusta. Penderita kusta
yang terbanyak di dunia yaitu di Asia Tenggara dengan jumlah 156.118 kasus
penderita kusta, mayoritas mengalami kecacatan tingkat 2 dimana penderita
mengalami kelainan anatomis.( WHO 2016 )
Jumlah penemuan kasus kusta di Indonesia pada tahun 2013 hingga 2017
mengalami penurunan yang tidak signifikan yaitu pada tahun pada tahun 2013
menjadi 16.856 kasus, namun pada tahun 2014 jumlah kasus kusta kembali

1
/

meningkat menjadi 17.025 kasus, pada tahun 2015 menjadi 17.202 kasus, dan
kembali menurun pada tahun 2016 menjadi 16.826 kasus, pada tahun 2017 kembali
menurun yaitu menjadi 15.920 kasus. (Infodatin-kusta-2018). Berdasarkan bebannya,
kusta dibagi menjadi 2 kelompok yaitu beban kusta tinggi (high burden) dan beban
kusta rendah (low burden). Dikategorikan dalam High burden jika NCDR (Newly
Case Detection Rate / angka penemuan kasus baru) > 10 per 100.000 penduduk,
sedangkan low burden jika NCDR < 10 per 100.000 penduduk (Kemenkes RI, 2018).
/Menurut data likesda.pekalongankota.go.id pada tahun 2016 Kota Pekalongan
termasuk dalam beban kusta tinggi karena memiliki NCDR > 10 per 100.000
penduduk yaitu sebesar 19 per 100.000 penduduk. Terdapat 48 kasus tipe Multibasiler
(MB) dimana kasus terbanyak dialami pasien dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak
32 kasus dibandingkan pasien perempuan sebanyak 16 kasus. Sedangkan untuk tipe
Pausi basiler (PB) terdapat 9 kasus, dimana lebih banyak diderita pada pasien jenis
kelamin perempuan sebanyak
5 kasus, dibandingkan pada pasien laki-laki sebanyak 4 kasus. Angka prevalensi
adalah jumlah kasus kusta Pausi basiler (PB) dan Multi basiler (MB) yang tercatat.
Prevalensi kusta di Kota Pekalongan tahun 2016 telah mencapai 2,13 per 10.000
penduduk, Cakupan program kusta bertujuan untuk tercapainya eliminasi kusta
kurang dari 1/10.000 penduduk, mencegah kecacatan yang ditimbulkannya sehingga
tidak menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Hasil pengobatan kusta di Kota Pekalongan berdasarkan tipe kusta Multi basiler
(MB) yang dievaluasi pada tahun 2014, dari 44 penderita (laki-laki 27 kasus,
perempuan 17 kasus) dinyatakan sembuh tidak minum obat lagi (Release From
Treatment/RFT) sebanyak 43 orang (laki-laki 27 kasus, perempuan 16 kasus) atau
mencapai 97,73% sehingga Kota Pekalongan sudah melampaui target Nasional
(90%). Sedangkan hasil pengobatan tipe Pausi basiler (PB) yang dievaluasi adalah
penemuan tahun 2015, dari 16 penderita (laki-laki 11 kasus, perempuan 5 kasus),
semua penderita dinyatakan sembuh
/

tidak minum obat lagi (Release From Treatment/RFT) atau mencapai 100%,
sehingga Kota Pekalongan sudah melampaui target Nasional (90%).
/Studi pendahuluan yang penulis laksanakan di puskesmas Buaran
merupakan penyakit kusta terbesar dari 14 puskesmas di kota pekalongan pada
tahun 2018 yaitu sebanyak 9 orang dengan angka CDR/100.000 : 39.18 , pada
puskesmas Buaran penderita penyakit Kusta tipe Multi basiler (MB) di tahun
2014 hingga 2018 secara berurutan terdapat sejumlah pasien 2 orang pada
tahun 2014 , 2 orang pada tahun 2015 , 3 orang pada tahun 2016 , 5 orang
pada tahun 2017, dan 5 orang pada tahun 2018. Dan kusta Pausi basiler (PB)
pada tahun 2014 hingga 2018 secara berurutan terdapat sejumlah pasien 1
orang pada tahun 2014, 1 orang pada tahun 2015, tidak ada kasus pada tahun
2016, 1 orang pada tahun 2017, 3 orang pada tahun 2018. Sedangkan di
Puskesmas dukuh kasus Multi basiler (MB) di tahun 2014 hingga 2018 secara
berurutan terdapat sejumlah pasien 1 orang pada tahun 2014, 5 orang pada
tahun 2015, 4 orang pada tahun 2016, 3 orang pada tahun 2017, dan 5 orang
pada tahun 2018 dan pada Tipe Pausi basiler (PB) pada tahun 2014 hingga
2018 secara berurutan terdapat sejumlah pasien 3 orang pada tahun 2014, 2
orang pada tahun 2015, 3 orang pada tahun 2016, 6 orang pada tahun
2017,dan 2 orang pada tahun 2018. (Dinkes kota pekalongan)
Ada beberapa tindakan yang sudah dilakukan oleh puskesmas yaitu
memberi penyuluhan dan pendataan kerumah-rumah warga untuk mengetahui
siapa saja yang menderita penyakit kusta. Tindakan yang telah dilakukan
puskesmas untuk pasien kusta menghasilkan penurunan jumlah. Pasien dari
tahun ketahun. Berdasarkan data diatas Maka penulis tertarik untuk membuat
Laporan Kasus Karya Tulis Ilmiah “Pengelolaan kurang Pengetahuan Tentang
Pencegahan Penularan Pada Keluarga Dengan Penyakit Kusta Di Puskesmas
Buaran Kota Pekalongan”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Menggambarkan pengelolaan pencegahan penularan pada keluarga
dengan penyakit Kusta berdasarkan jenis kelamin, usia dan pendidikan
serta dapat menggambarkan pengelolaan pencegahan penularan pada
pasien dan keluarga dengan penyakit Kusta.
/

2. Tujuan Khusus
a. Menggambarkan karakteristik pasien Kusta berdasarkan jenis
kelamin, usia dan pendidikan.
b. /Menggambarkan Diagnosis keperawatan (pencegahan penularan)
pada pasien dan keluarga dengan penyakit Kusta.
c. Menggambarkan perencanaan untuk mengatasi pencegahan
penularan pada pasien dan keluarga dengan kusta
d. Menggambarkan tindakan untuk mengatasi pencegahan penularan
pada pasien dan keluarga terhadap penyakit Kusta.
e. Menggambarkan evaluasi masalah pengelolaan pencegahan
penularan pada pasien dan keluarga terhadap penyakit Kusta.
f. Membahas hasil pengkajian, masalah pencegahan penularan,
perencanaan, tindakan yang ditekankan pada prosedur keperawatan
– SOP, dan evaluasi dari tindakan / pendidikan kesehatan yang
dilakukan untuk mengatasi pencegahan penularan pada pasien dan
keluarga terhadap penyakit Kusta.

C. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk
meningkatkan pengetahuan terutama dalam pengelolaan pencegahan
penularan pasien terhadap penyakit Kusta.
/

Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas pelayanan


pengelolaan pencegahan penularan khususnya pada pasien dan keluarga terhadap penyakit Kusta.
Peningkatan Kesehatan Masyarakat
Hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam peningkatan status kesehatan melalui
promotif khususnya bagi pasien dan keluarga terhadap penyakit Kusta.
/

Anda mungkin juga menyukai