Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu merupakan masalah kesehatan yang serius di Negara Asia
Tenggara salah satu yang dipaparkan adalah data dari ASEAN Millenium Development
Goals (MDGs) tahun 2017. Data tersebut menunjukan bahwa pada tahun 2015 kematian ibu
di Indonesia masih mencapai 305 per 100.000. Angka ini tiga kali lipat lebih tinggi dari pada
target MDGs Indonesia, yaitu 102 per 100.000. Angka ini menempatkan Indonesia sebagai
Negara dengan angka kematian tertinggi kedua di Asia Tenggara. Urutan pertama ditempati
oleh Laos dengan angka kematian 357 per 100.000. Bila dibandingkan dengan tetangga
terdekat,yaitu Singapura dan Malaysia jumlah kematian ibu melahirkan di Indonesia masih
sangat besar. Singapura pada tahun 2015 memiliki angka kematian inu melahirkan 7 per
100.000, dan Malaysia di angka 24 per 100.000. (Kemenkes RI,2018)
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2019, angka
kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
sedikit menurun jika di bandingkan dengan SDKI tahun 1991, yaitu sebesar 390 per 100.000
kelahiran hidup. Angka ini sedikit menurun meskipun tidak terlalu signifikan. Target global
MDGs (Millenium Development Goals) ke-5 adalah, menurunkan angka kematian ibu (AKI)
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 (Kemenkes RI, 2019).
Berdasarkan Survey Antar Sensus (SUPAS) 2015, angka kematian ibu berkisar 305
per 100.000. Dari 14.640 total kematian ibu yang dilaporkan hanya 4.999, berarti ada 83.477
kematian ibu di desa maupun kelurahan, sementara di puskesmas ada 9.825 kematian ibu,
dan 2.868 kematian ibu di rumah sakit . penyebab kematian ibu antara lain akibat gangguan
hipertensi sebanyak 33,07%, pendarahan obstetric 27,03%, komplikasi non obstetric 15,7%,
komplikasi obstetric lainnya 12,04%, infeksi pada kehamlan 6,06%, dan penyebab lainnya
4,81%. (Kemenkes RI,2019)
Berdasarkan laporan dari kabupaten/kota, jumlah kasus kematian ibu di Provinsi NTB
selama tahun 2018 adalah 99 kasus, meningkat dibandingkan tahun 2017 dengan jumlah
kematian ibu 85 kasus,tahun 2016 berjumlah 92 kasus,tahun 2015 berjumlah 95 kasus,tahun
2014 berjumlah 111 kasus. Pada tahun2018 kematian ibu terbanyak terjadi di Kabupaten

1
Lombok Timur yaitu 34 kasus dan untuk Kabupaten Dompu menjadi satu-satunya kabupaten
dengan 0 kasus kematian ibu di tahun 2018 . Trend jumlah kematian ibu tahun 2014-2018.

Gambar I : Grafik Angka Kematian Ibu Pertahun di NTB.

TAHUN
120

100
kasus kematian ibu

80

60

40

20

0
2014 2015 2016 2017 2018

Preeklampsia merupakan salah satu penyakit yang angka kejadian nya disetiap negara
berbeda–beda.Angka kejadian preeklampsia lebih banyak terjadi di negara berkembang
dibandingkan pada negara maju.Hal ini disebabkan karena pada negara maju perawatan
parenatalnya lebih baik.Kejadian preeklampsia dapat di pengaruhi oleh paritas, ras, faktor
genetik dan lingkungan.Dalam kehamilan dengan preeklampsia lebih umum terjadi pada
primigravida, sedangkan pada multigravida lebih berhubungan dengan penyakit hipertesi
kronis, diabetes milletus dan penyakit ginjal (Gafur,2015).

2
Berdasarkan data dari Profil Kesehatan Lombok Tengah, pada tahun 2014 tercatat
AKI di Lombok Tengah berjumlah 18 kasus, tahun 2015 menurun menjadi 16 kasus
pada tahun 2016 meningkat menjadi 26 kasus dan pada tahun 2017 menurun menjadi 23
kasus (Profil Kesehatan Lombok Tengah, 2017).
Berdasarkan data yang di peroleh di RSUD Praya pada tahun 2016 angka kejadian
preeklampsia berat adalah 2,62%, pada tahun 2017 mengalami penurunan menjadi
1,97%, dan pada tahun 2018 menjadi 0,52%, dan pada tahun 2019 angka kejadian dengan
preeklampsia berat menngkat menjadi 0,92%. (Pencatatan dan pelaporan RSUD Praya,
2020).
Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada nulipara. Terdapat
pada wanita usia subur dengan umur ekstrim,biasanya pada wanita umur >35 tahun atau
remaja belasan tahun (Dewi 2016).
Kejadian preeklamsia berat sulit dicegah tetapi di diagnosis dini sangat menentukan
prognosis janin. Pengawasan saat hamil sangat penting karena preeklamsia berat
merupakan penyebab kematian yang tinggi di Indonesia. Upaya Bidan untuk menurunkan
mortalitas dan morbiditas pada ibu nifas dengan preeklamsia berat diperlukan pelayanan
kesehatan yang mengacu pada preventif, promotif, kuratif, rehabilitatif. Dimana dengan
cara pemberian obat anti hipertensi, diet rendah garam dan tinggi protein serta pantau
pemeriksaan urine. Dalam kasus preeklamsia berat peran bidan dalam memberikan
asuhan kebidanan sangat menentukan diagnosa baik buruknya keadaan penderita (Sandra,
2016).

1.2 Ruang Lingkup


Sasaran dari asuhan kebidanan ini adalah ibu nifas dengan preeklampsia berat di ruang
Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Praya Kabupaten Lombok Tengah .

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah, agar penulis dapat mengetahui serta mempelajari
bagaimana pelaksanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan preeklampsia berat
secara optimal di ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Praya kabupaten Lombok
Tengah dengan menggunakan manajemen 7 langkah varney dan pendokumentasian
SOAP.

3
1.4 Manfaat penulisan
1.4.1 Bagi institusi pendidikan
Sebagai bahan masukan bagi institusi program studi D-III kebidanan dalam
penerapan proses asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan preeklampsia berat.
1.4.2 Bagi tenaga kesehatan
Dapat menjadi masukan dan informasi mengenai asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan preeklampsia berat.
1.4.3 Bagi penulis / Mahasiswa Kebidanan UNIQHBA
Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman
dan penerapaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan preeklampsia berat .
1.4.4 Bagi ibu
Meningkatkan kemampuan dan pemahaman ibu tentang perawatan serta
mendapatkan pelayanan dan penanganan yang sesuai dengan penyakit pada ibu nifas
dengan preeklampsia berat di ruang Nifas Rumah sakit umum daerah praya
kabupaten Lombok tengah tahun 2020.

Anda mungkin juga menyukai