Anda di halaman 1dari 281

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

World Health Organization (WHO) memperkirakan 800 perempuan

meninggal setiap harinya akibat komplikasi kehamilan dan proses kelahiran.

Sekitar 99% dari seluruh kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar

80% kematian maternal merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama

kehamilan, persalinan dan setelah persalinan (WHO, 2014).

Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat

yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara 179.000 jiwa, dan Asia Tenggara 16.000 jiwa.

Angka kematian ibu di negara-negara Asia Tenggara yaitu Filipina 170 per

100.000 kelahiran hidup, Vietnam 160 per 100.000 kelahiran hidup, Thailand

44 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 60 per 100.000 kelahiran hidup,

Malaysia 39 per 100.000 kelahiran hidup dan Indonesia 214 per 100.000

kelahiran hidup, (WHO, 2014).

Millennium Development Goals (MDGs) 2015 telah berakhir, dan diganti

dengan Sustainable Development Goals (SDGs) dengan maksud memperkuat

keterlibatan masyarakat internasional dalam menurunkan kemiskinan dan

kelaparan. (Agenda Pembangunan Global Pasca 2015, 2014)


Angka Kematian Ibu dari 359 kasus kematian per 100.000 pada tahun 2012

menjadi 306 per 100.000 kelahiran hidup di tahun 2019. Sedangkan Angka

Kematian Bayi (AKB) di Indonesia saat ini mengalami penurunan yaitu 32 per

1.000 kelahiran hidup. Diantara angka ini, 19 per 1.000 terjadi pada masa

neonatal sejak lahir sampai 28 hari. (SDKI, 2012)

Secara global, lima penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan,

hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus lama/macet dan abortus.

Kematian ibu di Indonesia tetap didominasi oleh tiga penyebab utama kematian

yaitu perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK) dan infeksi. (Rencana Aksi

Percepatan Penurunan AKI Indonesia, 2013)

Penurunan kematian ibu tidak dapat dilakukan hanya dengan mengatasi

faktor penyebabnya saja. Oleh sebab itu, upaya penurunan kematian ibu juga

harus didukung oleh upaya kesehatan reproduksi lainnya termasuk peningkatan

pelayanan antenatal, penurunan kehamilan remaja serta peningkatan cakupan

peserta aktif KB dan penurunan unmet need KB. Faktor “4 Terlalu” (terlalu

muda, terlalu sering, terlalu banyak dan terlalu tua) adalah salah satu faktor

penyebab tidak langsung kematian ibu yang dapat diatasi dengan pelayanan KB.

(Rencana Aksi Percepatan Penurunan AKI Indonesia, 2013).

Kematian neonatal mempunyai kontribusi besar terhadap AKB. Secara

global diketahui bahwa penyebab utama kematian neonatal adalah prematuritas,

infeksi berat, termasuk sepsis/pneumonia, tetanus, diare dan asfiksia. Sebagian

besar kematian neonatal terjadi pada minggu pertama pasca lahir, terutama pada

hari pertama kehidupan. Artinya, masa persalinan dan 24 jam pertama setelah
persalinan merupakan waktu yang sangat kritis dan strategis untuk mencegah

kematian neonatal. Kematian neonatal setelah minggu pertama biasanya

disebabkan oleh infeksi. (Laporan MDGs 2014).

Berat badan dilihat dari Quetet atau Body mass indek (Indek Masa Tubuh =

IMT). Ibu hamil dengan berat badan dibawah normal sering dihubungkan

dengan abnormalitas kehamilan, berat badan lahir rendah (Saryono, 2010).

Bayi dengan berat lahir rendah berkontribusi sebanyak 60 hingga 80% dari

seluruh kematian neonatus dan memiliki resiko kematian 20 kali lebih besar dari

bayi dengan berat normal sampai usia satu tahun sehingga bayi dengan berat

lahir rendah memiliki kemungkinan morbiditas dan mortalitas yang lebih besar.

Prevalensi bayi dengan berat lahir rendah diperkirakan sebanyak 15.5% dari

seluruh kelahiran di dunia dengan 95.5% kejadian BBLR didapatkan di negara

berkembang. Kurang lebih 20 juta bayi dengan berat lahir rendah lahir per

tahunnya (WHO, 2010).

Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan kesehatan anak, antara

lain pelayanan pemeriksaan kehamilan yang berkualitas, persalinan oleh tenaga

kesehatan, pelayanan dan penanganan neonatal (kunjungan neonatal), cakupan

imunisasi khususnya imunisasi campak, penanganan neonatal, bayi dan balita

sakit sesuai standar baik di fasilitas kesehatan dasar dan fasilitas kesehatan

rujukan. Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran keluarga serta masyarakat

akan perawatan pada masa kehamilan, pada masa neonatal, bayi dan balita, serta

deteksi dini penyakit dan semakin sadarnya masyarakat untuk mencari


pengobotan ke fasilitas pelayan kesehatan juga mempengaruhi peningkatan

status kesehatan anak. (Laporan MDGs 2014)

Di Provinsi Kalimantan Timur, Angka Kematian Ibu (AKI), pada tahun

2013 sebesar 125, dan pada tahun 2014 menurun menjadi 108. Angka Kematian

Bayi (AKB) pada tahun 2012 sebesar 32, dan pada tahun 2014 menurun menjadi

24. ( Buku Saku Dinas Kesehatan Prov. Kaltim 2014)

Menurut Rizal Effendi kasus kematian ibu di Balikpapan tahun 2012

tercatat 9 ibu meninggal saat melahirkan. Angka kematian ibu meningkat di

2013 menjadi 10 kasus dan di 2014 bertambah 14 kasus. Grafik peningkatan

kematian ibu di Balikpapan relatif sama dengan kematian bayi di Balikpapan.

Pada 2012 angka kematian bayi sebanyak 68 kasus. Jumlah ini meningkat

menjadi 128 kasus di 2013. Namun di 2014 terjadi penurunan angka kematian

bayi menjadi 123 kasus.

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) cenderung

meningkat di Balikpapan. Menekan laju kenaikan, Dinas Kesehatan Kota (DKK)

Balikpapan memulai home visit, mengunjungi ibu hamil minimal dua kali oleh

bidan, yakni selama kehamilan sekali dan nifas sekali. Tak hanya itu, DKK juga

terus memberikan sosialisasi kepada ibu hamil terutama untuk memenuhi K1

sampai K4. (DKK Balikpapan, 2013)

Bidan berperan sangat penting dalam menurunkan AKI dan AKB. Karena

bidan sebagai ujung tombak atau tenaga kesehatan yang berada di garis terdepan

dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dalam memberikan pelayanan


yang berkesinambungan dan paripurna berfokus pada aspek pencegahan melalui

pendidikan kesehatan dan konseling, promosi kesehatan, pertolongan persalinan

normal dengan berlandaskan kemitraan dan pemberdayaan perempuan serta

melakukan deteksi dini pada kasus-kasus rujukan kebidanan (Depkes RI,2013).

Selain itu, pemerintah bersama masyarakat juga bertanggung jawab untuk

menjamin bahwa setiap ibu memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas, mulai dari saat hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan terlatih, dan perawatan pasca persalinan bagi ibu dan bayi, perawatan

khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, dan memperoleh cuti hamil dan

melahirkan serta akses terhadap keluarga berencana. (Profil Kesehatan Indonesia

2013).

Berdasarkan pengkajian awal yang saya lakukan pada Ny.R tanggal 20 April

2016 di temukan bahwa ketidaksesuaian antara usia kehamilan dengan tinggi

fundus uteri, umur klien 33 tahun G3P2002 usia kehamilan 35 minggu 4 hari. Pada

riwayat kehamilan pertama dan kedua tidak mengalami kelainan apapun serta

kehamilan yang ketiga ini memiliki keluhan keram pada tangan, dan riwayat

anak kedua tidak ASI ekslusif. Hari Pertama Haid Terakhir (HPHT) ialah 14

Agustus 2015.

Alasan penulis memilih Ny. R karena klien maupun keluarga bersedia

berpartisipasi dalam asuhan komprehensif. Berdasarkan hasil pengkajian

tersebut, penulis merasa perlu untuk melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada Ny. R selama masa kehamilan, bersalin, bayi baru lahir,

nifas, neonatus, dan pemilihan alat kontrasepsi dalam laporan studi kasus dengan
judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ny.R Usia 33 Tahun G3P2002

hamil 35 Minggu 4 hari di Kelurahan Batu Ampar, Kota Balikapapan Tahun

2016”. Pelaksanaan asuhan komprehensif ini bertujuan agar Ny.R dapat melalui

proses kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan

kontrasepsi secara aman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas yang menjadi rumusan masalah

adalah “Bagaimana pelayanan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.R Usia

33 Tahun G3P2002 hamil 35 Minggu 4 hari di Kelurahan Batu Ampar, Kota

Balikpapan dalam masa kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus

sampai dengan pelayanan kontrasepsi sesuai dengan standar pelayanan

kebidanan dan mendokumentasikan dalam bentuk SOAP?”

C. Tujuan

1.Tujuan Umum

Tujuan umum dari laporan ini adalah mahasiswa mampu melakukan

asuhan kebidanan secara komprehensif pada Ny.R G3P2002usia kehamilan

35 Minggu 4 hari di Kelurahan Batu Ampar Kota Balikpapan Tahun 2016

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan dan mendokumentasikannya

dalam bentuk SOAP.


2.Tujuan Khusus

Laporan tugas akhir ini bertujuan agar mahasiswa :

a. Mampu melakukan asuhan kehamilan secara komprehensif terhadap

Ny.R G3P2002 usia kehamilan 35 Minggu 4 hari dan melakukan

pendokumentasian dengan metode SOAP.

b. Mampu melakukan asuhan persalinan secara komprehensif terhadap

Ny.R G3P2002 usia kehamilan 35 Minggu 4 hari dan melakukan

pendokumentasian dengan metode SOAP.

c. Mampu melakukan asuhan bayi baru lahir secara komprehensif terhadap

By. Ny.R dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

d. Mampu melakukan asuhan nifas secara komprehensif terhadap Ny.R dan

melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

e. Mampu melakukan asuhan neonatus secara komprehensif terhadap By.

Ny.R dan melakukan pendokumentasian dengan metode SOAP.

f. Mampu melakukan asuhan keluarga berencana secara komprehensif

terhadap Ny.R dan melakukan pendokumentasian dengan metode

SOAP.
D. Manfaat

1. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan Kota Balikpapan

Dapat menghasilkan atau menjadi bahan acuan untuk pertimbangan bagi

Dinas Kesehatan Kota Balikpapan mengenai asuhan kebidanan yang

komprehensif yang sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

b. Bagi Puskesmas Wilayak Kerja Setempat

Dapat membantu untuk menjalankan dan melancarkan program kerja

puskesmas dan dapat mengurangi AKI dan AKB di wilayah kerja

puskesmas karena asuhan yang diberikan sesuai dengan standar pelayanan

asuhan kebidanan. Dengan komunikasi yang baik dapat meningkatkan

kepercayaan masyarakat terhadap kinerja puskesmas tersebut.

c. Bagi Institusi Poltekkes Kemenkes Kaltim Prodi D-III Kebidanan

Balikpapan,

Memberikan pendidikan dan pengalaman bagi mahasiswanya dalam

melakukan asuhan kebidanan secara komprehensif mulai dari kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelayanan kontrasepsi

sehingga dapat menumbuhkan dan menciptakan bidan terampil,

profesional dan mandiri.


d. Bagi penulis

Dapat memberikan pengalaman untuk dapat mempraktikkan teori yang

didapat secara langsung dalam melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif pada ibu hamil, bersalin, bayi baru lahir,nifas, neonatus dan

KB.

e. Bagi klien

Untuk meningkatkan pengetahuan serta wawasan klien tentang kehamilan,

persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan keluarga berencana, dan

meningkatkan derajat kesehatan klien dan keluarganya.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis laporan tugas akhir ini bermanfaat untuk menambah

wawasan dalam memaparkan tentanh asuhan kebidanan komprehensif.

Laporan ini juga dapat digunakan untuk mengetahui apakahn asuhan yang

disampaikan dalam teori sesuai atau tidak jika dilakukan asuhan sesuai data

dilapangan. Sehingga dapat dibuat teori yang disesuaikan antara teori yang

ada dengan asuhan yang ada dilapangan, sehingga didapatkan suatu

kesinambungan antara teori dan asuhan yang diberikan.

E. Ruang Lingkup
Penulisan laporan studi kasus ini disusun berdasarkan metode deskriptif

dalam bentuk studi kasus continuity of care, yang bertujuan memberikan asuhan

secara komprehensif pada Ny.K G3P2002 usia kehamilan 35 Minggu 4 hari di

Kelurahan Batu Ampar, Kota Balikpapan mulai dari kehamilan, persalinan, bayi

baru lahir, nifas, neonatus, hingga pelaksanaan program KB dengan cara pola

pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah

Varney.

F. Sistematika Penulisan

Sistematika pada penulisan proposal ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu

bagian awal, bagian inti dan bagian akhir. Pada bagian awal terdapat sampul,

halaman judul, halaman persetujuan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,

daftar bagan, dan daftar lampiran. Sampul memuat judul proposal, lambang

Poltekkes Kemenkes Kaltim, nama, Nomor Induk Mahasiswa (NIM), istitusi

yang dituju dan waktu penagjuan proposal.

Pada bagian inti memuat bab I, bab II, dan bab III.Pada bab I dijelaskan

tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan yang terdiri dari tujuan umum

dan tujuan khusus, manfaat yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat

praktis, ruang lingkup dan sistematika penulisan. Pada bab II dijelaskan tentang

konsep dasar teori dan konsep dasar manajemen asuhan kebidanan. Pada bab III

dijelaskan tentang jenis karangan ilmiah, lokasi dan waktu penelitian, subyek
kasus penelitian, teknik pengumpulan dan analisis data, instrument, kerangka

kerja dan etika.

Pada bagian akhir memuat daftar pustaka dan lembar lampiran. Daftar

pustaka merupakan sumber informasi yang ada di dalam penulisan Laporan

Tugas Akhir, refrensi yang digunakan adalah refrensi dengan tahun penerbitan

atau yang dipublikasikan dalam 10 tahun terakhir minimal 10 pustaka dan

menyertakan jurnal ilmiah minimal 3 refrensi dengan tahun publiksai 5 tahun

terakhir.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Asuhan Kebidanan Komprehensif

1. Manajemen Varney

Asuhan Kebidanan Komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara lengkap, dengan adanya pemeriksaan laboratorium

sederhana dan konseling. (Varney, 2006). Asuhan kebidanan komprehensif

mencakup empat kegiatan berkesinambungan diantranya yaitu dimulai dari

memberikan asuhan kebidanan kehamilan (antenatal care), asuhan

kebidanan persalinan (intranatal care), asuhan kebidanan masa nifas

(postnatal care), asuhan pada bayi baru lahir (neonatal care), sampai asuhan

pelayanan kontrasepsi (Varney, 2006).

Tujuan dari asuhan kebidanan ini dilakukan agar dapat mengetahui hal

apa saja yang terjadi pada seorang wanita semenjak hamil, bersalin, nifas,

bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi serta melatih dalam

melakukan pengkajian, menegakkan diagnosa secara tepat, antisipasi

masalah yang mungkin terjadi, menentukan tindakan segera, melakukan


perencanaan dan tindakan sesuai dengan kebutuhan ibu, serta mampu

melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan (Varney, 2008)

Asuhan Kebidanan adalah penerapan dan kegiatan yang menjadi

tanggung jawab dalam memberikan pelayanan terhadap klien yang

mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu pada saat

hamil, bersalin, nifas, dan bayi baru lahir serta KB (IBI, 2006).

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, temuan, serta keterampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang

berfokus pada pasien (Varney, 2007).

Varney (1997) menjelaskan proses manajemen merupakan proses

pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal

tahun 1970 an. Prinsip prinsip manajemen meliputi: efisiensi, efektifitas

dan rasional dalam mengambil keputusan.

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Langkah pertama mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk

mengevaluasi ibu dan bayi baru lahir.

Langkah II : Interpretasi data

Menginterpretasikan data untuk kemudian diproses menjadi masalah atau

diagnosis serta kebutuhan perawatan kesehatan yang diidentifikasi khusus.

Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial


Mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial berdasarkan masalah dan

diagnose saat ini berkenaan dengan tindakan antisipasi, pencegahan, jika

memungkinkan, menunggu dengan waspada penuh, dan persiapan terhadap

semua keadaan yang mungkin muncul.

Langkah IV : Identifikasi kebutuhan memerlukan penanganan segera

Langkah keempat mencerminkan sikap kesinambungan proses

penatalaksanaan yang tidak hanya dilakukan selama perawatan primer atau

kunjungan prenatal periodik, tetapi juga saat bidan melakukan perawatan

berkelanjutan.

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Langkah ini merupakan pengembangan masalah atau diagnosis yang

diidentifikasi baik pada saat ini maupaun yang dapat diantisipasi serta

perawatan kesehatan yang dibutuhkan.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh. Rencana asuhan

menyeluruh seperti yang sudah diuaraikan pada langkah kelima dilaksankan

secara efisien dan aman.

Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi merupakan tindakan untuk memeriksa apakah rencana perawatan

yang dilakukan benar-benar telah mencapai tujuan atau belum.

Asuhan lanjutan digunakan setelah 7 langkah Varney dilakukan

catatan perkembangan dalam bentuk dokumentasi kebidanan SOAP dalam.

Menurut Varney dalam Asrinah (2010) sistem pondokumentasian asuhan

kebidanan dengan menggunakan SOAP yaitu:


a. S (Subyektif) :

Menggambarkan dan mendokumentasikan Hasil pengumpulan data klien

melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.

b. O (Objektif) :

Menggambarkan dan mendokumentasikan Hasil pemeriksaan fisik klien,

hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam data

fokus untuk mendukung asuhan langkah satu Varney.

c. A (Assesment)

Menggambarkan dan mendokumentasikan hasil analisa dan interpretasi

data subjektif dan objektif suatu identifikasi.

d. P (Planning)

Menggambarkan dan mendokumentasikan dari tindakan dan evaluasi

perencanaan berdasarkan pada assesment sebagai langkah V, VI, VII

Varney.

Konsep manajemen asuhan kebidanan

1. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil

a. Langkah 1. Pengkajian data ibu

Data Subjektif:

1) Umur : <16 tahun atau >35 tahun mempredisposisi wanita terhadap

sejumlah komplikasi (Varney, 2007).

2) Agama : untuk mengetahui bimbingan rohani ibu.


3) Suku/Bangsa : Ibu dari ras kulit hitam memiliki faktor resiko untuk

melahirkan secara prematur (Sinclair, 2009).

4) Pendidikan : Pendidikan berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan

untuk mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan

dapat memberikan konseling sesuai dengan pendidikannya. (Ambarwati,

2009)

5) Pekerjaan : Ibu dengan status sosioekonomi yang rendah dapat beresiko

untuk melahirka secara prematur (Sinclair, 2009).

6) Alamat : untuk mengetahui letak geografis ibu

7) Alasan datang periksa :

a) Apakah alasan ibu melakukan pemeriksaan?

b) Apakah saat ini ibu memiliki keluhan?

8) Keluhan utama : Sering buang air kecil, hemoroid, keputihan, keringat

yang bertambah, sembelit, sakit punggung dan varises pada kaki

(Sulistyawati, 2009).

9) Riwayat perkawinan : Status perkawinan, perkawinan ke, umur ibu saat

perkawinan dan lama perkawinan.

10) Riwayat menstruasi : HPHT, siklus haid, perdarahan pervaginam, dan

flour albus

11) Riwayat kehamilan sekarang : riwayat ANC, gerakan janin, tanda bahaya

atau penyulit, keluhan utama, obat yang dikonsumsi, termasuk jamu, dan

kekhawatiran ibu.
12) Riwayat obstetri : (Gravida (G)... Para (P)... Abortus (Ab)... Anak hidup

(Ah) ...), meliputi : perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas yang

lalu, BB lahir bayi < 2500 gram atau nifas yang lalu.

13) Riwayat keluarga berencana : Jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga

dan tempat saat pemasangan dan berhenti, keluhan/alasan berhenti.

14) Riwayat kesehatan/penyakit ibu dan keluarga : penyakit jantung,

hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi, hati, malaria, penyakit

kelamin, HIV/AIDS.

15) Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat / makanan.

16) Imunisasi TT

17) Pola pemenihan kebutuhan sehari-hari : pola nutrisi (makan dan minum),

eliminasi (BAB dan BAK), personal hygiene, aktivitas dan istirahat.

18) Riwayat psikososial : pengetahuan dan respon ibu terhadap kehamilan

dan kondisi yang dihadapi saat ini, jumlah keluarga di rumah, respon

keluarga terhadap kehamilan, dukungan keluarga, pengambilan keputusan

dalam keluarga, tempat melahirkan dan penolonf yang diinginkan ibu.

Data Obyektif berisi :

1) Pemeriksaan Umum

a) Kesadaran : Composmentis

b) Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg. Peningkatan

sistolik 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 10 mmHg masih

dianggap normal (Varney, 2007)

c) Nadi : 60-100 x/menit (Varney, 2007)

d) Pernapasan : 16-20 x/menit (Varney, 2007)


e) Suhu : 36,5 – 37,50C (Varney, 2007)

f) Antropometri :

(1) Tinggi badan : >145 cm. Bila kurang dari 145 cm, ibu

memiliki faktor resiko kesempitan panggul (Hidayati, 2009).

(2) Berat badan sebelum hamil

(3) Berat badan sekarang

Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan total

adalah 9-12 kg. Bila terdapat kenaikan berat badan yang

berlebihan, perlu dipikirkan adanya risiko bengkak, kehamilan

kembar, hidroamnion atau anak besar (Hidayati, 2009).

Pertambahan BB lebih dari 15 kg dapat diindikasikan bahwa

ibu mengalami Preeklamsia Berat (PEB), diabetes melitus,

dan janin mengalami makrosomia (Varney, 2007)

Kenaikan berat badan ibu hamil dapat mencapai sekitar 12,5

kg selama masa kehamilan. Rata-rata peningkatan berat badan

adalah sekitar 0,5 kg/minggu selama trimester kedua

kehamilan, peningkatan paling pesat terjadi antara minggu ke-

16 dan ke-24 (Henderson, 2006).

(4) LILA : >23,5 cm

Ukuran LILA yang kurang dari 23,5 cm merupakan indikator

kuat untuk status gizi yang kurang/buruk (Hidayati, 2009).

Pemeriksaan Fisik

a. Pemeriksaan fisik ibu hamil, meliputi :


1) Keadaan umum, meliputi: tingkat energi, keadaan emosi dan

postur badan ibu selama pemeriksaan, TB dan BB

2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, frekuensi, denyut nadi dan

pernapasan.

3) Kepala dan leher, meliputi: edema wajah, kloasma gravidarum,

mata (kelpoak mata pucat atau tidak, warna sclera), mulut (rahang

pucat, kebersihan), keadaan gigi (karies, karang, tonsil), leher:

pembesaran kelenjar tiroid, pembuluh limfe.

4) Payudara, meliputi: adanya bekas luka, hiperpigmentasi areola,

keadaan putting susu, kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa

dan pembesaran kelenjar limfe.

5) Abdomen, meliputi: adanya bekas luka, hiperpigmentasi (linea

nigra, striae gravidarum), Tinggu fundus Uteri (TFU) dengan

tangan jika usia kehamilan lebih dari 12 minggu, dan dengan pita

ukuran jika usia kehamilan lebih dari 22 minggu. Palpasi abdomen

untuk mengetahui letak, presentasi, posisi (usia kehamilan lebih

dari 28 minggu), DJJ janin dengan fetoskop jika usia kehamilan

lebih dari 18 minggu.

6) Ektremitas, meliputi: edema tangan dan kaki, pucat pada kuku jari,

varises, reflek patella.

7) Gentalia, meliputi: luka, varises, kondiloma, cairan (warna,

konsistensi, jumlah, bau) keadaan kelenjar batholini

(pembengkakan, cairan, kista), nyeri tekan hemorrhoid dan

kelainan.
8) Inspekulo, meliputi: keadaan serviks? (cairan, darah, luka,

pembukaan), keadaan dinding vagina (cairan, darah, luka).

9) Pemeriksaan bimanual untuk mencari letak serviks, adakah dilatasi

dan nyeri tekan/goyang. Palpasi uterus untuk menentukan ukuran,

bentuk, posisi, mobilitas, nyeri, adanya massa (Pada trimester 1

saja)

10) Punggung, ada kelainan bentuk atau tidak

11) Palpasi abdomen

Ada 4 macam palpasi abdomen pada ibu hamil, bertujuan untuk

mengetahui umur kehamilan dan letak janin. 4 macam palpasi

abdomen pada ibu hamil, antara lain: Palpasi leopold, Palpasi

Afheld, Palpasi budin dan Palpasi Knebel.

Palpasi Leopold secara lengkap (I sampai IV) baru dapat dilakukan

kurang lebih pada usia 24 minggu:

a) Palpasi Leopold I

Tujuan dari palpasi Leopold I adalah untuk menentukan umur

kehamilan dengan menentukan TFU dan menetukan bagian

janin yang ada pada fundus uteri. Prosedur pemeriksaan

Palpasi

Leopold I adalah sebagai berikut:

(1) Bidan menghadap kearah muka ibu, uterus dibawah ke

tengah

(2) Menentukan TFU dengan jari


(3) Menentukan bagian kepala yang ada pada fundus uteri.

Sifat kepala adalah keras, bulat dan melenting, sifat bokong

adalah lunak, kurang bulat, kurang melenting. Pada letak

lintang, fundus uteri kosong

b) Palpasi Leopold II

Tujuan pemeriksaan Palpasi Leopold II adalah: menentukan

letak janin, apakah memanjang atau melintang, serta

menentukan bagian janin yang ada di sebelah kanan dan kiri

uterus. Prosedur pemeriksaan palpasi Leopold II adalah

sebagai berikut:

(1) Kedua tangan pindah kesamping

(2) Tangan kiri menahan sisi uterus ibu sebelah kanan, tangan

kanan meraba sisi sebelah kiri uterus ibu dari atas ke bawah,

apakah teraba bagian punggung atau bagian-bagian kecil janin

adalah berbenjol-benjol, sempit, bila didorong tahanan lemah.

Pada letak lintang sisi uterus sebelah kanan atau kiri bisa

teraba kepala atau bokong janin.

(3) Berganti tangan kanan menahan sisi uterus sebelah kiri,

tangan kiri meraba sisi uterus ibu sebelah kanan atau kiri bisa

teraba kepala atau bokong janin

c) Palpasi Leopold III

Tujuan Pemeriksaan Palpasi Leopold III, yaitu menetukan

bagian terendah (presentasi janin dan menentukan apakah

presentasi janin sudah mulai masuk pap).


Prosedur pemeriksaan palpasi Leopold III adalah:

(1) Menggunakan satu tangan saja

(2) Tangan kiri memegang bagian yang berada di bagian

bawah uterus dan menggoyang-goyangkan. Sifat kepala

adalah keras, bulat dan melenting, sifat bokong adalah lunak,

kurang bulat, kurang melenting. Pada letak lintang, fundus

uteri kosong

(3) Apabila bagian terendah janin masih dapat digoyangkan

berarti bagian presentasi janin belum masuk panggul. Apabila

bagian presentasi janin sudah tidak dapat digoyang-

goyangkan berarti presentasi janin sudah masuk panggul

d) Palpasi Leopold IV

Tujuan Pemeriksaan Palpasi Leopold IV yaitu menentukan

seberapa jauh masuknya presentasi janin ke PAP. Prosedur

pemeriksaan palpasi Leopold IV adalah:

(1) Bidan menghadap kearah kaki ibu

(2) Kedua tangan ditempatkan pada permukaan presentasi

janin. Jika kedua tangan konvegen berarti hanya sebagian

kecil presentasi janin yang sudah masuk panggul. Jika kedua

tangan sejajar berarti separuh bagian presentasi janin sudah

masuk rongga panggul. Jika kedua tangan divergen berarti

bagian terbesar dari rongga panggul dan telah melewati PAP.

Pemeriksaan palpasi Leopold IV ini tidak dilakukan jika

presentasi janin masih tinggi


12) Pemeriksaan Panggul

Indikasi pemeriksaan ukuran panggul adalah pada ibu-ibu

hamil yang diduga panggul sempit, yaitu: pada primigravida kepala

belum masuk panggul pada 4 minggu terakhir, pada multipara

dengan riwayat obstetric jelek, pada ibu hamil dengan kelainan

letak pada 4 minggu terakhir dan pada ibu hamil dengan kiposis,

skilosis, kaki pincang atau cebol. Ada 2 jenis ukuran panggul pada

ibu hamil, yaitu ukuran panggul luar dan panggul dalam. ukuran

panggul luar tidak dapat menilai persalinan dapat berlangsung

spontan atau tidak, tetapi bisa member petunjuk kemungkinan ibu

hamil memiliki panggul sempi. Ukuran panggul luar terdiri atas:

distansia spinarum (24-26 cm), distansia kristaru (28-30 cm),

konjungata eksterna (18 cm), distansia tuberum (10,5 cm) dan

lingkar panggul (80-90 cm).

13) Pemeriksaan Laboratorium

Beberapa pemeriksaan laboratorium yang harus dilakukan pada

ibu hamil adalah pemeriksaan melalui sampel urine atau sampel

darah. Pemeriksaan sampel urine pada ibu hamil antara lain untuk

keperluan pemeriksaan tes kehamilan (PP Test), warna urine, bau,

kejernihan, protein urine, dan glukosa urine.

Pemeriksaan darah ibu hamil, antara lain bertujuan untuk

memeriksa hemoglobin, golongan darah, hematokrit darah, factor

resus, rubella, VDRL/RPR dan HIV. Pemeriksaan HIV harus

dilakukan dengan persetujuan ibu hamil.


b. Langkah 2. Interpretasi Data Dasar

Data dasar yang sudah dikumpulkan di interpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Diagnosis kebidanan

adalah diagnosis yang ditegakkan oleh profesi (bidan) dalam lingkup

praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis

kebidanan.

Diagnosis : G...PAPAH usia kehamilan..... minggu janin tunggal/ganda,

hidup/mati, intrauterin/ekstrauterin.

G : Gravida

P : Para

A : Aterm

P : Prematur

A : Abortus

H : Hidup (Varney, 2006)

Masalah : Hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman hal yang sedang

dialami klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang

menyertai diagnosis.

c. Langkah 3. Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah

diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan

antisipasi agar diagnosis/masalah potensial tersebut tidak terjadi.

d. Langkah 4. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus

dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup


tindakan segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau

bersifat rujukan.

e. Langkah 5. Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh sebagai

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis dan masalah yang telah

diidentifikasi.

1) Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu

Rasional: Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

2) Berikan informasi tentang perubahan fisik pada ibu trimester III

Rasional: Penambahan kenormalan perubahan ini dapat menurunkan

kecemasan dan membantu meningkatkan penyesuaian aktivitass

perawatan diri.

3) Berikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan

Rasional: Mengetahui tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu

mampu mendeteksi dini tanda yang dapat membahayakan

keselamatan ibu dan janinnya

4) Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil.

Rasional: Karena dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi

makin tinggi untuk pertumbuhan janin (Varney, 2007)

5) Jelaskan mengenai tanda-tanda persalinan.


Rasional: Hal ini bertujuan untuk membantu ibu dalam mengetahui

secara dini tanda-tanda persalinan, sehingga ibu dan keluarga siap

ketika akan menghadapi persalinan.

6) Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup.

Rasional: Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan

dengan pertumbuhan jaringan ibu/janin

7) Tambahkan suplemen kalsium setiap hari bila asupan produk susu

dikurangi.

Rasional: Membantu dalam memperbaiki keseimbangan

kalsium/fosfor dan menurunkan kram otot.

8) Anjurkan klien untuk tidur posisi miring ke kiri

Rasional: Posisi ini menurunkan kemungkinan terjadinya penekanan

pada vena cava inferior.

9) Ajarkan cara mengkaji gerakan janin.

Rasional : Insufiensi plasenta dapat dideteksi dengan adanya

penurunan gerakan janin. Janin dengan perfusi plasenta adekuat

menunjukkan puncak gerakan antara gestasi minggu ke 29-38.

10)Jadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang.

Rasional : Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk

mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan segera guna

memungkinkan tindakan preventif atau korektif.

f. Langkah 6. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya


oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan

lainnya.

g. Langkah 7. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

2. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin

Pengkajian diawali dengan mengisi tanggal pengkajian, waktu, tempat, nama

pengkaji. Terdiri dari data subjektif, data objektif,

a. Langkah 1. Pengkajian data ibu

Data Subyektif

1) Identitas

Nama, umur (usia dibawah 16 tahun atau diatas 35 tahun

mempredisposisi wanita terhadap sejumlah komplikasi), agama,

suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat

2) Keluhan Utama : Nyeri (kontraksi uterus), pengeluaran lendir darah &

cairan ketuban (Saifuddin, 2010).

3) Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat Kesehatan Sekarang (JPNK-KR, 2008):

(a) Kapan mulai kontraksi?

(b) Apakah kontraksi teratur? Seberapa sering kontraksi terjadi?

(c) Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi?


(d) Apakah selaput ketuban sudah pecah? Jika ya, apa warna cairan

ketuban? Apakah kental atau encer? Kapan saat selaput ketuban

pecah?

(e) Apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu? Apakah

berupa bercak atau darah segar per vaginam?

Riwayat Kesehatan yang Lalu:

Mengkaji riwayat penyakit yang pernah/sedang diderita klien yang

dapat mempengaruhi atau memperberat/diperberat oleh persalinan.

Perlu pengkajian tentang riwayat penyakit menular, riwayat penyakit

herediter, riwayat alergi dan riwayat pembedahan.

Riwayat penyakit menular

(a) Ibu hamil dengan riwayat TBC aktif kemungkinan bisa

menyebabkan kuman saat persalinan dan bisa menular pada bayi

(Saifuddin, 2010).

(b) Hepatitis yang terjadi selama kehamilan dapat menyebabkan

karioamnionitis selama persalinan (Saifuddin, 2010).

(c) Pada ibu yang menderita HIV/AIDS dalam populasi yang tidak

diobati resiko absolut standart penularan ibu kepada anak

(mother-to-child transmission, MTCT) sebagian besar infeksi

perinatal (65 sampai 75 persen) terjadi disekitar waktu

melahirkan (Varney, 2007).

Riwayat penyakit herediter

(a) Hipertensi dapat menyebabkan morbiditas ibu serta terjadi

persalinan premature iatrogenic (Varney, 2007).


(b) Komplikasi yang mungkin terjadi pada kehamilan diabetes

melitusakan meningkatkan resiko janin terjadinya makrosomia,

dan trauma persalinan (Saifuddin, 2010).

(c) Asma, terutama jika berat, dapat secara substansial

mempengaruhi hasil akhir kehamilan. Peningkatan insidensi

preeklamsia, persalinan premature, berat badan lahir rendah, dan

mortalitas perinatal pernah dilaporkan berkaitan dengan asma

(Varney, 2007).

4) Riwayat Kesehatan Keluarga :

Mengkaji riwayat penyakit Herediter (Hipertensi, DM, Asma),

menular Hepatitis, TBC, HIV/AIDS) Bila dalam keluarga ada

riwayat kembar,maka kemungkinan akan menurun.

5) Riwayat Menstruasi :

a) HPHT: merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan

perkiraan tafsiran partus (Varney, 2007).

b) Riwayat siklus, lama, dan jumlah menstruasi klien.

Wanita sering kali keliru mengartikan bercak darah akibat

implantasi sebagai periode menstruasi, meski menstruasi ini

sangat berbeda dari menstruasi yang biasa ia alami.

Siklus : 28 ± 2 hari

Lama : 3-8 hari (Mochtar,2008)

6) Riwayat Obstetri

Tabel 2.1 Riwayat obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


No
BB
Abnorma
Tahun An U J /
Peny Jenis Pnlg Tmpt Peny H M litas Lakt Peny
ak K K
PB

1.

2.

7) Riwayat Makrosomia.

Beberapa ibu yang secara genetic selalu melahirkan bayi besar,

seperti ibu dengan diabetes mellitus yang menyebabkan penyulit

dalam persalinan akibat janin besar yang merupakan kelanjutan dari

penyulit kehamilan dengan janin besar, Implikasi makrosomia bagi

ibu melibatkan distensi uterus, menyebabkan peregangan yang

berlebihan pada serat-serat uterus. Hal ini menyebabkan

disfungsional persalinan, kemungkinan ruptur uterus, dan

peningkatan insiden perdarahan postpartum (Varney, 2007).

8) Riwayat persalinan buruk sebelumnya.

Menurut Sulistiowati (2001) yang dikutip Suryani (2008), bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara riwayat persalinan buruk

sebelumnya dengan perdarahan pasca persalinan.

9) Riwayat bedah sesar akan mempengaruhi perdarahan, persalinan

lama, malpresentasi, ruptur uterus atau sesar darurat pada wanita

yang melahirkan anak pertamanya secara sesar (Varney, 2007).

10)Riwayat Kehamilan Sekarang Varney (2007)

Riwayat kehamilan saat ini dikaji untuk mendeteksi komplikasi,

beberapa ketidaknyamanan, dan setiap keluhan yang dialami klien

sejak haid terakhir (HPHT).


a) Keluhan tiap trimester

b) Queckening

c) Pemeriksaan kehamilan

d) Penkes yang sudah didapat

e) Imunisasi

f) Kebiasaan yang dapat mempengaruhi kehamilan:

(1) Merokok sebelum atau pada awal kehamilan meningkatkan

risiko aborsi spontan dan plasenta abnormal

(2) Konsumsi alkohol selama kehamilan dikaitkan dengan

peningkatan risiko aborsi spontan pada trimester kedua dan

defisiensi nutrisi

(3) Selama kehamilan, penggunaan kokain dikaitkan dengan

aborsi spontan, persalinan dan pelahiran premature, abrupsi

placenta, persalinan dan pelahiran cepat, intoleransi janin

terhadap persalinan, berat badan lahir rendah, dan kematian

janin

11)Riwayat Kontrasepsi:

Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang

pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian

terakhir dengan kehamilan.

12)Pola Fungsional Kesehatan

Tabel 2.2 Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Kebanyakan wanita saat persalinan tidak menginginkan untuk makan.


Namun, cairan yang adekuat harus disediakan untuk mencegah terjadinya
dehidrasi.
Eliminasi Pada kala I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di area pelvis .

Istirahat Ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa pun dalam waktu
yang lama.
Aktivitas Pada primi ataupun multi akan memberika perhatian pada kontraksi, timbul
kecemasan, tegang,perasaan tidak enak atau gelisah.
Personal hygiene Ibu hamil selalu mandi dan menggunakan baju yang bersih selama persalinan

(Sumber: Varney, 2007)

13)Riwayat Psikososiokultural Spiritual :

a) Psikologis (Varney, 2007):

(1) Riwayat pernikahan: Pernikahan keberapa, lama menikah,

status pernikahan sah/tidak. Untuk membantu menunujukkan

keadaan alat kelamin ibu (Varney, 2007).

(2) Kehamilan ini direncanakan atau tidak

(3) Respon klien dan keluarga terhadap persalinan

(4) Psikologis ibu menghadap persalinan

b) Sosial, yaitu penerimaan keluarga terhadap kehamilan ini

c) Kultural, yaitu adat istiadat yang dapat merugikan yang akan

dilakukan oleh ibu dan keluarga saat persalinan.

d) Spiritual yaitu, pola ibadah selama hamil.

Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

a) Kesadaran, tanda–tanda vital (nadi, suhu tubuh, pernapasan)


b) Antropometri (tinggi badan, Berat badan sebelum hamil, Berat

badan sekaran, LILA)

2) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi, Palpasi, auskultasi

Kepala, Wajah , Mata, Telinga, Hidung, Mulut, Leher, Dada,

Abdomen (Leopold I, Leopold II, Leopold III, Leopold IV) ,

Genetalia, Anus, Ekstremitas

3) Pemeriksaan Khusus

a) Pemeriksaan HIS

Pada persalinan normal, frekuensi kontraksi meningkat dari satu

kali kontraksi setiap 3-5 menit menjadi satu kali kontraksi setiap 2-

3 menit selama fase aktif (Benson, 2008). His dianggap adekuat

jika terjadi > 3 kali dalam 10 menit dan berlangsung selama > 40

detik (Varney, 2008).

b) Pemeriksaan dalam

Tanggal : Jam : Oleh :

(1) Vulva, vagina : tidak ada massa, tidak oedem.

(2) Portio : tebal/ lunak

(3) Effacement :

(4) Pembukaan : 0-3cm : Fase laten

3-4 cm : Fase aktif, akselerasi

4-9 cm : Fase aktif, dilatasi maksimal


9-10 cm : Fase aktif, deselearasi

(5) Ketuban :

U : Selaput ketuban masih utuh (belum pecah)

J : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih

M : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium

D : Selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah

K : Selaput ketuban pecah dan tidak teraba air ketuban

(6) Presentasi : Belakang kepala

(7) Denominator : Ubun-ubun kecil (oksiput)

(8) Posisi : Ubun-ubun kecil kiri depan (LOA)/ubun ubun

kecil kanan depan (ROA)

(9) Hodge : Hodge I - IV

4) Pemeriksaan Penunjang

a) Pemeriksaan laboratorium

(1) Kadar Hb normal >11 gr% (Leveno, 2009).

Anemia dapat beresiko perdarahan saat persalinan karena

luka akibat persalinan sulit menutup, meninggal saat

persalinan dan meningkatkan resiko persalinan prematur

(Sinsin, 2008).

(2) Albumin urine negatif

Bila ada dalam urine ada kemungkinan preeklamsia ringan

(Manuaba, 2009).
(3) Reduksi urine negative

Bila ada dalam urine ada kemungkinan diabetes melitus

(Manuaba, 2009).

b) Pemeriksaan radiologi

Ultrasonografi janin intrauterine (Manuaba, 2007).

b. Langkah 2. Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : G..PAPAH usia kehamilan .... Minggu... Hari, Inpartu Kala I

Fase Laten atau Aktif janin tunggal/ganda Persalinan Normal

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : Ada/Tidak ada

Masalah Potensial : Ada/Tidak ada

d. Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Kebutuhan Segera : Ada/Tidak ada

e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

1) Jelaskan hasil pemeriksaan

Rasional: penjelasan hak klien merupakan hak klien dan keluarga

(Varney, 2008)

2) Pantau keadaan umum ibu, kemajuan persalinan dan kesejahteraan

janin menggunakan partograf.

Rasional: Partograf merupakan alat ukur kemajuan persalinan

(Varney, 2007).

3) Berikan intake cairan dan nutrisi yang adekuat.


Rasional: Makan dan cairan yang cukup dapat member energi

(Varney, 2007).

4) Anjurkan ibu untuk miring kiri

Rasional: Berbaring miring kiri dapat mengurangi tekanan pada vena

cava inferior yang dapat menyebabkan hipoksia pada janin dan dapat

membantu mempercepat penurunan bagian terendah janin (Varney,

2007).

5) Anjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya

Rasional: Kandung kemih yang penuh berpotensi untuk

memperlambat proses persalinan (Varney, 2007).

6) Berikan KIE teknik nafas dalam pada waktu his

Rasional: Latihan nafas dalam dapat membantu mengurangi rasa

nyeri (Varney, 2007).

f. Langkah VI. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan

dalambentuk SOAP.

Kala II Persalinan

a. Langkah I. Pengkajian data ibu


Data Subyektif : Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi ibu merasa adanya peningkatan

pada rektum

Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital :

Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90

mmHg (Salmah, 2006)

Nadi : 60-100 x/menit (Salmah, 2006).

Suhu Tubuh : Sedikit meningkat selama persalinan,

tertinggi selama dan segera setelah

melahirkan. Suhu yang dianggap normal

dalah peningkatan suhu yang lebih dari

0,5 sampai 1°C, yang mencerminkan

peningkatan metabolisme selama

persalinan (Varney, 2007).

Pernapasan : 16-20 x/menit (Hidayati, 2009).

Sedikit peningkatan frekuensi

pernapasan masih normal selama

persalinan dan mencermikan

peningkatan metabolisme yang terjadi

(Varney, 2007).

2) Pemeriksaan Fisik
Adanya tanda dan gejala Kala II persalinan:

Perineum tampak menonjol, vulva-vagina dan sfingter ani membuka,

meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah (JNPKKR,

2008).

Auskultasi DJJ : terdengar jelas, teratur, frekuensi 120 – 160 x/menit

(Mochtar, 2011)

Pemeriksaan Khusus

Observasi HIS : Pada persalinan normal, frekuensi kontraksi

meningkat dari satu kali kontraksi setiap 3-5

menit menjadi satu kali kontraksi setiap 2-3 menit

selama fase aktif (Benson, 2008). His dianggap

adekuat jika terjadi > 3 kali dalam 10 menit dan

berlangsung selama > 40 detik (Varney, 2008).

Pemeriksaan dalam

Tanggal : Jam :

Vulva,vagina : tampak membuka

Pengeluaran pervaginam : lendir darah, cairan ketuban

Dinding vagina : tidak oedema

Pembukaan : 10 cm

Effacement : 100%

Ketuban : jernih/utuh

Presentasi : belakang kepala

Denominator : UUK

Tidak teraba bagian terkecil janin


Hodge : III-IV

b. Langkah II. Interpretasi data dasar

Diagnosis : GPAPAH Inpartu Kala II Persalinan normal

Masalah : Ada/Tidak ada

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : Ada/Tidak ada

Masalah Potensial : Ada/Tidak ada

d. Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Kebutuhan Segera : Ada/Tidak ada

e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

1) Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah lengkap

Rasional: Agar ibu dapat segera bersiap-siap untuk mengejan,

(Doenges, 2001)

2) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah

Rasional: selaput ketuban yang belum pecah menghambat kelancaran

proses kelahiran bayi (JNPK–KR , 2008)

3) Beritahu ibu dan keluarga tentang persiapan persalinan

Rasional: agar keluarga dapat mempersiapkan pakaian ibu dan bayi

(Doenges, 2001)

4) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi dirinya untuk

meneran
Rasional: saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat berkonsentrasi

untuk mengejan (Doenges, 2001)

5) Lakukan observasi DJJ dan His di sela kontraksi

Rasional: deteksi dini bradikardi ataupun hipoksia janin berkenaan

dengan penurunan sirkulasi maternal dan penurunan perfusi plasenta

(Doenges, 2001).

6) Anjurkan ibu untuk minum-minuman yang manis saat his berkurang

Rasional: Asupan cairan yang cukup bagi ibu akan membantu untuk

menambah energi ibu pada saat meneran (Doenges, 2001).

7) Lakukan bimbingan meneran dengan baik dan benar

Rasional: meneran yang baik dan benar dapat mengurangi resiko

kelelahan yang berlebih pada ibu , serta sebagai salah satu indicator

kemajuan proses persalinan (Doenges, 2001)

8) Lakukan pertolongan kelahiran bayi

Lahirkan kepala bayi setelah kepala bayi membuka vulva 5-6 cm

dengan cara melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi

kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan puncak kepala

agar tidak fleksi yang terlalu cepat dan membantu lahirnya kepala

Rasional: Dengan melakukan penahanan perineum dapat melindungi

perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap

secara hati-hati(JNPK-KR, 2008).


9) Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi

Rasional: Lilitan tali pusat dapat menghambat kelahiran bahu dan

dapat menyebabkan asfiksia pada bayi jika tidak dilepaskan (JNPK-

KR, 2008).

10)Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan

Rasional: putaran paksi luar yang sempurna menjadikan kepala janin

searah dengan punggungnya sehingga memudahkan kelahiran tubuh

bayi (JNPK-KR, 2008).

11)Lahirkan bahu secara biparietal

Rasional: Melahirkan bahu secara biparietal dapat mengurangi atau

mencegah terjadinya rupture yang luas pada perineum (JNPK-KR,

2008).

12)Lahirkan badan bayi dengan tangan kanan menyangga kepala lengan

dan siku sebelah bawah dan gunakan tangan kiri untuk memegang

lengan dan siku atas

Rasional: melakukan sanggah dapat mempermudah kelahiran bayi

dan mencegah laserasi (JNPK-KR, 2008).

13)Lahirkan seluruh tungkai bayi dengan tangan kiri menelusuri

punggung hingga tungkai

Rasional: menelusuri punggung sampai tungkai mempermudah

proses kelahiran bayi (JNPK-KR, 2008).

14)Lakukan penangan BBL

15)Lakukan penilaian selintas pada bayi baru lahir


Rasional: mengevaluasi apakah bayi menangis kuat atau bernapas

megap-megap gerakan bayi aktif atau tidak , serta warna kulit bayi

kemerahan atau sianosis sehingga memudahkan petugas dalam

pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-KR, 2008).

16)Keringkan bayi diatas perut ibu

Rasional: hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam

keadaan basah atau tidak segera dikeringkan (JNPK-KR, 2008).

f. Langkah VII. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan.

Kala III Persalinan

a. Langkah I. Pengkajian data ibu

Data Subjektif

Ibu merasakan perutnya mules

Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90

mmHg (Salmah, 2006).

Tekanan darah yang tinggi (lebih dari 140/90

mmHg) merupakan faktor resiko untuk berlanjut

menjadi preeklamsia dan eklamsia (Hidayati, 2009).

Nyeri, rasa takut, dan kekhawatiran dapat semaikn

meningkatkan tekanan darah (Varney, 2007).

Nadi : 60-100 x/menit (Salmah, 2006).

Jumlah denyut nadi yang normal adalah sekitar 80

kali/menit. Bila jumlah denyut nadi lebih dari 120

kali/menit, maka hal ini menunjukkan adanya

kelainan (Hidayati, 2009).

Suhu Tubuh : Sedikit meningkat selama persalinan,

tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Suhu

yang dianggap normal dalah peningkatan suhu yang

lebih dari 0,5 sampai 1°C, yang mencerminkan

peningkatan metabolisme selama persalinan

(Varney, 2007).

Pernapasan : 16-20 x/menit (Hidayati, 2009).

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih

normal selama persalinan dan mencermikan

peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney,

2007).

2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi

Genetalia : tampak tali pusat memanjang, tampak semburan

darah mendadak dan singkat (JNPKKR, 2008).

Tanda lepasnya plasenta :

Abdomen : teraba tinggi fundus berada diatas pusat (JNPKKR,

2008).

b. Langkah II. Interpretasi data dasar

Diagnosis : GPAPAH kala III persalinan normal

Masalah : Ada/Tidak ada

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : Ada/Tidak ada

Masalah Potensial : Ada/Tidak ada

d. Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Kebutuhan Segera : Ada/Tidak ada

e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

1) Pastikan kehamilan tunggal

Rasional: injeksi oksitosin pada manajemen aktif kala III dilakukan

setelah bayi lahir, sehingga perlu memastikan bahwa tidak ada janin

kedua dalam perut ibu (JNPK-KR, 2008).

2) Lakukan pemotongan tali pusat setelah dua menit atau sampai tali

pusat berhenti berdenyut

Rasional: pemotongan tali pusat dilakukan dalam dua menit setelah

kelahiran atau sampai tali pusat berhenti berdenyut untuk


memastikan aliran darah ibu kebayi, sehingga menekan resiko

anemia pada BBL (JNPK-KR, 2008).

3) Lakukan pengikatan tali pusat

Rasional: pengikatan tali pusat secara erat mutlak diperlukan untuk

mencegah perdarahan tali pusat yang mengakibatkan anemia pada

BBL (JNPK-KR, 2008).

4) Lakukan IMD

Rasional: IMD merupakan langkah awal bounding attachment

5) Lakukan MAK kala III

Rasional: Untuk melahirkan plasenta dan untuk mencegah terjadinya

kompilkasi pada kala III (Varney, 2007).

a) Berikan injeksi oksitosin 10 unit secara IM dalam 1 menit

kelahiran

Rasional: oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan

kuat dan efektif sehingga akan membantu proses pelepasan

plasenta dan mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR, 2008)

b) Lakukan PTT

Rasional: PTT merupakan cara mengevaluasi apakah plasenta

sudah terlepas sempurna dari perlekatannya

c) Lakukan masase fundus uteri segera setelah plasenta lahir.

Rasional: untuk merangsang kontraksi uterus sehingga dapat

mencegah terjadinya perdarahan

6) Lahirkan plasenta
Rasional: pada kala tiga pelepasan dan pengeluaran uri cukup

penting karena kelalaian dapat menyebabkan resiko perdarahan yang

membawa kematian

7) Cek kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

Rasional:menghindari terjadinya perdarahan akibat tertinggalnya sisa

plasenta (Varney, 2007).

8) Lahirkan plasenta

Rasional: Pada kala tiga pelepasan dan pengeluaran plasenta cukup

penting, karena kelalaian dapat mengakibatkan komplikasi yang

berbahaya (Leveno, 2009).

9) Cek kelengkapan plasenta

Rasional: Menghindari terjadinya perdarahan akibat tertinggalnya

sisa placenta (Varney, 2007).

10)Evaluasi kemungkinan laserasi dan lakukan penjahitan apabila terjadi

laserasi.

Rasional: Sebagai acuan untuk melakukan penjahitan (Varney,

2007).

f. Langkah VI. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII. Evaluasi


Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan

dalam bentuk SOAP.

Kala IV Persalinan

a. Langkah I. Interpretasi Data Dasar

Data Subjektif

Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg, <140/90

mmHg (Salmah, 2006)

Tekanan darah yang tinggi (lebih dari 140/90

mmHg) smerupakan faktor resiko untuk berlanjut

menjadi preeklamsia dan eklamsia (Hidayati, 2009).

Nadi : 60-100 x/menit (Salmah, 2006).

Jumlah denyut nadi yang normal adalah sekitar 80

kali/menit. Bila jumlah denyut nadi lebih dari 120

kali/menit, maka hal ini menunjukkan adanya

kelainan (Hidayati, 2009

Suhu Tubuh : Sedikit meningkat selama persalinan,

tertinggi selama dan segera setelah melahirkan. Suhu

yang dianggap normal dalah peningkatan suhu yang

lebih dari 0,5 sampai 1°C, yang mencerminkan


peningkatan metabolisme selama persalinan

(Varney, 2007).

Pernapasan : 16-20 x/menit (Hidayati, 2009).

Sedikit peningkatan frekuensi pernapasan masih

normal selama persalinan dan mencermikan

peningkatan metabolisme yang terjadi (Varney,

2007).

2) Pemeriksaan Fisik

Abdomen : tampak mengecil, teraba uterus di tengah-tengah

abdomen, teraba membulat keras (Varney, 2007)

Genetalia : ada/tidak ada laserasi, tidak ada memar ataupun

hematoma (Varney, 2007).

b. Interpretasi Dasar

Diagnosis : PAPAH kala IV Persalinan Normal

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : Ada/Tidak ada

Masalah Potensial : Ada/Tidak ada

d. Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Kebutuhan Segera : Ada/Tidak ada

e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

1) Bersihkan ibu dan bantu ibu mengenakan pakaian

Rasional : memberikan rasa nyaman pada ibu untuk beristirahat dan

menjaga privasi ibu

2) Bersihkan dan dekontaminasi alat


Rasional: mencegah terjadinya penyebaran infeksi nosokomial.

3) Lakukan pemantauan kala IV sesuai partograf

Rasional: Perubahan keadaan tubuh ibu dari saat hamil,

mempengaruhi KU dan TTV ibu yang menggambarkan kondisi ibu,

pemantauan kontraksi uterus untuk menghindari terjadinya

perdarahan postpartum (Varney, 2007).

4) Ajarkan ibu untuk masase uterus

Rasional: memberikan rangsangan taktil pada uterus mencegah

terjadinya perdarahan (Varney, 2007).

5) Anjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat

Rasional: mengembalikan energi dan dehidrasi yang digunakan

selama proses persalinan

6) Dekontaminasi tempat persalinan

Rasional: Untuk mencegah terjadinya kontaminasi dengan

mikroorganisme berbahaya dan pencegahan infeksi melalui

peralatan-peralatan persalinan (Gruendemann, 2005).

7) Lengkapi partograf

Rasional: Pendokumentasian terhadap proses persalinan yang telah

dilakukan (JNPKKR, 2008).

f. Langkah VI. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.


g. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan.

Bayi Baru Lahir

a. Langkah I. Pengkajian data Ibu

Data Subjek

Riwayat kesehatan bayi baru lahir yang penting dan harus dikaji, antara

lain:

1) Faktor genetik, kelainan/gangguan metabolik pada keluarga dan

sindroma genetik.

2) Faktor maternal, adanya penyakit jantung, DM, penyakit ginjal,

penyakit hati, hipertensi, penyakit kelamin, riwayat aboortus.

3) Faktor antenatal, pernah ANC/tidak, adanya riwayat perdarahan,

preeklamsia, infeksi, perkembangan janin terlalu besar/terganggu,

diabetes gestasional, poli/oligohidramnion.

4) Faktor perinatal, prematur/posmatur, partus lama, penggunaan obat

selama persalinan, gawat janin, suhu ibu meningkat, posisi janin

tidak normal, air ketuban bercampur mekonium, KPD, perdarahan

dalam persalinan, prolapsus tali pusat, ibu hipotensi, jenis

persalinan..

Data Objek

1) Pemeriksaan Umum

a) Pernafasan, pernafasan BBL normal 30-60 kali per menit


b) Warna kulit, BBL aterm kelihatan lebih pucat dibanding bayi

preterm karena kulit lebih tebal.

c) Denyut jantung, denyut jantung BBL normal antara 100-160 kali

per menit.

d) Suhu normal BBL 36,5 0C sampai 37,50 C

e) Tonus otot/tingkat kesadaran. Rentang normal tingkat kesadaran

BBL adalah mulai dari diam hingga sadar penuh dan dapat

ditenangkan jika rewel. Bayi dapat dibangunkan jika diam atau

sedang tidur.

f) Tali pusat, normal berwarna putih kebiruan pada hari pertama,

mulai kering dan mengkerut/mengecil, dan akhirnya mengering

2) Antropometri

Berat badan : 2500-4000 gram (DEPKES RI, 2005).

Panjang badan : 48-52 cm (Sitiava, 2012).

Lingkar kepala :

Circum ferensia suboccipito bregmatica : 32 cm

Circum ferensia fronto oksipito : 34 cm

Circum ferensia mento oksipito bregmatica : 35 cm

(UNPAD, 1983)

Lingkar dada : 30,5-33 cm (Wong, 2008)

3) Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bentuk bulat, tidak tampak molding, kaput

sauchedaneum dan cepal hematoma, teraba ubun-ubun

besar dan ubun-ubun kecil.


Mata : Tampak simetris, tidak tampak kotoran dan perdarahan,

pupil tampak normal, gerakan mata aktif, tidak

tampak oedema pada kelopak mata, tidak tampak pucat

pada conjungtiva, sklera tampak berwarna putih.

Hidung : Tampak simetris, tidak tampak pernafasan cuping

hidung, tidak tampak sekret.

Telinga : Tampak simetris, tidak tampak sekret/serumen, telinga

lembut dan fleksibel (Stright, 2005).

Mulut : Tampak simetris, tidak tampak labio palato skhizis

dan labio skhizis dan gigi, bibir tidak tampak

pucat, mukosa mulut lembab, bayi menangis kuat,

refleks isap baik, sekresi lendir tidak berlebihan.

Sekresi lendir yang berlebihan merupakan indikasi

fistula trakeoesofagus (Stright, 2005).

Leher : Pergerakan leher baik

Dada : Tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding dada,

tidak terdengar suara nafas tambahan, puting susu

menonjol, bunyi jantung teratur (120-160 x/menit)

(Saifuddin, 2006).

Abdomen : Tampak simetris, teraba kembung, tidak teraba

benjolan/massa, tali pusat tampak 2 arteri dan 1 vena,

tali pusat tampak berwarna putih, tidak tampak

perdarahan tali pusat (Stright, 2005).


Punggung : Tampak simetris, tidak tampak pilonidal dimple, tidak

ada kelainan fleksibilitas tulang punggung, tidak

tampak spina bifida.

Genetalia : Perempuan : Tampak klitoris, tidak tampak

pengeluaran, labia minora tertutup labia mayora

(Sitiava, 2012).

Laki-Laki : Tidak tampak hipospadius dan

epispadius, testis tampak sudah turun

(Sitiava, 2012).

Anus : Tampak lubang anus.

Lanugo : Dapat terlihat maupun tidak, biasanya tidak terlihat

karena rambut kepala terlihat sempurna (Maryunani,

2008).

Verniks : Terdapat verniks caseosa pada lipatan-lipatan

(Maryunani, 2008).

Ekstremitas :

Leher : Pergerakan leher tampak aktif

Jari tangan : Tampak lengkap, tidak tampak

kelainan, tidak tampak polidaktili dan

sindaktili.

Jari kaki : Tampak lengkap, tidak tampak

kelainan, tidak tampak polidaktili dan

sindaktili.

Pergerakan : Tampak aktif


Garis telapak kaki : Tampak garis telapak kaki

Posisi : Tidak ada kelainan

Status neurologi (refleks)

Morro : (+) Lengan dan kaki bergerak ketika dikejutkan oleh

suara atau gerakan keras (APN, 2008).

Rooting : (+) Bayi menoleh kearah sentuhan pada pipinya.

(APN, 2008).

Sucking : (+) Rangsangan puting susu pada langit–langit bayi

menimbulkan refleks mengisap atau berusaha untuk

mengisap benda yang disentuhkan (APN, 2008).

Swallowing : (+) Kumpulan ASI di dalam mulut mengaktifkan

refleks menelan (APN, 2008).

Babinski : (+) Jari-jari kaki bayi menekuk ke bawah apabila ada

gesekan pada telapak kaki (APN, 2008).

Graps : (+) Bila jari menyentuh telapak tangan bayi maka jari

jarinya akan langsung menggenggam sangat kuat

(APN, 2008).

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan Usia.. Hari..

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Msalah Potensial

Diagnosa Potensial : Ada/Tidak ada

Masalah Potensial : Ada/Tidak ada

d. Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera


Kebutuhan Segera : Ada/Tidak ada

e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

1) Jaga kehangatan tubuh bayi

Rasional: Bayi baru lahir memiliki kemampuan terbatas dalam

mengatur suhu tubuhnya yang berhubungan dengan lingkungannya,

bayi akan terancam bahaya hipotermia jika tidak dilakukan tindakan

pencegahan. Mengurangi kehilangan panas akibat evaporasi dan

konduksi, melindungi kelembaban bayi dari aliran udara atau

pendingin udara, dan membatasi stres akibat perpindahan dari uterus

yang hangat kelingkungan yang lebih dingin. Karena besar area

permukaan relatif dari kepala bayi baru lahir dalam hubungannya

dengan tubuh, bayi dapat mengalami kehilangan panas dramatik dari

kelembaban dan kepala yang tidak tertutup (Farrer, 2001).

2) Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Rasional: Kolostrum dan ASI mengandung sekretorius IgA dalam

jumlah tinggi, yang memberikan imunitas bentuk pasif serta

makrofag dan limfosit yang membantu mengembangkan respons

inflamasi lokal (Doenges, 2001).

3) Lakukan perawatan tali pusat.

Rasional: Untuk mencegah terjadinya infeksi tali pusat dan menjaga

personal hygiene bayi (Sodikin, 2009).

4) Berikan Neo K (Phytomenadione) dengan dosis 1 mg atau 0,5 cc

secara IM (pada paha sebelah kiri)


Rasional: Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan

vitamin K karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih

rendah, sedikitnya transfer vitamin K melalui tali pusat, rendahnya

kadar vitamin K pada asi dan sterilitas saluran pencernaan pada bayi

baru lahir. Kekurangan vitamin K beresiko tinggi bagi bayi untuk

mengalami perdarahan yang disebut juga perdarahan akibat

defisiensi vitamin K.

5) Jaga personal hygiene bayi

Rasional: Untuk menjaga personal hygiene bayi baru lahir yang baik

harus ditunjang dengan perawatan kebersihan sehari-hari bayi baru

lahir.

6) Observasi keadaan umum, tanda-tanda vital dan eliminasi bayi

Rasional: Membantu mendeteksi abnormalitas dan defek

neurologis, menentukan usia gestasi dan mengidentifikasi kebutuhan

terhadap pemantauan tetap dan perawatan lebih intensif.

7) Berikan KIE tentang menyusui.

Rasional: ASI merupakan makanan terlengkap untuk bayi, yang

terdiri dari proporsi seimbang dan kuantitas cukup atas semua zat

gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama kehidupannya (Aprillia,

2010).

f. Langkah VI. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan


seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan.

Nifas Fisiologis

a. Langkah I. Pengkajian Data Ibu

Data Subjektif

1) Alasan datang periksa :

Apakah alasan ibu melakukan pemeriksaan?

Apakah saat ini ibu memiliki keluhan?

2) Keluhan utama :

Keluhan utama ditanyakan untuk mengetahui alasan pasien datang

ke fasilitas kesehatan. Misalnya ibu post partum normal ingin

memeriksakan kesehatannya setelah persalinan atau ibu post partum

patologis dengan keluhan demam, keluar darah segar yang banyak,

nyeri dan infeksi luka jahitan, dan lain-lain (Sulistyawati,2009).

Keluhan utama berupa nyeri setelah lahir, keringat berlebih, nyeri

perineum, dll (Varney, 2008).

3) Riwayat Kesehatan Klien

Menanyakan riwayat kesehatan dan keluhan ibu seperti: mobilisasi,

buang air kecil, buang air besar, nafsu makan, ketidakyamanan/rasa

sakit, kekhawatiran, hal yang tidak jelas, makanan bayi, reaksi pada

bayi dan reaksi terhadap proses melahirkan dan kelahiran


Data Objektif

1) Tekanan darah, suhu badan, dan denyut nadi

2) Tenggorokan jika diperlukan

3) Buah dada dan putting susu

4) Auskultasi paru-paru, jika diperlukan

5) Abdomen : kandung kemih, uterus, diastasis

Menurut Sulistyawati (2009) :

a) Pada saat bayi lahir, fundus uteri setinggi pusat.

b) Pada akhir kala III, TFU teraba 2 jari dibawah pusat.

c) Pada 1 minggu post partum, TFU teraba pertengahan pusat

simpisis.

d) Pada 2 minggu post partum, TFU teraba di atas simpisis.

e) Pada minggu ke-6 post partum, fundus uteri mengecil (tak

teraba)

6) Genitalia :

Lochea : Tidak teraba massa dan tidak terdapat tanda REEDA

(red, ekimosis, edema, discharge, aproxiamately), lokhea

dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan warna dan waktu

keluarnya menurut Varney (2008).

a.Lokhea Rubra

Lokhea rubra berwarna merah karena mengandung darah. Ini

adalah lokia pertama yang mulai keluar.

b. Lokhea Serosa
Lokhea serosa mulai terjadi sebagai bentuk yang lebih pucat

dari lokia rubra. Lokhea ini berhenti sekitar tujuh hingga

delapan hari.

c.Lokhea Alba

Lokhea alba mulai terjadi sekitar hari kesepuluh pascapartum

Perineum : edema, inflamasi, hematoma, pus, bekas luka

episiotomy/robek, jahitan, memar,hemorrhoid.

6) Ektermitas : varises, betis apakah lemah dan panas, edema, tanda-

tanda Homan dan reflek.

b. Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : PAPAH, jam /hari ke.... dengan postpartum fisiologis.

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : Ada/Tidak ada

Masalah Potensial : Ada/Tidak ada

d. Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Kebutuhan Segera : Ada/Tidak ada

e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

1) Berikan KIE tentang perawatan perineum


Rasional: Perawatan diri pada laserasi perineum yang dilakukan

dengan baik mencegah infeksi pada daerah genitourinaria dan

mempercepat proses penyembuhan.

2) Berikan KIE tentang masase pada daerah fundus

Rasional: Pemberian pengajaran kepada pasien sangat penting untuk

mempertahankan tonus rahim dan mencegah perdarahan setelah

melahirkan.

3) Berikan KIE tentang proses eliminasi pada masa nifas

Rasional: Kandung kemih yang penuh mencegah uterus untuk

berkontraksi secara normal.

4) Berikan KIE tentang mobilisasi dini

Rasional: Mobilisasi dini mengurangi insiden tromboembolisme dan

mempercepat pemulihan kekuatan ibu.

5) Ajarkan senam kegel pada ibu

Rasional: Latihan kegel membantu ibu memperoleh kembali tonus

ototnya semula, yang seringkali hilang karena jaringan panggul

robek dan meregang selama hamil dan melahirkan

6) Berikan ibu pemenuhan istirahat tidur

Rasional: Ibu baru seringkali cemas akan kemampuannya dalam

merawat bayinya atau merasa nyeri, hal ini seringkali menyebabkan

ibu menjadi sukar tidurr.

7) Berikan KIE tentang menyusui pada Ibu

Rasional: Menyusui akan membantu kontraksi uterus dan mencegah

perdarahan maternal.
8) Ajarkan ibu cara perawatan payudara

Rasional : Perawatan payudara yang baik akan mencegah terjadinya

infeksi sehingga asupan ASI yang akan diberikan kepada bayi akan

maksimal tanpa adanya kendala pada payudara (Sulistyawati, 2009).

9) Berikan KIE tentang ASI Eksklusif

Rasional : ASI mulai diberikan sejak bayi baru lahir sampai dengan 6

bulan tanpa makanan tambahan yang diberikan (Sulistyawati, 2009).

10)Ajarkan ibu cara menyusui yang benar

Rasional : Posisi menyusui yang benar merupakan hal yang penting

sehingga tidak akan menghambat pemberian ASI yang cukup pada

bayi (Sulistyawati, 2009).

f. Langkah VI. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota

tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan.

Keluarga Berencana

a. Langkah I. Pengkajian Data Ibu


Data yang harus dikumpulkan pada calon/akseptor keluarga berencana,

meliputi biodata/identitas baik pasien maupun keluarga/ suami, data

subjektif dan objektif, yang terdiri atas pemeriksaan fisik, pemeriksaan

panggul, pemeriksaan dalam, laboratorium/penunjang lainnya. Biodata

yang dikumpulkan dari pasien dan suami/keluarga, melipurti nama, umur,

agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan dan alamat lengkap.

Data subjektif dan objektif harus dibedakan menjadi akseptor

kunjungan awal dan pasien kunjugan ulang. Akseptor kunjungan awal

(calon akseptor KB) adalah pasien yang belum pernah menggunakan

alat kontrasepsi setelah abortus atau melahirkan dan berencana

memakai alat kontrasepsi KB.

Data subjektif dari calon/akseptor KB, yang harus dikumpulkan,

meliputi:

1) Keluhan utama/alasan datang ke intitusi pelayanan kesehatan dan

kunjungan saat ini apakah kunjungan pertama atau kunjungan

ulang.

2) Riwayat perkawinan, terdiri atas: status perkawinan, perkawinan

ke, umur ibu saat perkawinan dan lama perkawinan.

3) Riwayat menstruasi, meliputi: HPHT, siklus haid, perdarahan

pervaginam, dan flour albus.

4) Riwayat obstetric ( Gravida (G)...Para (P)...Abortus (A)...Anak

hidup (AH)...), meliputi perdarahan pada kehamilan, persalinan dan

nifas yang lalu, hipertensi dalam kehamilan BB byi lahir < 2500

gram atau > 4000 gram serta masalah selama kehamilan


5) Riwayat keluarga berencana, meliputi: jenis metode yang dipakai,

waktu, tenaga dan saat pemasangan dan berhenti, keluhan/alasan

berhenti.

6) Riwayat kesehatan/penyakit ibu dan keluarga , meliputi: penyakit

jantung, hipertensi, DM, TBC, ginjal, asma, epilepsi, hati, malaria,

penyakit kelamin, HIV/AIDS

7) Riwayat kecelakaan, operasi, alergi obat/makanan

8) Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari, meliputi: pola nutrisi

(makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), Personal hygiene,

aktivitas dan istirahat

9) Riwayat psikososial, meliputi: pengetahuan dan respon ibu

terhadap semua metode kontrasepsi. kontrasepsi yang digunakan

sebelumnya, keluhan, jumlah keluarga di rumah, respon keluarga

terhadap metode yang ingin digunakan, dukungan keluarga,

pengambilan keputusan dalam keluarga dan pilihan tempat

mendapatkan pelayanan KB

Data Objektif

Data objektif dari calon/akseptor KB, yang harus dikumpulkan meliputi:

1) Keadaan umum, meliputi: tingkat energi, keadaan emosi dan postur

badan ibu selama pemeriksaan, TB dan BB.

2) Tanda-tanda vital: tekanan darah, suhu, frekuensi ,denyut nadi dan

pernapasan.

3) Kepala dan leher, meliputi: oedema wajah, kloasma gravidarum, mata

(kelopak mata pucat atau tidak, warna sclera), mulut (rahang pucat,
kebersihan), keadaan gigi (karies, karang, tonsil), leher: pembesaran

kelenjar tiroid, pembuluh limfe dan vena jungularis.

4) Payudara, meliputi: adanya bekas luka, hiperpigmentasi areola,

keadaan putting susu, kolostrum atau cairan lain, retraksi, massa dan

pembesaran kelenjar limfe

5) Abdomen, meliputi: Simetris, tidak teraba benjolan/massa, tidak

teraba pembesaran kelenjar getah bening.

6) Ektremitas, meliputi: oedema tangan dan kaki, pucat pada kuku jari,

varises, reflek patella

7) Gentalia, meliputi: luka, varises, kandiloma, cairan (warna,

konsistensi, jumlah, bau) keadaan kelenjar batholini (pembengkakan,

cairan, kista), nyeri tekan hemorrhoid dan kelainan.

b. Langkah II. Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : PAPAH usia ……. Dengan Akseptor KB ……

c. Langkah III. Identifikasi Diagnosa/Masalah Potensial

Diagnosa Potensial : Ada/Tidak ada

Masalah Potensial : Ada/Tidak ada

d. Langkah IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Kebutuhan Segera : Ada/Tidak ada

e. Langkah V. Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

1) Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu.


Rasional: Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi

petugas dan klien untuk tindakan selanjutnya

2) Beritahukan kepada ibu tindakan pelayanan kontrasepsi yang akan

dilakukan.

Rasional: Agar pasien lebih siap dan kooperatif dalam setiap

pelaksanaan tindakan

3) Berikan pelayanan metode kontrasepsi sesuai kebutuhan klien

Rasional: Tindakan pelayanan metode kontrasepsi dilaksanakan

sesuai kebutuhan klien (kontrasepsi hormonal, AKDR, AKBK,

atau metode sederhana). Pastikan 5 T sebelum memberikan

pelayanan kontrasepsi (tepat pasien, tepat tempat, tepat obat, tepat

dosis, tepat waktu).

4) Lakukan tindakan pasca pelayanan metode kontrasepsi

Rasional : Memberitahukan informasi mengenai KB yang digunakan

berguna untuk mengingatkan klien. Membersihkan alat-alat yang

telah dipakai, merapikan klien, dan mencuci tangan merupakan

tindakan pencegahan infeksi yang penting dalam setiap tindakan.

5) Lakukan pencatatan pada kartu kunjungan klien dan anjurkan ibu

untuk melakukan kunjungan ulang.

Rasional : Pendokumentasian serta evaluasi terhadap tindakan yang

telah dilakukan pada kartu kunjungan klien dapat menghindari

terjadinya kesalahan dalam pemasangan atau pemberian KB.

Keterlambatan jadwal kunjungan ulang akan mempengaruhi

efektivitas dari cara pemakaian atau penggunaan KB.


6) Jelaskan kembali tentang kekurangan atau kerugian serta efek

samping KB yang digunakan/ingin digunakan klien.

Rasional : Penjelasan tentang kekurangan dan kerugian serta efek

samping kb dapat menjadi pertimbangan ibu dalam menentukan

kontrasepsi yang akan digunakan dan mengingatkan kembali kepada

ibu mengenai efek samping KB, hal ini juga dapat mengurangi

kecemasan pada ibu.

f. Langkah VI. Pelaksanaan Perencanaan

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan

seluruhnya oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau

anggota tim kesehatan lainnya.

g. Langkah VII. Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan

asuhan kebidanan yang telah diberikan.

2. Hasil Pengkajian Klien dan Perencanaan Asuhan

LANGKAH I
PENGKAJIAN

A. Identitas

Nama klien : Ny. R Nama suami : Tn. A

Umur : 33 tahun Umur : 32 tahun

Suku : Bugis Suku : Bugis

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Soekarno Hatta km.4 Rt.26 Batu Ampar

B. Anamnesa

Tanggal : Rabu, 20 April 2016 Pukul: 17.05 WITA

Oleh : Kamrida

1. Keluhan : Ibu mengatakan sering keram pada tangan

2. Riwayat obstetric dan ginekologi

a. Riwayat menstruasi

1) HPHT/TP : 14 Agustus 2015 / 21 Mei 2016

2) Umur kehamilan : 35 minggu 4 hari

3) Menarche : 17 tahun

4) Lamanya : 3 hari
5) Banyaknya : 3 - 4x ganti pembalut/ hari

6) Konsistensi : cair

7) Siklus : 29-30 hari

8) Teratur / tidak : teratur

9) Dismenorrhea : ada

10) Keluhan lain : tidak ada

b. Flour albus

1) Banyaknya : ada

2) Warna : bening

3) Bau/gatal : tidak ada

c. Tanda – tanda kehamilan

1) Test kehamilan : PP Test

2) Tanggal : ? - 10 - 2015

3) Hasil : positif

4) Gerakan janin yang pertama kali dirasakan oleh ibu :saat usia 4 bulan

5) Gerakan janin dalam 24 jam terakhir : sering, >10 kali

d. Riwayat penyakit/gangguan reproduksi

1) Mioma uteri : tidak ada


2) Kista : tidak ada

3) Mola hidatidosa : tidak ada

4) PID : tidak ada

5) Endometriosis : tidak ada

6) KET : tidak ada

7) Hydramnion : tidak ada

8) Gemelli : tidak ada

9) Lain – lain : tidak ada

e. Riwayat imunisasi

1) Imunisasi waktu bayi : Lengkap

2) Imunisasi TT (sekolah dasar) : Lengkap (Kelas 1,2,3)

3) Imunisasi Catin : tempat : PKM tanggal : ?-12-2006

4) Imunisasi TT : tempat : PKM tanggal : ?-4-2007

5) Imunisasi TT : tempat : PKM tanggal : 2016

3. Riwayat kesehatan :

a. Riwayat penyakit yang pernah dialami

1)Jantung : tidak pernah

2)Hipertensi : tidak pernah

3)Hepar : tidak pernah


4)DM : tidak pernah

5)Anemia : tidak pernah

6)PMS/HIV/AIDS : tidak pernah

7)Campak : tidak pernah

8)Malaria : tidak pernah

9)TBC : tidak pernah

10) Gangguan mental : tidak pernah

11) Operasi : tidak pernah

12) Hemorrhoid : tidak pernah

13) Lain-lain : Gastritis

b. Alergi

1)Makanan : tidak ada

2)Obat – obatan : tidak ada

4. Keluhan selama hamil

a. Rasa lelah : ada, TM I

b. Mual dan muntah : ya, TM I dan TM II

c. Nafsu makan : Baik

d. Sakit kepala/pusing : Ada


e. Penglihatan kabur :Ada (kabur karena miopi terjadi sebelum

hamil dan bukan karena kehamilan)

f. Nyeri perut : tidak ada

g. Nyeri waktu BAK : tidak ada

h. Pengeluaran cairan pervaginam : tidak ada

i. Perdarahan : tidak ada

j. Haemorrhoid : tidak ada

k. Nyeri pada tungkai : tidak ada

l. Oedema : tidak ada

m. Lain-lain : tidak ada

5. Riwayat persalinan yang lalu

Anak ke Kehamilan Persalinan Anak

Thn/ tgl Tempat


No gestasi Peny Jenis Penolong Peny Jk BB PB Keadaan
lahir lahir

1 2007 Di rumah aterm - spontan bidan - Lk 4000 49 9 th

2 2011 Di rumah aaterm - spontan bidan - Lk 2800 47 5 th

6. Riwayat Menyusui
Anak I : ASI ekslusif ( MPASI 6 bulan), menyusui sampai umur bayi 1 tahun

Anak II: ASI hanya 7 hari setelah lahir ( > 7 hari bayi tidak mau menyusu

karena ASI terlalu deras sehingga bayi tidak mau menyusu, untuk

itu ibu memberi susu formula)

7. Riwayat KB

a. Pernah ikut KB : pernah

b. Jenis kontrasepsi yang

pernah digunakan : Suntik 3 bulan

c. Lama pemakaian : 4 tahun

d. Keluhan selama pemakaian : ibu mengatakan tambah kurus jika

menggunakan KB suntik 3 bulan

e. Tempat pelayanan KB : BPM

f. Alasan ganti metode :-

8. Kebiasaan Sehari-hari

a. Merokok sebelu/selama hamil : tidak ada

b. Obat-obatan/jamu, sebelum/selama hamil : tidak ada

c. Alkohol : tidak ada

d. Makan/ diet
Jenis makanan : nasi, lauk, sayur

Frekuensi : 3x sehari

Porsi : sedang (2 centong nasi, 1-2 potong ikan,

dan sayur)

Pantangan : tidak ada pantangan makanan

Perubahan makan : tidak ada perubahan

e. Defekasi / miksi

1) BAB

a) Frekuensi : 2 hari sekali

b) Konsistensi : lembek

c) Warna : kuning kecoklatan

d) Keluhan : tidak ada

2) BAK

a) Frekuensi : 7-9x/ hari

b) Konsistensi : cair

c) Warna : kuning jernih

d) Keluhan : tidak ada

g. Pola istirahat dan tidur


1) Siang : ± 1-2 jam (kadang–kadang )

2) Malam : ± 6- 7 jam

h. Pola aktivitas sehari – hari

1) Di dalam rumah: mengerjakan pekerjaan rumah tangga

2) Di luar rumah : jalan – jalan di sekitar rumah

i. Pola seksualitas

1) Frekuensi : 1x seminggu

2) Keluhan : tidak ada

8. Riwayat Psikososial

a. Pernikahan

1) Status : Menikah

2) Yang ke : Pertama

3) Lamanya : 9 tahun

4) Usia saat menikah : 22 tahun

b. Tingkat pengetahuan ibu terhadap kehamilan :

1) Ibu belum mengerti tentang tanda bahaya kehamilan

c. Respon ibu terhadap kehamilan : sangat bahagia dengan kehamilannya

d. Harapan ibu terhadap jenis kelamin anak : ibu mengatakan perempuan


e. Respon suami/keluarga terhadap kehamilan dan jenis kelamin anak: suami dan

keluarga mendukung, laki-laki atau perempuan sama saja asalkan sehat

f. Keperayaan yang berhubungan dengan kehamilan : ibu mengatakan tidak boleh

mempersiapkan pakaian bayi sebelum bayi lahir

g. Pantangan selama kehamilan : tidak ada pantangan yang membahayakan

kesehatan ibu

h. Persiapan persalinan

1) Rencana tempat bersalin : RSKD

2) Persiapan ibu dan bayi

a) Pendamping saat bersalin : Suami

b) Tabungan /Biaya : Ada

c) Kendaraan : Motor

d) Jaminan Kesehatan : BPJS

e) Rencana KB : IUD

f) Pakaian : Ibu mengatakan tidak boleh

mempersiapkan pakaian bayi sebelum

bayi lahir

9. Keadaan Lingkungan : didepan rumah terdapat kandang ayam milik

tetangga.
10. Riwayat kesehatan keluarga

a. Penyakit jantung : ada

b. Hipertensi : ada

c. Hepar : tidak ada

d. DM : tidak ada

e. Anemia : tidak ada

f. PSM / HIV / AIDS : tidak ada

g. Campak : tidak ada

h. Malaria : tidak ada

i. TBC : tidak ada

j. Gangguan mental : tidak ada

k. Operasi : tidak ada

l. Bayi lahir kembar : ada

m. Lain-lain : tidak ada

11. Pemeriksaan

a. Keadaan umum

1) BB Sebelum hamil : 51 kg

2) Saat hamil : 59 kg

3) Kenaikan : 8 kg
4) Tinggi badan : 163 cm

5) Indeks Massa Tubuh : 51/(1,632) = 19,2 ( Rendah )

6) Lila : 25 cm

7) Kesadaran : composmentis

8) Ekspresi wajah : senang

9) Keadaan emosional : stabil

b. Tanda – tanda vital

1) Tekanan darah : 100/70 mmhg

2) Nadi : 82 x / menit

3) Suhu : 36,5 °C

4) Pernapasan : 20 x / menit

c. Pemeriksaan fisik

Inspeksi

1) Kepala

a) Kulit kepala : bersih

b) Kontriksi rambut : kuat

c) Distribusi rambut : merata

d) Lain – lain : tidak ada


2) Mata

a) Kelopak mata : tidak oedema

b) Konjungtiva : tidak anemis

c) Sklera : tidak ikterik

d) Lain – lain : ibu mengatakan mata miopi (kanan 3, kiri 4)

dan menggunakan kacamata mulai tahun 2014

3) Muka

a) Kloasma gravidarum : tidak ada kloasma

b) Oedema : tidak oedema

c) Pucat / tidak : tidak pucat

d) Lain – lain : tidak ada

4) Leher

a) Tonsil : tidak ada peradangan

b) Faring : tidak ada peradangan

c) Vena jugularis : tidak ada pembesaran

d) Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran

e) Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

f) Lain-lain : tidak ada


5) Dada

a) Bentuk mammae : simetris

b) Retraksi : tidak retraksi dinding dada

c) Puting susu : menonjol

d) Areola : hiperpigmentasi

e) Lain-lain : tidak ada

6) Punggung ibu

a) Bentuk /posisi : normal/ tidak ada kelainan

b) Lain-lain : tidak ada

7) Perut

a) Bekas operasi : tidak ada bekas operasi

b) Striae : tidak ada striae alba

c) Pembesaran : sesuai usia kehamilan

d) Asites : tidak ada asites

e) Lain-lain : tidak ada

8) Vagina : tidak dilakukan

9) Ekstremitas

a) Oedema : tidak oedema

b) Varises : tidak varices


c) Turgor : baik, < 2 detik

d) Lain – lain: tidak ada

Palpasi

10) Leher

a) Vena jugularis : tidak ada pembesaran

b) Kelenjar getah bening : tidak ada pembesaran

c) Kelenjar tiroid : tidak ada pembengkakan

d) Lain – lain : tidak ada

11) Dada

a) Mammae : simetris

b) Massa : tidak teraba massa

c) Konsistensi : lembek

d) Pengeluaran Colostrum : tidak ada

e) Lain-lain : tidak ada

12) Perut

a) Leopold I : 3 jari dibawah px, teraba bulat, tidak keras,

tidak melenting ( bokong )

b) Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang di perut

sebelah kanan dan bagian ekstremitas di

perut sebelah kiri (punggung kanan)


c) Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala)

d) Leopold IV : belum masuk PAP

e) Lain – lain : tidak ada

f) TFU : 27 cm

g) TBJ : 27 – 12 (155) = 2.325 gram

13) Tungkai

a) Oedema : Kanan (-) Kiri (-)

b) Varices : Kanan (-) Kiri (-)

14) Kulit

Turgor : baik, < 2 detik

Auskultasi

15) Perut

DJJ

a) Punctum maksimum : kuadran kanan di bawah pusat

b) Frekuensi : 133 x / menit

c) Irama : teratur

d) Intensitas : kuat

e) Lain – lain : tidak ada


Perkusi

16) Ekstremitas

Refleks patella : Kaki Kanan : (+)

Kaki Kiri : (+)

17) Lain – lain : tidak ada

18) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan dalam : Tidak dilakukan

18) Pelvimetri klinik : Tidak dilakukan

19) Pemeriksaan Penunjang

a) Laboratorium Tanggal : Senin, 18 April 2016

Hb : 12,5 gr%

Golongan darah :O

HIV : Negatif

Sifilis : Negatif

HbsAg : Non Reaktif

b) USG Tanggal : 18 April 2016

Plasenta : Normal

Air Ketuban : Normal

Jenis Kelamin : Laki-Laki


Berat janin : 2.320 gram

Janin : tunggal

Keadaan : hidup intra uterine

c) NST : tidak dilakukan

d) X-Ray : tidak dilakukan

LANGKAH II

INTERPRESTASI DATA DASAR

Diagnosa : G3P2002 hamil 35 minggu 4 hari janin tinggal hidup intra

uterine

S : Ibu mengatakan hamil anak ketiga, tidak pernah keguguran,

dan haid terakhir tanggal 14 Agustus 2015.

Ibu mengatakan keram pada jari tangan, dan anak kedua tidak ASI

ekslusif

O : KU : baik Kesadaran : kompos mentis

TD : 100/70 mmHg N/R :82/20 x/menit

Suhu : 36,5 0C. BB : 59 kg

LILA : 25 cm TP : 21 Mei 2016

Mata : oedema (-) ikterik (-) anemis (-) (kanan miopi 3, kiri 4)
Palpasi Abdomen:

Leopold 1 : tinggi fundus uteri 3 jari dibawah px (27 cm) teraba bulat

tidak keras dan tidak melenting (bokong),

Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang diperut sebelah kanan, dan

teraba bagian terkecil janin pada bagian perut sebelah kiri

(punggung kanan)

Leopold III : teraba bulat keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : kepala belum masuk pintu atas panggul

TBJ : (27 cm - 12) x 155 = 2.325 gram

DJJ : 133 x/menit

Pemeriksaan penunjang tanggal 18 april 2016

Darah : Hb : 12,5 gr%, Golda: O, Sifilis (-), HIV (-), hbsAg (-)

USG : Jenis Kelamin: laki-laki, TBJ: 2320 gram, plasenta normal,

air ketuban normal, persentasi kepala.

Masalah :

1. Ibu tidak dapat melihat pada jarak jauh

Dasar: Ibu mengatakan tahun 2014 memeriksakan matanya

ke optik mata dan hasilnya kanan miopi -3, kiri

silinder kemudian mengukur kacamata.


2. Anak kedua tidak ASI ekslusif

Dasar: Ibu mengatakan anak kedua ASI hanya 7 hari

3. Tinggi Fundus uteri (27 cm) tidak sesuai dengan usia

kehamilan (35 minggu 4 hari)

Dasar : Menurut spingelberd UK 34 minggu = TFU 31 cm,

UK 36 minggu = TFU 32 cm

Masalah Potensial : Anak ketiga tidak ASI ekslusif

LANGKAH III

MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA ATAU MASALAH POTENSIAL

Diagnosa potensial : Bayi Baru Lahir Rendah

Masalah potensial : Asfiksia, hipotermi

LANGKAH IV

MENETAPKAN KEBUTUHAN TERHADAP TINDAKAN SEGERA

Tidak ada

LANGKAH V

MENYUSUN RENCANA ASUHAN YANG MENYELURUH

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu

2. Berikan KIE tentang ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III terutama keram

pada tangan dan cara mengatasinya.

3. Berikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan


4. Berikan KIE tentang nutrisi bagi ibu hamil.

5. Anjurkan ibu untuk meminum kalsium 1x1

6. Anjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter spesialis mata

LANGKAH VI

IMPLEMENTASI ASUHAN YANG MENYELURUH

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien

2. Memberikan KIE ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester III terutama keram pada

tangan dan cara mengatasinya.

3. Memberikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan yaitu :

a. Perdarahan pervaginam

b. Sakit kepala yang hebat

c. Penglihatan kabur

d. Nyeri perut hebat

e. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan

f. Keluar cairan pervaginam

g. Gerakan janin tidak terasa

4. Memberikan KIE tentang nutrisi bagi ibu hamil.

a. Makan dengan pola gizi seimbang dan bervariasi, lebih banyak dari sebelum hamil

b. Tidak ada pantangan makanan selama hamil


c. Cukupi kebutuhan air minum pada saat hamil. Kebutuhan air minum ibu hamil 10

gelas per hari.

5. Menganjurkan ibu untuk meminum kalsium 1x1

Meminum tablet kalsium pada saat malam hari menjelang tidur 1 tablet.

6. Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter spesialis mata

LANGKAH VII

EVALUASI

1. Ibu telah mengerti penjelasan yang disampaikan oleh bidan bahwa kondisinya dan

bayinya dalam keadaan sehat/normal

2. Ibu telah mengerti KIE tentang ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester 3 terutama

keram pada tangan dan cara mengatasinya.

3. Ibu telah mengerti KIE tentang tanda bahaya kehamilan

4. Ibu telah mengerti KIE tentang nutrisi bagi ibu hamil.

5. Ibu bersedia untuk meminum kalsium 1x1

6. Ibu bersedia untuk konsultasi ke dokter spesialis mata


DOKUMENTASI KEBIDANAN

S :Ibu mengatakan hamil anak ketiga, tidak pernah keguguran, dan haid

terakhir tanggal 14 Agustus 2015.

Ibu mengatakan keram pada jari tangan, dan anak kedua tidak ASI ekslusif

O : KU : baik Kesadaran : kompos mentis

TD : 100/70 mmHg N/R :82/20 x/menit Suhu 36,5 0C.

BB : 59 kg LILA : 25 cm

TP : 21 Mei 2016

Mata : oedema (-) ikterik (-) anemis (-) (kanan miopi -3, kiri 4)

Palpasi Abdomen:

Leopold 1 : tinggi fundus uteri 3 jari dibawah px (27 cm) teraba bulat

tidak keras dan tidak melenting (bokong),

Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang diperut sebelah kanan, dan

teraba bagian terkecil janin pada bagian perut sebelah kiri

(punggung kanan)

Leopold III : teraba bulat keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : kepala belum masuk pintu atas panggul

TBJ : (27 cm - 12) x 155 = 2.325 gram

DJJ : 133 x/menit


Pemeriksaan penunjang tanggal 18 april 2016

Darah : Hb : 12,5 gr%, Golda: O, Sifilis (-), HIV (-), hbsAg (-)

USG : Jenis Kelamin: laki-laki, TBJ: 2320 gram, plasenta normal,

air ketuban normal, persentasi kepala.

A:

Diagnosa : G3P2002 hamil 35 minggu 4 hari janin tunggal hidup

intrauterine

Masalah :

1. Ibu tidak dapat melihat pada jarak jauh

Dasar: Ibu mengatakan tahun 2014 memeriksakan matanya

ke optik mata dan hasilnya kanan miopi 3, kiri 4

2. Anak kedua tidak ASI ekslusif

Dasar: Ibu mengatakan anak kedua ASI hanya 7 hari

3. Tinggi Fundus uteri (27 cm) tidak sesuai dengan usia

kehamilan (35 minggu 4 hari)

Dasar: Menurut spingelberd UK 34 minggu = TFU 31 cm, UK

36 minggu = TFU 32 cm

Diagnosa Potensial : BBLR

Masalah Potensial : Anak ketiga tidak ASI ekslusif

Tindakan Segera : Tidak ada


P:

1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien

2. Berikan KIE tentang ketidaknyaman pada ibu hamil trimester 3 terutama keram pada

tangan dan cara mengatasinya.

3. Berikan KIE tentang tanda bahaya kehamilan.

4. Berikan KIE tentang nutrisi bagi ibu hamil

5. Anjurkan ibu untuk meminum kalsium 1x1

6. Anjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter spesialis mata

Evaluasi:

1. Ibu telah mengerti penjelasan yang disampaikan oleh bidan bahwa

kondisinya dan bayinya dalam keadaan sehat/normal

2. Ibu telah mengerti KIE tentang ketidaknyamanan pada ibu hamil trimester 3

terutama keram pada tangan dan cara mengatasinya.

3. Ibu telah mengerti KIE tentang tanda bahaya kehamilan

4. Ibu telah mengerti KIE tentang nutrisi bagi ibu hamil.

5. Ibu bersedia untuk meminum kalsium 1x1

6. Ibu bersedia untuk konsultasi ke dokter spesialis mata.


3. Perencanaaan Asuhan

a.Perencanaan Asuhan untuk Kunjungan Ulang

S : Menanyakan keluhan ibu.

O : Mengamati keadaan umum ibu

Mengukur tanda – tanda vital

Melakukan pemeriksaan fisik

A : G3 P2002 usia kehamilan ... minggu ... Hari janin tunggal hidup intra

uterine

P :

1) Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu

2) Tanyakan pada ibu bagaimana dengan tangannya apakah masih

keram atau tidak.

3) Beri KIE ibu tentang tanda awal persalinan

4) Beri KIE ibu tentang ASI ekslusif

5) Beri KIE ibu tentang perawatan payudara

6) Beri KIE ibu tentang alat kontrasepsi IUD

7) Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi

b. Perencanaan Asuhan Ibu Bersalin Kala I

S :

1) Menanyakan keluhan ibu

2) Menanyakan pada ibu kapan HPHT dan TP


3) Menanyakan pada ibu kapan perutnya mulai terasa kontraksi

4) Menanyakan pada ibu berapa lama tenggang waktu antara satu

kontraksi dengan kontraksi lain

5) Menanyakan pada ibu apakah ada pengeluaran pervaginam

berupa lendir darah atau air-air

6) Menanyakan pergerakan janin pada ibu

O :

1) Mengamati keadaan umum ibu

2) Mengukur tanda - tanda vital

3) Melakukan palpasi Leopold

4) Mendengarkan denyut jantung bayi

5) Melakukan pemeriksaan dalam

6) Menghitung frekuensi dan durasi his

7) Melihat tanda dan gejala kala II yaitu doran, teknus, perjol dan

vulka

A :

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan.


P :

1) Jelaskan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan kepada ibu

seperti keadaan umum, tanda-tanda vital, dan

2) Berikan ibu support mental bahwa proses persalinan adalah

normal dan alamiah

3) Ajarkan ibu untuk teknik relaksasi yang benar, yaitu dengan

menarik nafas panjang dari hidung lalu menghembuskannya

melalui mulut secara perlahan-lahan agar rasa sakit dapat

berkurang

4) Anjurkan ibu untuk makan atau minum disela his

5) Siapkan partus set, heacting set, dan APD serta kelengkapan

pertolongan persalinan lainnya

6) Pantau kemajuan persalinan DJJ, kontraksi, setiap 30 menit.

Pembukaan serviks, penurunan kepala, TTV ibu setiap 4 jam

(hasil observasi terdapat pada partograf).

7) Ajarkan ibu mengenai cara meneran yang baik dan benar.

c.Perencanaan Asuhan Ibu Bersalin Kala II dan III

S :

Menanyakan pada ibu apakah perutnya terasa mules atau tidak


O :

1) Mengamati keadaan umum ibu

2) Mengukur tanda-tanda vital

3) Melakukan masase uterus untuk memastikan janin tunggal

4) Melakukan pengukuran TFU dan memeriksa kontraksi uterus

5) Memeriksa keadaan umum bayi

6) Memeriksa kelengkapan plasenta

7) Memeriksa pendarahan dan laserasi jalan lahir

A :

Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan.

P :

1) Periksa uterus untuk memastikan tidak ada bayi lagi dalam uterus

2) Lakukan manajemen aktif kala III dan beritahu ibu bahwa ibu

akan disuntikkan oksitosin agar rahim berkontraksi dengan baik

3) Suntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir 10 intra unit IM di

1/3 paha atas bagian distal lateral

4) Jepit tali pusat dengan jepitan khusus tali pusat yang steril 3 cm

dari pusat bayi dan mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu)
dan menjepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem

pertama.

5) Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan

menggunting tali pusat diantara 2 klem.

6) Lakukan penghisapan lendir 5 cm melalui mulut bayi lalu 3 cm

melalui hidung bayi oleh tim ruang bayi. Jika bayi langsung

menangis lanjutkan melakukan tindakan IMD (Inisiasi Menyusui

Dini)

7) Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu, selimuti ibu

dan bayi dengan kain dan memasang topi dikepala bayi (Insiasi

Menyusui Dini),dan anjurkan ibu untuk memeluk bayinya sambil

memperhatikan bayinya terutama pada pernapasan dan gerakan

bayinya.

8) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari

vulva

9) Letakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain menegangkan

tali pusat. Menegangkan tali pusat dengan tangan kanan,

sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati kearah

dorsokrainal.

10) Lakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorsokranial

hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong

menarik tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian

kearah atas, mengikuti poros jalan lahir


11) Lahirkan plasenta dengan hati-hati, memegang plasenta dengan

kedua tangan dan melakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban

12) Lakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir dengan

menggosok fundus uteri secara sirkuler hingga kontraksi baik

13) Lakukan pemasangan IUD

14) Periksa kelengkapan plasenta untuk memastikan bahwa seluruh

kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap, dan

memasukan plasenta kedalam tempat yang tersedia

15) Lakukan pemeriksaan pada jalan lahir

16) Melakukan evaluasi peradarahan kala III

d. Perencanaan Asuhan Ibu Bersalin Kala IV

S :

Menanyakan perasaan ibu saat ini

Menanyakan pada ibu apakah perut ibu terasa mules atau tidak

O :

1) Mengamati keadaan umum ibu

2) Mengukur tanda-tanda vital

3) Memeriksa payudara ibu apakah sudah terdapat ASI yang keluar

4) Memeriksa TFU dan kontraksi uterus ibu


5) Memeriksa pengeluaran lochea ibu

6) Memeriksa perdarahan ibu

A :

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan.

P :

1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).

2) Bersihkan ibu dan bantu ibu merapikan pakaian

3) Bersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%.

4) Observasi perdarahan dan kontraksi uterus.

5) Anjurkan keluarga untuk memberikan makanan dan minuman

pada ibu

6) Cuci alat-alat yang telah didekontaminasi

7) Lengkapi partograf

e.Perencanaan Asuhan Bayi Baru lahir

S :-
O :

1) Menghitung Apgar Score

2) Melakukan pemeriksaan antropometri

3) Melakukan pemeriksaan fisik BBL

4) Memeriksa reflex bayi

A :

Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan.

P :

1) Lakukan penilaian selintas pada bayi

2) Ciptakan lingkungan hangat bayi

3) Bersihkan dan keringkan badan bayi kecuali telapak tangan

4) Berikan bayi pada ibu untuk dilakukan inisiasi menyusui dini

kurang lebih 60 menit dan selimuti bayi serta berikan penutup

kepala

5) Lakukan pengukuran antropometri pada bayi

6) Berikan injeksi Vit K 0,5 ml secara IM pada 1/3 paha kiri dan

Hepatitis B 0,5 ml secara IM pada 1/3 paha kanan satu jam

setelah injeksi vit K


7) Pakaikan baju bayi, sarung tangan dan kaos kaki serta

membungkus bayi dengan selimut dan memasangkan topi pada

kepala bayi.

8) Jelaskan KIE tentang perawatan tali pusat, tanda bahaya pada

bayi baru lahir (SAP dan leaflet terlampir).

9) Lakukan skin to skin antara ibu dan bayi jika bayi hipotermi.

f. Perencanaan Asuhan Nifas

1) Kunjungan pertama ( 6 – 8 jam pertama post partum )

S : Menanyakan keluhan ibu

O :

a) Mengamati keadaan umum ibu

b) Mengukur tanda tanda vital

c) Memeriksa payudara apakah sudah terdapat pengeluaran

ASI

d) Memeriksa TFU dan kontraksi uterus serta kandung kemih

e) Mmemeriksa pengeluaran lochea dan luka jahitan ( bila

terdapat jahitan )

A :

Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan.


P :

a) Jelaskan hasil pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital

b) Lakukan penyuluhan kesehatan ± 15 menit mengenai

kebutuhan dasar ibu nifas dan tanda bahaya ibu nifas

c) Lakukan penyuluhan kesehatan ± 10 menit mengenai teknik

dan posisi menyusui

d) Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya

2) Kunjungan kedua ( 2-6 hari post partum )

S : Menanyakan ada ibu apakah ada keluhan atau tidak

O :

a) Mengamati keadaan umum ibu

b) Mengukur tanda tanda vital

c) Memeriksa payudara apakah sudah terdapat pengeluaran

ASI

d) Memeriksa TFU dan kontraksi uterus serta kandung kemih

e) Mmemeriksa pengeluaran lochea dan luka jahitan ( bila

terdapat jahitan )

A :

Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan


P :

a) Jelaskan hasil pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital

b) Pastikan ibu menyusui bayinya dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit

c) Ajarkan ibu senam nifas dari hari pertama sampai hari ke

sepuluh

d) Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya

3) Kunjungan ketiga ( 2 minggu post partum )

S : Menanyakan ada ibu apakah ada keluhan atau tidak

O :

a) Mengamati keadaan umum ibu

b) Mengukur tanda tanda vital

c) Memeriksa payudara apakah sudah terdapat pengeluaran

ASI

d) Memeriksa TFU dan kontraksi uterus serta kandung kemih

e) Memeriksa pengeluaran lochea dan luka jahitan ( bila

terdapat jahitan )

A : Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan


P :

a) Jelaskan hasil pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital

b) Lakukan penyuluhan kesehatan ± 10 menit mengenai

imunisasi dasar bagi bayi

c) Anjurkan ibu untuk melakukan imunisasi BCG di fasilitas

kesehatan terdekat

d) Buat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya

4) Kunjungan keempat ( 6 minggu post partum )

S : Menanyakan ada ibu apakah ada keluhan atau tidak

O :

a) Mengamati keadaan umum ibu

b) Mengukur tanda tanda vital

c) Memeriksa TFU dan kontraksi uterus serta kandung kemih

d) Memeriksa pengeluaran lochea dan luka jahitan ( bila

terdapat jahitan )

A :Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan

P :

a) Jelaskan hasil pemeriksaan fisik dan tanda tanda vital


b) Jelaskan kepada ibu untuk tetap memberikan ASI kepada

bayinya hingga 6 bulan tanpa memberikan makanan

tambahan apapun.

c) Lakukan penyuluhan kesehatan ± 15 menit mengenai alat

kontrasepsi

g.Perencanaan Asuhan Neonatus

1) Kunjungan pertama

S : Menanyakan pada ibu apakah bayinya terdapat keluhan atau

tidak

O :

a) Mengamati keadaan umum bayi

b) Memeriksa tanda-tanda vital bayi

c) Melakukan pemeriksaan fisik bayi

d) Memeriksa tali pusat bayi

A : Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan


P :

a) Beritahu kepada ibu keadaan bayinya saat ini

b) Beri KIE pada ibu tentang tanda bahaya bayi

c) Buat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang

neonatus selanjutnya

2) Kunjungan kedua

S :Menanyakan pada ibu apakah bayinya terdapat keluhan atau

tidak

O:

a) Mengamati keadaan umum bayi

b) Memeriksa tanda-tanda vital bayi

c) Melihat apakah bayi kuning / tidak

d) Memeriksa tali pusat bayi

A : Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data

atau informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan

P :

a) Beritahu kepada ibu keadaan bayinya saat ini

b) Lakukan evaluasi kepada ibu tentang tanda-tanda bahaya

pada bayi
c) Buat kesepakatan dengan ibu untuk kunjungan ulang

neonatus selanjutnya

3) Kunjungan ketiga

S :Menanyakan pada ibu apakah bayinya terdapat keluhan atau

tidak

O :

a) Mengamati keadaan umum bayi

b) Memeriksa tanda-tanda vital bayi

c) Melihat apakah bayi kuning / tidak

d) Memeriksa tali pusat bayi

A :Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan

P :

a) Beritahu kepada ibu keadaan bayinya saat ini

b) Anjurkan ibu untuk menjemur bayinya dipagi hari dibawah

jam 8 pagi selama ± 10 menit dengan posisi seluruh tubuh

terbuka dan mengenai pantulan cahaya matahari dan mata

ditutup dengan kassa.


h. Perencanaan Asuhan Keluarga Berencana

S :

Menanyakan pada ibu apakah ada keluhan atau tidak

O :

a) Mengamati keadaan umum ibu

b) Mengukur tanda-tanda vital

c) Melakukan pemeriksan fisik pada ibu

A :Masalah atau diagnose yang ditegakkan berdasarkan data atau

informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan

P :

a) Jelaskan hasil pemeriksaan fisik dan tanda-tanda vital

b) Lakukan penyuluhan kesehatan ± 10 menit mengenai alat

kontrasepsi yang digunakan.


B. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan

1. Konsep Dasar Teori Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah proses dan mulainya ovulasi sampai partus yaitu

kira-kira 280 hari (40 minggu) juga disebut kehamilan matur (cukup

bulan) lebih dari 43 minggu disebut postmatur dan kehamilan antara

28 minggu sampai 36 minggu disebut kehamilan prematur.

(Prawirohardjo, 2012)

Kehamilan trimester ketiga merupakan saat-saat yang paling

mendebarkan bagi ibu hamil, terutama menjelang mendekatinya

proses persalinan. (Kusmiyati, 2012) Ante Natal Care adalah cara

penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal

dan mendeteksi ibu dengan kehamilan normal.

Pelayanan antenatal atau yang sering disebut pemeriksaan

kehamilan adalah pelayanan yang diberikan oleh tenaga profesional

yaitu dokter spesialisasi bidan, dokter umum, bidan, pembantu bidan

dan perawat bidan. Untuk itu selama masa kehamilannya ibu hamil

sebaiknya dianjurkan mengunjungi bidan atau dokter sedini mungkin

semenjak ibu merasa dirinya hamil untuk mendapatkan pelayanan

asuhan antenatal. Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap

kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi, Informasi,

Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi

ibu hamil dan masalahnya (Depkes RI, 2007).


Ketidakpatuhan dalam melakukan Ante Natal Care selama

kehamilan dapat menyebabkan tidak diketahuinya berbagai

komplikasi pada ibu dan janin. Apalagi ibu hamil tidak melakukan

Ante Natal Care, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya

berjalan dengan baik atau mengalami resiko tinggi dan komplikasi

yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat

menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Indiarti, 2009).

b. Perubahan Fisiologis pada Kehamilan Trimester III (Varney,

2007)

1) Sistem Reproduksi

Uterus Pada trimester III itmus lebih nyata menjadi bagian

korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim

(SBR).

Akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat

hipertrofik dan hiperplasi otot-otot polos rahim, serabut-serabut

kolagennya menjadi higroskopik. Semakin membesarnya ukuran

rahim pada ibu hamil trimester III sering mengeluh nyeri

pinggang. Sebagian besar karena perubahan sikap pada

kehamilan lanjut, karena rahim semakin membesar sehingga titik

berat pindah kedepan, hal ini diimbangi dengan lordose yang

berlebihan dan sikap ini dapat menimbulkan spasmus dari otot

pinggang.
2) Vagina

Vagina atau vulva mengalami peningkatan pembuluh darah

karena pengaruh hormon estrogen dan progesteron sehingga

tampak makin merah dan kebiru-biruan.

3) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan

sebagai persiapan pemberian ASI pada laktasi, perkembangan

payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat

kehamilan, yaitu estrogen dan progesteron dan

somatomammotropin.

4) Sistem respirasi

Wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas sehingga

meningkatkan usaha bernafas. Konsumsi oksigen ibu selama

hamil meningkat 20-25% karena dibutuhkan untuk pertumbuhan,

rahim, plasenta, dan janin.

5) Sistem perkemihan

Kehamilan trimester III biasa muncul keluhan sering

kencing, hal ini terjadi karena pada akhir kehamilan kepala janin

mulai turun kepintu atas panggul sehingga menyebabkan

kandung kemih terasa cepat penuh.


6) Sistem respirasi

Pada 32 minggu keatas karena usus-usus tertekan uterus

yanng membesar ke arah diafragma sehingga diafragma kurang

leluas bergerak mengakibatkan kebanyakan wanita hamil

mengalami derajat kesulitan bernafas.

7) Kenaikan berat badan

Sesuai dengan teori yang menyebutkan bahwa berat badan

ibu hamil akan bertambah antara 9-15 kg. Berdasarkan Indeks

Massa Tubuh (IMT) berat badan ibu masih dalam batas normal

dengan kalkulasi sebagai berikut, IMT Dengan nilai rujukan

sebagai berikut.

Tabel 2.3

Rekomendasi penambahan BB selama hamil berdasarkan IMT

IMT (kg/m2) Total kenaikan berat Selama trimester


badan yang disarankan 2 dan 3
Kurus 12,7–18,1 kg 0,5 kg/minggu
(IMT<18,5)
Normal 11,3-15,9 kg 0,4 kg/minggu
(IMT 18,5-22,9)
Overweight 6,8-11,3 kg 0,3 kg/minggu
(IMT 23-29,9)
Obesitas 0,2 kg/minggu
(IMT>30)
Bayi kembar 15,9-20,4 kg 0,7 kg/minggu
(Sumber: Sukarni, 2013)
Ada pula cara untuk menentukan status gizi dengan

menghitung IMT (Indeks Massa Tubuh) dari berat badan dan

tinggi badan ibu sebelum hamil menurut Manuaba (2010) :

Rumus IMT = BB (kg) / (TB(m))2

Ibu hamil trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan dengan

gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar

0,4 kg, sementara pada perempuan dengan kurang atau lebih

dianjurkan menambah berat badan perminggu masing-masing

sebesar 0,5 dan 0,3 kg. (Sarwono, 2012)

8) Sirkulasi darah

Hemodilusi penambahan foluma darah sekitar 25% dengan

puncak pada usia kehamilan 32 minggu, sedangkan hematokrin

mencapai level terendah pada minggu 30-32 karena setelah 34

minggu masa RBC terus meningkat tetapi voluma plasenta tidak.

9) Sistem muskoskeletal

Sendi pelvik pada saat kehamilan sedikit dapat bergerak.

Perubahaan tubuh secara bertahap dan peningkatan berat wanita

hamil menyebabkan postur dan cara berjalan wanita berubah

secara menyolok (Kusmiyati, 2009).

c. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil Trimester III (Varney, 2007)

1) Kebutuhan nutrisi

Pada trimester ketiga, janin mengalami pertumbuhan yang

sangat pesat. Perkembangan janin yang pesat ini terjadi pada 20


minggu terakhir kehamilan. Nutrisi pada ibu hamil sangat

menentukan status kesehatan ibu dan janinnya. Hal yang harus

diperhatikan ibu hamil yaitu makanan yang dikonsumsi terdiri

dari susunan menu seimbang, mengandung unsur-unsur sumber

tenaga.

Masa hamil adalah masa penting untuk pertumbuhan optimal

janin dan persiapan persalinan. Oleh karena penambahan zat-zat

gizi berguna untuk kesehatan ibu hamil, pertumbuhan janin, saat

persalinan, persiapan menyusui dan tumbuh kembang bayi.

Makanan yang dianjurkan :

a) Sumber zat tenaga ( beras, kentang, bihun, roti, makaroni,

krackers, dll).

b) Sumber zat pembangun (ayam, ikan, daging, telur, hati,

keju, susu, kacang -kacangan, tahu, tempe).

c) Sumber zat pengatur ( sayur-sayuran yang berwarna hijau

dan buah-buahan yang segar).

Hal-hal yang perlu diperhatikan:

a) Makan lebih banyak dari sebelum hamil

b) Bagi ibu yang terlalu gemuk , kurangi lah porsi makanan

sumber energi disesuaikan dengan kebutuhan normal


c) Bila ibu terlalu kurus tambahlah jumlah porsi makanan

sumber energi dan protein

d) Usahakan konsumsi makanan dengan porsi kecil dan

frekuensi sering

Piramida Makanan Ibu Hamil

Menurut United States Department of Agriculture (USDA),

piramida makanan adalah sebuah patokan sederhana yang terdiri

dari 5 tingkat piramida makanan. Seperti halnya piramida,

bagian paling bawah lebih besar atau lebih banyak dikonsumsi

dan semakin ke tas semakin mengerucut atau semakin sedikit

dikonsumsi.
Gambar 2.1 Piramida Makanan Ibu Hamil

2) Oksigen

Meningkatnya jumlah progesterone selama kehamilan

mempengaruhi pusat pernafasan, CO2 menurun dan O2

meningkat.Kehamilan menyebabkan hiperventilasi, dimana

keadaan CO2 menurun.Pada trimester III, janin membesar dan

menekan diafragma, menekan vena cava inferior, yang

menyebabkan napas pendek-pendek.

3) Personal hygiene

Bagian tubuh yang sangat membutuhkan perawatan

kebersihan adalah daerah vital, karena saat hamil, biasanya

terjadi pengeluaran secret vagina yang berlebihan.Selain mandi,


mengganti celana dalam secara rutin minimal sehari dua kali

sangat dianjurkan.

4) Pakaian hal yang perlu diperhatikan untuk pakaian ibu hamil:

a) Pakaian harus longgar, bersih, dan tidak ada ikatan yang ketat

didaerah perut.

b) Bahan pakaian usahakan yang mudah menyerap keringat.

c) Pakailah bra yang menyokong payudara.

d) Memakai sepatu dengan hak rendah.

e) Pakaian dalam harus selalu bersih.

5) Eliminasi

Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan

dengan eliminasi adalah konstipasi dan sering BAK. Konstipasi

terjadi karena adanya pengaruh hormone progesterone yang

mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot

halus. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan

mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak minum air

putih, terutama ketika lambung sedang kosong.

6) Seksual

Pada kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan

perlu dihindari hubungan seksual karena dapat membahayakan.

Bisa terjadi bila kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan


persalinan bisa terangsang karena sperma mengandung

prostaglandin.

7) Kebutuhan mobilisasi

Ibu hamil harus mengetahui bagaimana caranya

memperlakukan diri dengan baik dan kiat berdiri duduk dan

mengangkat tanpa menjadi tegang. Body mekanik (sikap tubuh

yang baik) diinstruksikan kepada wanita hamil karena diperlukan

untuk membentuk aktivitas sehari-hari yang aman dan nyaman

selama kehamilan.

8) Senam hamil

Senam hamil merupakan program kebugaran khusus yang

diperuntukkan bagi ibu hamil. Dengan gerakan-gerakan yang

dirancang khusus, senam hamil dapat membantu mempermudah

ibu hamil dalam persalinan. Senam hamil dimulai pada umur

kehamilan setelah 22 minggu yang di tujukan bagi ibu hamil

tanpa kelainan atau tidak terdapat penyakit yang menyertai

kehamilan.

9) Istirahat/tidur

Ibu hamil dianjurkan untuk merencanakan periode istirahat,

terutama saat hamil tua. Posisi berbaring miring dianjurkan untuk

meningkatkan perfusi uterin dan oksigenasi fetoplasental. Selama


periode istirhat yang singkat, seorang perempuan bisa

mengambil posisi terlentang kaki disandarkan pada dinding

untuk meningkatkan aliran vena dari kaki dan mengurangi edema

kaki serta varises vena.

10) Imunisasi

Imunisasi selama kehamilan sangat penting dilakukan untuk

mencegah penyakit yang bisa menyebabkan kematian ibu dan

janin. Jenis imunisasi yang diberikan adalah tetanus toxoid (TT)

yang dapat mencegah penyakit tetanus. Imunisasi TT pada ibu

hamil harus terlebih dahulu ditentukan status

kekebalan/imunisasinya. Imunisasi TT diberikan 3 dosis vaksin

Difteri Pertusis Tetanus (DPT 3) pada bayi melalui imunisasi

rutin, 1 dosis ulangan atau penguat vaksin Difteri Tetanus (DT)

pada siswa kelas 2 dan 3 SD, akselerasi atau 3 putaran imunisasi

tambahan dengan sasaran Wanita Usia Subur (WUS) berusia 15-

19 tahun, dan setelah wanita menikah atau saat hamil sehingga

status imunisasi tersebut lengkap yaitu hingga TT


g. Ketidaknyamanan pada Kehamilan Trimester III

Tabel 2.4 Ketidaknyamanan pada ibu hamil dan cara mengatasinya

No. Ketidaknyamanan Cara Mengatasi


1. Sering buang air kecil a. Penjelasan mengenai sebab terjadinya
b. Kosongkan saat ada dorongan untuk
kencing
c. Perbanyak minum pada siang hari
d. Jangan kurangi minum untuk mencegah
nokturia, kecuali jika nokturia sangat
mengganggu tidur di malam hari
e. Batasi minum kopi, teh dan soda
f. Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran
kemih dengan menjaga posisi tidur, yaitu
dengan berbaring miring ke kiri dan kaki
ditinggikan untuk mencegah dieresis
2. Hemoroid a. Hindari konstipasi
b. Makan makanan yang berserat dan banyak
minum
c. Gunakan kompres es atau air hangat
3. Keputihan a. Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap
hari
b. Memakai pakaian dalam dari bahan katun
dan mudah menyerap
c. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan
buah dan sayur
4. Keringat bertambah. a. Pakailah pakaian yang tipis dan longgar
Secara perlahan terus b. Tingkatkan asupan cairan
meningkat sampai akhir c. Mandi secara teratur
kehamilan
5. Sembelit a. Tingkatkan diet asupan cairan
b. Minum cairan dingin atau hangat, terutama
saat perut kosong
c. Istirahat cukup
6. Kram pada kaki a. Kurangi konsumsi susu
b. Latihan dorsofleksi pada kaki dan
meregangkan otot yang terkena
c. Gunakan penghangat untuk otot
7. Sakit punggung atas a. Gunakan posisi tubuh yang baik
dan bawah b. Gunakan bra yang menopang dengan
ukuran yang tepat
c. Gunakan bantal ketika tidur untuk
meluruskan punggung
8. Varises pada kaki a. Tinggikan kaki sewaktu berbaring
b. Jaga agar kaki tidak bersilangan
c. Hindari berdiri atau duduk terlalu lama
d. Senam untuk melancarkan peredaran darah
e. Hindari pakaian atau korset ketat

(Sulistyawati, Ari. 2009)

d. Tanda Bahaya pada Kehamilan

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi

dalam kehamilan (Kusmiyati, 2009) adalah perdarahan pervaginam,

sakit kepala yang heba, penglihatan kabur, nyeri perut hebat, bengkak

di wajah dan jari-jari tangan, keluar cairan pervaginam, dan gerakan

janin tidak terasa

Ibu hamil yang mempunyai resiko perlu mendapat pengawasan

yang lebih intensif dan perlu dibawa ketempat pelayanan kesehatan

sehingga resikonya dapat dikendalikan (Manuaba, 2010). Faktor

resiko pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

a) Primigravida < 20 tahun atau > 35 tahun.

b) Jumlah anak sebelumnya > 4

c) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang < 2 tahun.

Secara medis rahim sebenarnya sudah siap untuk hamil kembali

tiga bulan setelah melahirkan, tetapi berdasarkan catatan statistik

penelitian bahwa jarak kehamilan yang aman anak satu dengan

yang lainnya adalah 27 sampai 32 bulan atau sekitar 2,6 tahun.

Pada jarak ini ibu akan memiliki bayi yang sehat serta selamat saat

melewati proses kehamilan (Agudelo, 2007)


d) KEK dengan lingkar lengan atas < 23,5 cm atau penambahan

berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.

e) Anemia dengan haemoglobin < 11 g/dl.

f) Tinggi badan < 145 cm atau dengan kelainan bentuk panggul

dan tulang belakang.

g) Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum

kehamilan ini.

h) Sedang atau pernah menderita penyakit kronis antara lain:

tuberkulosis, kelainan jantung, ginjal, hati, psikosis, kelainan

endokrin (diabetes militus, sistemik lupus, eritematosus, dll),

tumor dan keganansan.

i) Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan

ektopik terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi

dengan cacat kongenital.

j) Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dempet,

monster.

k) Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, janin besar

(Depkes RI, 2010).

e. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan / Ante Natal Care (ANC)

Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh

standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga

kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar

minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan.


Kenaikan berat badan wanita hamil rata-rata antara 6,5

sampai 15 kg. Bila berat badan naik lebih dari semestinya,

anjurkan untuk mnegurangi makanan yang mengandung

karbohidrat. Lemak jangan dikurangi, terlebih sayur mayur dan

buah-buahan. Diukur pada saat pertama kali datang. Ibu hamil

yang tinggi badannya kurang dari 145 cm terutama pada

kehamilan pertama, tergolong risiko tinggi yaitu dikhawatirkan

panggul ibu sempit (Pantikawati, 2010).

2) Pemeriksaan tekanan darah.

Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan

kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya

kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan

kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal yaitu

dibawah 140/90 mmHg. Apabila darah ibu lebih dari 140/90

mmHg berarti tekanan darah ibu tinggi, dan itu adalah salah satu

gejala preeklamsi (Depkes RI, 2009).

2) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

Pengukuran ini berguna untuk skrining malnutrisi protein yang

biasanya digunakan oleh DepKes untuk mendeteksi ibu hamil dengan

resiko melahirkan BBLR bila LILA < 23,5 cm. Pengukuran LILA

dimaksudkan untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang

Energi Kronis. Ambang batas LILA WUS dengan risiko KEK di


Indonesia adalah 23.5 cm. Apabila ukuran kurang dari 23.5 cm atau

dibagian merah pita LILA, artinya wanita tersebut mempunyai risiko

KEK, dan diperkirakan akan melahirkan berat bayi lahir rendah

(Kusmiyati, 2009).

3) Pemeriksaan tinggi fundus uteri :

Tabel 2.5 Umur kehamilan berdasarkan tinggi fundus uteri

Tinggi Fundus Uteri Umur kehamilan


12 minggu
⅓ diatas simfisis
½ simfisis-pusat
16 minggu
⅔ diatas simfisis
20 minggu
Setinggi pusat
24 minggu
⅓ diatas pusat
28 minggu
½ pusat-prosesus xifoideus
34 minggu
2-3 jari dibawah prosesus xifoideus
36 minggu
2 jari (4 cm) dibawah prosesus xifoideus
40 minggu
(Manuaba, 2010)

Menurut Spiegelberd dengan jalan mengukur tinggi fundus uteri dari simfisis,

maka diperoleh :

a) 22 – 28 minggu : 24 – 25 cm di atas simfisis.

b) 28 minggu : 26,7 cm di atas simfisis.

c) 30 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis.

d) 32 minggu : 29,5 – 30 cm di atas simfisis.

e) 34 minggu : 31 cm di atas simfisis.

f) 36 minggu : 32 cm di atas simfisis.


g) 38 minggu : 33 cm di atas simfisis.

h) 40 minggu : 37,7 cm di atas simfisis.

4) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ).

Kesejahteraan janin baik dilihat dari DJJ, karena menurut teori DJJ

normal jika kurang dari 120 kali/menit atau DJJ cepat bila lebih dari 160

kali/menit menunjukkan adanya gawat janin (Manuaba, 2010).

5) Skrining status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

Pada ibu hamil diberikan imunisasi TT sebanyak 2 kali selama

kehamilan dengan interval waktu 4 minggu. Imunisasi ini dianjurkan

pada setiap ibu hamil, karena diharapkan dapat menurunkan angka

kematian bayi akibat tetanus neonaturum. Imunisasi ini diberikan dengan

dosis 0,5 cc/IM dalam satu kali penyuntikan.

6) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan.

Pemberian tablet zat besi untuk mencegah anemia pada wanita hamil

diberikan sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Tablet ini diberikan

segera mungkin setelah rasa mual hilang, setiap tablet Fe

mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 500 μg.

Tablet Fe diminum 1 x 1 tablet perhari, dan sebaiknya dalam meminum

tablet Fe tidak bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu

penyerapan.
7) Test laboratorium (rutin dan khusus).

Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan golongan

darah, hemoglobin, protein urine dan gula darah puasa.

8) Tatalaksana kasus.

9) Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan

Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan.

Dengan demikian maka secara operasional, pelayanan antenatal

disebut lengkap apabila dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi

standar tersebut. Ditetapkan pula bahwa frekuensi pelayanan antenatal

adalah minimal 4 kali selama kehamilan, dengan ketentuan waktu

pemberian pelayanan yang dianjurkan sebagai berikut:

1) Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

2) Minimal 1 kali pada triwulan kedua

3) Minimal 2 kali pada triwulan ketiga

Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin

perlindungan kepada ibu hamil, berupa deteksi dini faktor resiko,

pencegahan dan penangnan komplikasi (Depkes RI, 2009).


2. Konsep Dasar Teori Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan

pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan

kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada

serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2007).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan

menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (JNPK-

KR. 2008).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui

jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan

(kekuatan sendiri) (Manuaba, 2010).

b. Tanda-Tanda Persalinan

Karakteristik persalinan sesungguhnya (Sumarah. dkk, 2009) :

Persalinan sesungguhnya

a) Serviks menipis dan membuka


b) Rasa nyeri dan interval teratur

c) Interval antara rasa nyeri yang secara perlahan semakin pendek

d) Waktu dan kekuatan kontraksi semakin bertambah

e) Rasa nyeri terasa dibagian belakang dan menyebar ke depan

f) Dengan berjalan bertambah intensitas

g) Ada hubungan antara tingkat kekuatan kontraksi dengan

intensitas nyeri

h) Lendir darah semakin nampak

i) Ada penurunan bagian kepala janin

j) Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi

k) Pemberian obat penenang tidak menghentikan proses persalinan

sesungguhnya.

c. Faktor Persalinan

Peran dari penolong adalah mengantisipasi dan menangani

komplikasi yang mungkin tejadi pada ibu dan janin. Penanganan yang

terbaik dapat berupa observasi yang cermat, dan seorang bidan harus

mampu mengidentifikasi faktor-faktor penyebab persalinan sehingga

diharapkan dalam memberikan asuhan kebidanan pada proses

persalinan yaitu passage (jalan lahir), power (his dan tenaga

mengejan), dan passanger (janin, plasenta dan ketuban), serta faktor

lain seperti psikologi dan paktor penolong (Sumarah. dkk, 2009).

1) Passage
Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang

panggul dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan,

dan ligament). Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang pangkal

paha, 1 tulang kelangkang, dan 1 tulang tungging.

2) Power (His dan Tenaga ibu)

Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnnya meningkat

(kontraksi dianggap adekuat / memadai jika terjadi 3 kali atau

lebih dalam waktu 10 menit dan berlangsung selama 40 detik

atau lebih). Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan

pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida

2 cm/jam (Manuaba, 2010). Frekuensi his adalah jumlah his

dalam waktu tertentu, biasanya dihitung dalam waktu 10 menit.

Lamanya his terus meningkat, mulai dari hanya 20 detik pada

permulaan partus sampai 60-90 detik pada akhir kala I atau

permulaan kala II. Interval adalah waktu relaksasi/jangka waktu

antara 2 kontraksi (Saifuddin, 2009).

3) Passanger

Kepala janin merupakan bagian yang paling besar dan keras

daripada bagian-bagian lain janin yang akan dilahirkan. Janin dapat

memengaruhi jalannya persalinan dengan besarnya dan posisi

kepala.

a) Kepala janin
b) Badan janin Ukuran badan janin yang lain (Saifuddin, 2009):

(1) Lebar bahu, jarak antara kedua akromion (12 cm).

(2) Lingkar bahu (34 cm).

(3) Lebar bokong, diameter intertrokanterika (12 cm).

(4) Lingkar bokong (27 cm).

4) Psikologi ibu

Keadaan psikologis adalah keadaan emosi, jiwa, pengalaman,

adat istiadat, dan dukungan dari orang-orang tertentu yang dapat

memengaruhi proses persalinan. Psikologi ibu dapat memengaruhi

persalinan apabila ibu mengalami kecemasan, stress, bahkan

depresi. Hal ini akan memengaruhi kontraksi yang dapat

memperlambat proses persalinan. Selain itu, ibu yang tidak siap

mental juga akan mempengaruhi persalinan karena ibu akan sulit

diajak kerjasama dalam proses persalinannya. Sangat penting bagi

Bidan dalam mempersiapkan mental ibu menghadapi proses

persalinan (Prawirohardjo, 2008).

5) Penolong

Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu dan janin.

Dalam hal ini proses persalinan tergantung dari kemampuan atau


ketrampilan dan kesiapan penolong dalam menghadapi proses

persalinan. Setiap tindakan yang akan diambil harus lebih

mementingkan manfaat daripada kerugiannya. Bidan harus bekerja

sesuai dengan standar. Standar yang ditetapkan untuk pertolongan

persalinan normal adalah standar asuhan persalinan normal (APN)

yang terdiri dari 60 langkah dengan selalu memerhatikan aspek 5

benang marah asuhan persalinan normal (Prawirohardjo, 2008).

d. Tahap dalam Persalinan

1) Kala I (Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir darah, karena serviks

mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (effacement) kala dimulai dari

pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10cm) lamanya kala I

untuk primigravida berlangsung ±12 jam, sedangkan pada

multigravida sekitar ± 8 jam. Berdasarkan kurva friedman pembukaan

primi 1cm/jam, sedangkan pada multi 2cm/jam (JNPK-KR, 2008).

Kala pembukan dibagi menjadi dua fase, yaitu:

a) Fase Laten : pembukaan serviks, sampai ukuran 3 cm, berlangsung

dalam 7-8 jam.

b) Fase Aktif : berlangsung ± 6 jam, di bagi atas 3 sub fase yaitu:


(1) Periode akselerasi berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi

4cm

(2) Periode dilatsi maksimal selama 2 jam, pembukaan

berlangsung cepat menjadi 9 cm

(3) Periode deselerasi

2) Kala II (kala pengeluaran janin)

Kala II dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut kala pengeluaran

bayi (JNPK-KR, 2008).

Gejala dan tanda kala II persalinan (JNPK-KR, 2008) :

a) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi

b) Ibu merasa adanya peningkatan tekanan pada rectum/pada

vaginanya

c) Perineum menonjol

d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

e) Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah.

3) Kala III (kala uri)

Kala III adalah waktu dari keluarnya bayi hingga pelepasan atau

pengeluaran uri (plasenta) yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

(JNPK-KR, 2008).

a) Tanda-tanda lepasnya plasenta yaitu:

(1) Adanya perubahan bentuk dan tinggi fundus


(2) Tali pusat memanjang

(3) Semburan darah mendadak dan singkat

b) Manajemen aktif kala III, yaitu:

(1) Pemberian suntikan oksitosin

(2) Melakukan peregangan tali pusat terkendali

(3) Massase fundus uteri

4) Kala IV

Kala IV adalah kala pengawasan dari 1-2 jam setelah bayi dan

plasenta lahir untuk memantau kondisi ibu. Harus diperiksa setiap 15

menit selama 1 jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua

(Saifuddin, 2010).

Asuhan dan pemantauan kala IV (JNPK-KR, 2008)

a) Lakukan rangsangan taktil (massase) uterus untuk merangsang

uterus berkontraksi baik dan kuat

b) Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara

melintang dengan pusat sebagai patokan

c) Perkiraan kehilangan darah secara keseluruhan


d) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan(laserasi atau

episiotomy) perineum)

e) Evaluasi keadaan umum ibu

f) Dokumentasikan semua asuhan selama persalinan kala IV dibagian

belakang partograf, segera setelah asuhan dan penilaian dilakukan.

e. Ketuban Pecah Dini (KPD)

1) Pengertian KPD

Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum

waktunya melahirkan/ sebelum inpartu, pada pembukaan < 4 cm (

fase laten ). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh

sebelum waktunya melahirkan. Ketuban pecah dini merupakan

komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan kurang bulan dan

mempunyai kontribusi yang besar pada angka kematian perinatal

pada bayi yang kurang bulan. Pengelolaan KPD pada kehamilan

kyrang dari 34 minggu sangat komplek, bertujuan untuk

menghilangkan kemungkinan terjadinya prematuritas dan

Respiration Dystress Syndrome (RDS) (Nugrho, 2010). Ketuban

pecah dini (KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri

berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi

korioamnionitis sampai sepsis, yang meningkatkan morbiditas dan

mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi ibu (Sarwono, 2008).


Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada

akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan.

Dalam keadaan normal 8-10% perempuan hamil aterm akan

mengalami ketuban pecah dini (Sarwono, 2008).

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan

yang terjadi pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya

(Nugroho,2010). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban

sebelum terdapat tanda-tanda persalinan mulai dan ditunggu satu

jam belum terjadi inpartu. Sebagian ketuban pecah dini terjadi pada

kehamilan aterm lebih dari 37 minggu sedangkan kurang dari 36

minggu tidak terlalu banyak (Manuaba, 2009).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum awitan

persalinan, tanpa memerhatikan usia gestasi. Namun, dalam praktik

dan dalam penelitian, ketuban pecah dini didefinisikan sesuai

jumlah jam dari waktu pecah ketuban sampai awitan persalinan.

Interval ini disebut vase laten dan dapat terjadi kapan sajadari 1

sampai 12 jam atau lebih. Tidak ada keseragaman dari metode yang

diterima untuk menegakkan diagnosi ketuban pecah dini, sehingga

menyebabkan perbandingan penelitian sulit dilakukan sehingga

tidak ada definisi operasional standar. (Varney, 2008)

2) Faktor Resiko KPD ( Nugroho, 2010)


a) Inkompetensiserviks ( leher rahim)

b) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)

c) Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya

d) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

e) Kehamilan kembar

f) Trauma

g) Serviks (leher rahim) yang pendek (<25 mm) pada usai

kehamilan 23 minggu

h) Infeksi pada kehamilan seperti bakterial vaginosis.

Faktor Resiko KPD (Morgan, 2009)

a) Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat

berpengaruh terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun

menghadapi persalinan (Julianti, 2001). Usia untuk reproduksi

optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-35 tahun. Di

bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan resiko

kehamilan dan persalinan (Depkes, 2003). Usia seseorang

sedemikian besarnya akan mempengaruhi sistem reproduksi,

karena organ-organ reproduksinya sudah mulai berkurang

kemampuannya dan keelastisannya dalam menerima

kehamilan
b) Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu

dari anak pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun

pembagian paritas yaitu primipara, multipara, dan grande

multipara. Primipara adalah seorang wanita yang baru pertama

kali melahirkan dimana janin mancapai usia kehamilan 28

minggu atau lebih.

Multipara adalah seorang wanita yang telah mengalami

kehamilan dengan usia kehamilan minimal 28 minggu dan

telah melahirkan buah kehamilanya 2 kali atau lebih.

Sedangkan grande multipara adalah seorang wanita yang telah

mengalami hamil dengan usia kehamilan minimal 28 minggu

dan telah melahirkan buah kehamilannya lebih dari 5 kali

(Wikjosastro, 2007).

Wanita yang telah melahirkan beberapa kali dan pernah

mengalami KPD pada kehamilan sebelumnya serta jarak

kelahiran yang terlampau dekat diyakini lebih beresiko akan

mengalami KPD pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

c) Keletihan (Varney, 2008)


Hubungan yang signifikan juga telah ditemukan antara

keletihan karena bekerja dan peningkatan risiko KPD sebelum

cukup bulan diantara wanita nulipara (tetappi bukan wanita

multipara).

d) Anemia

Anemia pada kehamilan adalah anemia karena

kekurangan zat besi. Jika persediaan zat besi minimal, maka

setiap kehamilan akan mengurangi persediaan zat besi tubuh

dan akhirnya menimbulkan anemia. Pada kehamilan relatif

terjadi anemia karena darah ibu hamil mengalami hemodelusi

atau pengenceran dengan peningkatan volume 30% sampai

40% yang puncaknya pada kehamilan 32 sampai 34 minggu.

Pada ibu hamil yang mengalami anemia biasanya ditemukan

ciri-ciri lemas, pucat, cepat lelah, mata berkunang-kunang.

Pemeriksaan darah dilakukan minimal dua kali selama

kehamilan yaitu pada trimester pertama dan trimester ke tiga.

Dampak anemia pada janin antara lain abortus, terjadi

kematian intrauterin, prematuritas, berat badan lahir rendah,

cacat bawaan dan mudah infeksi. Pada ibu, saat kehamilan

dapat mengakibatkan abortus, persalinan prematuritas,

ancaman dekompensasikordis dan ketuban pecah dini. Pada


saat persalinan dapat mengakibatkan gangguan his, retensio

plasenta dan perdarahan post partum karena atonia uteri

(Manuaba, 2009).

Menurut Depkes RI (2005), bahwa anemia berdasarkan

hasil pemeriksaan dapat digolongkan menjadi HB > 11 gr %,

tidak anemia, 9-10 gr % anemia sedang, < 8 gr % anemia

berat.

e) Perilaku Merokok

Kebiasaan merokok atau lingkungan dengan rokok yang

intensitas tinggi dapat berpengaruh pada kondisi ibu hamil.

Merokok mengandung lebih dari 2.500 zat kimia yang

teridentifikasi termasuk karbonmonoksida, amonia, aseton,

sianida hidrogen, dan lain-lain.

Merokok pada masa kehamilan dapat menyebabkan

gangguangangguan seperti kehamilan ektopik, ketuban pecah

dini, dan resiko lahir mati yang lebih tinggi (Sinclair, 2003).

f) Riwayat KPD

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan

kejadian KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika


menghadapi kondisi kehamilan. Riwayat KPD sebelumnya

beresiko 2-4 kali mengalami ketuban pecah dini kembali.

Patogenesis terjadinya KPD secara singkat ialah akibat

penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga

memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah

preterm. Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan

atau menjelang persalinan maka pada kehamilan berikutnya

akan lebih beresiko dari pada wanita yang tidak pernah

mengalami KPD sebelumnya karena komposisi membran yang

menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang semakin menurun

pada kehamilan berikutnya (Helen, 2008).

g) Serviks yang inkompeten

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut

kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang

terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-

tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin

yang semakin besar. Inkompetensia serviks adalah serviks

dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkan laserasi

sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu

kelainan kongenital pada serviks yang memungkinkan

terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules


dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester

ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput

janin serta keluarnya hasil konsepsi (Manuaba, 2009).

h) Tekanan intra uterine yang meninggi atau meningkat secara

berlebihan

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat

secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban

pecah dini misalnya :

(1)Trauma : berupa hubungan seksual, pemeriksaan dalam,

amniosintesis

(2) Gemelli : Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua

janin atau ebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi

uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan adanya

ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini terjadi

karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar

dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan

dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga

mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah

(Saifudin,2002)

3) Tanda dan Gejala KPD


Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air

ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin

cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat

dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering

karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk

atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya

mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam,

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin

bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi

(Manuaba, 2009).

4) Diagnosis KPD

a) Menegakkan dignosa KPD secara tepat sangat penting. Karena

dianosa yang positif berarti melakukan intervensi seperti

melahirkan bayi terlalu awal atau melakukan seksio sesaria

yang sebetulnya tidak ada indikasinya. Sebaliknya diagnosa

yang negatif berarti akan membiarkan ibu dan janin

mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan

janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu, diperlukan diagnosa

yang cepat dan tepat (Manuaba, 2008). Diagnosis ketuban

pecah dini ditegakkan dengan cara melakukan pemeriksaan

dalam, pemeriksaan dengan spekulum, inspeksi dan anamnesa

(Nugroho, 2010). Dignosa potensial pada kasus KPD yaitu


dapat mengakibatkan pengeluaran cairan dalam jumlah besar

dan terus menerus (Varney, 2009).

5) Pemeriksaan Penunjang KPD

a) Pemeriksaan laboratorium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa warna,

konsentrasi, bau dan PHnya.

(1) Tes lakmus (tes nitrazin), jika kertas lakmus merah

berubah menjadi biru ,menunjukkan adanya air ketuban

(alkalis).

(2) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban

pada gelas objek dan dibiarkan kering, pemeriksaan

mikroskopik menunjukkan gambaran daun pakis.

b) Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan

ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah

cairan ketuban yang sedikit (Manuaba, 2009)

6) Komplikasi KPD

a) Mudah terjadinya infeksi intra uterin

b) Partus prematur
c) Prolaps bagian janin terutama tali pusat (Manuaba, 2009).

Terdapat tiga komplikasi utama yang terjadi pada ketuban

pecah dini yaitu

(a) Peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas

(b) Komplikasi selama persalinan dan kelahiran

(c) Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko

infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau

penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi

(Sarwono, 2010).

7) Penatalaksanaa KPD

Penatalaksanaan KPD memerlukan pertimbangan usia

kehamilan, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan

adanya tanda-tanda persalinan. Penanganan ketuban pecah dini

menurut Sarwono (2010), meliputi :

a) Konserpatif

(1) Pengelolaan konserpatif dilakukan bila tidak ada penyulit

(baik pada ibu maupun pada janin) dan harus di rawat

dirumah sakit.

(2) Berikan antibiotika (ampicilin 4 x 500 mg atau eritromicin

bila tidak tahan ampicilin) dan metronidazol 2 x 500 mg

selama 7 hari.
(3) Jika umur kehamilan <32-34 minggu, dirawat selama air

ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar

lagi.

(4) Jika usia kehamilan 32-27 minggu, belum in partu, tidak

ada infeksi, tes buss negativ beri deksametason, observasi

tanda-tanda infeksi, dan kesejahteraan janin, terminasi

pada kehamilan 37 minggu.

(5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak

ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason,

dan induksi sesudah 24 jam.

(6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri

antibiotik dan lakukan induksi.

(7) Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda

infeksi intra uterin).

b) Aktif

(1) Kehamilan >37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila

gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg

intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

(2) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis

tinggi dan persalinan diakhiri.

(3) Bila skor pelvik <5, lakukan pematangan servik, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio

sesarea
(4) Bila skor pelvik >5, induksi persalinan, partus pervaginam

f. Induksi Persalinan

1) Pengertian

Induksi persalinan ialah suatu tindakan terhadap ibu hamil

yang belum inpartu, baik secara operatif maupun medicinal, untuk

merangsang timbulnya kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan.

Induksi persalinan beda dengan akselerasi persalinan, di mana pada

akselerasi persalinan tindakan-tidakan tersebut di kerjakan pada

wanita hamil yang sudah inpartu (Wiknjosastro, hanifa, 2007: 73)

Induksi dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum

mulai terjadi persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture

membrane. Augmentasi merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi

spontan yang dianggap tidak adekuat karena kegagalan dilatasi

serviks dan penurunan janin. (Cunningham, 2013).

Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan dengan

cara-cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan

dengan jalan merangsang timbulnya his. (Sinclair, 2010).


2)Indikasi Induksi Persalinan (Manuaba, 2010)

a) Indikasi Ibu

(1) Berdasarkan penyakit yang di derita ( Penyakit ginjal,

penyakit jantung, penyakit hipertensi, diabetes melitus,

keganasan payudara dan porsio)

(2) Komplikasi kehamilan (Pre-eklamsi, Eklamsi)

(3) Berdasarkan kondisi fisik (kesempitan panggul, kelainan

bentuk panggul, kelainan bentuk tulang belakang)

b) Indikasi Janin

(1) Kehamilan lewat waktu

(2) Kematian intrauterin

(3) Kematian berulang dalam rahim

(4) Kelainan kongenital

(5) Ketuban pecah dini

c) Berdasarkan kondisi fisik

(1) Kesempitan panggul

(2) Kelainan bentuk panggul

(3) Kelainan bentuk tulang belakang

3) Kontra Indikasi Induksi Persalinan


Kontra indikasi untuk menghindarkan persalinan dan kelahiran

spontan, diantaranya yaitu: disproporsi sefalopelvik (CPD),

plasenta previa, gamelli, polihidramnion, riwayat sectio caesar,

malpresentasi atau kelainan letak, gawat janin, vasa previa,

hidrosefalus, dan infeksi herpes genital aktif. (Cunningham, 2013 &

Winkjosastro, 2002).

g. Atonia Uteri

1) Pengertian

Atonia Uteri adalah suatu kondisi dimana myometrium tidak

dapat berkontraksi dan keluarnya darah dari tempat implantasi

plasenta dan menjadi tidak terkendali (JNPK-KR, 2008).

Atonia uteri adalah suatu keadaan dimana uterus mengalami

kegagalan untuk berkontraksi segera setelah bayi lahir

(Sulistyawati,2010).

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim

yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan

terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta

lahir (Sarwono, 2012).

2) Faktor predisposisi (Sarwono, 2012)


a) Regangnya rahim berlebihan karena kehmilan gemeli,

polihidramnion, atau anak terlalu besar.

b) Kelelahan karena persalinan lama

c) Ibu dengan KU yang jelek, anemis, atau menderita penyakit

menahun.

d) Kehamilan grande-multipara

e) Mioma uteri yang mengganggu kontraksi rahim

f) Infeksi intrauterine (korioamnionitis)

g) Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya

3) Diagnosis (Sarwona, 2012)

Diagnosis ditegakkan setelah bayi dan plasenta lahir ternyata

perdarahanmasih aktif dan banyak, bergumpal dan pada palpasi

didapatkan fundus uteri masih setinggi pusatatau lebih dengan

kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada saat atonia

uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak

500-1000 cc, yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih

terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam

kalkulasi pemberian darah pengganti.

4) Tindakan (Sarwono, 2012)

Banyaknya darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan

umum pasien. Pasien masih bisa dalam keadaan sadar, sedikit

anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan pertama


yang harus dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Pada

umunya dilakukan secara simultan (bila pasien syok) hal-hal

sebagai berikut.

a) Sikap trendeleburg, memasang venous line, dan memberikan

oksigen

b) Merangsang kontraksi uterus dengan cara

(1) Massase fundus uteri dan merangsang putting susu

(2) Pemberian oksitosin dan turunan ergot melalui suntikan

secara IM, IV, atau SC

(3) Pemberian misoprostol 800-1000 mcg/rectal

(4) KBI/KBE

(5) Pemasangan kondom kateter

h. Perdarahan Post Partum

1) Pengertian

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500

ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah

perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan

lebih dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya

bila terdapat perdarahan yang lebih dari normal, apabila telah

menyebabkan perubahan tanda vital (KU menurun, pucat, limbung,

berkeringat dingin, sesak napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit), maka penanganan harussegera dilakukan (Sarwono,

2012)

Perdarahan post partum adalah perdarahan yang terjadi segera

setelah pelahiran plasenta lengkap, yang menandai akhir kala tiga

persalinan (Varney, 2008)

2) Faktor Predisposisi (Varney, 2008)

Atonia uteri dan kemungkinan perdarahan postpartum segera

pada wanita normal sebenarnya dapat diantisipasi segera sebelum

pelahiran terjadi. Faktor predisposisi terjadinya postpartum adalah:

a) Distensi berlebihan pada uterus (kehamilan kembar,

polihidramnion, atau makrosomia)

b) Induksi oksitosin atau augmentasi

c) Persalinan dan pelahiran cepat atau presipitatus

d) Kala satu dan kala dua persalinan yang memanjang

e) Grande multiparitas

f) Riwayat atonia uterus/perdarahan postpartum pada saat

melahirkan anak sebelunya.

g) Penggunaan agens relaksan uterus, seperti magnesium sulfat

dan terbutalin.
3) Pencegahan perdarahan karena atonia uteri (Sarwono, 2012)

a) Melakukan secara rutin manajemen aktif kala III

b) Pemberian misoprostol peroral 400-600 mcg segera setelah

bayi lahir

3.Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam presentasi

belakang kepala melalui vagina tanpa memakai alat, pada usia

kehamilan genap 37 minggu sampai 42 minggu, dengan berat badan

2500–4000 gram, nilai apgar >dan tanpa cacat. Neonatus ialah bayi

yang baru mengalami proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri

dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin (Muslihatun,

2011).

BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2500 gram

tanpa memandang masa kehamilan. Berat lahir adalah berat bayi yang

ditimbang dalam 1 jam setelah lahir.

Penyebab BBLR sangat kompleks, BBLR dapat disebabkan oleh

kehamilan kurang bulan, bayi kecil untuk masa kehamilan atau

kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah bayi yang lahir

sebelum umur kehamilan 37 minggu. Sebagian bayi kurang bulan

belum siap hidup diluar kandungan dan mendapatkan kesulitan untuk

mulai bernapas, menghisap, melawan infeksi dan menjaga tubuhnya

agar tetap hangat.


Bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) adalah bayi yang tidak

tumbuh dengan baik didalam kandungan selama kehamilan. Ada 3

kelompok bayi yang termasuk bayi KMK, yaitu KMK lebih bulan,

KMK cukup bulan, KMK kurang bulan.

b. Masalah Bayi Baru Lahir Rendah (BBLR)

1) Asfiksia

BBLR bisa kurang , cukup atau lebih bulan, semuanya

berdampak pada proses adaptasi pernapasan waktu lahir sehingga

mengalami asfiksia lahir. BBLR membutuhkan kecepatan dan

keterampilan resusitasi

2) Gangguan Nafas

Gangguan napas yang sering terjadi pada BBLR kirang bilan

adalah penyakit membran hialin, sedangkan pada BBLR lebih

bulan adalah aspirasi mekonium. BBLR yang mengalami

gangguan napas harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan yang

lebih tinggi.

3) Hipotermi

Hipotermi terjadi karena hanya sedikitnya lemak tubuh dan

sistem pengaturan suhu tubuh pada bayi baru lair belum matang.

Metode kanguru dengan kontak kulit dengan kulit membantu

BBLR tetap hangat.

4) Hipoglikemi

Hipoglikemi karena hanya sedikitnya simpanan energi pada

bayi baru lahir dengan BBLR. BBLR membutuhkan ASI


sesegera mungkin setelah lahir dan minum sangat sering (setiap 2

jam) pada minggu pertama.

5) Masalah pemberian ASI

Karena ukuran tubuh BBLR kecil, kurang energi, lemah,

lambungnya kecil dan tidak menghisap. BBLR sering

mendapatkan ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian

ASI dengan bantuan, membutuhkan pemberian ASI dalam

jumlah yang lebih sedikit tapi sering. BBLR dengan kehamilan

≥ 35 minggu dan berat lahir ≥ 2000 gram umumnya bisa

langsung menetek.

6) Infeksi

Karena sistem kekebalan tubuh BBLR belum matang.

Keluarga dan tenaga kesehatan yang meraawat BBLR harus

melakukan tindakan pencegahan infeksi antara lain dengan

mencuci tangan.

7) Ikterus

Karena fungsi hati belum matang BBLR menjadi kuning

lebih awal dan lebih lama daripada bayi yang cukup beratnya.

8) Perdarahan

Berhubungan dengan belum matangnya ssistem pembekuan

darah saat lahir. Pemberian injeksi vitamin K 0,5 ml segera

setelah lahir (dalam 6 jam pertama) untuk semua bayi baru lahir

dapat mencegah kejadian perdarahan ini. Injeksi ini dilakukan di

paha kiri
c. Gambaran Klinis dan Klasifikasi BBLR

1) Tanda Bayi Kurang Bulan

a) Kulit tipis mengkilap

b) Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk

dengan sempurna

c) Lanugo (rambut halus / lembut) masih banyak ditemukan

terutama pada punggung

d) Jarigan payudara belum terlihat, putting masih berupa titik

e) Rajah telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum

terbentuk.

f) Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia

minora

g) Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis

kadang belum turun.

h) Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur

i) Aktivitas dan taangisannya lemah

j) Refleks menghidap dan menelan tidak efektif/lemah.

2) Tanda Bayi Kecil untuk Masa Kehamilan

a) Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tatapi

beratnya < 2500 gram

b) Gerakannya cukup aktif, tangis cukup kuat

c) Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

d) Bila kurang bulan jaringan payudara kecil, putting kecil.

Bila cukup bulan payudara dan putting sesuai masa


kehamilan

e) Bayi perempuan labia mayora menutupi labia minora

f) Bayi laki-laki testis mungkin telah turun

g) Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

h) Menghisap cukup kuat

c. Penatalaksanaan BBLR

Menurut Rukiyah, dkk (2010) perawatan pada bayi berat lahir rendah

(BBLR) adalah :

1) Perawatan Metode Kanguru (PMK) adalah perawatan untuk

bayi berat lahir rendah dengan melakukan kontak langsung

antara kulit bayi dan kulit ibu (skin to skin contack). (Depkes

RI, 2009).

2) Mempertahankan suhu tubuh dengan ketat. BBLR mudah

mengalami hipotermi, oleh sebab itu suhu tubuh bayi harus

dipertahankan dengan ketat.

3) Mencegah infeksi dengan ketat. BBLR sangat rentan dengan

infeksi, memperhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi

termasuk mencuci tangan sebelum memegang bayi.

4) Pengawasan nutrisi (ASI). Refleks menelan BBLR belum

sempurna, oleh sebab itu pemberian nutrisi dilakukan dengan

cermat.

5) Penimbangan ketat. Perubahan berat badan mencerminkan

kondisi gizi bayi dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh,
oleh sebab itu penimbangan dilakukan dengan ketat.

6) Kain yang basah secepatnya diganti dengan kain yang kering

dan bersih, pertahankan suhu tubuh tetap hangat.

7) Kepala bayi ditutup topi, beri oksigen bila perlu.

8) Tali pusat dalam keadaan bersih.

9) Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.

d. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir (Varney, 2007)

Kebutuhan dasar terdiri dari:

1) Kebutuhan Fisik meliputi :

a) O2 (zat asam atau udara segar)

Setelah bayi lahir, kebutuhan O2 dipenuh oleh pemasukan

(intake) paru-parunya sendiri. Bila bayi baru lahir tidak

langsung menangis dan terlihat warna kulit bayi

membiru/pucat segera bebaskan jalan nafas bayi sambil

menilai APGAR menit I.

b) Gizi

Air susu ibu (ASI) adalah makanan yang terbaik untuk

menjamin kesehatan dan pertumbuhan bayi/anak, diberikan

pada usia 0-2 tahun.

c) Eliminasi

Bayi baru lahir harus sudah buang air kecil dalam waktu 24

jam setelah lahir, selanjutnya buang air kecil 6-8 x/hari.


Feces bayi baru lahir berwarna hijau (mekonium), dan bayi

baru lahir harus sudah buang air besar dalam 24 jam.

d) Istirahat dan tidur

Sangat bermanfaat jika bayi diletakkan di tempat tidur yang

hangat, tempat tidur seharusnya diletakkan dekat tempat

tidur ibu sehingga bisa dihangatkan dan bisa diberikan ASI

saat bayi menginginkannya.

d. Pemeriksaan Bayi Baru Lahir

1) Pemeriksaan tanda-tanda vital

a) Denyut jantung bayi (110-180 kali per menit)

b) Suhu tubuh (36,5oC-37oC)

c) Pernafasan (40-60 kali per menit)

2) Pemeriksaan antropometri (Wafinur, 2011)

a) Berat badan (2500-3000 gram)

b) Panjang badan (45-50 cm)

c) Lingkar kepala (33-35 cm)

d) Lingkar dada (30-33 cm)

3) Pemeriksaan fisik
a) Kesadaran dan reaksi terhadap sekeliling, perlu dikurangi

rangsangan terhadap reaksi terhadap rayuan, rangsangan sakit,

atau suara keras yang mengejutkan atau suara mainan.

b) Keaktifan pada bayi normal melakukan gerakan-gerakan tangan

yang simetris pada waktu bangun. Adanya temor pada bibir, kaki

dan tangan pada waktu menangis adalah normal, tetapi bila hal

ini terjadi pada waktu tidur, kemungkinan gejala auatu kelainan

yang perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

c) Simetris pada bayi apakah secara keseluruhan badan seimbang.

Kepala: apakah terlihat simetris, benjolan seperti tumor yang

lunak dibelakang atas yang menyebabkan kepala tampak lebih

panjang ini disebabkan akibat proses kelahiran, benjolan pada

kepala, pengukuran lingkar kepala dapat ditunda sampai kondisi

benjol (capput sucsedenaum) dikepala hilang dan jika terjadi

moulase, tunggu hingga kepala bayi kembali pada bentuknya

semula.

d) Muka wajah pada bayi tampak ekspresi, mata: perhatikan

kesimetrisan antara mata kanan dan kiri, perhatikan adanya

tanda-tanda perdarahan berupa bercak merah ang akan

menghilang dalam waktu 6 minggu.

e) Mulut bayi penampilannya harus simetris, mulut tidak mencucu

seperti mulut ikan, tidak ada tanda kebiruan pada mulut bayi,

saliva tidak terdapat pada bayinormal, bila terdapat secret yang

berlebihan, kemungkinan ada kelainan bawaan saluran cerna.


f) Leher, dada, abdomen terlihat adanya cidera akibat persalinan.

Perhatikan ada tidaknya kelainan pada pernafasanbayi, karena

bayi masih ada pernafasan mulut.

g) Punggung terdapat adanya benjolan atau tumor atau tulang

punggung dengan lekukan yang kurang sempurna. Bahu, tangan,

sendi, tungkai, perlu diperhatikan bentuk, gerakannya, faktur

(bila ekstremitas lunglai/kurang gerak), farices.

h) Kulit dan kuku dalam keadaan normal kulit bewarna kemerahan,

kadang kadang didapatkan kulit yang mengelupas ringan,

pengeluaran yang berlebihan harus dipikirkan kemungkinan

adanya kelainan, waspada timbulnya kulit dengan warna yang

tidak rata (cutis marmorata) ini dapat disebabkan karena

temperature dingin, telapak tangan, telapak kaki dan kuku yang

menjadi biru, kulit menjadi pucat dan kuning, bercak bercak

besar biru yang sering terdapat disekitar bokong (monglian spot)

akan menghilang pada umur 1 sampai 5 tahun.

i) Kelancaran menghisap dan pencernaan harus diperhatikan. Tinja

dan kemih diharapkan keluar dalam 24 jam pertama. Waspada

bila terjadi perut yang tiba-tiba membesar, tanpa keluarnya tinja,

disertai muntah, dan mungkin dengan kulit kebiruan, harap

segera konsultasi untuk pemeriksaan lebih lanjut, untuk

kemungkinan Hirschprung/Congenital Megacolon.

j) Refleks, refleks rooting, bayi menoleh ke arah benda yang

menyentuh pipi. Refleks isap, terjadi apabila terdapat tanda


menyentuh bibir, yang disertai refleks menelan. Refleks morro

ialah timbulnya pergerakan tangan yang simetris seperti

merangkul apabila kepala tiba-tiba digerakan. Refleks

mengeluarkan lidah terjadi apabila diletakan pada benda di

dalam mulut, yang sering di tafsirkan bayi menolak

makanan/minuman.

k) Berat badan sebaiknya tiap hari dipantau penurunan berat badan

lebih dari 5% berat badan waktu lahir, menunjukkan kekurangan

cairan.

e. Pemantauan Bayi Baru Lahir

Menurut Saifuddin (2006), tujuan pemantauan bayi baru lahir

adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan

identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan

perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas

kesehatan.

1)Dua jam pertama sesudah kelahiran

Hal-hal yang perlu dinilai waktu pemantauan bayi pada jam

pertama sesudah kelahiran, meliputi:

a) Kemampuan menghisap bayi kuat atau lemah

b)Bayi tampak aktif atau lunglai

c) Bayi kemerahan atau biru


2)Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayi

Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian

terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak

lanjut, seperti:

a) Bayi kecil untuk masa kehamilan atau kurang bulan

b) Gangguan pernafasan

c) Hipotermi

d) Infeksi

e) Cacat bawaan atau trauma lahir

f. Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir

Menurut Pinem (2009), tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai

pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut.

1) Sulit menyusu

2) Letargi (tidur terus sehingga tidak menyusu)

3) Demam (suhu badan > 38oC atau hipotermi < 36oC)

4) Tidak BAB atau BAK setelah 3 hari lahir (kemungkinan bayi

mengalami atresia ani), tinja lembek, hijau tua, terdapat lendir

atau darah pada tinja

5) Sianosis (biru) atau pucat pada kulit atau bibir, adanya memar,

warna kulit kuning (ikterus) terutama dalam 24 jam pertama

6) Muntah terus menerus dan perut membesar

7) Kesulitan bernafas atau nafas lebih dari 60 kali per menit


8) Mata bengkak dan bernanah atau berair

9) Mekonium cair berwarna hijau gelap dengan lendir atau darah

10) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan

berdarah

4. Konsep Dasar Teori Nifas

a. Pengerian Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan

berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum

hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,

namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3 bulan (Suherni,

dkk, 2009).

Nifas yaitu darah yang keluar dari rahim sebab melahirkan atau

setelah melahirkan. Darah nifas yaitu darah yang tertahan tidak bisa

keluar dari rahim dikarenakan hamil. Maka ketika melahirkan, darah

tersebut keluar sedikit demi sedikit. Darah yang keluar sebelum

melahirkan disertai tanda-tanda kelahiran, maka itu termasuk darah

nifas juga (Saifuddin, 2010).

b. Tahapan dalam Masa Nifas

Menurut Suherni, dkk (2009), nifas di bagi dalam 3 periode, yaitu :

1) Periode Immediate Puerperium

Yaitu masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam.

Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya

perdarahan karena atonia uteri.


2) Periode Early Puerperium (24 jam-1 minggu).

Di fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan

normal, tidak ada perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak ada

demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu

dapat menyusui bayinya dengan baik.

3) Periode Late Puerperium (1 minggu-6 minggu).

Di periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan

sehari-hari serta konseling KB.

c. Perubahan Fisiologi Masa Nifas

1) Perubahan sistem reproduksi

a) Involusi uterus

Proses involusi uterus adalah sebagai berikut (Sukarni, 2013):

(1) Iskemia miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus

dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus

relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.

(2) Autolysis

Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di

dalam otot uterin. Enim proteolitik akan memendekkan

jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali

panjangnya dari semula selama kehamilan atau dapat lima


kali lebih lebar dari semula kehamilan atau dapat juga

dikatakan sebagai pengrusakan secara langsung jaringan

hipertropi yang berlebihan hal ini disebabkan karena

penurunan hormone estrogen dan progesterone.

(3) Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi

otot uterine sehingga akan menekan pembuluh darah yang

mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses

ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat

implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.

Tabel 2.6 Perubahan Normal Pada Uterus Selama Post partum

Waktu TFU Bobot Diameter Palpasi

uterus uterus serviks

Pada akhir Setinggi pusat 900-1000 12,5 cm Lembut/lunak

persalinan gram

Akhir minggu ½ pusat 450-500 7,5 cm 2 cm

ke-1 sympisis gram

Akhir Minggu Tidak teraba 200 gram 5,0 cm 1 cm

ke-2

Akhir minggu Normal 60 gram 2,5 cm Menyempit

ke-6

Sumber : Ambarwati, 2010


b)Lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organism

berkembang lebih cepat daripada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lochea mengalami perubahan karena proses

involusi. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warna diantaranya (Sukarni, 2013):

(1) Lochea Rubra/merah (Kruenta)

Lochea ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga

masa postpartum.

(2) Lochea Sangiolenta

Lochea ini muncul pada hari ke 3-7 hari berwarna merah

kecoklatan dan berlendir.

(3) Lochea Serosa

Lochea serosa muncul pada hari ke 7-14 hari dengan

berwarna kuning kecoklatan dengan ciri lebih sedikit darah

dan lebih banyak serum, juga terdiri dari leukosit dan

robekan/laserasi plasenta.

(4) Lochea Alba

Lochea ini muncul setelah 2 minggu postpartum. Warnanya

lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak


mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati.

(5) Loche Purulenta

Lochea yang muncul karena terjadi infeksi, keluar cairan

seperti nanah berbau busuk.

c) Serviks

Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari

tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup (Sukarni,

2013).

d) Vulva dan vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses persalinan, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada

dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan vagina

kembali kepada keadaan tida hamil, dan rugae dalam vagina

secara berangsur angsur akan muncul kembali sementara labia

menjadi lebih menonjol. Ukuran vagina akan selalu lebih besar

dibandingkan keadaan saat sebelum persalinan pertama (Sukarni,

2013).

2) Perubahan system pencernaan

Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali

normal. Meskipun kadar progesterone menurun setelah


melahirkan, namun asupan makanan juga mengalami penurunan

selama satu atau dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus

bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan diberikan

enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi

keinginan kebelakang (Saifuddin, 2010).

3) Perubahan system perkemihan

Hari pertama biasanya ibu mengalami kesulitan buang air kecil,

selain khawatir nyeri jahitan juga karena penyempitan saluran

kencing akibat penekanan kepala bayi saat proses persalinan.

Buang air kecil sulit kemungkinan terdapat spasine sfingter dan

edema leher buli-buli sesudah bagian ini mengalami kompresi

antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin

dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36

jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar

hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami

penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan dieresis.

Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo

minggu (Saifuddin, 2010).

4) Perubahan endokrin

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam

postpartum. Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum.

Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang.


d. Perubahan Psikologis Masa Nifas

1) Bounding Attachment

Bounding Attachment adalah suatu proses dimana sebagai

hasil dari suatu interaksi terus menerus bati dan orang tua yang

bersifat saling mencintai, memberikan keduanya pemenuhan

emosional dan saling membutuhkan. Proses ikatan batin antara ibu

dengan bayinya ini diawali dengan kasih sayang terhadap bayi yang

dikandung, dan dapat dimulai sejak kehamilan. Ikatan batin antara

bayi dan orang tuanya berkaitan erat dengan pertumbuhan psikologi

sehat dan tumbuh kembang bayi (Suherni, dkk, 2009).

2) Sibling Rivally

Sibling rivally merupakan suatu perasaan cemburu atau

menjadi pesaing dengan bayi atau saudara kandung yang baru

dilahirkan. Perasaan cemburu ini pun dapat timbul terhadap sang

ayah. Kenyataannya semua anak merasa terancam oleh kedatangan

seorang bayi meskipun dengan derajat yang berbeda-beda, baik

selama kehamilan maupun setelah kelahiran (Suherni, dkk, 2009).

3) Adaptasi Psikologis Ibu Masa Nifas

Adaptasi psikologis masa postpartum oleh Rubin dibagi dalam

tiga periode (Mansur, 2009):

b) Periode Taking In
(1) Berlangsung 1-2 hari setelah melahirkan

(2) Ibu pasif terhadap lingkungan. Ibu sangat bergantung pada

orang lain.

c) Periode Taking Hold

(1) Berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan

(2) Pasa fase ini ibu merasa khawatir akan

ketidakmampuannya dalam merawat bayi. Ibu menjadi sangat

sensitive, sehingga mudah tersinggung.

d) Periode Letting Go

(1) Berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

(2) Ibu menerima tanggung jawab sebagai ibu dan mulai

menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.

e. Kebijakan Program Nasional Masa Nifas

Menurut Suherni, dkk (2009), frekuensi kunjungan, waktu kunjungan

dan tujuan kunjungan masa nifas yaitu:

1) Kunjungan pertama, waktu 6-8 jam setelah post partum, tujuan :

a) Mencegah perdarahan masa nifas

b) Mendeteksi dan merawat penyebab perdarahan

c) Member konseling pada ibu atau keluarga cara mencegah

terjadinya perdarahan
d) Pemberian ASI awal

e) Memberi supervise pada ibu untuk melakukan hubungan

awal antara ibu dengan bayi

f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah

hipotermi

2) Kunjungan kedua, waktu 6 hari post partum, tujuan :

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal

b) Evaluasi adanya tanda-tanda bahaya nifas

c) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada

tanda-tanda penyulit

d) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat

e) Memeberi ibu konseling dalam pengasuhan bayi

3) Kunjungan ketiga, waktu 2 minggu post partum, tujuan :

a) Sama dengan kunjungan hari ke 6

4) Kunjungan keempat, waktu 6 minggu post partum

a) Menanyakan penyulit-penyulit yang ada

b) Memberikan konseling untuk KB secara dini

f. Tujuan

Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi

(Suherni, dkk, 2009):


1) Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,

mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun

bayinya.

2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan

dini, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan

perawatan bayi sehat

3) Memberikan pelayanan KB

4) Mendapatkan kesehatan emosi.

g. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas (Suherni,

dkk, 2009)

1) Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi

2) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, social

serta memberikan semangat kepada ibu

3) Membantu ibu dalam menyusui bayinya

4) Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu

5) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam

perannya sebagai orang tua.

6) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan

rasa nyaman.

7) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara

mencegah perdarahan, mengenai tanda-tanda bahaya, menjaga gizi

yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.


8) Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta

melaksanakannya untuk mempercepat proses pemulihan,

mencagah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan bayi

selama periode nifas.

9) Memberikan asuhan secara professional.

h. Kebutuhan Dasar Masa Nifas (Suherni, dkk 2009)

1) Nutrisi dan cairan

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada

pantangan diet. Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh

minum dan makan seperti biasa bila ingin. Namun perlu

diperhatikan jumlah kalori dan protein ibu menyusui harus lebih

besar dari pada ibu hamil.

2) Ambulasi

Karena lelah sehabis bersalin, ibu harus istirahat, tidur

terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-

miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya thrombosis

dan tromboemboli. Pada hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3

jalan-jalan, dan pada hari ke 4 atau 5 sudah boleh pulang.

Mobilisasi diatas mempunyai variasi yang berbeda, tergantung pada

komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.


3) Eliminasi

Rasa nyeri kadangkala menyebabkan keengganan untuk

berkemih, tetapi usahakanlah untuk berkemih secara teratur, karena

kandung kemih yang penuh dapat menyebabkan gangguan

kontraksi rahim, yang dapat menyebabkan perdarahan dari rahim.

Hendaknya kencing dapat dilakukan sendiri secepatnya.

4) Defekasi

Buang air besar harus dilakukan 3-4 hari pasca persalinan. Bila

masih sulit buang air besar dan terjadi obstifasi apalagi berak keras

dapat diberikan obat laksans per oral atau per rectal. Jika masih

belum bisa dilakukan klisma. Konsumsi makanan tinggi serat dan

cukup minum.

5) Menjaga kebersihan diri

Menjaga kebersihan diri secara keseluruhan untuk menghindari

infeksi, baik pada luka jahitan maupun kulit.

6) Kebersihan genetalia

Setelah melahirkan biasanya perineum menjadi agak

bengkak/memar dan mungkin ada luka jahitan robekan atau

episiotomy, anjurkan ibu untuk membersihkan alat genetalianya

dengan menggunakan air bersih, membersihkan daerah vulva terlebih

dahulu dilanjutkan dengan sekitar anus. Keringkan dulu sebelum

memakaikan pembalut, dan gentilah pembalut minimal 3 kali sehari.


Pada persalinan yang terdapat jahitan, jangan khawatir untuk

membersihkan vulva, justru vulva yang tidak dibersihkan dapat

menyebabkan infeksi. Bersihkan vulva setiap buang air besar, buang

air kecil dan mandi.

7) Pakaian

Sebaiknya pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap

keringat karena produksi keringat pada ibu nifas akan lebih banyak.

Sebaiknya menggunakan pakaian yang longgar dibagian dada,

sehingga payudara tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan

pakaian dalam, agar tidak terjadi iritasi pada daerah sekitarnya

akibat lochea.

8) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan dalam tubuh akan dikeluarkan

kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan

pembengkakan pada wajah, kaki, betis dan tangan ibu. Oleh karena

itu, pada minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan

merasa jumlah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan

mandi lebih sering dan menjaga agar kulit tetap dalam keadaan

kering.

9) Istirahat
Untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, usahakan untuk

rileks dan istrahat yang cukup, terutama saat bayi sedang tidur.

Meminta bantuan suami atau keluarga yang lain jika ibu merasa

lelah. Putarkan dan dengarkan lagu-lagu klasik pada saat ibu dan

bayi istirahat untuk menghilangkan tegang dan lelah.

10)Seksual

Secara fisik, aman untuk memulai hubungan suami istri begitu

darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua

jarinya ke dalam vagina tanpa ada rasa nyeri. Begitu ibu merasa

aman untuk melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.

11)Rencana KB

Pemilihan kontrasepsi harus sudah dipertimbangkan pada masa

nifas. Apabila hendak memakai kontrasepsi yang mengandung

hormone, harus menggunakan obat yang tidak menganggu produksi

ASI. Hubungan suami istri pada masa nifas tidak terganggu.

12)Senam nifas

Senam nifas adalah gerakan untuk mengembalikan otot perut

yang kendur karena peregangan selama hamil. Senam nifas ini

dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari

yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang

dilakukan untuk mempercepat pemulihan keadaan ibu.


13)Perawatan payudara

Anjurkan ibu untuk membersihkan putting susunya sebelum

menyususkan bayinya, lakukan perawatan payudara rutin agar tidak

terjadi pembengkakan akibat bendungan ASI.

14) Proses Laktasi Dan Menyusui

Perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat dengan

pertumbuhan otak. Factor utama yang mempengaruhi pertumbuhan

otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan otak cepat.

Dalam hal ini pemberian nutrisi terhadap bayi dapat melalui proses

menyusui Air susu Ibu (ASI). Terdapat 2 refleks yang berperan

sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu, yaitu reflek

prolaktin dan reflek let down. Sedang pada mekanisme menyusui,

bayi mempunyai 3 reflek intrinsic yang dibutuhkan dalam

keberhasilan menyusui yaitu reflek mencari (rooting refleks), reflek

menghisap dan reflek menelan.

Tanda-tanda bahwa bayi telah berada pada posisi yang baik

pada payudara (JNPK-KR,2008):

a) Seluruh tubuhnya berdekatan dan terarah pada ibu

b) Mulut dan dagunya berdekatan dengan payudara

c) Areola tidak akan bisa terlihat dengan jelas


d) Kita dapat melihat bayi melakukan isapan yang lamban dan

dalam saat menelan ASInya.

e) Bayi terlihat tenang dan senang

f) Ibu tidak merasakan adanya nyeri pada putting susu.

5. Konsep Dasar Teori Neonatus

a. Pengertian Neonatus

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu

(28 hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru

lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah

bayi berusia 0-7 hari. Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari.

(Muslihatun, 2010)

b. Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatus adalah pelayanan kesehatan kepada neonatus

sedikitnya 3 kali yaitu kunjungan neonatal I (KN1) pada 6 jam sampai

dengan 48 jam setelah lahir, kunjungan neonatal II (KN2) pada hari

ke 3 s/d 7 hari, kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8 – 28 hari.

Menurut Permenkes 741/ Th. 2008 tentang Standar Pelayanan

Minimal Bidang Kesehatan (SPM-BK), KN dibagi menjadi 3 yaitu:

1) Kunjungan Neonatal ke satu (KN1)

Adalah kunjungan neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama

sampai hari kedua.

2) Kunjungan Neonatal ke dua (KN2)

Adalah kunjungan neonatal yang kedua kalinya yaitu pada hari

kedua sampai hari ke tujuh.


3) Kunjungan Neonatal ke tiga (KN3)

Adalah kunjungan neonatal yang ketiga kalinya yaitu pada hari

ke tujuh sampai hari ke dua puluh delapan.

Pelayanan yang diberikan mengacu pada pedoman Manajemen

Terpadu Balita Sakit (MTBS) pada algoritma bayi muda

(Manajemen Terpadu Bayi Muda/MTBM) termasuk ASI

ekslusif, pencegahan infeksi berupa perawatan mata, perawatan

tali pusat, penyuntikan vitamin K1 dan imunisasi HB-0

diberikan pada saat kunjungan rumah sampai bayi berumur 7

hari (bila tidak diberikan pada saat lahir) (Kemenkes RI, 2010).

c. Tujuan Kunjungan Neonatal (KN)

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses

neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini

mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah

(Rismintari, 2009). Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan

pendekatan komfeherensif. Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk

bidan/perawat, yang meliputi:

1. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,

ikterus, diare, dan berat badan rendah.

2. Perawatan tali pusat

3. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir

4. Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir

5. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli

eksklusif,
6. Pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru

lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA

7. Penanganan dan rujukan kasus (Ambarwati, 2009).

6. Konsep Dasar Teori Keluarga Berencana

a. Pengertian Kontrasepsi (Saifuddin, 2009)

Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya

kehamilan. Metode kontrasepsi dapat digunakan oleh pasangan usia

subur secara rasional berdasarkan fase-fase kebutuhan :

1) Masa menunda kehamilan.

2) Masa mengatur atau menjarangkan kehamilan.

3) Masa mengkhiri kesuburan atau tidak hamil lagi.

b. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB

1) Bidan memberikan asuhan tentang macam-macam KB

2) Efek dan dampak dari pemakaian KB

3) Serta memberikan wewenang terhadap Ibu untuk memilih macam-

macam KB yang akan digunakan

4) Menjelaskan Perubahan fisiologis yang sering terjadi

5) Memberikan Konseling sesuai dengan Kontrasepsi yang digunakan.

c. Macam-Macam Kontrasepsi

1) Metode Amenorrhea Laktasi (MAL)


Metode amenorrhea laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang

mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI). Syarat MAL sebagai

kontrasepsi adalah menyusui secara penuh (full breast feeding),

belum haid, umur bayi kurang dari 6 bulan.Harus dilanjutkan

dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Bekerja dengan

penundaan ovulasi.

Keuntungan dari metode ini adalah efektivitasnya tinggi

(keberhasilan 98% pada enam bulan pasca persalinan), segera

efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada efek samping

secara sistemik, tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat

atau alat, tanpa biaya.

Kekurangan dari metode ini adalah perlu persiapan sejak

perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca

persalinan, mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial,

efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai

dengan 6 bulan, tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus

hepatitis B dan HIV/AIDS.

2) Alat Kontrasepsi Dalama Rahim (AKDR)

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan kontrasepsi

yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus.

AKDR mencegah kehamilan dengan merusak kemampuan hidup

sperma dan ovum karena adanya perubahan pada tuba dan cairan

uterus. Hal ini dikarenakan adanya AKDR yang dianggap sebagai

benda asing sehingga menyebabkan peningkatan leukosit, tembaga


yang dililitkan pada AKDR juga bersifat toksik terhadap sperma dan

ovum. Efektivitas AKDR dalam mencegah kehamilan mencapai 98-

100% bergantung pada jenis AKDR.

Bagi ibu yang menyusui, AKDR tidak akan mempengaruhi isi,

kelancaran ataupun kadar air susu ibu (ASI). Namun, ada wanita

yang ternyata belum dapat menggunakan sarana kontrasepsi ini.

Karena itu, setiap calon pemakai AKDR perlu memperoleh informasi

yang lengkap tentang seluk-beluk alat kontrasepsi ini.

Pada saat ini waktu pemasangan AKDR yang paling sering

dilakukan adalah IUD post plasenta. IUD post plasenta yaitu IUD

yang dipasang dalam waktu 10 menit setelah lepasnya plasenta pada

persalinan pervaginam (EngenderHealth, 2008). IUD yang dipasang

setelah persalinan selanjutnya juga akan berfungsi seperti IUD yang

dipasang saat siklus menstruasi. Pada pemasangan IUD post

plasenta, umumnya digunakan jenis IUD yang mempunyai lilitan

tembaga (Coper T) yang menyebabkan terjadinya perubahan kimia di

uterus sehingga sperma tidak dapat membuahi sel telur. Waktu

pemasangan dalam 10 menit setelah keluarnya plasenta

memungkinkan angka ekspulsinya lebih kecil ditambah dengan

ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih (dokter atau bidan) dan

teknik pemasangan sampai ke fundus juga dapat meminimalisir

kegagalan pemasangan.

Keuntungan dari AKDR adalah segera efektif yaitu setelah 24

jam pemasangan, reversibel, metode jangka panjang, tidak


mengganggu produksi ASI, dapat dipasang segera setelah melahirkan

ataupun pasca abortus.

Kerugian dari AKDR adalah dapat meningkatkan resiko

terjadinya infeksi panggul, perforasi uterus, usus dan kandung

kemih, tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS, prosedur medis

diperlukan sebelum pemasangan, adanya perdarahan bercak selama

1-2 hari pasca pemasangan, klien tidak bisa memasang ataupun

melepas sendiri.

Kontraindikasi mutlak dari AKDR adalah kehamilan, perdarahan

per vaginam yang belum terdiagnosis, perempuan yang sedang

mengalami infeksi alat genital, kelainan pada panggul dan uterus,

dan alergi terhadap komponen AKDR, misalnya tembaga.

C. Konsep Dasar Standar Asuhan Kebidanan

Standar pelayanan kebidanan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor: 938/Menkes/SK/VII/2007 Tentang Standar Asuhan

Kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokan menjadi 5 bagian besar

yaitu:

1.Standar Pelayanan Umum

a. Standar 1: yaitu Persiapan Untuk Kehidupan Keluarga Sehat


Bidan memberikan penyuluhan dan nasehat kepada perorangan,

keluarga dan masyarakat terhadap segala hal yang berkaitan dengan

kehamilan, termasuk penyuluhan kesehatan umum (gizi, KB, kesiapan

dalam menghadapai kehamilan dan menjadi calon orang tua,

persalinan dan nifas). Tujuannya adalah memberikan penyuluhan

kesehatan yang tepat untuk mempersiapkan kehamilan yang sehat dan

terencana serta menjadi orang yang bertanggungjawab.

Hasil yang diharapkan dari penerapan standar 1 adalah

masyarakat dan perorangan dapat ikut serta dalam upaya mencapai

kehamilan yang sehat. Ibu,keluarga dan masyarakat meningkat

pengetahuannya tentang fungsi alat-alat reproduksi dan bahaya

kehamilan pada usia muda.Tanda-tanda bahaya kehamilan diketahui

oleh masyarakat dan ibu.

b. Standar 2 : Pencatatan Dan Pelaporan

Bidan melakukan pencatatan dan pelaporan semua kegiatan yang

dilakukannya, yaitu registrasi semua ibu hamil diwilayah kerja,

rincian pelayanan yang diberikan kepada ibu hamil/bersalin/nifas dan

bayi baru lahir, semua kunjungan rumah dan penyuluhan kepada

masyarakat. Disamping itu, bidan hendaknya mengikut sertakan kader

untuk mencatat semua ibu hamil dan meninjau upaya masyarakat yang

berkaitan dengan ibu dan bayi baru lahir .Bidan meninjau secara teratur

catatan tersebut untuk menilai kinerja dan penyusunan rencana

kegiatan untuk meningkatkan pelayanannya.


Tujuan dari standar 2 ini yaitu mengumpulkan, menggunakan dan

mempelajari data untuk pelaksanaan penyuluhan, kesinambungan

pelayanan dan penilaian kerja.

Hasil yang diharapkan dari dilakukannya standar ini yaitu

terlaksananya pencatatatn dan pelaporan yang baik. Tersedia data

untuk audit dan pengembangan diri, meningkatkan keterlibatan

masyarakat dalam kehamilan , kelahiran bayi dan pelayanan

kebidanan.

2.Standar Pelayanan Antenatal

a. Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil

Bidan melakukan kunjungan rumah dan berinteraksi dengan

masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan

motifasi ibu,suami dan anggota keluarganya agar mendorong ibu

untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.

b. Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal

Bidan hendaknya paling sedikit memberikan 4 kali pelayanan

antenatal.Pemeriksaan meliputi anamnesis dan pemantauan ibu dan

janin dengan seksama untuk menilai apakah perkembangan

berlangsung normal.bidan juga harus bisa mengenali kehamilan

dengan risti/kelainan , khususnya anemia , kurang gizi , hipertensi ,

PMS/infeksi HIV; memberikan pelayanan imunisasi, nasehat dan

penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lainnya yang diberikan oleh

puskesmas.

c. Standar 5 : Palpasi abdominal


Bidan harus melakukan pemeriksaan abdomen secara seksama dan

melakukan palpasi untuk memperkirakan usia kehamilan. Bila umur

kehamilan bertambah ,memeriksa posisi, bagian terendah, masuknya

kepala janin kedalam rongga panggul, untuk mencari kelainan dan

untuk merujuk tepat waktu.

d. Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan

Bidan melakukan tindakan pencegahan anemia , penemuan ,

penanganan dan rujukan semua kasus anemia pada kehamialan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

e. Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi Pada Kehamilan

Bidan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada

kehamilan dan mengenali tanda gejala preeklamsia lainnya, serta

mengambil tindakan yang tepat dan merujuknnya.

f. Standar 8 : Persiapan Persalinan

Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami atau

keluarga pada trimester III memastikan bahwa persiapan persalinan

bersih dan aman dan suasana menyenangkan akan direncanakan

dengan baik, disamping persiapan transportasi dan biaya untuk

merujuk, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Bidan

mengusahakan untuk melakukan kunjungan ke setiap rumah ibu

hamil untuk hal ini.

3. Standar Pelayanan Persalinan

a. Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala Satu


Bidan menilai secara tepat bahwa persalinan sudah mulai, kemudian

memberikan asuhan dan pemantauan yang memadai , dengan

memperhatikan kebutuhan ibu, selama proses persalinan

berlangsung. Bidan juga melakuakan pertolongan proses persalinan

dan kelahiran yang bersih dan aman, dengan sikap sopan dan

penghargaan terhadap hak pribadi ibu serta memperhatikan tradisi

setempat. Disamping itu ibu diijinkan memilih orang yang akan

mendampinginya selam proses persalinan dan kelahiran.

b. Standar 10 : Persalinan Kala Dua Yang Aman

Bidan melakukan pertolongan persalinan bayi dan plasenta yang

bersih dan aman, dengan sikap sopan dan penghargaan terhadap hak

pribadi ibu serta memperhatikan tradisi setempat .disamping itu ibu

diijinkan untuk memilih siapa yang akan mendampinginya saat

persalinan.

c. Standar 11 : Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga

Secara aktif bidan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala

tiga.Tujuan dilaksanakan nya standar ini yaitu membantu secara aktif

pengeluaran plasenta dan selaput ketuban secara lengkap untuk

mengurangi kejadian perdarahan pasca persalinan kala tiga,

mencegah terjadinya atonia uteri dan retesio plasenta.

d. Standar 12 : Penanganan Kala Dua Dengan Gawat Janin Melalui

Episiotomi
Bidan mengenali secra tepat tanda-tanda gawat janin pada kala dua,

dan segera melakukan episiotomy dengan aman untuk

mmemperlancar persalinan, diikiuti dengan penjahitan perineum.

4. Standar Pelayanan Nifas

a. Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan

pernafasan spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan , dan

melakukan tindakan atau merujuk sesuai kebutuhan. Bidan juga

harus mencegah atau menangani hipotermi dan mencegah

hipoglikemia dan infeksi.

b. Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya

komplikasi paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta

melakukan tindakan yang diperlukan. Disamping itu, bidan

memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya

kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai pemberian ASI.

c. Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan

rumah sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga,

minggu ke dua dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk

membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan

dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi

pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan


secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi

baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.

5. Standar Penanganan Kegawatan Obstetri Dan Neonatal

a. Standart 16 : Penanganan Perdarahan Dalam Kehamilan Pada

Trimester Tiga

Bidan mengenali secara tepat tanda dan gejala perdarahan pada

kehamilan serta melakukan pertolongan pertama dan merujuknya.

b. Standar 17 : Penanganan Kegawat daruratan pada Eklamsia

Bidan mengenali secara tepat dan gejala eklamsia mengancam, serta

merujuk dan/atau memberikan pertolongan pertama.

c. Standar 18 : Penanganan Kegawat daruratan Pada Partus Lama /

macet.

Bidan mengenali secara tepat tanda gejala partus lama/macet serta

melakukan penanganan yang memadai dan tepat waktu untuk

merujuk untuk persalinan yang aman.

d. Standar 19 : Persalinan Dengan Menggunakan Vakum Ekstraksi

Bidan hendaknya mengenali kapan waktu diperlukan menggunakan

ekstraksi vakum, melakukan secara benar dalam memberikan

pertolongan persalinan dengan memastikan keamanan bagi ibu dan

janinnya.

e. Standar 20 : Penanganan Kegawat daruratan Retensio Plasenta


Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan

pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan

perdarahan, sesuai dengan kebutuhan.

f. Standar 21 : Penanganan Perdarahan Post Partum Primer

Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihan dalam 24 jam

pertama setelah persalinan dan segera melakukan pertolongan

pertama kegawat daruratan untuk mengendalikan perdarahan.

g. Standar 22 : Penanganan Perdarahan Post Partum Sekunder

Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini gejala perdarahan

post partum sekunder , dan melakukan pertolongan pertama untuk

penyelamatan jiwa ibu atau merujuk. Tujuannya adalah mengenali

gejala dan tanda perdarahan post partum sekunder serta melakukan

penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu.

h. Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis

Bidan mampu menangani secara tepat tanda dan gejala sepsis

puerperalis melakukan perawatan dengan segera merujuknya.

Tujuannya adalah mengenali tanda dan gejala sepsis puerperalis dan

mengambil tindakan yang tepat .hasil yang diharapkan yaitu ibu

dengan sepsis puerperalis mendapatkan penanganan yang cepat dan

tepat .penurunan angka kesakitan dan kematian akibat sepsis

puerperalis. Meningkatnya pemanfaatan bidan dalam pelayanan

nifas.

i. Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonaturum


Bidan mengenali secara tapat bayi baru lahir dengan asfiksia,

serta melakukan tindakan secepatnya, memulai resusitasi,

mengusahakan bantuan medis, merujuk bayi baru lahir dengan tepat

dan memberiakan perawatan lanjutan yang tepat.


BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Rancangan Penulisan Studi Kasus


Rancangan penulisan studi kasus adalah rencana tentang cara

mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara

ekonomis serta serasi dengan tujuan studi kasus itu (Nasution, 2007).

Rancangan dalam studi kasus ini adalah studi kasus yang diuraikan

secara deskriptif dari hasil jaringan pengumpulan data yang diperoleh dari

beberapa metode. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang

dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat deskripsi lengkap dari suatu

fenomena yang diamati secara objektif dan nyata (Notoatmodjo, 2005).

Studi kasus atau case study pada penelitian ini adalah memberikan

asuhan berkesinambungan (continuity of care) menggunakan penelitian

observasional deskriptif dengan pendekatan studi kasus asuhan kebidanan

secara komprehensif dimulai sejak asuhan kehamilan, persalinan, bayi baru

lahir, neonatus, dan pelayanan kontrasepsi dengan pendekatan manajemen

kebidanan 7 langkah varney dan dengan pendokumentasian menggunakan

SOAP.

B. Subjek Kasus

Subyek penelitian sebagai informan, yang artinya orang pada latar

penelitian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi

dan kondisi latar penelitian ( Moelong, 2010).


Subjek pelaksanaan studi kasus adalah ibu hamil trimester III dengan

usia kehamilan 35-36 minggu pada saat pengkajian awal asuhan kebidanan

dengan atau tanpa faktor resiko.

Subyek pelaksanaan studi kasus yang akan dibahas dalam proposal

Laporan Tugas Akhir ini adalah Ny. R G3P2002 hamil usia kehamilan 35-36

minggu yang akan diberikan asuhan mulai dari masa kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, nifas, neonatus sampai pelayanan calon akseptor kontrasepsi.

C. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu prosespendekatan kepada subjek dan

proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Langkah-langkah dalam pengumpulan data bergantung pada

rancangan penelitian dan teknik instrument yang digunakan (Nursalam,

2008)

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan adalah :

a. Data Primer

Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012).

Adapun teknik pengambilan datanya adalah :

1) Observasi

Kriyantono (2008) mengatakan bahwa “Metode Observasi

merupakan kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator

sesuatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang

dilakukan objek tertentu”.


2) Wawancara

Menurut Soendari (2011), wawancara merupakan salah satru

teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui komunikasi

verbal dengan cara melakukan Tanya jawab baik langsung atau

tidak langsung dengan responden.

3) Pemeriksaan Fisik

Dengan melakukan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi

yang dilakukan untuk memperoleh data sesuai dengan asuhan

yang dilakukan.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain

atau lewat dokumen (Sugiyono, 2012).

Data sekunder dikumpulkan melalui data yang diperoleh dari catatan

medis klien yang berupa buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak),

kohort ibu dan kohort bayi.

2. Analisis Data

Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa

data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah

terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan

yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012).

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini mengubah data hasil

penelitian menjadi suatu informasi yang dapat digunakan untuk


mengambil kesimpulan adalah menggunakan manajemen kebidanan

menurut Varney yang di dokumentasikan dalam bentuk SOAP.

D. Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut

menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Arikunto, 2010).

Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi (lembar balik,

partograf, kohort ibu dan kohort bayi), wawancara (format pengkajian),

implementasi (alat pemeriksaan bidan kit, partus set, dan heacting set).

E. Kerangka Kerja Studi Kasus

Kerangka konsep studi kasus pada dasarnya adalah kerangka

hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau di ukur melalui studi

kasus yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2010). Kerangka kerja dalam studi

kasus ini diuraikan dalam bentuk skema di bawah :


Gambar 3.1 Kerangka Kerja Studi Kasus

Studi Pendahuluan

Menentukan Subjek Kasus

Ibu Hamil Trimester III

Persetujuan

(Informed Concent)

Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Observasi 1. Buku KIA ibu
2. Wawancara 2. Kohort ibu
3. Pemeriksaan Fisik 3. Kohort Bayi

Melakukan Asuhan Kebidanan Komprehensif

Kehamilan Persalinan Bayi Baru Lahir Nifas Neonatus Kontrasepsi

Dokumentasi SOAP

Analisis Kesenjangan
Alternative

Pemecahan Masalah
Kesimpulan
F. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk melindungi hak-hak responden untuk

menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya

ancaman terhadap responden. Sebelum penelitian dilakukan,responden akan

dijelaskan tujuan dan manfaat penelitian serta jaminan kerahasiaan

responden. Menurut Hidayat (2008) dalam penelitian ini, peneliti akan

memperhatikan etika dalam penelitian yang dilakukan dengan langkah-

langkah :

1. Respect for person

Prinsip ini merupakan unsur mendasar dari penelitian. Setiap subyek

memiliki hak autonomi, bersifatunik dan bebas. Setiap individu memiliki hak

dan kemampuan untuk memutuskan bagi dirinya sendiri, memiliki nilai dan

kehormatan/ martabat dan memiliki hak untuk mendapatkan informed

consent. Subyek harus mendapatkan penjelasan sebelum persetujuan,

keikutsertaan secara sadar dan membutuhkan tanda tangan pada lembar

persetujuan. Pemberian asuhan harus menjaga kerahasian subyek asuhan.

2. Beneficence dan non maleficence

Prinsip ini menekankan pencegahan pada terjadinya resiko dan

melarang perbuatan yang berbahaya selama melakukan asuhan. Kewajiban

pemberian asuhan adalah memaksimalkan manfaat dan menimbulkan bahya

resiko, termaksud ketidaknyamanan fisik, emosi, psikis, kerugian social dan

ekonomi.
3. Justice

Prinsip justice menekankan adanya keseimbangan antara manfaat

dan resiko bila ikut serta dalam penelitian. Selain itu pada saat seleksi

subyek penelitian harus adil dan seimbang, berkaitan langsung dengan

masalah yang akan diteliti dan tidak aada unsur manipulatif. Pemberi asuhan

juga harus memberi perhatian secara khusus terhadap subyek penelitian

sebagai vulnerable subjects.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Antenatal Care

1. Asuhan Kebidana Antenatal Care Kunjungan Ke - 1

Tanggal : 20 April 2016

Nama Pengkaji : Kamrida

Tempat : Rumah Ny. R

S:

a.Biodata/Identitas

Nama klien : Ny. R Nama suami : Tn. A

Umur : 33 tahun Umur : 32 tahun

Suku : Bugis Suku : Bugis

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SMK Pendidikan : SMA


Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Soekarno Hatta km.4 Rt.26 Batu Ampar

b.Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama

Ibu mengatakan hamil anak ketiga, tidak pernah keguguran, haid

terakhir tanggal 14 Agustus 2015, keram pada jari tangan, dan anak

kedua tidak ASI ekslusif

c.Riwayat Kesehatan Klien

1) Riwayat Kesehatan yang lalu

Ibu tidak sedang/memiliki riwayat penyakit yang

memperberat atau diperberat oleh keadaan setelah melahirkan,

menular ataupun berpotensi menurun.

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu rutin memeriksakan kehamilannya di puskesmas atau

dokter spesialis kandungan setiap bulan sesuai dengan anjuran

tenaga kesehatan. Ibu sudah mendapatkan suntikan TT

lengkap. Ibu mulai merasakan pergerakan janin sejak usia

kehamilan 20 minggu. Ibu pernah mendapatkan pendidikan

kesehatan mengenai gizi ibu hamil dan istirahat cukup.

Ibu mengatakan pada kehamilan ini, pernah mengalami

keluhan mual dan muntah, namun nafsu makan tidak menurun.

Selama hamil, ibu mendapatkan obat prenatal seperti Fe, Kalk,


vitamin B kompleks dan rutin meminumnya setiap hari sesuai

anjuran.

d.Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga Ny.R dan suami memiliki riwayat penyakit jantung,

hipertensi, dan bayi lahir kembar.

e.Riwayat Menstruasi

Haid Pertama Hari Terakhir Ny.R adalah 14 Agustus 2015,

taksiran persalinan yaitu pada tanggal 21 Mei 2016 dengan riwayat

siklus haid yang teratur salama 29-30 hari lama haid 3 hari,

banyaknya haid setiap harinya 3-4 kali ganti pembalut, warna darah

merah, encer, kadang. Ibu mengatakan nyeri pada perut bawah

sewaktu haid. Ibu mengalami haid yang pertama kali saat ibu

berusia 17 tahun.

f. Riwayat Obstetrik

Tabel. 4.1 Riwayat obstetri

Anak ke Kehamilan Persalinan Anak

Peno
Tahu Tempat Kea
No gestasi Peny Jenis Peny Jk BB PB
n lahir daan
long

1 2007 Di rumah aterm - spontan bidan - Lk 4000 49 9 th

2 2011 Di rumah aterm - spontan bidan - Lk 2800 47 5 th

3 Hamil ini
g.Riwayat Kontrasepsi

Ibu pernah menggunakan alat kontrasepsi suntik 3 bulan

selama kurang lebih 4 tahun, keluhan selama pemakaian ibu

mengatakan tambah kurus. Tempat pelayanan KB di BPM

h.Pola Fungsional Kesehatan

Tabel 4.2 Pola Fungsional Kesehatan

Keterangan
Pola
Sebelum hamil Saat ini

Ibu makan 3 kali/hari dengan Pada trimester 3 ini Ibu makan 3-


porsi sedang (2 centong nasi, 1-2 4 kali/hari, dengan porsi nasi 2
potong ikan dan sayur centong, 2-3 potong lauk pauk,
secukupnya), air putih ± 8 sayur secukupnya, air putih ± 10
Nutrisi
gelas/hari. Ibu tidak memiliki gelas/hari.. Nafsu makan ibu
keluhan dalam pemenuhan nutrisi meningkat dibanding sebelum
serta nafsu makan baik. hamil. Ada keluhan dalam
pemenuhan nutrisi dan nafsu
makan baik pada saat
BAK sebayak 3-4 kali/hari, BAK : 7-8 kali/hari, konsistensi
konsistensi cair, warna kuning cair, warna kuning jernih, tidak
jernih, tidak ada keluhan. BAB ada keluhan. BAB sebanyak 1
Eliminasi
sebanyak 1 kali sehari konsistensi kali sehari, konsistensi lembek,
lembek, berwarna kuning berwarna kuning kecoklatan,
kecoklatan, tidak ada keluhan. tidak ada keluhan hanya saja ibu
merasa BAB nya tidak lancar.
Ibu tidur siang ± 1 jam/hari, dan
Ibu tidur siang ± 1 jam/hari pada
ibu menggunakan waktu
Istirahat hari-hari tertentu, Ibu tidur pada
senggangnya disiang hari untuk
malam hari 6-7 jam/hari, tidak
beristirahat. Ibu tidur pada malam
ada gangguan pola tidur.
hari 7-8 jam
Dirumah ibu melakukan kegiatan Dirumah ibu melakukan kegiatan
Aktivitas
membereskan rumah dan membereskan rumah dan
memasak, untuk kegiatan diluar memasak, sementara kegiatan
rumah tidak ada. ibu diluar rumah tidak ada.
Personal Mandi 2 kali/hari, mengganti baju Mandi 2 kali/hari, mengganti
Hygiene 2 kali/hari, mengganti celana baju 2 kali/hari, mengganti celana
dalam 2 kali/hari. dalam 4-5 kali/hari.
± 1-2 kali/minggu dan Ibu tidak Jarang. Ibu tidak memiliki
Seksualitas
memiliki keluhan dalam pola keluhan dalam pola seksualitas.
seksualitas
h.Riwayat Psikososiokultural Spiritual

1) Riwayat Pernikahan

Ini merupakan pernikahan pertama, Ibu menikah sejak usia 22

tahun, lama menikah 9 tahun, status pernikahan sah.

2) Respon klien dan keluarga terhadap kehamilan ini

Kehamilan ini merupakan kehamilan ketiga. Ibu, suami dan

keluarga menerima kehamilan ini dengan senang hati.

3) Psikis ibu terhadap kehamilan ini

Ibu berharap kehamilannya dapat berjalan dengan lancar dan

ibu dapat menjalani kehamilan ini dalam keadaan sehat.

4) Adat istiadat yang masih dilakukan oleh ibu dan keluarga

kehamilan ini

Ibu mengatakan tidak boleh mempersiapkan pakaian bayi

sebelum bayi lahir

5) Spiritual ibu menghadapi kehamilan ini

Ibu mengatakan rajin sholat 5 waktu.

O :
KU : baik Kesadaran : Composmentis

TD : 100/70 mmHg N/R : 82/20 x/menit

Suhu : 36,5 0C. BB sebelum hamil : 51 kg

LILA : 25 cm BB sekarang : 59 kg

TP : 21 Mei 2016

Muka : simetris, dan tidak ada oedema

Mata : oedema (-) ikterik (-) anemis (-) (kanan miopi 3,

kiri 4)

Dada : simetris dan tidak ada retraksi dinding dada

Payudara : hiperpigmentasi pada areola, tidak ada massa

abnormal.

Palpasi Abdomen:

Leopold 1 : tinggi fundus uteri 3 jari dibawah px (27 cm) teraba

bulat tidak keras dan tidak melenting (bokong).

Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang diperut sebelah

kanan, dan teraba bagian terkecil janin pada bagian

perut sebelah kiri (punggung kanan).

Leopold III : teraba bulat keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : kepala belum masuk pintu atas panggul


TBJ : (27 cm - 12) x 155 = 2.325 gram

DJJ : 133 x/menit

Ekstremitas : Kaki kiri dan kanan tidak oedema

Tangan kanan dan kiri tidak oedema

Refleks patella kaki kiri dan kanan (+)

Pemeriksaan penunjang (18 April 2016)

Darah : Hb : 12,5 gr%, Golda: O, test VDRL (-) , HIV (Non

Reaktiv), hbsAg (Non Reaktif)

USG : Jenis Kelamin: laki-laki, TBJ: 2320 gram, plasenta

normal, air ketuban normal, persentasi kepala.

A:

Diagnosa : G3P2002 hamil 35 minggu 4 hari janin tunggal hidup

intrauterine

Masalah :

1. Ibu tidak dapat melihat jelas/kabur pada jarak > 3

meter

Dasar: Ibu mengatakan tahun 2014 memeriksakan

matanya ke optik mata dan hasilnya kanan miopi 3, kiri

4.
2. Anak kedua tidak ASI ekslusif

Dasar: Ibu mengatakan anak kedua ASI hanya 7 hari

setelah lahir karena ASI terlalu deras.

3. Tinggi Fundus uteri (27 cm) tidak sesuai dengan usia

kehamilan (35 minggu 4 hari).

Dasar: Menurut spingelberd UK 34 minggu = TFU 31

cm, UK 36 minggu = TFU 32 cm

Diagnosa Potensial : BBLR

Masalah Potensial : Anak ketiga tidak ASI ekslusif

Tindakan Segera : Tidak ada

P:

Tanggal 20 April 2016

Tanggal/
Pelaksanann Paraf
Jam

17.45 Menjelaskan kepada ibu, bahwa berdasarlkan hasil pemeriksaan,


secara umum keadaan ibu dan janin baik, saat ini usia kehamilan
ibu kurang lebih 9 bulan: ibu dan keluarga mengetahui
kondisinya saat ini.
17.50 Menjelaskan kepada ibu bahwa keram pada jari tangan
merupakan salah satu ketidaknyamanan ibu hamil khususnya
trimester 3 yang biasanya berhubungan dengan sirkulasi darah,
tekanan pada syaraf atau rendahnya kadar kalsium ibu, adapun
cara mengatasinya yaitu dengan cara kompres hangat pada jari
tangan atau latihan dorsofleksi pada bagian yang keram dan
tetap lanjutkan meminum tablet kalsium 1x1; ibu mengerti hasil
penjelasan dan bersedia akan meminum tablet kalsium 1x1.

17.55 Menganjurkan ibu agar menyusui bayinya secara ekslusif, 6


bulan penuh tanpa campuran apapun; ibu bersedia memberikan
ASI secara ekslusif kepada bayinya

17.57 Menjelaskan tanda bahaya kehamilan seperti muntah terus dan


tidak mau makan, demam tinggi, bengkak kaki, tangan, dan
wajah, atau sakit kepala disertai kejang, janin dirasakan kurang
bergerak dibandingkan sebelumnya, keluar darah darah pada
hamil tua, dan air ketuban keluar sebelum waktunya: ibu
mengerti hasil penjelasan tentang tanda bahaya kehamilan.

18.02 Menganjurkan ibu makan dengan pola gizi seimbang dan


bervariasi (makanan pokok, lauk-pauk, sayuran, buah-buahan),
makanan yang dimakan lebih banyak dari sebelum hamil, tidak
ada pantangan makanan selama hami kecuali alergi, perbanyak
makan makanan yang mengandung Vit.A, cukupi kebutuhan air
minum ibu hamil 10 gelas perhari: ibu bersedia melakukan apa
yang dianjurkan.

18.08 Menganjurkan ibu untuk konsultasi ke dokter spesialis mata


untuk mengetahui kondisi mata sekarang: ibu bersedia utuk
konsultasi ke dokter spesialis mata.

18.10 Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 2 minggu


lagi ( 03 Mei 2016 ) jika mengalami masalah atau keluhan agar
dapat segera kerumah sakit atau ke fasilitas kesehatan terdekat;
Ibu mengerti mengenai kunjungan ulang dan bersedia untuk
melakukan kunjungan ulang.

2. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan Ke - 2

Tanggal : 06 Mei 2016

Nama Pengkaji : Kamrida


Tempat : Rumah Ny. R

S :

Ibu mengatakan masih keram pada tangan

O :

KU : Baik Kesadaran : Composmentis

TD : 100/70 mmHg N/R :82/20 x/menit

Suhu : 36,5 0C. BB : 60 kg

TP : 21 Mei 2016

Wajah : simetris, dan tidak oedema.

Mata : tidak oedema, tidak ikterik, dan tidak anemis.

Dada : simetris dan tidak ada retraksi dinding dada

Payudara : simetris, putting susu menonjol, hiperpigmentasi

pada areola, tidak ada massa abnorml, ASI (+)

Palpasi Abdomen:

Leopold 1 : tinggi fundus uteri 3 jari dibawah px (28 cm) teraba

bulat tidak keras dan tidak melenting (bokong),

Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang diperut sebelah

kanan, dan teraba bagian terkecil janin pada bagian

perut sebelah kiri (punggung kanan)


Leopold III : teraba bulat keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : kepala masuk pintu atas panggul

TBJ : (28 cm - 11) x 155 = 2.635 gram

DJJ : 142 x/menit

Ekstremitas : tangan kiri dan kanan tidak oedema, kaki kiri dan

kanan tidak oedema

A:

Diagnosa : G3P2002 hamil 38 minggu janin tunggal hidup

intrauterine

Masalah : Ibu belum konsultasi ke spesialis mata

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Tindakan Segera : Tidak ada


P:

Tanggal 06 Mei 2016

Tanggal/
Pelaksanann Paraf
Jam

15.45 Menjelaskan kepada ibu, bahwa berdasarlkan hasil pemeriksaan,


secara umum keadaan ibu dan janin baik, saat ini usia kehamilan
ibu sudah cukup bulan: ibu dan keluarga mengetahui kondisinya
saat ini.

15.50 Menganjurkan kepada ibu tetap melakukan kompres hangat


pada jari tangan atau latihan dorsofleksi pada bagian yang keram
dan tetap lanjutkan meminum tablet kalsium 1x1; ibu mengerti
hasil penjelasan dan bersedia akan tetap meminum tablet
kalsium 1x1.

15.55 Menganjurkan ibu meminta surat rujukan ke fasilitas tingkat I


yang dituju oleh jaminan kesehatan ibu, lalu konsultasi ke dokter
spesialis mata yang dituju; ibu bersedia meminta surat rujukan
pada hari Senin, 09 Mei 2016 dan konsultsi ke dokter spesialis
mata Selasa 10 Mei 2016.

16.00 Memberikan KIE kepada ibu tentang persiapan persalinan


seperti tanggal perkiraan persalinan, suami atau keluarga yang
mendampingi ibu saat proses persalinan, kendaraan yang
digunakan jika sewaktu-waktu diperlukan, tempat melahirkan,
siapkan KTP, Kartu Keluarga, Kartu Jaminan Kesehatan
Nasional ibu dan bayi, dan keperluan lain ibu dan bayi pada saat
proses persalinan; ibu mengerti KIE yang diberikan.

16.10 Memberi KIE kepada ibu tentang alat kontrasepsi yang akan
digunakan pasca melahirkan khususnya KB IUD post plasenta;
Ibu mengerti dan bersedia menggunakan KB IUD post plasenta.

16.15 Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu


( 13 Juni 2016) lagi atau ada keluhan agar dapat segera kerumah
sakit atau ke fasilitas kesehatan terdekat; Ibu mengerti mengenai
kunjungan ulang dan bersedia untuk melakukan kunjungan
ulang.

3. Asuhan Kebidanan Antenatal Care Kunjungan Ke - 3

Tanggal : 17 Mei 2016

Nama Pengkaji : Kamrida

Tempat : Rumah Ny. R

S :

Ibu mengatakan bengkak pada jari tangan dan kaki, keram pada jari

tangan telah berkurang. Ibu mengatakan telah konsultasi dan periksa

ke dokter spesialis mata hasilnya mata kanan 5,5 dan kiri 4,5

O :

KU : Baik Kesadaran : Composmentis

TD : 110/70 mmHg N/R :82/20 x/menit

Suhu : 36,5 0C. BB : 63 kg

TP : 21 Mei 2016

Wajah : simetris, dan tidak ada oedema


Mata : tidak oedema, tidak ikterik, dan tidak anemis.

Dada : simetris dan tidak ada retraksi dinding dada

Payudara : simetris, putting susu menonjol, hiperpigmentasi pada

areola, dan tidak ada massa abnorml, ASI (+)

Palpasi Abdomen

Leopold 1 : tinggi fundus uteri 4 jari dibawah px (30 cm) teraba

bulat tidak keras dan tidak melenting (bokong).

Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang diperut sebelah

kanan, dan teraba bagian terkecil janin pada bagian

perut sebelah kiri (punggung kanan)

Leopold III : teraba bulat keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : kepala masuk pintu atas panggul

TBJ : (30 cm - 11) x 155 = 2.945 gram

DJJ : 140 x/menit

Ekstremitas : tangan kiri dan kanan tidak oedema, kaki kiri dan

kanan tidak oedema

Pemeriksaan penunjang = Protein urine : Negatif

A:
Diagnosa : G3P2002 hamil 39 minggu 3 hari janin tunggal

hidup intrauterine

Masalah : Tidak ada

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Tindakan Segera : Tidak ada

P:

Tanggal 17 Mei 2016

Tanggal/
Pelaksanann Paraf
Jam/

12.00 Menjelaskan kepada ibu, bahwa berdasarkan hasil pemeriksaan,


secara umum keadaan ibu dan janin baik, saat ini usia kehamilan
ibu sudah cukup bulan: ibu dan keluarga mengetahui kondisinya
saat ini.

12.05 Menjelaskan kepada ibu tanda awal persalinan seperti perut


mulas-mulas yang teratur, timbulnya semakin sering dan
semakin lama, keluar lendir bercampur darah atau keluar cairan
ketuban dari jalan lahir; ibu mengerti tanda awal persalinan.

12.10 Menganjurkan ibu segera ke fasilitas kesehatan jika mengalami


tanda awal persalinan yang sudah dijelaskan; ibu bersedia ke
fasilitas kesehatan jika mengalami salah satu tanda awal
persalinan

12.13 Memberikan KIE kepada ibu tentang cara meneran yang baik
dan benar seperti kedua tangan memegang kedua mata kaki,
dagu menempel didada, gigi ketemu gigi, pandangan mata ke
arah perut; ibu mengerti cara meneran yang baik dan benar

12.18 Menjadwalkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu


lagi (24 Mei 2016) atau muncul tanda awal persalinan agar dapat
segera kerumah sakit; Ibu mengerti mengenai kunjungan ulang
dan bersedia untuk melakukan kunjungan ulang.

B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Intranatal Care

1. Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala I

Tanggal : 20 Mei 2016 Pukul : 13.11 WITA

Tempat : RSKD

S:

Ibu mengatakan hamil anak ke-3 dan tidak pernah keguguran, haid

terakhir tanggal 14-08-2015, keluar air sedikit-sedikit dari jam 07.00

(20 Mei 2016), keluar lendir darah mulai jam 13.00 (20 Mei 2016)

O:

KU : Baik Kesadaran : Composmentis

TD : 140/90 mmHg N/R :80/20 x/menit

Suhu : 36 0C. BB : 63 kg

TP : 21 Mei 2016

Wajah : simetris, dan tidak ada oedema


Mata : tidak oedema, tidak ikterik, dan tidak anemis.

Dada : simetris dan tidak ada retraksi dinding dada

Payudara : hiperpigmentasi pada areola, dan tidak ada massa

abnormal, ASI (+)

Palpasi Abdomen:

Leopold 1 : tinggi fundus uteri pertengahan px pusat (30cm)

teraba bulat tidak keras dan tidak melenting (bokong),

Leopold II : teraba bagian tahanan memanjang diperut sebelah

kanan, dan teraba bagian terkecil janin pada bagian

perut sebelah kiri (punggung kanan)

Leopold III : teraba bulat keras dan melenting (kepala)

Leopold IV : kepala masuk pintu atas panggul

DJJ : 154 x/menit

His : Tidak ada

TBJ : (30 - 11) x 155 = 2.945 gram.

Pemeriksaan Dalam

Inspeksi : keluar air-air, berwarna jernih

VT : v/u ta’a, portio lembut tipis, serviks effiisment 50%,

ø 2-3 cm, ketuban (-), persentasi kepala Hodge I.


Ekstremitas : tangan kiri dan kanan tidak oedema, kaki kiri dan

kanan tidak oedema, refleks patella kaki kiri (+) kanan

(+)

Pemeriksaan penunjang :

a. Laboratorium

Lakmus : merah berubah menjadi biru (+)

Hb : 12,1 gr% (normal >11 gr%)

Leukosit : 7.500 10*3/uL (normal 4500-11500 10*3/uL)

Hematokrit : 35,7 (normal 35-49)

Trombosit : 210.000 10*3/uL (normal 150000-450000 10*3/uL)

Golda :O

GDS : 73 mg/dL (normal 76-180 mg/dL)

HbsAg : Non reaktif

HIV : Non reaktif

A:

Diagnosa : G3P2002 hamil 39 minggu 6 hari janin tunggal hidup

intrauterine inpartu kala I fase laten dengan KPD

Masalah : Ibu cemas dalam menghadapi proses persalinannya


Diagnosa Potensial :

Ibu : Infeksi intrauterine

Bayi : Hipoksia

Masalah Potensial :

Tindakan segera/Kolaborasi :

1. Infus RL 20 tpm

2. Injeksi antibiotik 3 x 1gr/IV

3. NST jika hasil baik drip oxytosin 5 IU 8 - 24

tpm

P:

Tanggal 20 Mei 2016

Jam Pelaksanann Paraf

Menjelaskan kepada ibu dan keluarga, bahwa berdasarkan hasil


pemeriksaan, TD : 140/90 mmHg, S: 360C, N:80x/menit, R: 20
13.45 x/menit,DJJ baik, pembukaan serviks 2-3 cm dan ibu mengalami
ketuban pecah sebelum waktunya; ibu dan keluarga mengerti
keadaannya.

13.55 Memberikan support mental pada ibu dan keluarga untuk tidak
perlu khawatir dan terus berdoa agar persalinan lancar; ibu
tampak tenang

14.05 Memasang infus RL 20 tpm ditangan kanan ibu; infus telah


terpasang

15.25 Melakukan pemeriksaan NST pada ibu; Ibu bersedia dilakukan


pemeriksaan NST

15.45 Menjelaskan hasil pemeriksaan NST kepada ibu dan keluarga


bahwa keadaan janin baik; ibu dan keluarga mengerti hasil
penjelasan.

15.50 Melakukan inform concent kepada ibu dan keluarga bahwa akan
dilakukan induksi persalinan kepada ibu; ibu dan keluarga
bersedia dilakukan induksi persalinan dan inform consent telah
di tanda tangani oleh suami ibu.

16.00 Melakukan induksi persalinan dengan drip oytocin 5 IU 8 - 24


tpm ke dalam infus RL 500 ml; induksi persalinan telah dimulai.

E/ DJJ 146 x/menit HIS : (-)

Infus RL Drip Oxy 5 IU 8 tpm

16.05 Melakukan injeksi antibiotik 1 gr/IV; injeksi antibiotik telah


diberikan

16.10 Menjelaskan kepada ibu bahwa induksi persalinan sedang


dilakukan; ibu mengerti dengan keadaannya.

16.15 Memantau DJJ, HIS, dan mengatur tetesan infus

E/ DJJ : 147 x/mnt HIS : 1 x 10’ 10 - 15”

Infus RL Drip Oxy 5 IU 12 tpm

16.20 Mengajarkan ibu teknik nafas dalam atau relaksasi pada saat his
yaitu dengan cara menarik nafas panjang melalui hidung saat
merasakan sakit dan menghembuskannya melalui mulut; Ibu
dapat mengikuti teknik nafas yang di ajarkan dan ibu telah
mempraktikkannya.

16.23 Menganjurkan ibu tidur miring kiri; Ibu bersedia tidur miring
kiri.

16.25 Mengajarkan ibu mengenai cara meneran yang benar dengan


posisi dorsan recumben, kedua tangan memegang kedua mata
kaki, ibu dapat mengangkat kepala hingga dagu menempel di
dada dan mengikuti dorongan alamiah selama merasakan
kontraksi, tidak menahan nafas saat meneran, tidak menutup
mata, serta tidak megangkat bokong; Ibu mengerti cara meneran
dengan baik dan benar.

16.27 Menganjurkan ibu untuk makan atau minum disela his; Ibu
meminum teh hangat yang telah disediakan.

16.30 Memantau DJJ, HIS, dan tetesan infus

E/ DJJ: 143 x/mnt HIS : 2 x 10’ 15 - 20”

Infus RL Drip Oxy 5 IU 16 tpm

16.35 Meyiapkan alat persalinan yaitu klem 2 buah, gunting tali pusat
1 buah, gunting episiotomi 1 buah, ½ kocher dan pelindung diri
penolong untuk menolong persalinan berupa sarung tangan steril
dan celemek; Peralatan persalinan dan pelindung diri penolong
telah siap.

16.38 Menyiapkan pakaian bayi dan pakaian ganti ibu; Pakaian ibu
(baju ganti, sarung, pempers, dan gurita) dan pakaian bayi
(lampin, popok, topi, sarung tangan dan kaki) sudah tersedia dan
siap dipakai.

16.42 Menyiapkan alat-alat untuk resusitasi bayi baru lahir; alat telah
disiapkan

16.45 Memantau DJJ, HIS, dan tetesan infus

E/ DJJ: 135 x/mnt HIS : 3 x 10’ 25 - 30”

Infus RL Drip Oxy 5 IU 20 tpm

17.00 Memantau DJJ, HIS dan tetesan infus

E/ DJJ : 144 x/mnt HIS : 4 x 10’ 30 - 35”

Infus RL Drip Oxy 5 IU 24 tpm

17.30 Memantau DJJ dan HIS

E/ DJJ : 144 x/mnt HIS : 4 x 10’ 40 - 45”

Tetesan infus tetap 24 tpm

18.00 Melakukan pemeriksaan dalam:

E/ Tampak pengeluaran lendir darah, tidak ada benjolan di


dinding vagina, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm, ketuban
negatif, presentasi kepala, tidak teraba bagian terkecil janin,
penurunan kepala di H III (+).

18.05 Memantau DJJ dan HIS

E/ DJJ : 154 x/mnt HIS : 5 x 10’ 45 - 55”


2. Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala II

Tanggal : 20 Mei 2016 Pukul : 18.00 WITA

Tempat : R.Bersalin RSKD

S :

Ibu mengatakan ingin BAB dan nyeri bagian pinggang menjalar

hingga ke perut bagian bawah

O :

1. Pemeriksaan fisik

Abdomen :

DJJ terdengar jelas, teratur, frekuensi 148 x/menit,

interval teratur terletak di kuadran kanan bawah

umbilicus. Frekuensi kontraksi uterus : 5 x 10’ dengan

durasi : 45-50 detik dan intensitas : kuat.

Genetalia :

Tampak adanya tekanan pada anus, perineum tampak

menonjol, vulva terbuka dan meningkatnya


pengeluaran lendir darah, kepala bayi terilhat

berdiameter 5-6 cm di depan vulva.

Pemeriksaan Dalam

Tanggal : 20 Mei 2016 Jam : 18.00 WITA

Tidak tampak oedema dan varices, tampak pengeluaran

lendir bercampur darah, tidak ada luka parut pada

vagina, portio tidak teraba, efficement 100 %,

pembukaan 10 cm, ketuban negatif, berwarna jernih,

tidak terdapat bagian terkecil di sekitar bagian terendah

janin, presentasi kepala, penurunan kepala hodge III+.

Anus :

Adanya tekanan pada anus, tidak ada pengeluaran feses

dari anus.

A :

Diagnosis : G3 P2002 inpartu kala II dengan KPD

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial :

Ibu : Infeksi intrauterine


Bayi : Hipoksia

Masalah Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P :

Tanggal 20 Mei 2016

Tanggal/
Pelaksanann Paraf
Jam

18.00 Memberitahu kepada ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah


lengkap; Ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang diberikan
WITA

18.01 Mendekatkan partus set dan menyiapkan APD serta


kelengkapan pertolongan persalinan lainnya; Partus set lengkap
berupa alat-alat persalinan yaitu klem 2 buah, gunting tali pusat
1buah, gunting episiotomi 1 buah, ½ kocher, pelindung diri
penolong untuk menolong persalinan berupa sarung tangan steril
dan celemek telah lengkap disiapkan, alat dekontaminasi alat
juga telah siap, waslap, tempat pakaian kotor, 2 buah lampin
bayi tersedia, keseluruhan siap digunakan.

18.05 Memakai APD dan mencuci tangan; telah digunakan APD dan
mencuci tangan

18.05 Memastikan kelengkapan alat-alat persalinan dan memasukkan


oksitosin 1 ampul (10 IU) dalam spuit 3 cc; alat-alat persalinan
telah siap dan oksitosin telah dimasukkan kedalam spuit 3 cc

18.06 Membimbing ibu untuk meneran ketika ada dorongan yang kuat
untuk meneran; Ibu meneran ketika ada kontraksi yang kuat.

18.06 Meletakkan kain diatas perut ibu; Kain berada diatas perut ibu.
18.08 Melindungi perineum ibu ketika kepala bayi terlihat di depan
vulva dengan diameter 5-6 cm, kemudian memimpin ibu
meneran sampai kepala bayi lahir; perineum dilindungi satu
tangan yang dilapisi dengan duk steril tangan yang lain menahan
kepala bayi untuk menahan defleksi, ibu meneran dan kepala
bayi lahir spontan.

Mengecek ada tidaknya lilitan tali pusat pada leher janin dan
menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi
18.09
luar secara spontan; Terdapat lilitan tali pusat 3 kali longgar.
Kepala janin melakukan putaran paksi luar.

18.10 Memegang kepala bayi secara bipariental. Dengan lembut


menggerakan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan
muncul dibawah arkus pubis dan kemudian menggerakan arah
atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang. Menggeser
tangan bawah kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala,
lengan dan siku sebelah bawah. Menggunakan tangan atas untuk
menelusuri dan memegang tangan dan siku sebelah atas.Tangan
kiri menyusuri punggung kearah bokong dan tungkai bawah
janin untuk memegang tungkai bawah; Bayi lahir spontan
pervaginam pukul 18.10 WITA bayi baru lahir cukup bulan
segera menangis dan bergerak aktif, A/S : 8/9, jenis kelamin
laki-laki, sisa air ketuban jernih, plasenta belum lahir.

18.10 Meletakkan bayi diatas perut ibu, melakukan penilaian selintas


bayi baru lahir sambil Mengeringkan tubuh bayi mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan
tanpa membersihkan verniks. mengganti handuk basah dengan
handuk/kain yang kering;

3. Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala III

Tanggal : 20 Mei 2016 Pukul : 18.11 WITA

Tempat : R.Bersalin RSKD


S :

Ibu mengatakan mules pada bagian perut

O :

1.Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis

2.Pemeriksaan Fisik

Mata : tidak ikterik, tidak oedema, tidak anemis.

Payudara : putting menonjol, ASI (+)

Abdomen : TFU sepusat, kontraksi baik

Genitalia : Terdapat semburan darah secara tiba-tiba, tali pusat

memanjang

A :

Diagnosis : G3P2002 Parturient Kala III

Masalah : tidak ada

Diagnosa potensial : tidak ada

Masalah potensial : tidak ada

Tindakan Segera/Kolaborasi : tidak ada


P :

Tanggal 20 Mei 2016

Waktu
Tindakan Paraf

18.10 Memeriksa uterus untuk memastikan janin tunggal


dalam uterus; Tidak ada bayi kedua dalam uterus
WITA

18.11 Melakukan manajemen aktif kala III, memberitahu ibu


bahwa ibu akan disuntikkan oksitosin 10 IU agar rahim
WITA berkontraksi dengan baik; Ibu bersedia untuk disuntik
oksitosin.

18.11 Menyuntikan oksitosin 1 menit setelah bayi lahir 10 IU /


IM di 1/3 paha atas bagian distal lateral
WITA

18.12 Menjepit tali pusat dengan jepitan khusus tali pusat yang
WITA steril 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke
arah distal (ibu) dan menjepit kembali tali pusat pada 2
cm distal dari klem pertama.

18.12 Memegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut


bayi), dan menggunting tali pusat diantara 2 klem.
WITA

18.13 Meletakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu


(Insiasi Menyusui Dini). Menyelimuti ibu dan bayi
WITA dengan kain dan memasang topi di kepala bayi,
menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya sambil
memperhatikan bayinya terutama pada pernapasan dan
gerakan bayinya.

18.14 Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak

WITA 5 -10 cm dari vulva

18.16 Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi
atas simfisis, untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain
WITA menegangkan tali pusat; Kontraksi uterus dalam keadaan
baik

18.14 Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT)


dengan cara tangan kanan memegang tali pusat dan
WITA tangan kiri menekan uterus secara dorsokrainal hingga
plasenta terlepas; tali pusat bertambah panjang, fundus
uteri membundar, semburan darah sekonyong-konyong

18.15 Melahirkan plasenta dengan hati-hati, memegang


plasenta dengan kedua tangan dan melakukan putaran
WITA searah jarum jam untuk membantu pengeluaran plasenta
dan mencegah robeknya selaput ketuban; Plasenta lahir
spontan 5 menit setelah bayi lahir yaitu pukul18.15
WITA.

18.16 Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir


dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler hingga
WITA kontraksi baik;

18.16 Kontraksi uterus baik, uterus teraba bulat dan keras.

WITA

18.16 Memeriksa kelengkapan plasenta untuk memastikan


bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir
WITA lengkap, berat ±500 gram, kotiledon ±18, selaput
ketuban pada plasenta lengkap, posisi tali pusat lateralis,
panjang tali pusat ±60 cm, tebal plasenta±2,5 cm, lebar
plasenta ±20 cm; plasenta lahir lengkap memasukan
plasenta kedalam tempat yang tersedia.

18.17 Melakukan pemeriksaan pada jalan lahir; Tidak terdapat


rupture.
WITA

18.18 Melakukan evaluasi peradarahan kala III ; Perdarahan ±


150 cc.
WITA

4. Asuhan Kebidanan Intranatal Care Kala IV

Tanggal : 20 Mei 2016 Pukul : 18.16 WITA

Tempat : R.Bersalin RSKD


S :

Ibu mengatakan mules pada perutnya sedikit berkurang.

O :

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, kesadaran composmentis

2. Pemeriksaan fisik

Payudara : Puting susu ibu menonjol, tampak pengeluaran ASI,

dan konsistensi payudara berisi.

Abdomen : Tinggi fundus uteri ibu pertengahanpusat,

kontraksi uterus lembek serta kandung kemih

teraba kosong.

Genitalia : Tidak terdapat rupture, perdarahan ± 150 cc

A :

Diagnosis : P3003, kala IV persalinan normal dengan

atonia uteri

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : Perdarahan Postpartum

Masalah potensial : tidak ada


Tindakan Segera/Kolaborasi :

Kolaborasi dengan dr.Sp.OG :

1. Cytotec 2 x 200 µg

2. Oxytocin 20 IU/IV 20 tpm

P :

Tanggal 20 Mei 20016

Waktu Tindakan Paraf

18.18 Mengecek kontaksi uterus dan perdarahan 2-3 kali dalam 15


menit pertama postpartum; kontraksi tidak baik dengan
WITA konsistensi lembek, perdarahan ± 150 cc

18.20 Dilakukan eksplorasi untuk mengeluarkan sisa darah; telah


dilakukan eksplorasi, hasilnya terdapat stolse didalam uterus ±
WITA 100 cc

18.22 Memasukkan cytotec 2 tablet/rectal


E/ cytotec 2 tablet/rectal telah dilakukan
WITA

18.22 Melakukan massase uterus kemudian mengajarkan ibu cara


melakukan masase dan memeriksa kontraksi uterus; ibu mampu
WITA melakukan masase memeriksa kontraksi uterus

18.23 Mengecek kontraksi uterus dan perdarahan; kontraksi uterus


baik konsistensi keras, perdarahan berkurang
WITA

18.25 Dilakukan pemasangan IUD CT 380 A untuk 8 tahun; IUD


telah terpasang dengan baik dan benar
WITA

18.30 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


perdarahan; Tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 81x/menit,
WITA suhu 36,3, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih teraba kosong dan perdarahan ± 20 cc.

18.35 Melakukan pemberian oxytocin 20 IU / IV 20 tpm dalam RL


500 ml; oxytocin 20 IU telah terpasang.
WITA

18.45 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


perdarahan; Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit,
WITA TFU 2jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih
teraba kosong dan perdarahan ± 20 cc. (data terlampir pada
partograf)

19.00 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


perdarahan; Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80x/menit,
WITA TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung
kemih teraba kosong dan perdarahan ± 20 cc. (data terlampir
pada partograf)

19.15 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


perdarahan; Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
WITA TFU teraba 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih teraba kosong dan perdarahan ± 20 cc. (data
terlampir pada partograf)

19.15 Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir, mengoleskan


salep mata, dan menyuntikkan Neo-K 0,5 cc IM di paha kiri
WITA anterolateral; caput tidak ada, cephal hematoma tidak ada, BB :
2800 PB: 49 cm LK: 33 cm LD 32 cm, LP : 31 cm, LILA 10
cm, tidak ada kelainan kongenital, bayi telah di injeksi Vit. K
pada paha kiri dan telah diberi salep mata pada kedua matanya.

19.45 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


perdarahan; Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 82 x/menit,
WITA suhu 36,5 0C, TFU teraba 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus
baik, kandung kemih teraba kosong dan perdarahan ±10 cc.
(data terlampir pada partograf)

20.15 Mengobservasi TTV, KU, kontraksi uterus, kandung kemih, dan


perdarahan; Tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80 x/menit,
WITA TFU teraba 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
kandung kemih teraba kosong dan perdarahan ± 10 cc (data
terlampir pada partograf)

20.13 Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin


0,5% untuk dekontaminasi (10 menit).
WITA
20.14 Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat
sampah yang sesuai; bahan-bahan yang terkontaminasi telah
WITA dibuang di tempat sampah yang sesuai

20.25 Membersihkan ibu dengan air DTT dan bantu ibu mengganti
pakaian dengan yang bersih dan kering.
WITA

20.30 Menganjurkan ibu untuk makan dan minum serta istirahat; Ibu
meminum susu yang telah di sediakan
WITA

20.31 Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%

20.33 Mencelupkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%,


melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
WITA merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

20.34 Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir

WITA

20.35 Melengkapi Partograf (partograf terlampir)

WITA

C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir

Tanggal/Waktu Pengkajian : 20 Mei 2016 Pukul : 19.10 WITA

Tempat : R. Bersalin RSKD

Anamnesa

1. Riwayat penyakit kehamilan

Ibu tidak pernah mengalami penyulit apapun selama kehamilannya.


2. Kebiasaan waktu hamil

Makanan : 3 x/ hari , Sedang (nasi, sayur , lauk pauk)

Ibu tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan/jamu, alkohol atau

merokok.

3. Riwayat persalinan sekarang

Jenis Persalinan: Spontan Drip

Gestasi : Aterm

Di tolong oleh : Bidan

Lama persalinan

Kala I : ± 7 jam Kala II : 10 menit

Ketuban : Ketuban pecah dini lebih dari 6 jam. Mulai dari jam

07.00 WITA ( 20 Mei 2016)

Keadaan bayi baru lahir (Nilai Apgar Score)


Tabel 4.3. Apgar Score

Kriteria 0 – 1 Menit 1 – 5 Menit

Denyut Jantung 2 2

Usaha Nafas 2 2

Tonus Otot 1 2

Refleks 1 1

Warna Kulit 2 2

Total 8 9

S : -

O :

a. Keadaan umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis

Jenis Kelamin Laki-Laki, A/S : 8/9, berat badan : 2800 gram Panjang

Badan : 49 cm, Lingkar Kepala : 33 cm, Lingkar Dada : 32 cm, LP : 31

cm, LILA: 10 cm

Suhu : 36.5 C

Pernafasan : 56 x/menit

Respirasi : 142 x/menit


b. Pemeriksaan Fisik

1) Kepala

Tidak ada caput dan cepal hematoma, sutura sagitalis belum

tertutup, tidak ada kelainan bentuk kepala ,ubun – ubun besar belum

tertutup

2) Muka

Simetris, tidak sianosis dan oedema

3) Mata

Simetris, tidak strabismus dan tidak ada oedema palpebrae, tidak ada

perdarahan konjungtiva dan pengeluaran cairan abnormal.

4) Telinga

Simetris, tulang rawan cukup, lubang telinga patent, tidak ada kulit

tambahan

5) Mulut

Simetris, tidak ada bercak putih pada mukosa mulut, tidak ada

labioskiziz dan labiopalatoskiziz

6) Hidung

Tidak ada polip, secret, dan pernafasan cuping hidung

7) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, vena jugularis dan limfa

8) Dada

Simetris, tidak ada pembesaran payudara, tidak ada retraksi dinding

dada, tidak ada pengeluaran cairan pada putting susu.

9) Perut

Tidak ada pembesaran abnormal, kulit tampak tipis

10) Tali pusat

Panjang 2 cm, tidak ada hernia, infeksi, tali pusat lengkap 1 vena

2 arteri

11) Punggung

Tidak ada kelainan bentuk tulang

12) Ekstremitas : Normal, tidak ada kelainan

13) Genitalia

Kelamin laki-laki, panjang penis 2 cm, kedua testis sudah turun

berada dalam skrotum, orifisium uretrae di ujung penis

14) Anus : BAB (+)

15) Kulit : Kemerahan, tampak lanugo di tubuh bayi


A :

Diagnosa :NCB SMK usia 1 jam

Masalah : Tidak ada

Diagnosa potensial : Tidak ada

Tindakkan Segera/Kolaborasi : Tidak ada

P :

Tanggal 20 Mei 2016

Waktu Pelaksanaan Paraf

19.14 Beritahu ibu jika bayinya akan dilakukan pemeriksaan fisik; ibu
mengizinkan untuk dilakukan pemeriksaan

19.15 Melakukan pemeriksaan fisik bayi baru lahir; caput tidak ada,
cephal hematoma tidak ada, BB : 2800 PB: 49 cm LK: 33 cm LD
32 cm, LP : 31 cm, LILA 10 cm, tidak ada kelainan kongenital.

19.17 Beritahu ibu jika bayinya akan diberikan suntikan Vitamin K 1


mg/IM, salep mata dan imunisasi Hepatitis B0; ibu bersedia
bayinya diberikan suntikan Vitamin K 1 mg/IM, salep mata, dan
imunisasi Hepatitis B0

19.20 Memberikan salep mata, suntikan Vit K 1 mg injeksi / IM di paha


kiri dan Hepatitis B0 pada pada paha kanan anterolateral setelah 1
jam; salep mata, Vit K 1 mg, dan imunisasi hepatitis B0 telah
diberikan

19.25 Menjaga kehangatan bayi dengan menyelimuti bayi dan


memakaikan topi; bayi telah memakai selimut dan topi
20.35 Membuat kesepakatan untuk dilakukan pemeriksaan ulang 6-8
jam pospartum kemudian dan ibu bersedia.

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Post Natal Care

1. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan 6 - 8 Jam

Tanggal/Waktu Pengkajian : 20 Mei 2016 Pukul : 00.00 WITA

Tempat : Ruang Mawar 1 RSKD

S :

Keluhan : Ibu mengatakan mules pada bagian perut dan ibu

telah BAK

Nutrisi : Ibu telah makan-makanan dari Rumah Sakit

Eliminasi : Ibu telah BAK 1 x

Istirahat : Ibu bisa istrahat pada saat bayi istrahat.

Mobilisasi : Ibu sudah menggendong bayinya, sudah duduk dan

sudah mampu berjalan ke kamar mandi sendiri.

Personal Hygiene : Ibu sudah ganti celana dalam, ganti pembalut,

dan ganti baju.

O :

a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum Ny. R baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah 110/70 mmHg, suhu

tubuh 36,6oC, nadi 84 x/menit, pernafasan: 20 x/menit.

b. Pemeriksaan fisik

Wajah : Tidak oedem dan tidak pucat

Mata : Tidak tampak oedem pada kelopak mata, konjungtiva tidak

anemis

Payudara : Payudara simetris, bersih, pengeluaran ASI (+),

hyperpigmentasi pada areolla, putting susu menonjol

Abdomen : Simetris, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik dengan

konsistensi keras, dan kandung kemih kosong.

Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak pengeluaran

lochea rubra, tidak terdapat luka parut, tidak tampak

fistula, tidak ada luka jahitan di perinium

c. Terapi

Analgetik : 3 x 500 mg

A:

Diagnosis : P3003 post partum normal 6 jam

Masalah : tidak ada

Diagnosa Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada


P:

Tanggal 21 Mei 2016

Waktu Pelaksanaan Paraf

00.05 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil


pemeriksaan fisik puerperium, tanda-tanda vital dalam
batas normal, tampak adanya pengeluaran ASI, kontraksi
baik, TFU 2 jari dibawah pusat,. Kandung kemih kosong,
pengeluaran lochea rubra, berwarna merah, konsistensi
cair dan bergumpal, tidak ada luka jahitan. Sedangkan
bagian anggota fisik lainnya dalam batas normal; Ibu
mengerti akan kondisinya saat ini dalam keadaan normal.

00.10 Melakukan penyuluhan kesehatan mengenai ASI eksklusif


; ibu mengerti mengenai ASI ekslusif dan berjanji akan
melaksanakannya

00.15 Melakukan penyuluhan kesehatan mengenai teknik


menyusui yang baik dan benar; ibu dapat menyusui
bayinya dengan teknik menyusui yang baik dan benar

00.20 Menganjurkan ibu agar tidak ada pantangan makanan dan


rajin mengkonsumsi sayuran; ibu bersedia mengkonsumsi
sayuran dan tidak ada pantangan makanan dan ibu sudah
makan makanan yang terdapat sayuran hijau yang telah
disediakan oleh Rumah Sakit

00.25 Menganjurkan ibu untuk melakukan senam nifas sesuai


hari yang telah ditentukan dan memberi ibu leaflet
tentang senam nifas agar mengingat gerakan senam yang
dianjurkan; ibu bersedia melakukan senam nifas dan
menerima leaflet.

00.30 Membuat kesepakatan untuk kunjungan berikutnya pada


hari ke 3 yaitu pada tanggal 23 Mei 2016; Ibu bersedia
dilakukannya kunjungan hari ke 3.

2. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan Ke-2 hari ke-5

Tanggal/Waktu Pengkajian : 25 Mei 2016/Pukul : 11.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. R

Dosen Pembimbing : Ni Nyoman Murti, M.Pd

S :

Keluhan : Ibu mengatakan darah nifas masih keluar sedikit,

warna merah kekuningan, pengeluaran ASI lancar,

BAK lancar, sudah BAB mulai hari pertama partus dan

hari ini.

Nutrisi : Ibu makan-makanan bergizi dan seimbang (nasi,

sayur, lauk-pauk, buah (kadang-kadang))

Eliminasi : BAK (4-6 x sehari), BAB (1 x sehari)

Istirahat : Istrahat ibu tidak cukup karena bayi tidak rewel.

Mobilisasi : Ibu mampu merawat bayinya, dan mengurus rumah

tangga.

Personal Hygiene : Ibu sudah mandi, gosok gigi , ganti celana dalam

dan pembalut.
O:

a. PemeriksaanUmum

Keadaan umum Ny. R baik; kesadaran composmentis; hasil

pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah 110/80 mmHg, suhu

tubuh 36,6oC, nadi 80 x/menit, pernafasan 22x/menit, BB : 56 kg.

b. Pemeriksaan fisik

Wajah : tidak oedema

Mata : tidak oedema, tidak ikterik, dan tidak anemis

Payudara : Simetris, pengeluaran ASI, kedua putting susu menonjol.

Abdomen : TFU ½ pusat simpisis, kontraksi baik, dan kandung

kemih kosong.

Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak

pengeluaran lochea berwarna merah kekuningan,

berbentuk lendir, tidak terdapat luka parut, tidak

tampak fistula, perineum tampak kering dan tidak ada

tanda-tanda infeksi.

Anus : Tidak ada hemoroid


Ekstremitas : kaki kiri dan kanan tidak oedema, tangan kiri dan

kanan tidak oedema

A:

Diagnosis : P3003 post partum normal hari ke-5

Masalah : tidak ada

Diagnosis Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 25 Mei 2016

Waktu Tindakan Paraf

11.15 Menjelaskan hasil pemeriksaan fiisk. Dari hasil


pemeriksaan fisik nifas ibu dalam keadaan normal; Ibu
mengerti mengenai kondisinya saat ini.

11.25 Menganjurkan ibu menjaga kebersihan genetalianya


khususnya vulva hygiene yaitu cara cebok yang benar yaitu
ceboknya dari depan ke belakang dan tidak boleh bolak
balik; ibu mengerti penjelasan yang disampaikan.

11.32 Memberikan KIE mengenai perawatan payudara; ibu dapat


mengulang penjelasan yang disampaikan dan ibu bersedia
akan melaksanakannya

11.35 Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke puskesmas


untuk imunisasi atau bila ada keluhan; ibu bersedia untuk
membawa bayinya imunisasi di puskesmas terdekat
11.40 Mengontrak ibu dengan membuat kesepakatan dilakukan
pemeriksaan masa nifas pada kunjungan selanjutnya atau
saat ada keluhan.

3. Asuhan Kebidanan Post Natal Care Kunjungan Ke-3 Hari ke-17

Tanggal/Waktu Pengkajian : Senin, 06 Juni 2016/Pukul : 10.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. R

Dosen Pembimbing : Susarmi, SST

S :

Keluhan : Ibu mengatakan tidak ada nafsu makan, air susunya

menetes banyak, darah nifas masih keluar sedikit,

warna merah kecoklatan, BAK dan BAB lancar.

Nutrisi : Ibu makan-makanan bergizi dan seimbang (nasi,

sayur, lauk-pauk, buah (kadang-kadang)), frekuensi 2

kali sehari.

Eliminasi : BAK (4-6 x sehari, warna kuning jernih, konsistensi

cair), BAB (1 x sehari, warna kuning kecoklatan,

konsistensi lembek)

Istirahat : Istrahat ibu tidak cukup karena bayi tidak rewel.


Mobilisasi : Ibu mampu merawat bayinya, dan mengurus rumah

tangga.

Personal Hygiene : Ibu sudah mandi, gosok gigi , ganti celana dalam

dan pembalut.

O:

a. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum Ny. R baik; kesadaran

composmentis; hasil pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah

110/80 mmHg, suhu tubuh 36,5oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 22

x/menit BB: 56 kg.

b. Pemeriksaan fisik

Wajah : tidak oedema

Mata : Tidak ada oedema pada kelopak mata, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik.

Hidung : tidak ada secret, tidak ada polip dan peradangan, tidak

tampak pernapasan cuping hidung

Mulut : Bibir tampak simetris, mukosa mulut lembab, tidak ada

caries dentis pada gigi, tidak tampak stomatitis, gigi

geraham lengkap

Payudara : Tampak pengeluaran ASI, kedua putting susu menonjol

Abdomen : Simetris, tampak linea nigra dan striae, TFU tidak teraba,

kandung kemih kosong.


Genetalia : Vulva tidak oedem, tidak ada varices, tampak pengeluaran

lochea berwarna kuning kecoklatan, tidak terdapat luka

parut, tidak tampak fistula, perineum tampak kering dan

tidak ada tanda-tanda infeksi.

Anus : Tidak ada hemoroid

Ekstremitas : kaki kiri dan kanan tidak oedema, tangan kiri dan kanan

tidak oedema

A:

Diagnosis : P3003 post partum hari ke-17

Masalah : Tidak ada nafsu makan

Diagnosis Potensial : tidak ada

Masalah Potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada

P:

Tanggal 06 Juni 2016

Waktu Tindakan Paraf

10.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik. Dari hasil pemeriksaan


fisik nifas ibu dalam keadaan normal; Ibu mengerti mengenai
kondisinya saat ini.

10.05 Menganjurkan ibu untuk mengonsumsi vitamin penambah


nafsu makan; ibu bersedia membeli vitamin penambah nafsu
makan di apotik terdekat
10.10 Memberi ibu support mental bahwa ibu makan bukan untuk
dirinya sendiri tapi makan untuk diri sendiri dan bayinya; ibu
mengerti

10.15 Menganjurkan ibu sesekali membeli makanan di luar karena


setelah memasak sendiri ibu merasa kenyang; ibu bersedia
sesekali membeli makanan diluar.

10.20 Menganjurkan ibu agar mengkonsumsi air putih yang banyak


± 8 gelas/hari;ibu bersedia melaksanakan anjuran yang
berikan

10.25 Menganjurkan ibu untuk memerah ASI dan menyimpannya


di kulkas; ibu bersedia memerah ASI dan menyimpannya di
kulkas

10.30 Memberi penyuluhan kesehatan tentang cara menyimpan


ASI di kulkas; ibu mengerti penyuluhan yang diberikan.

E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan pada Neonatus

1. Asuhan kebidanan neonatus fisiologis kunjungan 6 jam

Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2016 Pukul : 00.00 WITA

Tempat : Ruang Mawar 1 RSKD

Oleh : Kamrida

S:-

O:

1. Pemeriksaan Umum

Keadaan umum baik, nadi 148 x/menit, pernafasan 50 x/menit, suhu

36,7oC,
2. Pemeriksaan Fisik

a. Mata : tidak ada secret dan pengeluaran abnormal, pupil

tampak normal, gerakan mata aktif, kelopak mata

tidak oedema, conjungtiva tidak anemis, sklera tidak

ikterik

b. Hidung : tidak ada secret dan tidak ada pernafasan cuping

hidung

c. Telinga : Lubang telinga paten dan tidak ada pengeluaran

abnormal.

d. Mulut : bibir tidak pucat, mukosa mulut lembab, bayi

menangis kuat, refleks hisap baik.

e. Dada : tidak tampak retraksi dinding dada, tidak terdengar

suara nafas tambahan, bunyi jantung teratur,

pergerakan dada tampak simetris.

f. Abdomen : tidak teraba kembung, tidak teraba benjolan/massa,

tali pusat terdapat 2 arteri dan 1 vena, tali pusat

berwarna putih, tidak ada perdarahan tali pusat dan

terbungkus kasa steril

g. Genetalia : bersih, tidak ada iritasi

h. Anus : bersih, tidak ada iritasi

i. Kulit : berwarna merah muda dan tidak ada tanda-tanda

ikterik
j. Ekstremitas : pergerakan leher tampak aktif, jari tangan dan jari

kaki tampak simetris, lengkap dan bergerak aktif,

tidak ada polidaktili dan sindaktili. Terdapat garis

pada telapak kaki, tidak ada kelainan posisi pada kaki

dan tangan.

k. Status neurologi (refleks) :

1) Morro : (+), Bayi tampak terkejut ketika dikejutkan dengan

suara.

2) Rooting : (+), Bayi tampak menoleh kearah sentuhan ketika pipi

bayi disentuh.

3) Sucking : (+), Refleks isap baik.

4) Swallowing : (+), Refleks menelan baik.

5) Babinski : (+), Ketika telapak kaki bayi digesek, jari-jari kaki

bayi menekuk kebawah.

6) Graps : (+), Ketika telapak tangan bayi disentuh, jari-jari

bayi menggenggam dengan kuat.

3. Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan Dasar Keterangan

Nutrisi ASI

Eliminasi BAK (+) 2x,warna kuning jernih, konsistensi cair

BAB (+) 1x, warna hitam kehitaman, konsistensi


lembek
A:

Diagnosa : NCB SMK usia 6 jam

Masalah : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Diagnosa Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:

Tanggal 21 Mei 2016

Waktu Pelaksanaan Paraf

00.30 Melakukan perawatan tali pusat, membungkus tali pusat bayi


menggunakan kassa steril.
WITA
E/ Tali pusat berwarna putih, tidak ada perdarahan tali pusat,
tali pusat terlihat 2 arteri dan 1 vena, tali pusat telah terbungkus
dengan kassa steril.

00.35 Menjaga kehangatan bayi.

WITA E/ Bayi dibedong dengan menggunakan lampin dan bayi


dipakaikan topi.

00.40 Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar

WITA E/ ibu mengerti tentang cara menyusui yang benar dan ibu
mencoba melakukannya.

2. Asuhan kebidanan neonatus fisiologis kunjungan 5 hari


Tanggal pengkajian : 25 Mei 2016 Pukul : 11.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. R

Oleh : Kamrida

Dosen Pembimbing : Ni Nyoman Murti, M.Pd

S: -

O:

Keadaan umum baik, nadi 130 x/menit, pernafasan 52 x/menit, suhu

36,7oC, berat badan 3200 gram, panjang badan 50 cm.

1. Pemeriksaan Fisik

Mata : simetris, tidak ada secret dan pengeluaran cairan

abnormal, pupil normal, gerakan mata aktif, tidak ada

oedema pada kelopak mata, conjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik.

Hidung : lubang hidung paten, tidak ada pernapasan cuping

hidung

Telinga : simetris, berlekuk sempurna, lubang telinga paten

dan tidak tidak ada serume.

Mulut :.bibir tidak pucat, mukosa mulut lembab, bayi

menangis kuat, refleks hisap baik.


Leher : pergerakan leher baik

Kulit : berwarna merah muda, ikterik (+)

Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak

terdengar suara nafas tambahan, puting susu menonjol,

bunyi jantung teratur.

Abdomen : tidak teraba kembung, tidak teraba benjolan/massa,

tali pusat belum puput, tidak ada tanda-tanda infeksi

pada tali pusat

Genetalia : bersih, dan tidak ada iritasi

Anus : bersih, tidak ada iritasi

Ekstremitas : pergerakan aktif

2. Pola Fungsional Kesehatan

Nutris : ASI, setiap 1-2 jam sekali dalam sehari

Eliminasi : BAK (+) 4x/hari, warna kuning jernih, konsistensi

cair. BAB (+) 2-3x/hari, warna kekuningan,

konsistensi lembek

Personal Hygiene : Popok diganti setiap kali basah

Baju/lampin bayi diganti setiap kali kotor

A:
Diagnosa potensial : NCB SMK usia 5 hari

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah potensial : Tidak ada

Tindakan Segera/Kolaborasi : Tidak ada

P:

Tanggal 25 Mei 2016

Waktu Pelaksanaan Paraf

11.30 Menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan fisik bayi dalam batas
normal; ibu mengerti kondisi bayinya saat ini

11.35 Memberikan KIE tentang ASI eksklusif.

Menjelaskan mengenai kebutuhan nutrisi bayi, yaitu dengan


memberikan ASI minimal 2 jam sekali atau setiap saat bayi
membutuhkan. Menjelaskan mengenai ASI Eksklusif, yaitu dengan
hanya memberikan ASI untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi
sampai bayi berusia 6 bulan.

E/ Ibu mengerti dan bersedia untuk memberikan ASI sesuai dengan


kebutuhan bayi dan bersedia untuk memberikan ASI secara
eksklusif.

11.40 Menjadwalkan kunjungan ulang dengan membuat kesepakatan


dilakukan pemeriksaan pada kunjungan neonatus selanjutnya atau
saat ada keluhan.
3. Asuhan kebidanan neonatus fisiologis kunjungan ke-3 hari ke-17

Tanggal pengkajian : 06 Juni 2016 Pukul : 10.00 WITA

Tempat : Rumah Ny. R

Oleh : Kamrida

Dosen Pembimbing : Susarmi, SST

S :-

O:

Keadaan umum baik, nadi 124 x/menit, pernafasan 48 x/menit, suhu

36,8oC, berat badan 3600 gram, panjang badan 50 cm.

1. Pemeriksaan Fisik

Mata : simetris, tidak ada secret dan pengeluaran cairan

abnormal, pupil normal, gerakan mata aktif, tidak ada

oedema pada kelopak mata, conjungtiva tidak anemis,

sklera tidak ikterik.

Hidung : lubang hidung paten, tidak ada pernapasan cuping

hidung
Telinga : simetris, berlekuk sempurna, lubang telinga paten dan

tidak tidak ada serume.

Mulut:.bibir tidak pucat, mukosa mulut lembab, bayi

. menangis kuat, refleks hisap baik.

Leher : pergerakan leher baik

Kulit : berwarna merah mulut

Dada : simetris, tidak ada retraksi dinding dada, tidak

terdengar suara nafas tambahan, puting susu menonjol,

bunyi jantung teratur.

Abdomen : tidak teraba kembung, tidak teraba benjolan/massa,

tali pusat sudah puput, tidak ada tanda-tanda infeksi

Genetalia : bersih, tidak ada iritasi

Anus : bersih, tidak ada iritasi

Ekstremitas : pergerakan aktif

2. Pola Fungsional Kesehatan

Nutrisi : ASI, setiap 2-3 jam sekali dalam sehari

Eliminasi :BAK (+) 4x/hari, warna kuning jernih, konsistensi

cair. BAB (+) 1-2x/hari, warna coklat, konsistensi

lembek
Kebersihan :Popok diganti setiap kali basah, Baju/lampin bayi

diganti setiap kali kotor

A:

Diagnosa : NCB SMK usia 17 hari

Masalah : Tidak ada

Diagnosa potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Tidak ada

P:

Tanggal 06 Juni 2016

Waktu Pelaksanaan Paraf

11.36 Memberitahu pada ibu hasil pemeriksaan bahwa keadaan


umum bayi dalam batas normal: ibu mengerti kondisi
WITA bayinya saat ini.

11.40 Memberikan KIE ibu agar menyusui bayinya sesering


mungkin ± tiap 1-2 jam atau kapan pun bayi
WITA menginginkannya (on demand); ibu mengerti dan telah
melaksanakan KIE yang diberikan.

11.45 Memberikan KIE agar menjaga kebersihan bayi seperti


mengganti popok bayi; ibu mengerti dan berjanji akan
WITA melaksanakannya.

11.50 Memberikan KIE tentang imunisasi kepada orang tua


bayi.; ibu mengerti tentang penjelasan mengenai imunisasi
WITA dan bayi telah diimunisasi BCG pada tanggal 31 Mei 2016
di puskesmas terdekat.

F. Asuhan Kebidanan Pelayanan Kontrasepsi

Tanggal/Waktu Pengkajian : 25 Mei 2016 Pukul : 09.50 WITA

Tempat : Rumah Ny. R

Dosen Pembimbing : Ni Nyoman Murti, M.Pd

S:

1. Alasan datang periksa

Ibu mengatakan telah memakai spiral sesaat setelah ari-ari lahir.

2. Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan pada tanggal 20 Mei 2016, melahirkan anak ketiganya

dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat badan lahir 2800 gram dan

panjang badan 49 cm. Ibu menyusui bayinya secara rutin setiap ± 1-2 jam.

3. Pola Fungsional Kesehatan

Nutrisi : Ibu makan 2x/hari dengan porsi makan: nasi seporsi,

lauk pauk 2 potong, sayur, air putih.

Eliminasi : BAK sebanyak 4-5x/hari, berwarna kuning jernih,

konsistensi cair, tidak ada keluhan. BAB sebanyak


1x/hari berwarna cokelat, konsistensi padat lunak,

tidak ada keluhan.

Istrahat : Tidur siang selama ± 1-1,5 jam/hari. Tidur malam

selama ±6-7 jam/hari, dan tidak ada gangguan pola

tidur

Aktivitas : Di rumah ibu hanya membereskan rumah dan masak,

mengurus anak. Belum ada kegiatan yang dilakukan

keluar rumah

Kebersihan diri : Mandi 2x/hari, ganti baju 2-3x/hari, anti celana dalam

3-4x/hari

Seksualitas : Belum ada melakukan hubungan seksual

O:

a. Pemeriksaan Umum : Keadaan umum Ny. R baik; kesadaran

composmentis; hasil pengukuruan tanda vital yaitu : tekanan darah

110/80 mmHg, suhu tubuh 36,5oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 22

x/menit Berat Badan 56 kg .

b. Pemeriksaan fisik

Mata : Tidak ada oedema pada kelopak mata, konjungtiva tidak

anemis, sklera tidak ikterik


Hidung : Tidak ada polip dan tidak ada peradangan, tidak ada

pernapasan cuping hidung

Mulut : Bibir tampak simetris, mukosa mulut tampak kering,

tidak ada caries dentis pada gigi,.

Leher : Tidak ada peradangan tonsil dan faring, tidak ada

pembesaran vena jugularis, kelenjar tiroid, dan kelenjar

getah bening.

Dada : Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dinding dada,

irama jantung teratur, frekuensi jantung 82 x/menit, tidak

terdengar suara wheezing dan ronchi.

Payudara : Simetris, tampak pengeluaran ASI.

Abdomen : Simetris, tampak linea nigra dan striae, tidak ada bekas

luka operasi, tidak teraba massa/pembesaran dan

kandung kemih kosong.

A:

Diagnosis : P3003 usia 33 tahun akseptor KB IUD

Diagnosis Potensial : tidak ada

Masalah : tidak ada

Masalah potensial : tidak ada

Kebutuhan Segera : tidak ada


P:

Waktu Tindakan Paraf

10.00 Menjelaskan hasil pemeriksaan fisik, ibu dalam keadaan


normal; Ibu mengerti mengenai kondisinya saat ini.

10.05 Menjelaskan kepada ibu keuntungan kontrasepsi IUD yaitu


efektivitasnya tinggi, metode jangka panjang, sangat efektif
karena tidak perlu lagi mengingat – ingat, tidak
mempengaruhi hubungan seksual, meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil,
tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dapat
dipasang segera setelah melahirkan, dapat digunakan sampai
menopause, tidak ada interaksi dengan obat – obat; Ibu
mengerti penjelasan yang diberikan.

10.10 Menjelaskan kepada ibu kerugian IUD yaitu merasakan sakit


dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan,
perdarahan banyak pada saat haid, tidak mencegah IMS
termasuk HIV/AIDS, tidak baik digunakan pada perempuan
dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan,
sedikit nyeri dan perdarahan terjadi segera setelah pemsangan
IUD. Biasanya menghilang dalam 1 – 2 hari, klien tidak dapat
melepas IUD oleh dirinya sendiri, harus memeriksa posisi
benang IUD dari waktu ke waktu; Ibu mengerti penjelasan
yang diberikan.

10.15 Menganjurkan kepada ibu untuk fasilitas kesehatan apabila


tidak dapat meraba tali IUD, merasakan bagian yang keras
dari IUD, IUD terlepas, siklus terganggu, terjadi pengeluaran
cairan dari vagina yang mencurigakan, adanya infeksi; Ibu
mengerti hasil penjelasan.

10.20 Menganjurkan ibu untuk melakukan kontrol ulang ke


puskesmas terdekat 40 hari setelah pemasangan IUD; Ibu
bersedia kontrol ulang ke puskesmas terdekat tanggal 29 Juni
2016
12.25 Melakukan pendokumentasian terhadap hasil pemeriksaan;
telah dilakukan pendokumentasian

Tanggal 25 Mei 2016

BAB V

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Proses Asuhan Kebidanan

Pada pembahasan studi kasus ini penulis akan memaparkan kesenjangan

ataupun keselarasan antara teori dengan praktik Asuhan Kebidanan

Komprehensif yang di terapkan pada klien Ny. R Usia 33 tahun G3P2002 sejak

kontak pertama pada tanggal 20 April 2016 yaitu dimulai pada masa kehamilan

35 minggu 4 hari, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas, neonatus dan

pelayanan kontrasepsi dengan pembahasan sebagai berikut:

1. Kehamilan

Memasuki kehamilan trimester III dengan usia kehamilan saat itu 35

minggu 4 hari, Ny. R mengeluh jari tangan keram. Rasa keram pada daerah

jemari dan tangan sering terjadi pada kehamilan. Ini terjadi karena adanya

penyempitan jaringan pembuluh darah dan akan hilang setelah persalinan

(Anggarani, 2013). Penulis sependapat dengan teori diatas, karena Ny.R

memiliki keluhan tersebut saat memasuki kehamilan trimester III, berkurang

menjelang persalinan dan menghilang setelah persalinan. Untuk mengatasi

keluhan tersebut penulis menganjurkan ibu untuk latihan dorsofleksi pada jari
tangan dan meregangkan otot yang terkena, gunakan penghangat untuk otot

atau merendamnya kedalam air hangat dan tetap meminum tablet kalsium

yang diberikan oleh bidan sesuai dosis. Hal ini terbukti setelah dilakukan

asuhan kebidanan, keram pada jari tangan Ny. R berkurang, sehingga tidak

terdapat kesenjangan antara teori dan praktik.

Berat badan Ny. R sebelum hamil 51 kg. Total kenaikan berat badan

Ny. R selama hamil adalah 12 kg. Ini berarti kenaikan berat badan Ny. R

rendah, setelah dihitung melalui rumus IMT, total kenaikan berat badan yang

disarankan yakni 12,7-18,1 kg (Sukarni, 2013). Penulis berpendapat,

kenaikan berat badan pada Ny. R kurang dari yang disarankan, karena pada

TM I dan TM II Ny. R masih mengeluh mual muntah namun nafsu makan

sebelum dan saat hamil tetap.

Kunjungan pertama berat badan Ny. R adalah 59 kg, kunjungan kedua

60 kg yang dilakukan 2 minggu setelah dilakukan kunjungan pertama. Hal ini

sesuai dengan teori bahwa ibu hamil trimester ke-2 dan ke-3 pada perempuan

dengan gizi baik dianjurkan menambah berat badan per minggu sebesar 0,4

kg, sementara dengan perempuan yang kurang atau lebih dianjurkan

menambah berat badan perminggu masing-masing sebesar 0,5 dan 0,3 kg

(Sarwono, 2014).

Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah kunjungan kedua dengan

berat badan Ny. R 63 kg. Hal ini tidak sesuai dengan penambahan berat

badan yang disarankan pada ibu hamil trimester ke-3 yaitu 0,5 kg perminggu.
Tinggi badan Ny. R normal yaitu 163 cm. Tinggi badan normal pada

ibu hamil yaitu > 145 cm (Pantikawati, 2010). Penulis berpendapat,

pentingnya dilakukan pengukuran tinggi badan karena sebagai deteksi dini

adanya panggul sempit atau ketidaksesuaian antara besar bayi dan luas

panggul.

Tekanan darah Ny. R selalu dalam keadaan normal, tekanan darah pada

pemeriksaan terakhir 110/70 mmHg. Tekanan darah yang normal adalah

110/80mmHg-140/90mmHg, hal ini dilakukan sebagai deteksi adanya

hipertensi atau preeklamsi dalam kehamilan (Depkes RI, 2009). Penulis

berpendapat, dengan adanya pemeriksaan tekanan darah pada saat kunjungan,

dapat diketahui pula klien beresiko atau tidak dalam kehamilannya.

Lingkar Lengan Atas (LILA) Ny. R termasuk normal yaitu 25 cm.

Angka normal LILA yang sehat 23,5 - 36 cm (Kusmiyati, 2009). Penulis

berpendapat, dengan mengukur status gizi pada ibu hamil, dapat diketahui

kecukupan gizi pada ibu. Apabila gizi ibu kurang, tentunya kurang pula

asupan gizi ke janin.

Palpasi pada abdomen, TFU Ny. R tidak sesuai dengan usia

kehamilannya yaitu 27 cm atau 3 jari dibawah procesus xifoideus pada umur

kehamilan 35 minggu 4 hari. Kemudian dilakukan penghitungan taksiran

berat janin dengan hasil 2.325 gram. Umur kehamilan 36 minggu TFU

normalnnya 3 jari dibawah procesus xifoideus (Manuaba, 2010). Ukuran

Mc.Donald menurut Spiegelberg usia kehamilan 36 minggu memiliki TFU 32

cm diatas simfisis pubis. Penulis berpendapat, adanya ketidaksesuaian antara


usia kehamilan dengan tinggi fundus uteri. Perlunya dilakukan pengukuran

TFU pada ibu hamil yakni sebagai acuan pertambahan berat badan janin

dalam keadaan normal atau tidak.

Pengukuran TFU dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi

secara dini terhadap berat badan janin. Selain dapat dijadikan sebagai

indikator pertumbuhan janin intra uterine, TFU dapat mendeteksi secara dini

terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion (Mufdilah,

2010)

Pemeriksaan palpasi leopold, presentasi janin yaitu persentasi kepala

sebagai bagian terendah janin dan saat didengarkan DJJ dalam keadaan

normal yaitu 140 x/menit. Letak dan presentasi janin dalam rahim merupakan

salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap proses persalinan.

Menentukan presentasi janin dimulai pada akhir trimester II dan setiap kali

kunjungan ANC. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk mengetahui letak janin.

Jika pada akhir trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala

janin belum masuk PAP berarti ada kelainan posisi janin, atau kelainan

panggul sempit. Selain itu penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan

selanjutnya setiap kali kunjungan ANC. DJJ normal yaitu 120-160 x/menit

(Manuaba, 2010). Penulis berpendapat dengan dilakukannya asuhan tersebut,

dapat menjadi acuan tenaga kesehatan dalam mendiagnosa klien, sehingga

dapat dilakukan asuhan selanjutnya berdasarkan diagnosa yang telah

ditentukannya.
Hasil pemeriksaan Ny. R, posisi janin normal dengan diagnosis

presentasi kepala. Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi

janin terhadap ruangan dalam uterus. Sebelum usia kehamilan 28 minggu,

fetus masih berukuran cukup kecil dalam menempati volume intrauterin

sehingga dapat berotasi dari presentasi kepala menjadi presentasi bokong dan

kembali ke semula dengan gerakan relatif. Seiring usia kehamilan dan berat

badan janin bertambah, hal tersebut semakin sulit dilakukan oleh janin. Pada

kehamilan sampai kurang lebih 32 minggu, jumlah air ketuban relatif lebih

banyak, sehingga memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan

demikian janin dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak

sungsang atau letak lintang.

Penulis telah memberikan asuhan yang sesuai dengan kebutuhan ibu

yaitu menganjurkan ibu untuk makan-makanan bergizi dan seimbang, dan

lebih banyak dari porsi sebelumnya agar taksiran berat janin dapat mencapai

normal yaitu 2.500 - 4.000 gram (Muslihatun, 2011).

Menurut penulis, saat dilakukan kunjungan pertama pada Ny. R dengan

usia kehamilan 35 minggu 4 hari, untuk mencapai usia kehamilan aterm (37

minggu - 42 minggu) masih memiliki waktu tenggang kurang lebih 2 minggu

lagi sehingga untuk mencapai taksiran berat janin normal masih bisa tercapai.

Kunjungan pertama TFU Ny. R 27 cm dengan kepala bayi belum

memasuki pintu atas panggul dengan taksiran berat janin 2.325 gram. Pada

kunjungan kedua dengan jarak 2 minggu setelah dilakukan kunjungan

pertama, TFU Ny. R 28 cm dan kepala bayi masuk ke pintu atas panggul.
Taksiran berat janin adalah 2.635 gram. Pada kunjungan ketiga dilakukan

pemeriksaan TFU 30 cm, kepala sudah memasuki pintu atas panggul dan

taksiran berat janin 2.945 gram.

Menurut penulis, pertambahan berat badan dan tinggi fundus uteri Ny.

R diimbangi dengan pemenuhan nutrisi yang baik. Ny. R makan dengan porsi

sering dan banyak sehingga taksiran berat janin normal dapat tercapai.

Hasil dari kunjungan Antenatal Care mulai dari pengkajian hingga

kunjungan ketiga dapat disimpulkan bahwa proses kehamilan Ny. R tidak

memiliki masalah yang serius untuk segera ditangani. Karena keluhan Ny. R

termasuk fisiologis yang sering dikeluhkan oleh ibu hamil pada umumnya

dan menghilang pada saat menjelang proses persalinan atau setelah

persalinan. Seperti Ny. R mengeluh keram pada jari tangan saat memasuki

trimester III dan berkurang saat menjelang proses persalinan.

2. Persalinan

Proses persalinan merupakan keadaan dimana bayi, plasenta dan

selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa

disertai adanya penyulit (JNPK-KR, 2008).

Kehamilan Ny. R menunjukkan usia yang cukup bulan untuk persalinan

karena tanda-tanda persalinannya saat usia kehamilan aterm yaitu 39 minggu

6 hari.
a. Kala I

Tanggal 20 Mei 2016 pukul 07.00 WITA Ny. R mengeluh keluar air

sedikit-sedikit. Jam 11.00 keluar air banyak sehingga klien memutuskan

segera memeriksakan diri ke RS Kanudjoso Djatiwibowo pada pukul

12.45 WITA. Ketuban pecah dini (KPD) didefenisikan sebagai pecahnya

ketuban sebelum waktunya melahirkan atau inpartu pada pembukaan < 4 cm

(Fase Laten). Penyebab terjadinya KPD adalah paritas, usia, anemia,

perilaku merokok, riwayat KPD, serviks inkompeten, dan tekanan intra

uterine (Morgan, 2009). Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun

jauh sebelum melahirkan (Joseph, 2010). Penatalaksanaan ketuban pecah

dini tergantung pada umur kehamilan dan tanda infeksi intrauterin. Pada

umumnya lebih baik untuk membawa semua pasien dengan ketuban

pecah dini ke rumah sakit dan melahirkan bayi yang usia gestasinya > 37

minggu dalam 24 jam dari pecahnya ketuban untuk memperkecil resiko

infeksi intrauterin (Winkjosastro, 2006).

Tanda-tanda persalinan kala I ditandai dengan, terjadinya his yang

teratur, terjadi pengeluaran lendir bercampur darah, selain itu tanda

lainnya adalah terjadinya penipisan dan pembukaan serviks dan

pecahnya kantung ketuban (Varney, 2008).

Pukul 13.11 Ny. R tiba di UGD dilakukan pemeriksaan dengan hasil

TFU 30 cm, posisi janin punggung kanan, presentasi kepala, presentasi

divergen, DJJ 154 x/menit, periksa dalam: vulva, uretra tidak ada

kelainan, portio lembut tipis, efficement 50%, pembukaan serviks 3 cm,


ketuban negatif, posisi kepala janin pada hodge I, tidak ada kontraksi

uterus.

Pukul 14.00 dilakukan konsultasi ke dokter spesialis kandungan,

advis dari dokter adalah infus RL 20 tpm, lakukan NST jika hasil reaktif

drip oxytocin 5 IU dalam RL 8 - 24 tpm, injeksi antibiotik 1 gr/IV.

Pukul 14.50 Ny. R di pindahkan ke ruang bersalin. Dilakukan

pemeriksaan dalam dengan hasil yang periksa dalam: vulva, uretra tidak

ada kelainan, portio lembut tipis, efficement 50%, pembukaan serviks 3

cm, ketuban negatif, posisi kepala janin pada hodge I, dan tidak ada

kontraksi uterus.

Pukul 15.30 Ny. R dilakukan pemeriksaan NST. Pemeriksaan NST

dilakukan untuk menilai gambaran DJJ dalam hubungan dengan gerakan

/ aktivitas janin. Adapun penilaian NST dilakukan terhadap frekuensi

dasar DJJ (baseline), variabilitas (Vaariability) dan timbulnya akselerasi

yang sesuai dengan gerakan / aktivitas janin (Fetal Activity

Determination / FAD) (Morgan, 2009).

NST dilakukan sekitar 20 menit. Hasil dari NST adalah reaktif,

dimana gerakan janin paling sedikit 2 kali dalam 20 menit, DJJ normal

120 - 160 x/menit, sehingga memungkinkan untuk dilakukan induksi

persalinan.

Pukul 16.00 induksi persalinan menggunakan cairan RL + oxytocin 5

IU 8 - 24 tpm. Induksi persalinan adalah upaya memulai persalinan


dengan cara-cara buatan sebelum atau sesudah kehamilan cukup bulan

dengan jalan merangsang timbulnya his (Sinclair, 2010). Hal ini sesuai

dengan teori, pukul 16.30 Ny. R mulai merasakan his akibat induksi

persalinan.

Tanda-tanda persalinan kala I ditandai dengan, terjadinya his yang

teratur, terjadi pengeluaran lendir bercampur darah, selain itu tanda

lainnya adalah terjadinya penipisan dan pembukaan serviks dan

pecahnya kantung ketuban (Varney, 2008).

Tetesan infus pertama adalah 8 tetes per menit dan dinaikkan setiap

15 menit sampai 24 tetes per menit. Pukul 16.05 dilakukan injeksi

antibiotik 1 gr/IV untuk mencegah infeksi oleh kuman.

b. Kala II

Ny. R memasuki kala II persalinan, terlihat tanda dan gejala kala II

persalinan ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum dan

vaginanya, perineum tampak menonjol, vulva dan sfingter ani tampak

membuka dan meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Hasil

observasi yang dilakukan yaitu, his adekuat, teratur 5 kali dalam 10 menit

durasi 45-50 detik. Auskultasi DJJ 148 x/menit, intensitas kuat dan irama

teratur.
Pukul 18.00 dilakukan pemeriksaan dalam: vulva, uretra tidak ada

kelainan, portio tidak teraba, efficement 100%, ketuban negatif,

pembukaan serviks 10 cm, posisi kepala janin pada hodge III+.

Lama kala II Ny. R berlangsung cukup cepat yaitu 10 menit, namun

tidak termasuk persalinan presipitatus. Partus presipitatus adalah

persalinan berlangsung sangat cepat. Kemajuan cepat dari persalinan,

berakhir kurang dari 3 jam dari awitan kelahiran, dan melahirkan di luar

rumah sakit adalah situasi kedaruratan yang membuat terjadi peningkatan

resiko komplikasi dan atau hasil yang tidak baik pada klien atau janin

(Doenges, 2001). Hal ini sesuai dengan teori yang menyebutkan pada

kala II primipara berlangsung maksimal + 2 jam dan multipara

berlangsung rata-rata + 1 jam (JNPKKR, 2008).

Kelancaran proses persalinan tersebut disebabkan oleh kesiapan

Ny. R menghadapi persalinan, his dan tenaga yang adekuat, taksiran

berat janin yang normal, dukungan penuh dari keluarga, dan Ny. R yang

kooperatif saat dilakukan penyuluhan kesehatan sehingga membantu

memperlancar proses persalinannya yang menggunakan 58 langkah

asuhan persalinan normal.

c. Kala III

Manajemen aktif kala III dilaksanankan sesuai dengan teori dimulai

saat adanya tanda pelepasan plasenta seperti perubahan bentuk dan tinggi
uterus, tali pusat memanjang, semburan darah mendadak dan singkat

(JNPK-KR, 2008).

Penulis melakukan manajemen aktif kala III yang terdiri dari langkah

utama pemberian suntik oksitosin dalam 1 menit pertama bayi baru lahir,

melakukan peregangan tali pusat terkendali dan masase fundus uteri.

Plasenta lahir spontan pukul 18.15 WITA, kotiedon dan selaput

ketuban lengkap, posisi tali pusat lateralis, panjang tali pusat ± 60 cm,

tebal plasenta ± 2,5 cm, lebar plasenta ± 20 cm. Lama kala III Ny. A

berlangsung ± 5 menit. Perdarahan kala III Ny. R berkisar 150 cc.

Kala III Ny. R berlangsung dengan baik dan normal tanpa adanya

penyulit. Lama kala III berlangsung sekitar 5 menit. Hal ini sesuai dengan

teori bahwa plasenta lepas dalam 5-15 menit setelah bayi lahir dan keluar

spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri (WHO, 2013).

d. Kala IV

Melakukan pemeriksaan pada jalan lahir, tidak terdapat laserasi pada

jalan lahir Ny. R. Sesaat setelah plasenta lahir, kontraksi uterus Ny. R

tidak baik, TFU pertengahan pusat-simfisis, uterus teraba lembek dan

perdarahan ± 250 cc, namun tidak termasuk perdarahan postpartum

karena keadaan umum Ny. R baik, tekanan darah 120/70 mmHg.

Perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 cc

setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah


perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih

dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terdapat

perdarahan yang lebih dari normal, apabila telah menyebabkan perubahan

tanda vital (KU menurun, pucat, limbung, berkeringat dingin, sesak

napas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi > 100/menit), maka penanganan

harus segera dilakukan (Sarwono, 2012).

Dilakukan eksplorasi untuk mengeluarkan sisa darah beku dalam

uterus. Sesuai advis dari dokter untuk pencegahan perdarahan dilakukan

pemberian cytotec 2 tablet/rectal agar uterus dapat berkontraksi dengan

baik. Perbedaan pemberian cytotec perrectal dengan pervaginam adalah

jika per rectal penyerapan lebih cepat dan langsung kepembuluh darah

sehingga lebih cepat menghentikan perdarahan sedangkan pervaginam

dapat memperlebar pembuluh darah sehingga perdarahan bertambah.

Setelah dilakukan eksplorasi dan pemberian cytotec 2 tablet/rectal,

kontraksi uterus Ny. R baik, uterus teraba keras, TFU 2 jari dibawah

pusat, perdarahan berkurang.

Pukul 18.24 dilakukan pemasangan IUD CT 380 A untuk 8 tahun,

setalah itu dilakukan pemantauan dan pengawasan hingga 2 jam post

partum. Pada waktu akan dipindahkan di ruang rawat gabung dilakukan

pemeriksaan kala IV yang terakhir dengan hasil, pemeriksaan tekanan

darah 120/80 mmHg, nadi 80 kali/menit, kandung kemih kosong,

kontraksi baik dengan konsistensi keras, TFU 2 jari bawah pusat, jumlah

perdarahan kala IV ± 100 cc.


Pukul 18.35 WITA dilakukan pemberian oxytocin 20 IU / IV 20 tpm

dalam RL 500 ml. Bentuk sintesis oxytocin menstimulasi kontraksi

intermiten yang memiliki sedikit sampai tidak ada efek terhadap tekanan

darah jika diberikan secara IM atau IV, dan merupaka obat pilihan

banyak situasi (Varney, 2008).

Oxytocin ditambahkan ke infus IV, yang akan berlangsung lama

untuk menimbulkan kontraksi yang terus - menerus, atau obat tersebut

diberikan pada wanita jika perdarahan tidak berlebihan (Varney, 2008)

Methergin dimaksudkan untuk penggunaan intramuskular atau

intravena. Tetapi praktik ini tidak dianjurkan sebab dapat menyebabkan

hipertensi mendadak dan stroke (Varney, 2008).

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua

jam setelah persalinan tersebut (JNPKKR, 2008). Pemantauan kala IV

dimaksudkan untuk observasi perdarahan postpartum. Karena kasus

perdarahan paling sering terjadi pada dua jam pertama setelah

melahirkan, hal penting yang perlu diobservasi adalah tingkat kesadaran,

tanda-tanda vital, kontraksi uterus, kandung kemih, dan perdarahan.

Perdarahan dikatakan normal jika jumlahnya tidak lebih dari 500 ml

(Ujiningtyas, 2009).
3. Bayi Baru Lahir

Bayi lahir pukul 18.10 WITA. Pada saat lahir penulis segera melakukan

penilaian selintas dan apgar score pada bayi Ny. R. Didapatkan hasil apgar

score bayi Ny. R adalah 8/9, penilaian ini masih dalam batas normal karena

nilai untuk asfiksia ringan adalah 7-9 (Kenneth J, 2009).

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37

minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram

(DEPKES RI, 2005). Teori ini sesuai dengan bayi Ny. R yang lahir saat usia

kehamilan 39 minggu 6 hari dan berat saat lahir adalah 2.800 gram.

Pemeriksaan, pengawasan, dan penanganan Bayi Baru Lahir Ny. R sesuai

dengan teori yaitu melakukan resusitasi bayi baru lahir, pengikatan dan

pemotongan tali pusat, perawatan tali pusat, inisiasi menyusui dini, pelabelan,

profilaksis mata, pemberian vitamin K, pengukuran antropometri bayi baru

lahir dan menjaga suhu tubuh bayi (Prawirohardjo, 2009).

Bayi Ny. R segera setelah lahir bayi dilakukan Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) selama 1 jam. Manfaat dilakukan IMD adalah menimbulkan rasa kasih

sayang antara ibu dan bayi kerena adanya kontak langsung keduanya serta

sentuhan, jilatan, dan usapan pada puting susu ibu akan merangsang

pengeluaran hormon oksitosin (UNICEF, 2007). Karena pengeluaran hormon

oksitosin dapat membantu mengurangi resiko perdarahan dan mempercepat

pelepasan plasenta (Sobhy, 2004).


Setelah satu jam dilakukan IMD, bayi segera dilakukan pemeriksaan fisik

dan segera diberi injeksi vitamin K 1 mg atau 0,5 cc dan bayi di beri salep

mata tetrasiklin 1 %. Pada pemeriksaan fisik bayi baru lahir Ny. R tidak

ditemukan adanya kelainan.

Satu jam setelah bayi lahir dilakukan penimbangan dan pemantauan

antropometri serta pemberian tetes mata profilaksis dan vitamin K1 1 mg IM

di paha kiri anterolateral (JPNKR, 2008).

4. Nifas

Ny. R telah mendapatkan 3 kali kunjungan pada masa nifas yaitu 6-8

jam setelah persalinan, 5 hari setelah persalinan, 2 minggu setelah

persalinan.

Masa nifas (Puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta

keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan

semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu

(Sulistyawati, 2009). Dalam masa nifas terdapat 4 kunjungan yaitu

kunjungan I 6-8 jam setelah persalinan, kunjungan II 6 hari setelah

persalinan, kunjungan III 2 minggu setelah persalinan dan kunjungan IV 6

minggu setelah persalinan (Prawirohardjo, 2010).

Dimulai dari kunjungan I 6 jam post partum asuhan yang diberikan

pada Ny. R sudah sesuai dengan standar pelayanan nifas, hasil pemeriksaan

semuanya dalam batas normal. Ny. R sudah BAK dan keadaan Ny. A baik,
Asi sudah keluar, kontaksi uterus baik, TFU 2 jari bawah pusat, perdarahan

normal, serta lochea rubra.

Mengingat pada riwayat persalinan Ny. R mengalami atonia uteri

sehingga menimbulkan perdarahan. Ny. R seharusnya dilakukan

pemeriksaan darah postpartum. Akan tetapi, hal ini tidak dilakukan karena

melihat tanda klinis Ny. R masih dalam batas normal yaitu keadaan

konjungtiva tidak terdapat tanda-tanda anemis.

Kunjungan I 6-8 jam setelah persalinan yaitu mencegah perdarahan

masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab lain

perdarahan, rujuk bila perdarahan berlanjut, memberikan konseling pada

ibu, dan salah satu anggota keluarga, pemberian ASI awal, melaksananakan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir dan menjaga bayi tetap sehat

dengan cara mencegah terjadinya hipotermi (Prawirohardjo, 2010).

Hal ini sesuai dengan yang penulis lakukan. Pada kunjungan I 6-8 jam

setelah persalinan penulis melakukan pemantauan terhadap Ny. A untuk

menghindari terjadinya perdarahan. Tekanan darah, nadi, dan suhu dalam

batas normal, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat dan kandung

kemih kosong. Penulis juga memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif

dan mengajarkan Ny. R cara menyusui yang benar serta mengajarkan Ny. R

cara merawat tali pusat bayi.

Pada pemeriksaan 6-8 jam setelah persalinan, lochea Ny. R berwarna

merah. Lochea rubra berwarna merah karena mengandung darah. Ini adalah
lochea pertama yang mulai keluar segera setelah kelahiran dan terus

berlanjut selama 1-3 hari pertama post partum (Sulistyowati, 2009). Setelah

persalinan, Ny. R menyusui bayinya. ASI Ny. R sudah keluar. Setelah

persalinan terjadi penurunan kadar estrogen dan progesteron akibat lepasnya

plasenta sehingga aktivitas prolaktin yang sedang meningkat dapat

mempengaruhi kelenjar mammae dalam menghasilkan ASI (Sulistyowati,

2009).

Pemeriksaan pada kunjungan ke II ini juga tidak ditemukan adanya

tanda-tanda infeksi masa nifas. Tekanan darah, nadi, pernafasan serta suhu

tubuh Ny. R dalam batas normal. Nutrisi Ny. R juga terpenuhi dengan baik,

Ny. R mengkonsumsi sayuran hijau juga tempe dan ikan. Makanan yang

mengandung protein sangat baik untuk menggantikan sel-sel yang rusak

setelah melahirkan (Varney, 2008)

Tujuan kunjungan II 5 hari setelah persalinan yaitu untuk memastikan

involusi uterus, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, tidak ada perdarahan,

menilai adanya tanda-tanda infeksi masa nifas, memastikan ibu

mendapatkan nutrisi yang baik, memantau pola istirahat ibu, memastikan

ibu menyusui dengan baik dan benar, memberikan konseling pada ibu

mengenai asuhan pada bayi (Prawirohardjo, 2010). Teori ini sesuai dengan

yang penulis lakukan terhadap Ny. R. Dari hasil pemeriksaan, kontraksi

uterus Ny. R baik, tinggi fundus uteri pertengahan pusat simfisis

Tinggi fundus uteri pada 1 minggu setelah persalinan adalah

pertengahan pusat simfisis. Involusi uterus ini dikarenakan pemberian ASI


segera setelah bayi lahir yang merangsang pelepasan oksitosin karena isapan

bayi pada payudara sehingga uterus dapat berkontraksi dengan baik

(Sulistyowati, 2009). Teori ini sesuai dengan kenyataan bahwa setelah bayi

lahir, Ny. R langsung memberikan ASI kepada bayinya.

Pada pemeriksaan genetalia Ny. R tidak ditemukan adanya tanda tanda

infeksi. Hal ini sesuai dengan teori bahawa lochea serosa berhenti sekitar

hari ke 7-8 setelah persalinan, lochea serosa berwarna merah muda. Lochea

serosa mengandung cairan serosa, jaringan desidua, leukosit, eritrosit

(Sulistyowati, 2009).

Kunjungan III yaitu 2 minggu 3 hari setelah persalinan hasil

pemeriksaan dalam batas normal tidak ada tanda – tanda infeksi, tanda-

tanda vital dalam batas normal, pengeluaran ASI lancar, kontraksi uterus

Ny. R baik, tinggi fundus uteri tidak teraba.

Kunjungan III yaitu 2 minggu 3 hari setelah persalinan ini memiliki

tujuan yang sama dengan kunjungan II ditambah dengan konseling tentang

persiapan kontrasepsi yang akan digunakan setelah berakhirnya masa nifas

(Prawirohardjo, 2010). Akan tetapi, Ny. R telah menggunakan alat

kontrasepsi IUD post plasenta.

Kunjungan I sampai dengan kunjungan III setelah persalinan Ny. R

dapat menerima perannya sebagai ibu, hal ini terlihat dari keseharian Ny. R

yang mengurus kebutuhan bayinya dengan penuh kasih sayang. Periode

letting go adalah periode dimana ibu mulai mengambil tanggung jawab


terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan

bayi (Sulistyowati, 2009).

5. Kunjungan Neonatus

Pelaksanaan pelayanan kesehatan neonatus dilakukan 3 kali kunjungan,

yaitu pada 6-8 jam, 5 hari, dan 2 minggu 3 hari. Kunjungan neonatus

dilakukan sebanyak 3 kali yaitu KN-1 dilakukan 6-8 jam dan 3-7 hari, KN-2

dilakukan 8-28 hari (Muslihatun, 2010).

Kunjungan 6-8 jam telah dilakukan pemeriksaan, hasil pemeriksaan

berat badan 2800 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm, nadi

148 x/menit, pernapasan 50 x/menit, suhu 36,7 ºc, bayi telah BAK.

Pemeriksaan refleks fisiologis ditemukan bahwa tidak ada kelainan bayi

terhadap refleks. Pemberian ASI awal atau inisiasi menyusi dini (IMD)

telah dilakukan. Sehingga tidak ditemukan kesenjangan antara teori dan

praktek.

Pemeriksaan hari ke-5 berat badan bayi mengalami peningkatan 400

gram dari berat lahir yaitu menjadi 3.200 gram. Kehilangan berat badan

pada awal kehidupan atau permulaan, karena bayi mungkin hanya sedikit

menerima nutrien pada 3 atau 4 hari pertama kehidupan dan pada waktu

yang sama menghasilkan urin, feses, dan keringat yang cukup banyak, ia

secara progresif kehilangan berat badan sampai aliran air susu ibu atau

makanan lainnya telah tetap (Cunningham,2006). Sehingga ada kesenjangan

antara teori dan praktik.


Perawatan tali pusat bayi Ny. R berlangsung dengan baik. Ny. R tidak

pernah memberikan apapun pada pusat bayi, sehingga tidak tampak tanda-

tanda infeksi pada kunjungan ke-II ini tali pusat bayi belum lepas.

6. Keluarga Berencana (KB)

Kunjungan ke-II Antenatal Care (ANC) tanggal 06 Mei 2016, penulis

melakukan konseling alat kontrasepsi yang akan digunakan Ny. R setelah

persalinan, mengingat riwayat KB Ny. R mengeluh tambah kurus jika

menggunakan KB suntik 3 bulan maka penulis menawarkan alat

kontrasepsi jangka panjang, aman, dan gratis biaya pemasangan jika

melahirkan di RSKD. Setelah dilakukan konseling, Ny. R bersedia akan

menggunakan alat kontrasepsi IUD langsung setelah melahirkan di RSKD.

Persalinan Kala IV, keadaan umum Ny. R baik, kesadaran

composmentis, hasil pengukuruan tanda vital yaitu tekanan darah 120/70

mmHg, suhu tubuh 36,5oC, nadi 82 x/menit, pernafasan 22 x/menit, berat

badan 56 kg, dan sisa plasenta jernih sehngga memungkinkan untuk

dilakukan pemasangan KB IUD.

Tanggal 20 Mei 2015 Ny. R menjadi akseptor KB IUD CT 380 A

untuk 8 tahun masa pemakaian. Hal ini sesuai program pemerintah untuk

menjarangkan kelahiran. Berbagai usaha dibidang gerakan KB sebagai

salah satu kegiatan pokok pembangunan keluarga sejahtera telah dilakukan

baik oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat sendiri. Salah satunya


dengan mensosialisasikan metode kontrasepsi terkini yaitu IUD Post

plasenta oleh BkkbN (Kemenkes RI, 2014).

Metode IUD Post plasenta merupakan salah satu upaya untuk menekan

jumlah kelahiran dengan menurunkan unmet need dan missed oppurtunity

pada ibu pasca persalinan sehingga penggunaan alat kontraseps jangka

panjang diharapkan dapat menggurangi drop out (DO), serta dapat

berkontribusi dalam menekan laju pertumbuhan penduduk Indonesia

(Kemenkes RI, 2014).

B. Keterbatasan Pelaksanaan Asuhan

Proses pemberian asuhan kebidanan komprehensif terhadap Ny.R di temui

beberapa hambatan dan keterbatasan yang menyebabkan pelaksanaan studi

kasus tidak berjalan dengan maksimal. Keterbatasan-keterbatasan tersebut antara

lain adalah :

1. Penjaringan pasien

Menjaring pasien atau klien yang sesuai dengan persyaratan yang telah

ditetapkan oleh institusi bukanlah hal yang mudah. Penulis sempat berganti

pasien sampai akhirnya bertemu Ny. R dan keluarga yang bersedia menjadi

pasien studi kasus ini.

2. Waktu yang terbatas

Melaksanakan asuhan yang berkesinambungan untuk mencapai hal

yang maksimal tentunya membutuhkan waktu yang panjang. Waktu


pelaksanaan asuhan kebidanan komprehensif yang bersamaan dengan

kegiatan PK III, Ujian Tindakan PK III, PKL II, Try Out Ujian Kompetensi

terkadang menyebabkan kesulitan bagi penulis untuk mengatur waktu.

Waktu yang tersedia untuk pelaksanaan asuhan terkadang terbatas, sehingga

menyebabkan kurang maksimalnya asuhan yang diberikan.

3. Keterampilan

Kurangnya keterampilan penulis ketika memberikan asuhan kebidanan

komprehensif kepada klien sehingga ketika memberikan intervensi masih

banyak asuhan yang dibantu oleh dosen pembimbing.

4. Ilmu pengetahuan

Berfikir analisis penulis masih kurang luas, sehingga saat lmeberikan

asuhan tidak jarang dosen pembimbing selalu mengingatkan intervensi yang

tepat untuk diberikan kepada klien.


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengkajian dan asuhan kebidanan komprehensif pada Ny.

R G3P2002 Usia 35 Minggu 4 hari dengan Ketidaksesuaian Antara Usia Kehamilan

dengan Tinggi Fundus Uteri Di Wilayah Kerja Puskesmas Batu Ampar Kota

Balikpapan, dapat diambil kesimpulan bahwa penulis:

1. Melakukan asuhan kebidanan kehamilan secara komprehensif. Kehamilan

termasuk beresiko karena usia kehamilan klien tidak sesuai dengan tinggi

fundus uteri yang ditakutkan akan melahirkan bayi baru lahir rendah (BBLR).

Penulis telah melakukan asuhan komprehensif hingga akhir kehamilan

hasilnya tinggi fundus uteri klien dapat bertambah, sehingga taksiran berat

janin bisa mencapai normal.

2. Melakukan asuhan kebidanan persalinan pada klien pada tanggal 20 Mei

2016 dengan ketuban pecah dini sehingga dilakukan induksi persalinan untuk

mempercepat proses persalinan agar tidak meningkatkan morbiditas dan

mortalitas pada ibu dan bayi.

3. Melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada By. Ny. R telah

dilaksanakan sesuai teori dengan melakukan pendekatan menggunakan

manajemen kebidanan 7 langkah varney dalam pendokumentasian SOAP.

Bayi baru lahir Ny. R lahir spontan segera menangis dan tidak ada kelainan

kongenital.
4. Melakukan asuhan kebidanan selama masa nifas, tidak ditemukan tanda-tanda

infeksi masa nifas. Hal ini disebabkan Ny. R senantiasa menjaga personal

hygiene, dan tidak ada pantangan makanan serta mengkonsumsi makanan

yang mengandung gizi seimbang.

5. Melakukan asuhan kebidanan pada neonatus secara komprehensif. Asuhan

kebidanan pada neonatus Ny. R telah dilaksanakan sesuai teori. Neonatus Ny.

R mengalami kenaikan berat badan pada satu minggu setelah kelahiran, dari

2800 gram menjadi 3200 gram. Kondisi ini disebabkan karena Ny. R sangat

rutin menyusui bayinya, sehingga asupan nutrisi yang diterima neonatus

sangat baik. Neonatus Ny. R juga tidak memiliki kelainan dan tidak memiliki

tanda-tanda infeksi.

6. Melakukan asuhan kebidanan pelayanan keluraga berencana secara

komprehensif. Ny. R telah menjadi akseptor KB IUD CT 380 A untuk 8

tahun masa pemakaian pada saat inpartu post plasenta tanggal 20 Mei 2016

B. Saran

1. Bagi Pihak Rumah Sakit

Diharapkan bimbingan dan asuhan yang diberikan sesuai dengan

standar asuhan kebidanan yang ada sehingga asuhan kebidanan yang

diberikan tepat, bermutu dan memuaskan klien.


2. Bagi institusi Poltekkes Kaltim Prodi D-III Kebidanan Balikpapan

Agar terus memperbaharui keterampilan yang akan diajarkan dan

selalu mengikuti perkembangan ilmu kebidanan terkini, sehingga mampu

meningkatkan profesionalitas kinerja mahasiswa kebidanan nantinya setelah

terjun dimasyarakat. Selain itu, lebih menyamakan presepsi dalam

pencapaian target asuhan yang ditetapkan.

3. Bagi Penulis

Agar selalu memaksimalkan diri dalam mengaplikasikan ilmu yang

diperoleh dalam perkuliahan serta dapat mengembangkan pola pikir ilmiah

dan melaksanakan asuhan kebidanan komprehensif melalui pendidikan dan

pencegahan, serta mendapat pengalaman secara nyata di lapangan agar dapat

memberikan pelayanan kebidanan yang lebih efektif dan lebih meningkatkan

mutu pelayanan kebidanan yang diselenggarakan.

4. Bagi Klien

Agar lebih memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menanyakan dan

berbagi pengalaman terutaman tentang masalah yang berkaitan dengan

kesehatan baik dirinya maupun anggota keluarga untuk menambah

pengetahuannya.

Anda mungkin juga menyukai