Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH

PROBLEM SOLVING CYCLE PADA KAWASAN INFORMAL PASAR


SEGIRI SAMARINDA
Mata Kuliah: Perencanaan Program Kesehatan Berbasis kawasan industri
Dosen Pengampu Mata Kuliah: Dina Lusiana S, S.KM, M.Kes

Disusun Oleh
Kelompok 6:
Dina Khatijah Saputri (1711015061)
Aghnia Shabrina (1811015001)
Gita Nurhikma (1811015027)
Diana Sartika (1811015028)
Korin Violita Astuti (1811015032)
Atthiyah Hanifah Nabilah Syadza (1811015034)
Repta Zulfani Atika Nur (1811015048)
Silvia Asyera Kadang (1811015051)
Indah Ariyani (1811015057)
Fikri Thifal Bagus Saputra (1811015059)
Mega Triyamanda (1811015068)

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR ............................................................................................. iii
BAB 1 ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................. 3
1.3 Rumusan Masalah ........................................................................................... 3
BAB 2 ...................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 4
2.1. Pengertian Kawasan Industri........................................................................... 4
2.2 Jenis Industri ................................................................................................... 7
2.3 Tujuan Pembangunan Kawasan Industri .......................................................... 8
2.4 Dampak industry bagi kesehatan ...................................................................... 9
2.5 Kawasan Industri Pasar .................................................................................... 9
BAB 3 .................................................................................................................... 13
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 13
3.1 Analisis Situasi .............................................................................................. 13
3.2 Identifikasi Masalah ...................................................................................... 13
3.3 Prioritas Masalah ........................................................................................... 15
3.4 Tujuan ........................................................................................................... 17
3.5 Alternatif Pemecahan Masalah....................................................................... 17
3.6 Rencana operasional ...................................................................................... 18
3.7 Pelaksanaan ................................................................................................... 22
3.8 Monitoring dan Controling ............................................................................ 24
3.9 Evaluasi ......................................................................................................... 26
BAB IV .................................................................................................................. 27
PENUTUP .............................................................................................................. 27
4.1 Kesimpulan ................................................................................................... 27
4.2 Saran ............................................................................................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 29

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah memberikan
rahmat dan Karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “Makalah Problem Solving Cycle pada Kawasan
Informal Pasar Segiri Samarinda” yang disusun untuk untuk memenuhi tugas
mata kuliah Perencanaan Program Kesehatan Berbasis kawasan industri ini tepat
pada waktunya.
Makalah ini disusun sebagai bentuk proses belajar mengembangkan
kemampuan Mahasiswa. Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kami mengharap kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak agar bisa menjadi bekal dalam
pembuatan makalah kami di kemudian hari dengan lebih baik lagi. Kami berharap
semoga dengan selesainya makalah ini, dapat bermanfaat bagi pembaca dan
teman-teman, khususnya dalam memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan
tentang ” Makalah Problem Solving Cycle pada Kawasan Informal Pasar
Segiri Samarinda”
Atas perhatian dan kerja sama teman-teman beserta para pembimbing
kami ucapkan terima kasih.

Samarinda, 10 November 2020

Penyusun

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri adalah suatu bidang atau kegiatan ekonomi yang berkaitan
dengan pengolahan bahan baku atau pembuatan barang jadi di pabrik dengan
menggunakan keterampilan dan tenaga kerja dan penggunaan alat-alat di
bidang pengolahan hasil bumi, dan distribusinya sebagai kegiatan utama.
Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha-
usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi,
yaitu sesudah pertanian, perkebunan, dan pertambangan yang berhubungan
erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang
merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik. Industri merupakan bagian
dari proses produksi dan kegiatan proses produksi dalam industri itu disebut
dengan perindustrian.
Industri dapat juga diartikan kumpulan berbagai perusahaan yang
menawarkan produk yang sama. Dengan kata lain, masing-masing produk
saling mensubstitusi satu sama lain karena perusahaan menggunakan input
yang sama dan menghadapi lebih kurang sekelompok pemasok dan pembeli
yang sama juga.
Bidang industri dibedakan menjadi dua, yaitu industri barang dan
industri jasa. Industri barang merupakan usaha mengolah bahan mentah
menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Kegiatan industri ini
menghasilkan berbagai jenis barang, seperti pakaian, sepatu, mobil, sepeda
motor, pupuk, dan obat-obatan. Sementara itu, industri jasa merupakan
kegiatan ekonomi yang dengan cara memberikan pelayanan jasa. Contohnya,
jasa transportasi seperti angkutan bus, kereta api, penerbangan, dan pelayaran.
Perusahaan jasa ada juga yang membantu proses produksi. Contohnya, jasa
bank dan pergudangan. Pelayanan jasa ada yang langsung ditujukan kepada
para konsumen. Contohnya asuransi, kesehatan, penjahit, pengacara, salon
kecantikan, dan tukang cukur.

1
Pasar Segiri berada di Jalan Pahlawan Kecamatan Samarinda Ulu.
Merupakan Unit Pelakasana Teknis Dinas (UPTD) Dinas Pasar Kota
Samarinda. Pasar Segiri sebagai pasar induk yang melakukan aktifitas
bongkar muat paling ramai di kota Samarinda. aktivitasnya sudah dimulai
dini hari sampai malam. Pasar Segiri mendatangkan sayur-sayuran, buah-
buahan, ikan, ayam dan kebutuhan lainnya dari beberapa daerah seperti
Sulawesi Selatan, Surabaya dan Mamuju bahkan sampa Thailand. Pasar yang
dulunya dikenal sangat kumuh ini, perlahan mulai berbenah. hampir tidak ada
lagi ruas jalan pasar yang rusak. sehingga kawasan pasar ini sedikit lebih
bersih dari sebelumnya.Pasar Segiri saat ini sedang melakukan pembangunan
dan revitalisasi pasar.
Pertama kali menuju pasar Segiri, yang awalnya merupakan pasar
tradisionil, namun setelah dibangun, konsepnya diubah ke arah pasar modern.
Kenyataannya, perubahan ini tak mudah, karena budaya masyarakatnya masih
tetap seperti saat masih menjadi pasar tradisionil. Lorong becek di Pasar
Segiri, dan sepeda motor yang diparkir di depan kios. Yang membedakan
pasar ini dengan pasar-pasar di Jakarta dan di kampung saya, lorong-
lorongnya cukup lebar, namun bece, dan sepeda motor berlalu lalang. Yang
membuatku tertarik, adalah pemandangan para penjual memarkir sepeda
motornya secara sembarangan di depan kios masing-masing.
Pasar Segiri bertingkat dua, masih dalam pembangunan. Saat naik ke
tingkat dua, masih banyak kios yang tutup, namun telah ada Teras BRI, juga
Mandiri Mitra Usaha, dan unit Pegadaian. Saat keluar dari pasar Segiri dan
belok kanan, ada unit BRI Segiri yang cukup besar. Yang cukup bisa
menghilangkan haus dengan dagangannya yang reprsentatif. Jumlah kios
yang sangat benyak ternyata tidak dapat memenuhi sebagian penjual di kota
Samarinda. Terbukti dengan digunakannya trotoar bahkan hingga pinggir
jalan moil sebagai lokasi jualan. Beberapa ibu ibu yang berbelanja di lokasi
ini. sebagian pedagang juga lebih suka berjualan di trotoar karena menurut
mereka tidak becek dan bau seperti di dalem dan juga terang, jadi misalkan
ada sayuran yang busuk keliatan bususk, dan kalo matang keliatan matang.

2
Tidak jauh dibelakng pasar. Tampak anak sungai mahakam yang lumayan
kotor dan tepinya dipenuhi oleh rumah semipermanen. Katanya inilah yg
disebut kampung Segiri. Mungkinkesempatan berikutnya penulis akan
mengunjungi dan bercakap dengan penghuni kampung ini yang mayoritas
adalah pendatang (jawa, sumatra, sulawesi).
1.2 Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian dan tujuan kawasan industri
2. Dapat mengetahui jenis jenis kawasan industri
3. Dapat mengetahui kawasan industri pasar
4. Dapat mengetahui dan Memahami tahapan Problem Solving Cycle pada
Kawasan Informal Pasar Segiri Samarinda
5. Dapat mengetahui program kesehatan yang dapat dilaksanakan pada Pasar
Segiri berdasarkan tahapan Problem Solving Cycle

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dan tujuan kawasan industri ?
2. Apa saja jenis jenis kawasan industri ?
3. Bagaimana Kawasan industri pasar ?
4. Apa dampak kawasan industri bagi kesehatan ?
5. Bagaimana tahapan Problem Solving Cycle pada Kawasan Informal Pasar
Segiri Samarinda?

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Kawasan Industri


Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan
rancang bangun dan perekayasaan industry.
Kawasan Industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang disediakan dan dikelola
oleh perusahaan kawasan industri. Hal ini berbeda dengan Zona Industri yang
juga merupakan pemusatan industri tetapi tanpa dilengkapi dengan prasarana
dan sarana yang memadai.
Pada tahun 1876 kawasan industri dikembangkan di Inggris yaitu
Trafford Park Estates, dengan luas sekitar 500 Ha yang merupakan kawasan
industri terluas sampai pada tahun 1950-an. Pada awal abad 20, kawasan
industri di Amerika Serikat dikembangkan di kota Chicago yaitu antara lain
Central Manufacturing District dibangun pada tahun 1902 dengan luas 105
Ha, The Clearing Industrial District yang dibangun pada tahun 1909 seluas
215 Ha, dan The Pershing Road District dibangun tahun 1910 dengan luas 40
Ha.
Pada tahun 1970- an, konsep Business Park dikembangkan dimana
dalam suatu kawasan tertampung berbagai kegiatan seperti perkantoran dan
industri yang ditunjang oleh kegiatan perdagangan dan rekreasi. Kemudian
baru pada tahun 1980-an kawasan perumahan juga dimasukan dalam kawasan
Business Park.
Di Indonesia, pada awalnya kawasan industri hanya dikembangkan
oleh pemerintah melalui BUMN sebagai reaksi terhadap meningkatnya
jumlah industri dengan dampak polusi lingkungan yang diakibatkannya,
keterbatasan infrastruktur, dan masalah perkembangan kawasan permukiman
yang berdekatan dengan lokasi industri. Namun seiring dengan meningkatnya

4
investasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, maka pemerintah
melalui Keppres No. 53 tanggal 27 Oktober tahun 1989 mengijinkan usaha
kawasan industri dikembangkan oleh pihak swasta.
Sedangkan di Indonesia, kawasan industri baru dikembangkan pada
awal tahun 1970-an sebagai suatu usaha untuk memenuhi kegiatan
penanaman modal baik dari dalam maupun dari luar negeri. Pada awalnya
Pemerintah mengembangkan kawasan industri melalui Badan Usaha Milik
Negara (BUMN).1 Pada tahun 1973 pemerintah memulai pembangunan
kawasan industri yang pertama yaitu Jakarta Industrial Estate Pulo Gadung
(JIEP) dan kemudian disusul oleh Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER)
pada tahun 1974. Kawasan industri (KI) lainnya yang dikembangkan oleh
pemerintah adalah KI Cilacap (1974), KI Medan (1975), KI Makasar (1978),
KI Cirebon (1984) dan KI Lampung (1986).
PT. Kawasan Berikat Nusantara mengembangkan Kawasan Berikat
atau Bonded Zone dengan tujuan untuk meningkatkan ekspor non migas.
Kawasan Berikat merupakan suatu kawasan industri khusus dimana untuk
melancarkan arus barang ekspor semua kegiatan kepabean 1 Berdasarkan
Permendagri No. 5 Tahun 1974 diatur bahwa yang dapat diberikan lahan
untuk usaha kawasan industri adalah badan hukum yang seluruh modalnya
berasal dari Pemerintah. Untuk barang ekspor dilakukan pada kawasan
tersebut dan bahan baku untuk ekspor mendapat fasilitas bebas Bea Masuk.
Seiring dengan perkembangan investasi yang terus meningkat,
kemudian pihak swasta baru dilibatkan dalam usaha kawasan industri melalui
Keppres No. 53 tahun 1989 dimana diatur bahwa usaha kawasan industri
dapat dilaksanakan oleh pihak swasta domestik maupun asing dengan atau
tanpa partisipasi BUMN. Sejak pihak swasta diperbolehkan mengembangkan
kawasan industri, maka pertumbuhan kawasan industri bertumbuh dengan
pesat sekali. Sampai pada tahun 1994 misalnya, jumlah kawasan industri yang
tercatat di Himpunan Kawasan Industri (HKI) adalah sebanyak 146 lokasi
dengan total luas lahan sebesar 42.019 Ha yang sebagian besar tersebar di
propinsi Jawa Barat (21.289 Ha) dan kota Jakarta (3.064 Ha)

5
Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri
yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana penunjang yang dikembangkan
dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri. Kawasan Industri dalam
definisi tersebut merupakan tempat berlangsungnya kegiatan industri yang
dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan industri yang telah
memiliki izin usaha kawasan industri.
Menurut National Industrial Zoning Committee’s (USA) 1967 , yang
dimaksud dengan kawasan industri atau Industrial Estate atau sering disebut
dengan Industrial Park adalah suatu kawasan industri di atas tanah yang
cukup luas, yang secara administratif dikontrol oleh seseorang atau sebuah
lembaga yang cocok untuk kegiatan industri, karena lokasinya, topografinya,
zoning yang tepat, ketersediaan semua infrastrukturnya (utilitas), dan
kemudahan aksesibilitas transportasi. Menurut Industrial Development
Handbook dari ULI (The Urban Land Institute), Washington DC (1975) ,
kawasan industri adalah suatu daerah atau kawasan yang biasanya didominasi
Himpunan Peraturan Perundang-undangan Republik Indonesia, Perindustrian
(Bandung, Fokusmedia: 2014), oleh aktivitas industri.
Kawasan industri biasanya mempunyai fasilitas kombinasi yang
terdiri atas peralatan-peralatan pabrik (industrial plants), penelitian dan
laboratorium untuk pengembangan, bangunan perkantoran, bank, serta
prasarana lainnya seperti fasilitas sosial dan umum yang mencakup
perkantoran, perumahan, sekolah, tempat ibadah, ruang terbuka dan lainnya.
Istilah kawasan industri di Indonesia masih relatif baru. Istilah tersebut
digunakan untuk mengungkapkan suatu pengertian tempat pemusatan
kelompok perusahaan industri dalam suatu areal tersendiri. Kawasan industri
dimaksudkan sebagai padanan atas industrial estates. Sebelumnya,
pengelompokan industri demikian disebut lingkungan industri‖. Menurut
Marsudi Djojodipuro , kawasan industri (industrial estate) merupakan
sebidang tanah seluas beberapa ratus hektar yang telah dibagi dalam kavling
dengan luas yang berbeda sesuai dengan keinginan yang diharapkan
pengusaha. Daerah tersebut minimal dilengkapi dengan jalan antar kavling,

6
saluran pembuangan limbah dan gardu listrik yang cukup besar untuk
menampung kebutuhan pengusaha yang diharapkan akan berlokasi di tempat
tersebut.
Kawasan industri menurut PP 24 Tahun 2009 adalah kawasan tempat
pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan kawasan
industry yang telah memiliki izin usaha kawasan industri.

2.2 Jenis Industri


Industri di Indonesia dapat digolongkan dalam beberapa kelompok. Untuk
mengetahui macam-macam industri dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang. Pertama, pengelompokan industri yang dilakukan oleh Departemen
Perindustrian (DP). Menurut DP, industri nasional di Indonesia dapat
dikelompokan kedalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Industri Dasar, yang meliputi kelompok Industri Mesin dan Logam Dasar
(IMLD) dan kelompok Industri Kimia Dasar (IKD). Yang termasuk
dalam IMLD, yaitu: industri mesin pertanian, elektronika, kereta api,
pesawat terbang, kendaraan bermotor, besi baja, aluminium, tembaga dan
sebagainya. Sedangkan yang termasuk dalam IKD, yaitu: industri
pengolahan kayu dan karet alam, industri pestisida, industri pupuk,
industri semen, industri batubara, industri silikat, dan sebagainya.
b. Industri Kecil, yang meliputi, yaitu: industri pangan (makanan, minuman,
tembakau), industri sandang dan kulit (tekstil, pakaian jadi, serta barang
dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan (industri kertas,
percetakan, penerbitan, barang-barang karet, plastic dan lain-lain),
industri galian bukan logam, dan industri logam (mesin-mesin listrik,
alat-alat ilmu pengetahuan, barang dari logam, dan sebagainya).
c. Industri Hilir, yaitu kelompok Aneka Industri (AI) yang meliputi, yaitu:
industri yang mengelolah sumber daya hutan, industri yang mengelolah
hasil pertambangan, industri yang mengelolah sumber daya pertanian
secara luas, dan lain-lain.

7
Kedua, berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, industri dibagi
menjadi beberapa jenis, yaitu:
1) Industri rumah tangga jumlah pekerjanya 1-4 orang.
2) Industri kecil jumlah pekerjanya 5-19 orang.
3) Industri menengah jumlah pekerjanya 20-99 orang.
4) Industri besar jumlah pekerjanya 100 orang atau lebih.

2.3 Tujuan Pembangunan Kawasan Industri


Tujuan pembangunan kawasan industri secara tegas dapat disimak di
dalam Keppers Nomor 41 Tahun 1996 tentang kawasan industri pada pasal 2
yang menyatakan pembangunan kawasn industri bertujuan untuk:
a. Mempercepat pertumbuhan industri di daerah
b. Memberikan kemudahan bagi kegiatan industri
c. Mendorong kegiatan industri untuk berlokasi di kawasan industri
d. Meningkatkan upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan
Sedangkan, menurut Tim Koordinasi Kawasan Industri Departemen
Perindustrian RI, tujuan utama pembangunan dan pengusahaan kawasan
industri (industrial estate) adalah untuk memberikan kemudahan bagi para
investor sektor industri untuk memperoleh lahan industri dalam melakukan
pembangunan industri. Pembangunan kawasan industri dimaksudkan sebagai
sarana upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang lebih baik
melalui penyediaan lokasi industri yang telah siap pakai yang didukung oleh
fasilitas dan prasarana yang lengkap dan berorientasi pada kemudahan untuk
mengatasi masalah pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh
limbah industry.
Tujuan dibangunnya kawasan industri adalah sebagai berikut (PP
Nomor 24 tahun 2009) : mengendalikan pemanfaatan ruang, meningkatkan
upaya pembangunan industri yang berwawasan lingkungan, mempercepat
pertumbuhan industri di daerah, meningkatkan daya saing industri,
meningkatkan daya saing investasi dan memberikan kepastian lokasi dalam
perencanaan dan pembangunan infrastruktur, yang terkoordinasi antar sektor.

8
2.4 Dampak industry bagi kesehatan
Berdirinya Industri tentu membawa dampak, baik itu bagi
lingkungan hidup mapun lingkungan sosial. Beberapa Dampak tersebut
diantaranya seperti mengurangi tingkat pengangguran, meningkatkan
kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan industri dan lain
sebagainya Dengan adanya industri dampak positif yang terjadi yaitu akan
terbuka lapangan kerja baru, fasilitas kesehatan yang lebih baik tingkat
pendapatan yang meningkat dan kepemilikan fasilitas hidup yang lebih baik.
Namun, industri dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan
hidup seperti pencemaran air dan polusi udara yang berasal dari hasil
buangan dan limbah kegiatan industri. Dampak negatif dari lingkungan hidup
membawa pengaruh terhadap kesehatan, dengan terjadinya kerusakan dan
penurunan kualitas lingkungan maka akan berpotensi menjadi sumber
penyakit.

2.5 Kawasan Industri Pasar


Pasar merupakan salah satu bentuk dari industri kecil. Pada mulanya
banyak yang mendefiniskan pasar sebagai tempat bertemunya pembeli dan
penjual untuk mempertukarkan barang-barang mereka. Namun pengerian
terseut tidaklah sepenuhnya benar karena seiring kemajuan teknologi pembeli
dan penjual dapat tidak bertemu secara langsung. Menurut Kotler 1996
menyatakan bahwa pasar terdiri dari semua pelanggan potensial yang
memiliki kebutuhan atau keinginan tertentu yang mungkin bersedia dan
mampu melibatkan diri dalam suatu pertukaran guna memuaskan kebutuhan
atau keinginan tersebut.
Pada kawasan industri pasar kali ini, akan membahas kawasan
industry pasar tradisional.menurut Perpres No. 112 tahun 2007, pasar
tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah,
pemerintah daerah, swasta, BUMN dan badan usaha milik daerah termasuk
kerjasama dengan swasta dan tempat usaha berupa took, kios dan tenda yang
dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat

9
atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual
beli barang dagangan melalui tawar menawar.
Pedagang di pasar tradisional ini kebanyakan menjual kebutuhan
sehari-hari seperti bahan makanan, ikan, sayur, telur, daging, kain, pakaian
hingga barang elektronik. Tak banyak juga terdapat jasa dan lain lain. Selain
itu ada pula menjual kue dan sebagainya. Pasar seperti ini masih banyak di
temukan di Indonesia dan umumnya terletak dekat kawasan masyarakat agar
memudahkan masyarakat untuk pergi ke pasar.
Pada masyarakat kita, terutama masyarakat yang tergolong pada
masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah, keberadaan pasar
tradisional merupakan suatu tuntutan bagi mereka serta keberadaan dan
eksistensi pasar-pasar tradisional itu sendiri masih sangat penting, masih
banyak masyarakat kita yang tergantung dengan keberadaan pasar-pasar
tradisional dalam hal sebagai tempat untuk bertransaksi jual beli maupun
untuk saling berinteraksi antar masyarakat, karena fungsi pasar di sini,
khususnya bagi pasar tradisional, bukan hanya sekedar tempat arena jual beli
semata melainkan juga sebagai tempat untuk saling berinteraksi antar
masyarakat terutama bagi penjual dan konsumennya.
Keberadaan pasar tradisional masih banyak diminati oleh masyarakat
kita, hal ini disebabkan barang dagangan yang diperdagangkan di pasarpasar
tradisional memiliki harga jual yang cukup murah, sehingga dapat dijangkau
oleh setiap lapisan masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah serta
kualitas dari barang tersebut juga tidak kalah dengan barang-barang yang
dijual di pusatpusat perkulakan atau pasar-pasar swalayan, komoditi/ barang
yang diperdagangkan oleh pusatpusat perkulakan maupun pasar-pasar
swalayan adalah barang komoditi yang diperdagangkan juga di pasar-pasar
tradisional bahkan ada pula pasar-pasar swalayan yang mendapatkan
komoditinya dari produsen yang sama, namun bedanya terletak dalam hal
penyajiannya pada konsumen.
Pasar sebagai sarana umum temu transaksi antara penjual dan pembeli
barang serta jasa, tempat transaksi ini umumnya menempati lokasilokasi yang

10
strategis dekat dengan pemukiman, di simpang jalan, di pusat keramaian dan
sebagainya. Pasar juga mengalami perkembangan menjadi pusat tukar
menukar informasi, pusat kerumunan penjaja barang dan jasa serta
pengangguran bahkan dapat berkembang menjadi perumahan. Tak jarang,
bekas lokasi pasar yang mentradisi ini, lama kelamaan menjadi sasaran para
pendatang, kemudian tumbuh menjadi pusat pemukiman ramai.
Keadaan pasar berdasarkan bangunan, pasar tradisional rata-rata
memiliki konisi fisik bangunan yang sudah tua karena umur. Keadaan ini
berpengaruh pada keamanan dan kenyamanan termasuk risiko kebakaran
sehingga perlu pengaturan yang lebih baik untuk menjaga
keberlangsungannya.banyak pasar tradisional yang terbakar karena adanya
konsleting listrik maupun perilaku pedagang yang tidak patuh seperti
merokok dan sebagainya. Untuk tata letak, pasar tradisional relative kotorr
dan tiak tertata. Karena pasar tradisional menyediakan dan menjual bahan
mentah secara terbuka dan sebagian dibuang sebagai sampah, maka hal
tersebut menyebabkan kotor dan bau. Untuk sirkulasi udara sendiri pasar
tradisional yang semrawut sering mengakibatkan pembeli merasa gerah dan
tidak nyaman lorong-lorong pada pasar tradisional sempit dan dipenuhi
dengan barang dagangan sehingga terdapat risiko criminal bagi para
pengunjung pasar tradisional yang berdesakan. Hal ini terjadi karena
pedagang menggunakan tempat berjualan sekaligus sebagai gudang sehingga
terkesan oenuh dan berisiko kerugian besar jika terjadi kebakaran.
Masalah keamanan dan kenyamanan pasar tradisional dianggap
kurang dalam hal keamanan dan kenyaman. Kondisi keamanan kurang karena
tidak adanya tenaga keamann yang menjaga psar traisioanal, sedangkan
kondisi kurang nyaman diakibatkan oleh kurangnya pencahayaan dn sirkulasi
udara. Pasar tradisional juga terjkadang kurangdalam fasilitas seperti toilet,
tempat beribadah dan tidak da tempat untuk berisitriahat bagi pengunjung,
maupun ruang laktasi bagi ibu hamil.
Kendati demikian walaupun dengan banyak kekurangan yang telah
dibahas diatas, sebenarnya pasar tradisional masih mempunyai beberapa

11
unggulan pertama adalah adanya kesempatan tawar menawar, dengan adanya
tawar menawar ini membuat penjual dengan pembei saling bertegur sapa.
Adanya sentuhan humanis, sehingga mempunyai kedekatan personal maupun
emosional. Terkadang antara penjaul dan pembeli saling mengenal baik
bahkan mengenal keluarga msing-masing dan saling mengundang jika
mempunyai acara.

12
BAB 3
PEMBAHASAN
3.1 Analisis Situasi

Pasar Segiri merupakan pasar tradisional yang terletak di jantung Kota


Samarinda dan merupakan salah satu pasar terbesar yang berpengaruh bagi
denyut perekonomian. Berdasarkan pengamatan kelompok, Pasar Segiri masih
terkesan kotor, kumuh dengan aroma yang tidak nyaman yang berasal dari
sampah dan limbah. Dalam lingkungan pasar terlihat padat dengan pedagang
baik yangmempunyai petak-petak tempat berjualan maupun yang tidak
sehingga menambah kesan tidakteratur. Masih banyak terlihat sampah yang
menumpuk dan berserakan dimana-mana. Dalam lingkungan pasar Segiri telah
tersedia TPS yang setiap harinya diangkut petugas Dinas Kebersihan.
Selain itu, pasar segiri ini terletak sangat dekat dengan sungai karang
mumus. Bahkan terdapat beberapa titik lokasi pasar yang bertatapan langsung
dengan sungai karangmumus. Pada bantaran sungai karangmumus dan dekat
dengan lokasi pasar segiri, terdapat pemukiman warga yang menetap disana.
Berdasarkan penelitian Rahayu, dkk (2013) luas keseluruhan Pasar
SegiriSamarinda selain yang digunakan untuk keperluan perkantoran dinas
pasar adalah seluas 2945 m2 yang terdiri dari total luas 333 los yang ada di
Pasar SegiriSamarinda dengan luas 2342 m2 danbeberapa los tidak resmi yang
ada di Pasar SegiriSamarinda dengan luas 603 m2 . Los tidak resmi ini berada
di sekitar los resmi dan pinggir jalan di dalam pasar.

3.2 Identifikasi Masalah

Pola Sebab - Akibat


Akibat
Sebab Sebab
Masalah Sebab Tersier
Utama Sekunder
Adanya 1. Kurangnya pengetahuan
kejadian Vektor mengenai pengolahan
Man
diare pada lalat sampah yang benar.
pedagang 2. Masih tingginya pedagang

13
dan warga yang belum memahami
sekitar Pasar persepsi sakit dengan
Segiri benar.
3. Tidak menerapkan
perilaku hidup bersih dan
sehat yang dapat
mencegah penyakit diare.
4. Kurangnya pengetahuan
mengenai gejala,
penyebab, serta cara
pencegahan diare.
1. Tidak digunakannya sabun
dalam mencuci tangan
bagi pedagang
Method
2. Kurangnya sosialisasi
pada pedagang mengenai
sanitasi.
1. Kurangnya alokasi dana
untuk penyediaan air
bersih.
Money
2. Kurangnya alokasi dana
untuk penyediaan sanitasi
pasar.
1. Tempat sampah masih
menggunakan tempat
sampah terbuka.
Material 2. Kondisi toilet yang tidak
memadai, jarang
dibersihkan petugas.
3. Tempat cuci tangan

14
kurang, dan yang tersedia
kondisinya kurang
memadai dan tidak
tersedia sabun cuci tangan.
4. Air yang mengalir sering
tidak jernih/tidak bersih.
5. Sanitasi pasar yang buruk.
1. Tumpukan sampah
yang banyak
Lingkungan dihinggapi vektor
pembawa penyakit
seperti lalat.

3.3 Prioritas Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dilakukan dengan bantuan


metode diagram Ishikawa atau Fishbone, maka selanjutnya ialah prioritas
penyebab masalah dengan metode USG (Urgency, Seriousness, Growth).
No. Penyebab Masalah U S G Total
Kurangnya pengetahuan mengenai
1. hygiene dan sanitasipengelolaan 5 5 5 15
sampah.
Masih tingginya pedagang yang
2. belum memahami persepsi sakit 3 4 3 10
dengan benar.
Tidak menerapkan perilaku hidup
3. bersih dan sehat yang dapat mencegah 5 4 3 12
penyakit diare.
Kurangnya pengetahuan mengenai
4. gejala, penyebab, serta cara 4 5 3 12
pencegahan diare.

15
Tidak digunakannya sabun dalam
5. 4 3 3 10
mencuci tangan bagi pedagang
Kurangnya alokasi dana untuk
6. 5 4 4 13
penyediaan air bersih.
Kurangnya alokasi dana untuk
7. 4 4 4 12
penyediaan sanitasi pasar.
Tempat sampah masih menggunakan
8. 4 4 5 13
tempat sampah terbuka.
Kondisi toilet yang tidak memadai,
9. 4 4 3 11
jarang dibersihkan petugas.
Tempat cuci tangan kurang, dan yang
10. tersedia kondisinya kurang memadai 5 3 3 11
dan tidak tersedia sabun cuci tangan.
Air yang mengalir sering tidak
11. 5 4 5 14
jernih/tidak bersih.
12. Sanitasi pasar yang buruk. 5 4 4 13
Tumpukan sampah yang banyak
13. dihinggapi vektor pembawa penyakit 4 5 4 13
seperti lalat.

Keterangan:
Nilai 5 : Sangat Menjadi Masalah
Nilai 4 : Masalah
Nilai 3 : Sedang
Nilai 2 : Tidak Masalah
Nilai 1 : Sangat Tidak Masalah
Berdasarkan skoring prioritas masalah dengan metode USG (Urgency,
Seriousness, Growth), ditetapkan bahwa prioritas tertinggi yaitu Kurangnya
pengetahuan mengenai hygiene dan sanitasi pengelolaan sampah.

16
3.4 Tujuan
Tujuan :
Mampu melakukan identifikasi kegiatan yang dibutuhkan guna melaksanakan
penyelesaian masalah yang telah ditetapkan yaitu kurangnya pengetahuan mengenai
hygiene dan sanitasi pengelolaan sampah.
Tujuan Khusus :
1. Meningkatkan pengetahuan pedagang dan petugas kebersihan pasar tentang
hygiene dan sanitasi pengelolaan sampah
2. Meningkatkan pemahaman petugas kebersihan pasar agar mampu
mengidentifikasi jenis sampah dan cara pengelolaan sampah yang benar dan tepat
3. Untuk meningkatkan hygiene dan sanitasi lingkungan pasar
4. Untuk mewujudkan pasar yang bersih, aman, nyaman, dan sehat.

3.5 Alternatif Pemecahan Masalah

Adapun prioritas masalah yang telah ditentukan ialah kurangnya


pengetahuan pedagang mengenai hygiene dan sanitasi pengelolaan sampah.
Langkah selanjutnya yang dilakukan ialah menentukan alternatif pemecahan
masalah. Alternatif pemecahan ini diperoleh dari hasil brainstorminganggota
kelompok. Pemecahan masalah dipilih dengan metode pendekatan CARL
(Capability, Accessibility, Readiness, Leverage).
Total Nilai
No. Pemecahan Masalah C A R L Prioritas
C×A×R×L
Pembuatan media
informasi (Leaflet,
1. Poster) mengenai 4 5 5 3 300 2
hygiene dan sanitasi
pengelolaan sampah
Penyuluhan kepada
pedagang mengenai
2. 5 3 4 4 240 3
hygiene dan sanitasi
pengelolaan sampah

17
Pemberdayaan kepada
petugas kebersihan
pasar mengenai
3. 4 5 5 4 400 1
pengelolaan sampah
yang benar dalam
bentuk pelatihan.
Keterangan:
Nilai 5 : Sangat Menjadi Masalah
Nilai 4 : Masalah
Nilai 3 : Sedang
Nilai 2 : Tidak Masalah
Nilai 1 : Sangat Tidak Masalah
C = Capability yaitu ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan)
A = Accessibility yaitu kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau
tidak. Kemudahaan dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara /
teknologi serta penunjang pelaksanaan seperti peraturan atau juklak.
R = Readiness yaitu kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan
sasaran, seperti keahlian atau kemampuan dan motivasi.
L = Leverage yaitu seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang
lain dalam pemecahan masalah yang dibahas.
Berdasarkan penetapan alternatif pemecehan masalah yang telah
ditentukan, ditemukan bahwa alternatif pemecahan masalah dengan skor
tertinggi yaitu pemberdayaan kepada petugas kebersihan pasar mengenai
pengelolaan sampah yang benar dalam bentuk pelatihan, pemecahan
masalah tersebut dipilih sebagai pemecahan masalah yang akan dilaksanakan
dan dibentuk rencana tindak lanjutnya.
3.6 Rencana operasional

Berdasarkan alternatif pemecahan masalah yang telah ditentukan yaitu


pemberdayaan kepada petugas kebersihan pasar mengenai pengelolaan
sampah yang benar dalam bentuk pelatihan, langkah selanjutnya ialah
membuat rencana operasional sebagai arahan untuk melaksanakan program

18
dari alternative pemecahan masalah yang sudah ditentukan. Rencana
operasional ini kami buat menggunakan langkah strategis Plan of Action.

19
No. Kegiatan Tujuan Sasaran Target Metode Pelaksana Tempat Indikator Waktu Pelaksanaan
Analisis situasi lokasi
Mahasiswa dapat Dapat mengenal
dan perilaku pedagang,
mengenal dan dan memahami Minggu 1
1. pembeli, dan pekerja - 95% Observasi
memahami situasi situasi lokasi
lainnya di lokasi
lokasi sasaran. sasaran.
sasaran
80% Mahasiswa
Mengidentifikasi
Mahasiswa dapat dapat
permasalahan
mengidentifikasi Pengelola mengidentifikasi Minggu 1
2. berkaitan dengan 90% Wawancara
permasalahan pasar permasalahan
kesehatan yang terjadi Pasar Segiri
kesehatan yang ada kesehatan di
di pasar dan Sungai pasar.
Karang mumus
Menentukan prioritas Mahasiswa dapat 80% mahasiswa
Pengelola Teknik Minggu 1
3. masalah kesehatan di menentukan prioritas 90% Mahasiswa dapat menentukan
pasar skoring USG
lokasi sasaran masalah FKM Unmul prioritas masalah.
80% mahasiswa
Mahasiswa dapat dapat membuat
Membuat dan Teknik
menentukan Pengelola dan menentukan Minggu 1
4. menentukan alternatif 90% skoring
alternatif pemecahan pasar alternatif
pemecahan masalah CARL
masalah pemecahan
masalah
100% mahasiswa
Membuat rencana
dapat membuat
operasional program Mahasiswa dapat Petugas
rencana Minggu 1
5. kesehatan dari hasil membuat rencana kebersihan 100% Plan of Action FKM Unmul
operasional
penetapan alternatif operasional program pasar
program
pemecahan masalah
kesehatan

20
Mulai melaksanakan Mahasiswa mampu 100% mahasiswa
Petugas Sosialisasi
program. Sosialisasi melaksanakan dapat Minggu 2 (Hari 1)
6. kebersihan 100% dan tanya
mengenai pelatihan sosialisasi kepada melaksanakan
pasar jawab
petugas kebersihan sasaran sosialisasi
Melaksanakan
program
100% petugas
Pemberdayaan kepada Petugas
Petugas mengikuti Pelatihan kebersihan Minggu 2 (Hari 2)
7. petugas kebersihan kebersihan 100%
kegiatan pelatihan softskill Lapangan menghadiri
pasar mengenai pasar
Parkir Pasar kegiatan
pengelolaan sampah
Segiri Lantai 2
yang benar
100% Mahasiswa
Mahasiswa mampu mampu
melakukan Petugas melakukan
Melakukan monitoring
7. monitoring dan kebersihan 100% Observasi monitoring dan Minggu 2 (Hari 1-2)
dan controlling
controlling selama pasar controlling selama
kegiatan berlangsung kegiatan
berlangsung
100% Mahasiswa
Melakukan evaluasi
Mahasiswa mampu Mahasiswa mampu
program yang telah Minggu 2
8. melakukan evaluasi pelaksana 100% Diskusi FKM Unmul melakukan dan
dilaksanakan selama 2
program kegiatan mengikuti
hari
kegiatan evaluasi

21
3.7 Pelaksanaan
A. Langkah kegiatan
1. Persiapan
1. Melakukan penetapan susunan tim (Tim memiliki ketertarikan dan
keinginan untuk melaksanakan proses pelaksanaan tanpa ada paksaan
dari manajemen maupun peneliti.)
2. Menyusun berbagai program kerja yang dilaksanakan secara
berkesinambungan. Adapun program kerja pemberdayaan adalah 1)
upaya meningkatkan skill petugas kebersihan pasar melalui pelatihan
pengelolaan sampah yang baik dan benar, 2) peningkatan pengetahuan
pada petugas kebersihan terutama mengenai pengelolaan sampah pada
saat pelatihan.
3. Melakukan pembagian tugas kepada anggota tim dan mulai
mempersiapkan segala kebutuhan program yang akan dijalankan
(ATK, tempat, audio, agenda/rencana kegiatan, dan peralatan lainnya)
4. Melakukan koordinasi dengan para stakeholder yang akan terlibat
5. Membuat undangan kepada stakeholder yang akan terlibat dalam
intervensi masalah pengelolaan sampah
2. Pelaksanaan
1. Membuat template Plane of Action (POA) yang berupa tabel dari:
kegiatan, sasaran, target, kebutuhan, pihak yang terlibat, metode,
deskripsi metode,
2. Fasilitator memandu peserta yakni petugas kebersihan melakukan
pembuka dan pencairan suasana,
3. Fasilitator memandu peserta melakukan preview terhadap kegiatan yang
akan dilaksanakan saat ini beserta capaiannya,
4. Fasilitator memandu stakeholder yang akan memberikan materi
pelatihan kepada peserta
5. Jika jenuh atau bosan atau bahkan terjadi ketegangan, lakukanlah ice
breaking,

22
6. Fasilitator memberikan kesempatan peserta untuk bertanya terkait
materi pelatihan kepada stakeholder
7. Buatlah kesimpulan singkat dan tutup
8. Lakukan pengamatan/ monitoring dan buat laporan
9. Melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal

3. Pelaksanaan kegiatan:
a. POA dilaksanakan dengan melakukan : pembagian tugas,
penggerakan, koordinasi dan motivasi
b. Kepemimpinan memegang peran yang penting, dimana pemimpin
harus mampu menggerakkan dan mengkoordinir staf dan sumber daya
lainnya untuk mencapai target/tujuan yang telah ditetapkan dalam
perencanaan
c. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ditentukan oleh: model
kepemimpinan, interaksi pimpinan dan staf, interaksi di antara staf,
factor lingkungan (lintas sektoral dan masyarakat), peraturan dan
situasi sosial politik dan ekonomi.

23
3.8 Monitoring dan Controling

No Tahapan Ketersediaan Hambatan/ Sumber data Metode/Cara Waktu Petugas Keterangan dan
Kegiatan Sumber daya Kemajuan Monitor Upaya Perbaikan
1 Melakukan ATK, tempat, audio,
pembagian tugas agenda/rencana Daftar logistic Memeriksa check H-7 Diana
kepada anggota kegiatan, template persiapan list
tim dan mulai POA dan peralatan (alat-bahan)
mempersiapkan lainnya - -
segala
kebutuhan
program yang
akan dijalankan
2 Melakukan Surat, alat
koordinasi komunikasi, peserta - - - H-5 Dina -
dengan para
stakeholder
yang akan
terlibat
3 Membuat surat
undangan - Daftar list Memeriksa check H-1 Fikri -
kepada undangan list
stakeholder
yang akan

24
terlibat dalam
intervensi
masalah
pengelolaan
sampah
Fasilitator/trainer, Peserta yang
Pelaksanaan modul, alat tulis, hadir 10 orang Absensi Observasi Hari H Attiyah -
4 Pelatihan gambar, audiodari 20 orang Langsung
visual, peserta,
yang diundang
ruangan LCD yang
disiapkan tidak Daftar Alat Observasi Hari H Gita Tidak ada listrik
nyala Langsung
5 Pelaporan Alat Tulis, Absensi,
catatan/materi hasil catatan hasil
kegiatan, - kegiatan, - Hari H Mega -
dokumentasi dokumentasi
kegiatan, absensi kegiatan

25
3.9 Evaluasi

No Tahapan Indikator Sumber Data Target Hasil/realitas Mulai Selesai Keterangan


Kegiatan
Sebanyak 10 peserta
Kegiatan perlu di evaluasi
1 Pelaksanaan Jumlah Peserta yang Hasil Absensi 20 peserta Hanya 10 peserta Hari Minggu Hari Minggu kembali, mengapa tidak
Pelatihan pada datang yang hadir pukul pukul 15.00 dapat hadir (tidak
Petugas Kebersihan 08.00 WITA WITA memiliki waktu atau
karna hal lain)
petugas kebersihan Dapat Belum terciptanya Melakukan wawancara
2 Keberhasilan pasar agar mampu mewujudkan pasar yang mendalam kepada
pelaksanaan mengidentifikasi Observasi pasar yang bersih, aman, 3 bulan 3 bulan petugas kebersihan
kegiatan jenis sampah dan Langsung bersih, aman, nyaman, dan pasar dan juga
cara pengelolaan nyaman, dan sehat. pedagang mengapa hal
sampah yang benar sehat. ini sulit dilakukan
dan tepat

26
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kawasan industri adalah suatu tempat pemusatan kegiatan industri yang
dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang disediakan dan dikelola oleh
perusahaan kawasan industri. Tujuan pembangunan kawasan industri yaitu
memberikan kemudahaan bagi para investor sektor industri untuk
memperoleh lahan industri dalam melakukan pembangunan industri.
Jenis industri menurut Departemen Perindustrian dibagi menjadi 3 yaitu
industri dasar yang meliputi kelompok industri mesin dan logam dasar serta
kelompok industri kimia dasar. Yang kedua yaitu industri kecil yang meliputi
industri pangan, industri sandang dan kulit, industri kimia dan bahan
bangunan dan yang ketiga yaitu industri hilir yaitu kelompok aneka industri
yang meliputi industri yang mengelola sumber daya hutan, pertambangan dan
pertanian.
Menurut Perpres No. 112 tahun 2007, kawasan industri pasar yaitu
pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah,
pemerintah daerah, swasta dan BUMN namun keadaan pasar saat ini
berdasarkan bangunan rata-rata memiliki kondisi fisik bangunan yang sudah
tua. Keadaan ini berpengaruh pada keamanan dan kenyamanantermasuk
risiko kebakaran sehingga perlu pengaturan baik untuk menjaga keamanan
dan kenyamanan daerah pasar tradisional.
Berdirinya industri tentu membawa dampak baik itu lingkungan hidup
maupun lingkungan sosial. Dampak tersebut diantaranya seperti mengurangi
tingkat pengangguran, meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar
kawasan industri. Namun industri juga dapat memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan seperti pencemaran air dan polusi udara yang berasal
dari limbah buangan dan limbah kegiatan industri dan penurunan kualitas
lingkungan yang berpotensi menjadi sumber penyakit.
4.2 Saran
Dari pembahasan diatas mengenai kawasan industri pasar tradisional
sehingga diharapkan peran dari para pemegang kebijakan untuk melakukan

27
pemberdayaan kepada petugas kebersihan pasar mengenai pengelolaan
sampah yang baik dan benar sehingga di area pasar selalu bersih agar untuk
menciptakan rasa aman dan nyaman bagi para pembeli maupun pedagang.

28
DAFTAR PUSTAKA

Bojonegoro, B. C. (2010). Kesehatan Kerja ( K3 ) Di Proyek Banyu Urip. 48–62.


Gabriela Gloria R. Mangiwa, M. Furqaan Naiem, S. S. R. (2018). Pelaksanaan
Hazard Communication Bahan Kimia Pada Perusahaan Pengecatan Mobil
Kota Makassar Implementation. 1(6), 11–21.
Haworth, N., & Hughes, S. (2012). The International Labour Organization. In
Handbook Of Institutional Approaches To International Business.
Https://Doi.Org/10.4337/9781849807692.00014
Kondisi, A., Pengendalian, D. A. N., & Di, B. (2015). Analisis Kondisi Dan
Pengendalian Bahaya Di Bengkel/ Laboratorium Sekolah Menengah
Kejuruan. Jurnal Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan Uny, 20(2), 163984.
Https://Doi.Org/10.21831/Jptk.V20i2.3319
Kwanda, T., 2004. Pengembangan kawasan industri di Indonesia. DIMENSI
(Journal of Architecture and Built Environment), 28(1).
Mena, T. D., Tyas, W. P., & Budiati, R. E. (2019). Kajian Dampak Lingkungan
Industri Terhadap Kualitas Hidup Warga Sekitar. Jkm (Jurnal Kesehatan
Masyarakat) Cendekia Utama, 7(1), 156-171.
Pramudyo, A., 2014. Menjaga Eksistensi Pasar Tradisional di Yogyakarta. Jurnal
Bisnis, Manajemen, dan Akuntansi, 2(1).
Rahayu, Dwi &Sukmono, Yudi. (2013). Kajian Potensi Pemanfaatan Sampah
Organik Pasar berdasarkan Karakteristiknya (Studi Kasus Pasar Segiri Kota
Samarinda). Jurnal Sains &Teknologi Lingkungan. 5. 77-90.
10.20885/jstl.vol5.iss2.art2.
Sasanto, R. and Yusuf, M., 2010. Identifikasi Karakteristik Pasar Tradisional di
Wilayah Jakarta Selatan (Studi Kasus: Pasar Cipulir, Pasar Kebayoran
Lama, Pasar Bata Putih, dan Pasar Santa). Jurnal Planesa, 1(1).
Sembiring, S. (2010). Himpunan peraturan perundang-undangan Republik
Indonesia tentang perindustrian.
Ramdan, F., Kunci, K., Bahaya, I., Kerja, K., & Hirarc, D. (2017). Identifikasi
Bahaya Dan Penilaian Risiko Pada Divisi Boiler Menggunakan Metode
Hazard Identification Risk Assessment And Risk Control (Hirarc). Journal
Of Industrial Hygiene And Occupational Health, 1(2), 161.

29
Https://Doi.Org/10.21111/Jihoh.V1i1.752
Widodo J. Pujirahardjo. (2009). Identifikasi Penerapan Komunikasi K3 Sebagai
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja. 1–12.

30

Anda mungkin juga menyukai