Ditujukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pembiayaan dan Penganggaran Kesehatan
Dosen Pengampu: Dr. Ratno Adrianto, SKM., M.Kes
Disusun oleh :
Gita Nurhikma 1811015027
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Pembiayaan Kesehatan yang berjudul “Peran
Pemerintah dalam penanganan pembiayaan pelayanan kesehatan pada pasien COVID-19
dengan keikutsertaan BPJS Kesehatan”.
Makalah ini di buat dalam rangka memenuhi tugas dari mata kuliah Pembiayaan dan
Penganggaran Kesehatan. Penulis menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan
kekurangan, hal ini disebabkan terbatasnya kemampuan pengetahuan dan pengalaman yang
kami miliki, namun demikian banyak pula pihak yang telah membantu dengan menyediakan
sumber informasi, memberikan masukan pemikiran, oleh karena itu penulis mengharapkan
kritik dan saran demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini diwaktu yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua sebagai referensi dan untuk
menambah ilmu pembaca serta dapat dipergunakan sebagimana mestinya. Aamiin.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................. i
BAB 1......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN...................................................................................................................... 1
BAB 2......................................................................................................................................... 4
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................. 4
BAB 3....................................................................................................................................... 14
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 14
BAB 4....................................................................................................................................... 19
PENUTUP ................................................................................................................................ 19
4.2 Saran........................................................................................................................... 19
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO Kantor Negara Tiongkok menerima kabar
kasus-kasus pneumonia yang penyebabnya belum diketahui. Kasus-kasus ini terjadi di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Oleh pemerintah Tiongkok, pada tanggal 7
Januari, suatu coronavirus baru (COVID-19) berhasil diisolasi dan diidentifikasi sebagai
virus penyebabnya.
Hingga saat ini, virus Corona sudah menginfeksi hingga 210 negara, termasuk
Indonesia. WHO bahkan sudah meningkatkan status COVID-19 menjadi pandemi.
Penyebaran Virus Corona di dunia terus bertambah hingga mencapai 3,2 juta orang lebih
pasien. Lebih dari 230.000 orang meninggal dunia dan hampir 1 juta orang sembuh. Begitu
pun pula dengan Indonesia, penularan virus corona di Indonesia terkonfirmasi sejak awal
Maret 2020 dan terus bertambah. Dalam waktu sekitar satu setengah bulan, jumlah kasus
positif mencapai lebih dari 10.000 kasus. Pemerintah telah mengumumkan status Kejadian
Luar Biasa (KLB) sejak 4 Februari bahkan Menteri Kesehatan telah menerbitkan
Keputusan Menteri Kesehatan No HK.01.07/Menkes/104/2020 tentang Penetapan Infeksi
Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan
Wabah dan Upaya Penanggulangannya.
Banyaknya korban yang terinfeksi akan virus corona dan cepatnya pola penyebaran
virus di dunia terutama di Indonesia, menimbulkan keresahan bagi masyarakat Indonesia,
sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai proses pelayanan
kesehatan, khusunya pada pembiayaan perawatan pasien, karena siapa saja bisa terjangkit
1
wabah ini baik masyarakat dengan ekonomi tinggi, menengah maupun rendah. Selain itu,
adapun keluhan dari fasilitas pelayanan kesehatan dan pemerintah daerah tentang
mekanisme pembiayaannya. Ini menimbulkan masalah teknis di lapangan dan kepastian
pembiayaan untuk fasilitas kesehatan yang sedang menangani pasien COVID-19.
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas permasalahan pembiayaan kesehatan
mengenai pelayanan kesehatan yang terjadi saat ini, dengan menganalisis peran serta
pemerintah dalam penanganan pembiayaan pelayanan kesehatan pada pasien COVID-19
dengan keikutsertaan BPJS Kesehatan, karena telah tersebar informasi bahwa pemerintah
akan menanggung seluruh pembiayaan kesehatan pasien dan meminta BPJS Kesehatan
untuk ikut serta dalam membantu hal tersebut.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan pada makalah kali ini, sebagai berikut :
1. Umum
Untuk mengetahui dan memahami peran pemerintah Indonesia dalam
menghadapi pandemi Virus Corona atau COVID-19, khususnya pada penananganan
pembiayaan pelayanan kesehatan pasien COVID-19 dengan keikutsertaan BPJS
Kesehatan.
2. Khusus
a. Untuk dapat mengetahui dan memahami apa yang dimaskud dengan sistem
pembiayaan kesehatan
b. Untuk dapat mengetahui dan memahami apa itu Virus Corona
c. Untuk dapat mengetahui dan memahami apa itu BPJS Kesehatan beserta
efektifitasnya
d. Untuk dapat mengetahui dan memahami bagaimana upaya penanganan
Pemerintah dalam penanganan pembiayaan pasien COVID-19
2
e. Untuk dapat mengetahui dan memahami keikutsertaan BPJS Kesehatan dalam
membantu pemerintah menangani masalah pembiayaan pasien COVID-19.
2.4 Manfaat
Adapun manfaat adanya makalah ini, sebagai berikut :
1. Mahasiswa dan masyarakat mengetahui dan memahami apa yang dimaskud dengan
sistem pembiayaan kesehatan
2. Mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui dan memahami apa itu Virus Corona
3. Mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui dan memahami apa itu BPJS
Kesehatan beserta efektifitasnya
4. Mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui dan memahami bagaimana upaya
penanganan Pemerintah dalam penanganan pembiayaan pasien COVID-19
5. Mahasiswa dan masyarakat dapat mengetahui dan memahami keikutsertaan BPJS
Kesehatan dalam membantu pemerintah menangani masalah pembiayaan pasien
COVID-19
6. Melatih penulis dalam menggunakan ejaan dan Bahasa Indonesia yang baik dan
benar.
7. Menambah kreatifitas penulis dalam menyusun makalah ini .
8. Menambah pengetahuan atau cakrawala bagi penulis dan pembaca
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Pembiayaan dapat bersumber dari lembaga swasta atau eksternal seperti dana
hibah, BUMN dan pemerintah seperti APBN, APBD, dan lain-lain.
a. Pembiayaan kesehatan yang bersumber dari pemerintah pusat dan daerah pada
semua sektor khususnya sektor kesehatan karena danya pengeluaran pada
pelayanan kesehatan. Selain itu dana dari pemerintah juga dapat berupa
dibayarkan melalui pajak, atau kontribusi asuransi kesehatan yang baik dengan
dibayarkan oleh pekerja atau pemerintah dan atau keduanya yang dianggap
sebagai pengeluaran pemerintah dan kontribusi dalam asuransi sosial seperti
jaminan kesehatan nasional. Adapun pembiayaan yang bersumber dari
pemerintah, yaitu dari APBN, Inpres, SSBO (Subsidi Bantuan Biaya
Operasional), BOK, JMKKM, dan lain-lain. Dana yang bersumber dari
Departemen yaitu Depdagri, Depsos dan Depnaker. Dana yang bersumber BUMN
Departemen Kesehatan yaitu berupa Kimia farma, Biofarma dan Indofarma.
Selain dari APBN sumber dana kesehatan juga bersumber dari dana daerah yaitu
dari APBD.
b. Swasta atau BUMN yaitu langsung memberikan pembiayaan pelayanan kesehatan
bagi karyawan seperti klinik atau rumah sakit yang dibiayai oleh perusahaan itu
sendiri
c. Dana hibah yaitu berupa sumber eksternal seperti bantuan dari luar/donor yang
dating melalu kerjasama program bilateral atau LSM internasional
Selain itu, sumber pembiaya kesehatan ini tidak hanya ditanggung oleh
pemerintah saja, namun juga sebagian ditanggung oleh masyarakat sendiri.
Pembiayaan yang ditanggung oleh masyarakat berupa out of pocket, pengeluaran pada
perusahaan swasta atau rumah sakit swasta sehingga tdak dibiayai oleh pemerintah,
dan pengeluaran kepada penyedia pelayanan kesehatan oleh pihak asuransi kesehatan.
Adapun seperti jaminan kesehatan berupa BPJS hanya dibawah naungan pemerintah
namun sebagian ditanggung pemerintah dan sebagian ditanggung oleh masyarakat
dalam bentuk asuransi atau pembayaran BPJS.
4
Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan yaitu pendanaan
yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan baik dilakukan
sendiri maupun dilakukan oleh orang lain. Adapun Ismail (2016) mengemukakan
bahwa pada dasarnya, terdapat dua fungsi yang saling berkaitan dalam pembiayaan
yaitu:
a. Provitability, yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa
keuntungan yang diraih yang diperoleh oleh dari usaha yang dikelola bersama
nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan pembiayaan kepada
usaha-usah nasabah yang diyakini mampu dan mau mengembaikan pembiayaan
yang telah diterimanya
b. Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar
tercapai tanpa hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini
dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang, jasa yang
terjamin pengembaliannya, sehingga keuntungan yang diharapkan dapat menjadi
kenyataan.
5
Pembiayaan kesehatan memiliki 3 (tiga) konsep syarat pokok yaitu upaya
penggalian (Collecting: Sumber pembiayaan), pengalokasian (Penyebaran) , dan
pembelanjaan sumber daya keuangan (Pemanfaatan).
a. Upaya Penggalian atau Collecting: Sumber Pembiayaan
Upaya penggalian merupakan suatu proses kesehatan menerima uang baik
dari perusahaan, pemerintah, masyarakat serta Lembaga swasta dan eksternal
dalam hal ini termasuk donor. Adanya pembiayaan kesehatan karena perlunya
mendapatkan suatu dana untuk pembiayaanagar berkesinambungan dengan
pelayanan kesehatan artinya dari pengumpulan pembiayaan tersebut dikumpulkan
dari pasien yaitu dari rumah tangga maupun perusahaan dan pemerintah dan hasil
atau timbal balik yang didapatkan oleh pasien yaitu pelayanan kesehatan yang
sesuai dengan dana yang dikeluarkan. Adapun pengumpulan pendapatan dari
pemerintah yaitu berasal dari APBN dan APBD maupun dari LSM, salah satu
Badan yang berfungsi sebagai pengumpul dana yaitu BPJS. Sehingga fungsi
pembiayaan penggalian atau sumber pembiayaan agar pelayanan kesehatan
berkesinambungan. Semakin banyak orang yang berkunjung ke pelayanan
kesehatan maka pembiayaan kesehatannya baik, namun jika orang yang datang ke
pelayanan kesehatan hanya sedikit atau tidak ada lagi maka akan kesulitan dalam
mengelola pembiayaan kesehatannya karena hanya sedikit dana yang
dikumpulkan.
b. Pengalokasian atau penyebaran
Pengalokasian yaitu membatasi pembayaran oleh individu pada pelayanan
kesehatan sehingga harapannya dengan adanya upaya ini dalam fungsi
pembiayaan agar dapat mengalokasikan baiaya dengan cara yang tepat. Seperti
contoh yang dialami pada Indonesia sekarang ini yaitu COVID-19, dengan adanya
kasus ini sehingga pembiayaan kesehatan sangat diperlukan untuk membeli alat-
alat, obat, APD dan lain-lain. Sehingga semakin besar pembiayaan kesehatan yang
dibutuhkan karena dari risiko yang timbul maka membutuhkan banyak fasilitas
untuk pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, sangat diperlukan untuk
memanfaatkan dana dengan cara mengalokasikan anggaran untuk membeli
peralatan, obat, dan lain-lain guna memenuhi sarana prasarana pelayanan
kesehatan dengan membeli hal yang penting saja.
c. Pembelanjaan sumber daya keuangan (Pemanfaatan) atau Purchasing.
Purchasing merupakan sebuah upaya dimana kontribusi yang telah dikumpulkan
digunakan untuk membayar penyedia pelayanan kesehatan. Saat anggaran sudah
terkumpul dari orang yang sakit yaitu dari rumah tangga, atau dari pemerintah,
perusahaan dan lain-lain. Apabila purchasingnya sudah terkumpul sehingga dana
tersebut yang digunakan untuk proses pembelian. Pembelian yang dimaksud
dalam pembiayaan kesehatan ini tidak hanya berupa barang yaitu untuk
pemenuhan pelayanan kesehatan namun juga ada yang non barang berupa gaji
yaitu gaji tenaga medis atau tenaga kesehatan. Dalam purchasing ada dua yaitu
pertama, secara pasif seperti hanya mengikuti anggaran yang telah ditentukan
6
yaitu berdasarkan jumlah kejadian pada suatu kasus karena berdasarkan
kebutuhan. Dan kedua, secara strategik yaitu mampu memprediksi bahwa akan
terjadi kejadian-kejadian yang tidak terduga, sehingga pada saat terjadi kasus
maka dapat terpenuhi kebutuhan dalam pembelian pelayanan kesehatannya.
Sehingga pembelian strategik lebih menjadi pilihan dan merupakan metode
pembelian dan penyedia pelayanan kesehatan terbaik.
Tujuan adanya pembiayaan kesehatan yaitu digunakan secara adil, efektif dan
efisien untuk terselenggarakannya pembangunan kesehatan agar meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat.
7
pembiayaan kesehatan wajib dan sukarela, tetapi struktur politik dan tekanan eksternal
juga sangat penting dalam penentu sifat, skala, dan efektivitas pembiayaan kesehatan.
Struktur politik juga akan berperan dalam menentukan sifat dan efektivitas asuransi
kesehatan sukarela karena asuransi tersebut tergantung pada peraturan pemerintah
(The World Bank, 2006).
8
dapat menurunkan kinerja pelayanan kesehatan wilayah pedesaan dan berdampak
pada derajat kesehatan masyarakat di wilayah pedesaan tersebut. Selain itu,
penyebaran dana juga harus dialokasikan dengan baik dan sesuai jika tidak maka
akan menghambat dan menyulitkan dalam menyelenggarakan upaya kesehatan.
c. Sumber dana
Sumber dana dapat menjadi masalah pokok pembiayaan terutama jika sumber
dana yang belum jelas dari mana asalnya, apakah dari pemerintah seperti
APBN,APBD,BOK, dana hibah atau dari LSM dan lembaga swasta lainnya.
Masalah ini dapat menimbulkan masalah yaitu terhambat atau terlambatnya dana
yang akan diberikan kepada pelayanan kesehatan sehingga penyelanggaraan
upaya kesehatan yang akan diberikan kepada masyarakat juga akan terhambat
karena belum adanya kejelasan sumber dan dana.
d. Pemanfaatan dana tidak tepat
Pemanfaatan dana yang tidak tepat juga salah satu masalah pokok dalam
pembiayaan kesehatan karena walaupun penyebaran dan jumlah dana yang
diberikan baik namun tidak dimanfaatkan sesuai kebutuhan dan secara optimal
maka akan menimbulkan masalah yang akan menyulitkan pelayanan kesehatan
untuk menyelenggarakan upaya kesehatan serta menyusahkan masyarakat dalam
mendapatkan pelayanan kesehatan.
e. Pengelolaan dana belum sempurna
Jika jumlah dana yang diberikan cukup, penyebaran dan pemanfaatan dana
dilalukan dengan tepat sesuai serta pengelolaan yang baik atau sempurna pula
maka pembiayaan kesehatan tergolong baik. Namun jika pengelolaannya tidak
baik dan belum sempurna maka akan menimbulkan masalah dalam pembiayaan
kesehatan tersebut. Masalah ini dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan dan
keterampilan para pengelola dalam mengelola dana.
f. Biaya kesehatan meningkat
Adapun masalah yang akan dihadapi pada sistem pembiayaan kesehatan ialah
meningkatnya biaya kesehatan itu sendiri. Peningkatan biaya pemeliharaan
kesehatan menyulitkan akses sebagian besar masyarakat dalam memenuhi
layanan kesehatan. Banyak faktor penyebab meningkatkannya pembiayaan
kesehatan seperti tingkat inflansi, adanya kebutuhan dan permintaan, penggunaan
teknologi kesehatan yang semakin maju dan canggih, adanya perubahan pola
pelayanan dan penyakit, adanya hubungan preventif dan kuratif serta adanya
penyalahgunaan dana.
1) Tingkat Inflasi
Tingkat inflansi akan mempengaruhi biaya kesehatan yang dapat
meningkat. Karena jika terjadi kenaikan harga di masyarakat makan secara
otomaatis akan berdampak pada biaya investasi dan biaya operasional
pelayanan kesehatan yang juga akan meningkat, adapun faktor lain yang
menyebabkan inflansi pada biaya kesehatan yaitu pertambahan penduduk,
9
sosek penduduk, transmisi epidimiologi, teknologi kedokteran atau playanan,
komponen non medis dalam pelayanan dan lain-lain.
2) Tingkat Kebutuhan (Need) dan Permintaan (Demand)
Meningkatnya biaya kesehatan juga dipengaruhi oleh tingkat kebutuhan
dan permintaan masyarakat. Masalah ini disebabkan oleh dua hal yaitu
pertama, karena bertambahnya jumlah penduduk yang nmembutuhkan
pelayanan kesehatan dan meminta yankes tersebut melayani dengan baik
sehingga biaya yang disediakan cukup tinggi. Kedua, semakin meningkatnya
pengetahuan penduduk sehingga dibutuhkan pelayanan kesehatan yang baik
pula.
3) Kemajuan Ilmu Teknologi
Kemajuan teknologi sangat mempengaruhi biaya kesehatan meningkat
karena seperti yang kita ketahui pada era sekarang teknologi sangat
berkembang pesat sehingga tidak dapat diragukan lagi, pelayanan kesehatan
akan lebih banyak memanfaatkan kemajuan teknologi tersebut dengan
menggunakan peralatan yang modern dan canggih
4) Perubahan Pola Pelayanan dan Penyakit
Perubahan pola pelayanan dan penyakit juga sangat berpengaruh dengan
meningaktnya biaya kesehatan. Karena yang pertama pola pelayanan, saat ini
sebagai akibat dari perkembangan spesialisasi dan subspesialisasi
menyebabakan pelayanan kesehatan terbagi-bagi dan tidak berhubungan.
Akibatnya sering dilakukan pemeriksaan yang sama secara berulang-ulang
yang pada akhirnya akan membebani pasien. Lebih dari pada itu sebagai
akibat banyak dipergunakan para spesialis dan subspesialis menyebabkan
hari perawatan juga akan meningkat. Dan yang kedua yaitu pola penyakit,
jika dahulu banyak ditemukan berbagai penyakit yang bersifat akut, maka
pada saat ini telah banyak ditemukan berbagai penyakit yang bersifat kronis.
Dibandingkan dengan penyakit akut, perawatan berbagai penyakit kronis ini
ternyata lebih lama. Akibatnya biaya yang dikeluarkan untuk perawatan dan
penyembuhan penyakit akan lebih banyak pula.
5) Hubungan antara Preventif dan Kuratif
Meningkatnya biaya kesehatan juga dapat dipengaruhi karena adanya
masalah hubungan antara prefentif dan kuratif. Mengapa? Karena yang
pertama biaya pelayanan kedokteran atau kuratif jauh lebih tinggi daripada
biaya pelayanan kesehatan masyarakat. atau preventif. hal ini dikarenakan
banyak dana yang harus dikeluarkan untuk fasilitas kedokteran serta
pengobatan. Padahal seperti yang kita ketahui “mencehag lebih baik daripada
mengobati” dan pelayanan kuratif dipandang kurang efektif daripada
pelayanan kesehatan masyarakat karena hanya berfokus pada paradigma sakit
saja, berbeda dengan kesehatan masyarakat.
10
6) Penyalahgunaan dana asuransi kesehatan
Asuransi kesehatan merupakan salah satu mekanisme pengendalian
biaya kesehatan. Tetapi jika diterapkan secara tidak tepat sebagaimana yang
lazim ditemukan pada bentuk yang konvensional dengan sistem mengganti
biaya justru akan mendorong naiknya biaya kesehatan..
Coronavirus bersifat sensitif terhadap panas dan secara efektif dapat diinaktifkan
oleh desinfektan mengandung klorin, pelarut lipid dengan suhu 56℃ selama 30 menit,
eter, alkohol, asam perioksiasetat, detergen non-ionik, formalin, oxidizing agent dan
kloroform. Klorheksidin tidak efektif dalam menonaktifkan virus.
Virus corona terutama menginfeksi dewasa atau anak usia lebih tua, dengan gejala
klinis ringan seperti common cold dan faringitis sampai berat seperti SARS atau
MERS serta beberapa strain menyebabkan diare pada dewasa. Infeksi Coronavirus
biasanya sering terjadi pada musim dingin dan semi. Hal tersebut terkait dengan faktor
iklim dan pergerakan atau perpindahan populasi yang cenderung banyak perjalanan
atau perpindahan. Selain itu, terkait dengan karakteristik Coronavirus yang lebih
menyukai suhu dingin dan kelembaban tidak terlalu tinggi.
Semua orang secara umum rentan terinfeksi. Virus corona jenis baru dapat terjadi
pada pasien immunocompromis dan populasi normal, bergantung paparan jumlah
virus. Jika kita terpapar virus dalam jumlah besar dalam satu waktu, dapat
menimbulkan penyakit walaupun sistem imun tubuh berfungsi normal. Orang-orang
dengan sistem imun lemah seperti orang tua, wanita hamil, dan kondisi lainnya,
penyakit dapat secara progresif lebih cepat dan lebih parah. Infeksi Coronavirus
menimbulkan sistem kekebalan tubuh yang lemah terhadap virus ini lagi sehingga
dapat terjadi re-infeksi
11
2.2.2 Gejala Virus Corona
Virus Corona memiliki ciri-ciri berupa gejala umum infeksi antara lain gejala
gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-
rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID-19 yang
berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan
bahkan kematian. Tanda-tanda dan gejala klinis yang dilaporkan pada sebagian besar
kasus adalah demam, dengan beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas, dan hasil
rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luasdi kedua paru. Gejala tambahan lainnya
yaitu nyeri kepala, nyeri otot, lemas, diare dan batuk darah. Pada beberapa kondisi
dapat terjadi tanda dan gejala infeksi saluran napas akut berat (Severe Acute
Respiratory Infection-SARI). Definisi SARI yaitu infeksi saluran napas akut dengan
riwayat demam (suhu≥ 38 C) dan batuk dengan onset dalam 10 hari terakhir serta perlu
perawatan di rumah sakit. Tidak adanya demam tidak mengeksklusikan infeksi virus
Salah satu penyelenggara jaminan sosial pada bidang kesehatan yaitu BPJS Kesehatan.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan adalah badan hukum yang
dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial ini berbentuk seperti asuransi, nantinya semua warga indonesia diwajibkan
untuk mengikuti program ini. Dalam mengikuti program ini peserta BPJS di bagi menjadi
2 kelompok, yaitu untuk mayarakat yang mampu dan kelompok masyarakat yang kurang
mampu. Adanya BPJS Kesehatan ialah sebgai wujud kehadiran negara dalam menjamin
kesejahteraan rakyat. BPJS bisa menjadi solusi agar masyarakat tidak jatuh ke jurang
kemiskinan saat menghadapi masalah kesehatan.
13
BAB 3
PEMBAHASAN
Ada beberapa spekulasi awal yang SARS-CoV-2 muncul dari manipulasi buatan
manusia dari coronavirus yang ada, tetapi tidak ada bukti untuk mendukung teori semacam
itu. Bahkan, Anderson et al. menunjukkan bahwa mutasi tertentu yang ditemukan dalam
RBD SARS-CoV-2 yaitu berbedadengan apa yang telah diprediksi berdasarkan sistem
genetik yang sebelumnya digunakan.
Pada tanggal 31 Desember 2019, WHO Kantor Negara Tiongkok menerima kabar
kasus-kasus pneumonia yang penyebabnya belum diketahui. Kasus-kasus ini terjadi di
Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok. Oleh pemerintah Tiongkok, pada tanggal 7
Januari, suatu coronavirus baru (COVID-19) berhasil diisolasi dan diidentifikasi sebagai
virus penyebabnya.
Hingga saat ini, virus Corona sudah menginfeksi hingga 210 negara, termasuk
Indonesia. WHO bahkan sudah meningkatkan status COVID-19 menjadi pandemi.
Penyebaran Virus Corona di dunia telah mencapai 3,2 juta orang lebih pasien. Lebih dari
230.000 orang meninggal dunia dan hampir 1 juta orang sembuh. Di Indonesia, penularan
virus corona di Indonesia terkonfirmasi sejak awal Maret 2020 dan terus bertambah. Dalam
waktu sekitar satu setengah bulan, jumlah kasus positif mencapai lebih dari 10.000 kasus.
Pemerintah telah mengumumkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak 4 Februari
bahkan Menteri Kesehatan telah menerbitkan Keputusan Menteri Kesehatan No
HK.01.07/Menkes/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-
14
nCoV) Sebagai Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya.
Banyaknya korban yang terinfeksi akan virus corona dan cepatnya pola penyebaran
virus di dunia terutama di Indonesia, menimbulkan keresahan bagi masyarakat Indonesia,
sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai bagaimana proses
pelayanan kesehatan, khusunya pada pembiayaan perawatan pasien, karena pada kasus ini
siapa pun dapat terjangkit, baik masyarakat dengan ekonomi tinggi, menengah maupun
rendah. Selain itu, adapun keluhan dari pelayanan kesehatan dan pemerintah daerah tentang
mekanisme pembiayaannya. Ini menimbulkan masalah di lapangan dan kepastian
pembiayaan untuk fasilitas kesehatan yang sedang menangani pasien COVID-19.
Dalam hal ini, pihak pemerintah telah menyatakan bahwa akan menanggung biaya
pelayanan kesehatan pasien yang terinfeksi virus corona dan meminta pihak BPJS
Kesehatan untuk turut serta menanggung penanganan pasien virus corona.
"Terkait pembiayaan BPJS Kesehatan untuk pasien Covid-19, siapkan beban biaya
pelayanan kesehatan atas penanganan bencana wabah Covid-19," kata Jokowi.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini sedang menyiapkan aturan baru terkait dengan BPJS
Kesehatan, mengingat kenaikan iuran BPJS telah dibatalkan oleh Mahkamah Agung (MA)
beberapa waktu lalu.
Seperti diketahui, sesuai regulasi, BPJS Kesehatan dilarang menjamin pelayanan kesehatan
akibat wabah. Karena biaya ini ditanggung oleh pemerintah secara langsung. Maka itu,
aturan harus diubah.
"Dan kita tahu memerlukan landasan hukum baru setelah Mahkamah Agung membatalkan
iuran BPJS Kesehatan bagi peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran) dan peserta bukan
pekerja yang mulai berlaku 1 Januari 2020," kata Jokowi melanjutkan.
Jokowi menginginkan adanya alokasi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
(APBN) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) kepada BPJS Kesehatan
untuk ikut membantu menangani wabah corona.
15
Tak hanya itu, Jokowi juta meminta kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto
untuk segera menerapkan norma standar dan prosedur yang dibutuhkan dalam pelayanan
jaminan kesehatan pasien Covid-19.
"Baik terkait informasi fasilitas kesehatan dan biaya pelayanan, serta pendataan fasilitas
kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehata akibat Covid-19. Saya rasa itu yang
bisa saya sampaikan." katanya.
Direktur Utama BPJS Kesehatan Fachmi Idris mengatakan, sebagai lembaga yang
tugasnya pokoknya memberikan jaminan kesehatan, BPJS Kesehatan siap untuk
membiayai pasien yang terpapar covid-19.
Asalkan, kata Fachmi aspek hukumnya jelas. Karena pada peraturan sebelumnya, yang
terutang dalam Perpres No. 82/2018 Pasal 52 tentang BPJS Kesehatan, disebutkan
pelayanan kesehatan yang tidak dijamin termasuk pelayanan kesehatan akibat bencana
pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah.
"Perlu ada diskresi khusus agar Pasal 52 Huruf O bisa diterobos. Hal itu cukup dengan
Instruksi Presiden atau Perpres khusus, yang memberi kewenangan pada BPJS Kesehatan
untuk menalangi pendanaan pelayanan kesehatan untuk pasien Covid-19," kata Fachmi
seperti ulasannya yang ia tulis di CNBC Indonesia.com
Setelah itu, baru lah BPJS siap bekerja. BPJS Kesehatan akan melakukan reimburse
(penagihan) ke pemerintah, atau melalui mekanisme lainnya yang diatur secara internal
oleh pemerintah. Yang pasti, fasilitas kesehatan ada 'loket' untuk menagihkan, dalam hal
ini BPJS Kesehatan.
"Peran baru BPJS Kesehatan ini, sangat sejalan dengan arahan Presiden, bahwa dalam
situasi saat ini, semua pihak harus bergotong royong, bahu membahu dan bersatu. Semua
ini untuk Indonesia Raya," jelas Idris.
Awal mula munculnya virus corona jenis COVID-19 berawal dari pasar hewan dan
makanan laut di Kota Wuhan. Yang kemudian dilaporkan bahwa banyak pasien yang
16
menderita virus ini dan ternyata terkait dengan pasar hewan dan makanan laut tersebut.
Seperti yang kita ketahui, media penularan virus ini bukan hanya melalui hewan saja tetapi
juga manusia ke manusia. Setelah ditemukannya virus ini, banyak masyarakat kota wuhan
bahkan China yang terinfeksi dan juga menularkan masyarakat negara lain yang sedang
berkunjung ke negara tersebut ingga saat ini, virus Corona sudah menginfeksi hingga 210
negara, termasuk Indonesia. WHO bahkan sudah meningkatkan status COVID-19 menjadi
pandemi.
Penyebaran virus corona sangat cepat, dan kasus atau penderita yang terinfeksi pun
semakin meningkat dan bertambah disetiap harinya. Hal inilah yang menjadi keresahan
warga negara Indonesia apalagi negara Indonesia bukan hanya resah karena ditimpa wabah
tetapi juga meningkat dan melonjaknya inflansi atau perekonomian akibat adanya
permasalahan wabah ini sehingga banyak masyarakat yang susah untuk mendapatkan uang
demi kehidupan sehari-hari karena telah diberhentikan dari pekerjaannya. Permasalahan
itulah yang banyak menimbulkan pertanyaan dari masyarakat mengenai bagaimana proses
pelayanan kesehatan, khusunya pada pembiayaan perawatan pasien, karena pada kasus ini
siapa pun dapat terjangkit, baik masyarakat dengan ekonomi tinggi, menengah maupun
rendah. Selain itu, adapun keluhan dari pelayanan kesehatan dan pemerintah daerah tentang
mekanisme pembiayaannya.
Pada awalnya BPJS Kesehatan tidak mempunyai wewengan dalam ikut serta
menanggung biaya pasien yang positif terjangkit COVID-19 dikarena masuk ke penyakit
yang menimbulkan wabah. Hal tersebut juga tertuang dalam Peraturan Presiden No
82/2018. Pasal 52 mengatur tentang pelayanan kesehatan yang tidak dijamin program
Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan BPJS Kesehatan khusunya pada Pasal
52 Huruf O, tentang pelayanan kesehatan yang tidak dijamin yang berbunyi “Pelayanan
kesehatan akibat bencana pada masa tanggap darurat, kejadian luar biasa/wabah".
17
Berdasarkan pasal tersebut BPJS Kesehatan dilarang menjamin pelayanan kesehatan akibat
wabah. Karena biaya ini ditanggung oleh pemerintah secara langsung.
Namun wabah virus corona ini berbeda dengan bencana alam. Wabah virus ini bersifat
masif, kecepatan persebaran virus. Karena adanya pernyataan tersebut, BPJS Kesehatan
pun siap untuk ikut serta dalam membantu pemerintah dalam pembiayaan pasien COVID-
19, asalkan aspek atau regulasi hukumnya jelas. Karena pada peraturan sebelumnya, dalam
Perpres No. 82/2018 Pasal 52 tentang BPJS Kesehatan, menyatakan bahwa pelayanan
kesehatan yang tidak dijamin termasuk pelayanan kesehatan akibat bencana pada masa
tanggap darurat, kejadian luar biasa atau wabah. Berdasarkan hal tersebut, perlu adanya
diskresi khusus agar Pasal 52 Huruf O bisa diterobos. Cukup dengan Instruksi Presiden
atau Perpres khusus, yang memberi kewenangan pada BPJS Kesehatan untuk ikut
membantu membiayai pelayanan kesehatan pasien COVID-19. Adapun biaya yang
ditanggung mencakup administrasi pelayanan, akomodasi ruang rawat inap, jasa dokter,
pelayanan rawat jalan dan rawat inap, pemeriksaan penunjang diagnostik (laboratorium),
obat, alat kesehatan, bahan medis habis pakai, alat pelindung diri (APD), ambulans rujukan
hingga pemulasaran jenazah apabila pasien meninggal dunia.
Kementerian Kesehatan akan menagih klaim yang diajukan rumah sakit setiap dua
minggu sekali langsung sebesar 50%, kemudian sisanya akan diverifikasi lebih dulu oleh
BPJS untuk mempercepat proses pencairan. Selanjutnya BPJS Kesehatan juga akan
melakukan penagihan ke pemerintah, atau melalui mekanisme lainnya yang diatur secara
internal oleh pemerintah. Karena situasi wabah yang tengah terjadi saat ini pada akhirnya
akan memiliki limit waktu. Inpres dan Perpres khusus tersebut bisa saja masa berlakunya
terbatas dan dengan tujuan tertentu.
Peran serta BPJS Kesehatan ini pun sangat sejalan dengan arahan Presiden, dengan
melihat situasi saat ini, semua pihak harus saling bergotong royong, bahu membahu dan
Bersatu dalam membantu menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat virus corona
sehingga derajat kesehatan masyarakat di Indonesia dapat membaik.
18
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Virus corona adalah famili virus yang menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari
batuk pilek hingga penyakit yang lebih parah. Bukan hanya hewan saja, virus corona juga
dapat ditularkan melalui manusia ke manusia melalu droplet, sehingga proses penularan
virus ini terjadi sangat cepat.
Banyaknya korban yang terinfeksi akan virus corona dan cepatnya pola penyebaran
virus di dunia terutama di Indonesia, menimbulkan keresahan bagi masyarakat Indonesia,
sehingga menimbulkan banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai bagaimana proses
pelayanan kesehatan, khusunya pada pembiayaan perawatan pelayanan pasien COVID-19.
Proses pelayanan kesehatan tidak bisa dipisahkan dengan pembiayaan kesehatan.
Biaya kesehatan ialah besarnya dana yang harus disediakan untuk menyelenggarakan dan
atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang diperlukan oleh perorangan, keluarga,
kelompok dan masyarakat. Pembiayaan kesehatan adalah dasar kemampuan sistem
kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesejahteraan manusia.
Dalam menjawab pertanyaan dan keresahan masyarakat pemerintah akan menanggung
seluruh pembiayaan kesehatan pasien dan BPJS Kesehatan ikut serta dalam membantu hal
tersebut. Peran serta BPJS Kesehatan sejalan dengan arahan Presiden, dengan melihat
situasi saat ini, semua pihak harus saling bergotong royong, dalam menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat virus corona sehingga derajat kesehatan masyarakat di
Indonesia dapat membaik.
4.2 Saran
Berdasarkan pembahasan diatas mengenai peran pemerintah dalam menangani
pembiayaan pelayanan kesehtan pada pasien COVID-19, diharapkan pmerintah dapat
mengelola dan mengalokasikan dana dengan merata sertta sesuai, seperti yang kita ketahui
sekarang, masyarakat Indonesia bukan hanya mengalami keresahan karena kondisi
pandemi namun juga perekonomian yang cukup suli. Tingkat inflansi semakin tinggi,
masyarakat sudah mendapatkan pekerjaan sehingga dibutuhkan pula peran serta BPJS
Kesehatan dalam membantu pemerintah untuk menangani pembiayaan kesehatan pasien
COVID-19
19
DAFTAR PUSTAKA
CNN Indonesia. 2020. Catat! BPJS Kesehatan akan Tanggung Biaya Pasien COVID-19.
CNN Indonesia. 2020. Virus corona: Peta dan infografis terkait pasien terinfeksi, meninggal
dan sembuh di Indonesia dan dunia. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-51850113
(Diakses 3 Mei 2020)
Departemen Kesehatan RI, 2009, Rancangan Final:Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Bidang Kesehatan 2005-2025, Jakarta. (Diakses 3 Mei 2020)
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200326084939-4-147526/catat-bpjs-kesehatan-akan-
tanggung-biaya-pasien-covid-19 (Diakses 3 Mei 2020)
Ismail, T. 2016. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal terhadap Pembiayaan bagi Hasil
Perbankan Syariah di Indonesia. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
(Diakses 3 Mei 2020)
Kemenkes RI. 2020. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-
19). Germas, 0–115.
The World Bank. 2006. Health Financing Revisited A Practioner’s Guide, (Diakses 3 Mei 2020)
World Health Organization .(2020). Modul Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) untuk
Novel Coronavirus (COVID-19).. World Health Organization.
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019 (Diakses 3 Mei
2020)
20