Anda di halaman 1dari 9

PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Maya

NPM : 18320040P

Judul : Efektivitas hidroterapi rendam kaki dengan air hangat terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung tahun 2019

Latar Belakang

Peyakit tidak menular (PTM) penyebab kematian nomor satu di Dunia

setiap tahun adalah penyakit kardiovaskuler. Penyakit kardiovaskuler adalah

penyakit yang disebabkan gangguan fungsi jantung dan pembuluh darah, seperti:

penyakit jantung koroner, penyakit gagal jantung atau payah jantung, hipertensi

dan stroke (Kemenkes, 2016). Hipertensi merupakan salah satu jenis penyakit

kardiovaskuler. Hipertensi disebut sebagai peningkatan tekanan darah sistolik

sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Nurarif &

Kusuma, 2015).

Secara global penyakit prevalensi hipertensi cukup tinggi. Berdasarkan data

Word Health Organitation (WHO), hipertensi menyebabkan sekitar 9,4 juta

kematian di seluruh dunia setiap tahunnya dan diperkirakan akan terus meningkat

mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030. Hipertensi menyebabkan

setidaknya 45% kematian karena penyakit jantung dan 51% kematian karena

penyakit stroke (Kemenkes, 2016).


Data di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

tahun 2013, prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah

sebesar 25,8%. Sedangkan pada hasil Riskesdas tahun 2018 jumlahnya meningkat

menjadi 34,1% (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data di Provinsi Lampung, hipertensi esensial merupakan

penyakit yang paling sering diderita, dimana prevalensi hipertensi hasil Riskesdas

2013 mencapai 30% sedangkan pada hasil Riskesdas tahun 2018 naik menjadi

32,2% (Kemenkes RI, 2018).

Penelitian yang dilakukan oleh Santoso (2015), tentang pengaruh terapi

rendam kaki air hangat terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita

hipertensi di wilayah kerja UPK Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak,

diperoleh bahwa hasil uji statistik dengan uji t berpasangan didapatkan bahwa

nilai p diastolik yaitu 0,000 (<0.05) dan hasil uji Wilcoxon pada tekanan darah

sistolik didapatkan bahwa nilai p sistolik yaitu 0,001 (<0,05), sehingga H0

ditolak. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh terapi rendam kaki air hangat

terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita hipertensidi wilayah kerja

UPK Puskesmas Khatulistiwa Kota Pontianak.

Berdasarkan data register Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung

tahun 2019, bahwa penyakit hipertensi berada pada urutan pertama penyakit tidak

menular yang sering di keluhkan lansia. Selainitu pada tahun 2017 jumlah pasien

dengan hipertensi sebanyak 416 orang sedangkan pada tahun 2018 meningkat

menjadi 570 orang.


Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang efektivitas hidroterapi rendam kaki dengan air hangat terhadap

penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Rajabasa Indah Bandar Lampung tahun 2019.


PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Maya

NPM : 18320040P

Judul : Hubungan diet dan olahraga dengan kestabilan glukosa darah pada

penderita diabetes melitus di Puskesmas Rajabasa Indah Bandar

Lampung Tahun 2019.

Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular (PTM) menunjukkan adanya kecenderungan

semakin meningkat dari waktu ke waktu. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2007 dan 2013, tampak kecenderungan peningkatan prevalensi

PTM seperti diabetes, hipertensi, stroke, dan penyakit sendi/rematik/encok. PTM

merupakan hampir 70% penyebab kematian didunia (Kemenkes RI, 2017).

Salah satu penyakit tidak menular yang sering diderita adalah Diabetes

Melitus (DM). Berdasarkan laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO), dari

estimasi International Diabetes Federation (IDF) terakhir terdapat 382 juta

orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun 2013. Pada tahun 2035

jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi 592 juta orang.

Diperkirakan dari 382 juta orang tersebut, 175 juta di antaranya belum

terdiagnosis, sehingga terancam berkembang progresif menjadi komplikasi tanpa

disadari dan tanpa pencegahan (Kemenkes RI, 2016).

Prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Indonesia berdasarkan hasil Riset

kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yaitu 1,1% dan meningkat pada
Riskesdas tahun 2013 menjadi 2,1% dan pada Riskesdas tahun 2018 menjadi

2,0% (Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi Diabetes Melitus (DM) di Provinsi Lampung berdasarkan hasil

Riset kesehatan Dasar (Riskesdas) terjadi peningkatan. Prevalensi diabetes pada

umur >15 tahun menurut diagnosis dokter/gejala hasil dari Riskesdas tahun 2007

yaitu sebesar 0,5% dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 0,8%, kemudian

meningkat pada tahun 2018 menjadi 1,6% (Kemenkes RI, 2018).

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung tahun 2018,

prevalensi diabetes meningkat dari 0,9% meningkat menjadi 1,1 % dan tercatat

meninggal 13 orang. Kebanyakan menyerang usia > 45 tahun dengan berat badan

lebih.

Hiperglikemi yang terjadi dari waktu kewaktu menyebabkan kerusakan bagi

sistem tubuh terutama syaraf dan pembuluh darah. Dengan pengendalian

metabolisme yang baik dengan menjaga agar kadar gula darah dalam kategori

normal maka komplikasi tersebut dapat dicegah atau ditunda (Kemenkes RI,

2016).

Tujuan utama terapi diabetes adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin

dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler

serta neuropati. Tujuan terapeutik adalah mencapai kadar glukosa normal. Ada

lima komponen penatalaksanaan diabetes untuk mencegah terjadinya kenaikan

kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia antara lain adalah diet, latihan(olah

raga), pemantauan, terapi (jika diperlukan), dan pendidikan kesehatan (Padila,

2012).
Penelitian yang dilakukan oleh Dolongseda (2017), tentang hubungan pola

aktivitas fisik dan pola makan dengan kadar gula darah pada pasien diabetes

melitus tipe II di Poli Penyakit Dalam Rumah Sakit Pancaran Kasih Gmim

Manado, diperoleh analisis univariat bawa kadar gula darah diabetes melitus tipe

II yaitu responden sebagian besar kadar gula darah tinggi yaitu 93,3%. Sebagian

besar pola makan tidak baik, yaitu 61,3%. Sebagian besar aktivitas fisik ringan,

yaitu 96,0%. Analisis bivariat diperoleh dengan menggunakan analisis korelasi

pearson menunjukkan terdapat hubungan pola aktivitas fisik (p=0,000) dan pola

makan dengan kadar gula darah (p=0,000).

Puskesmas Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung merupakan salah

satu puskesmas di Kota Bandar Lampung dengan kasus DM yang tergolong

tinggi. DM merupakan salah satu dari 10 besar penyakit yang sering di derita

masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas tersebut. Tercatat sebanyak 570 kasus di

tahun 2017, meningkat di tahun 2018 menjadi 627 kasus.

Berdasarkan dari masalah yang ada maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai “Hubungan diet dan olahraga dengan kestabilan glukosa

darah pada penderita diabetes melitus di wilayah kerja Puskesmas Rajabasa Indah

Bandar Lampung Tahun 2019”.


PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

Nama : Maya

NPM : 18320040P

Judul : Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang tuberculosis paru dengan upaya

pencegahan penularan terhadap penderita tuberculosis paru di

Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung Tahun 2019.

Latar Belakang

Salah satu penyakit menular yang sering diderita masyarakat adalah

Tuberculosis paru (TB paru). Tuberkulosis disebabkan oleh infeksi bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan adalah pasien tuberkulosis Basil

Tahan Asam positif (BTA positif) melalui percik renik dahak yang

dikeluarkannya (Kemenkes RI, 2016).

Tuberkulosis merupakan penyakit yang menjadi perhatian global. Sesuai

dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030, World Health Organitation

(WHO) menargetkan untuk menurunkan kematian akibat tuberkulosis sebesar

90% dan menurunkan insidens sebesar 80% pada tahun 2030 dibandingkan

dengan tahun 2014. Pada tahun 2015 diperkirakan terdapat 10,4 juta kasus baru

tuberkulosis atau 142 kasus/100.000 populasi, dengan 480.000 kasus gagal

konversi.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah kasus baru terbanyak kedua di

dunia setelah India. Sebesar 60% kasus baru terjadi di 6 negara yaitu India,

Indonesia, China, Nigeria, Pakistan dan Afrika Selatan. Kematian akibat

tuberkulosis diperkirakan sebanyak 1,4 juta kematian ditambah 0,4 juta kematian
akibat tuberkulosis pada orang dengan HIV. Angka keberhasilan pengobatan di

Indonesia juga masih rendah, yaitu 85% (WHO, Global Tuberculosis Report,

2016).

Data Provinsi Lampung, jumlah pasien baru yang ditemukan dan tercatat

diantara 100.000 penduduk di Lampung masih cukup tinggi, yaitu mencapai 110

per 100.000 penduduk, dengan angka keberhasilan pengobatan sebesar 86,9%

(Target ≥90%) (Kemenkes RI, 2016).

Pada prinsipnya upaya pencegahan dan pembrantasan tuberkulosis dilakukan

dengan cara yaitu diantarannya: pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang

penyakit TBC, bahaya-bahanya, cara penularannya. Pencegahan dengan vaksinasi

B.C.G pada anak-anak umur 0–14 tahun, chemoprophylactic dengan I.N.H pada

keluarga, penderita atau orang-orang yang pernah kontak dengan penderita dan

menghilangkan sumber penularan dengan mencari dan mengobati semua

penderita dalam masyarakat. Adapun juga upaya pencegahan yaitu pencahayaan

rumah yang baik, menutup mulut saat batuk, tidak meludah di sembarang tempat,

menjaga kebersihan lingkungan dan alat makan (Fibriana, 2011).

Petugas kesehatan dapat melakukan pendidikan kesehatan yang diperlukan.

Pendidikan kesehatan merupakan kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara

menyebarkan informasi-informasi pesan, menanamkan keyakinan, sehingga

masyarakat sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu

anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan serta terjadi peningkatan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan penelitian yang diakukan oleh Syaripi (2016), pengaruh

pendidikan kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan tuberkulosis paru di

Wilayah Kerja Puskesmas Muara Kumpeh, diperoleh bahwa ada pengaruh


pendidikan kesehatan terhadap upaya pencegahan penularan tuberkulosis paru di

wilayah kerja Puskesmas Muara Kumpeh dengan Hasil uji statistik t-test

dependent didapatkan p-value =0,000 < 0,05 dengan selisih nilai mean 10.39.

Data di Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung pada tahun 2016 jumlah

pasien tuberkulosis paru sebanyak 33 orang dan pada tahun 2017 meningkat

menjadi 38 orang, dan kembali meningkat menjadi 44 orang pada 2018.

Berdasarkan data tersebut diatas, maka peneliti sangat tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh penyuluhan kesehatan tentang

tuberculosis paru dengan upaya pencegahan penularan terhadap penderita

tuberculosis paru di Puskesmas Rajabasa Indah Bandar Lampung Tahun 2019”.

Anda mungkin juga menyukai