PENGERTIAN • Demam berdarah dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (Suradi, 2006).
• Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue I, II, III dan IV, yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (Soegeng Sugiyanto, 2003). KLASIFIKASI Menurut WHO,( 1986 ) mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu : 1) Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi. 2) Derajat II Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. 3) Derajat III Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat (>120x/mnt) tekanan nadi sempit (£ 120 mmHg ), tekanan darah menurun, (120/80 ® 120/100 ® 120/110 ® 90/70 ® 80/70 ® 80/0 ® 0/0) 4) Derajat IV Nadi tidak teraba, tekanan darah tidak teatur (denyut jantung ³ 140x/mnt) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru. ETIOLOGI Virus dengue di bawa oleh nyamuk Aedes Aegpty dan Aedes Albopictus sebagai vektor ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut. PATOFISIOLOGI • Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. • Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. • 1. Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat, yakni antara 2- 7 hari, yang dapat mencapai 40⁰C. Demam sering disertai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi atau tulang, serta rasa sakit di darah belakang bola mata (retro orbita) dan wajah yang kemerah-merahan (flushing). • 2. Tanda-tanda perdarahan seperti mimisan (epitaksis), perdarahan gusi, • perdarahan pada kulit seperti tes Rumpleede (+), ptekiae dan ekimosis, • serta buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena). • 3. Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali). • 4. Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang teraba lemah dan cepat, ujung-ujung jari tersasa dingin serat disertai penurunan kesadaran dan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian. • Kriteria laboratoris : • 1. Penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) ≤ 100.000/mm³. • 2. Peningkatan kadar hematokrit >20% dari nilai normal. • Diagnosis penyakit DBD ditegakkan berdasarkan adanya dua kriteria • klinis atau lebih,ditambah dengan adanya minimal satu kriteria • laboratoris (Ginanjar,2008). • Penatalaksanaan DBD tanpa penyulit adalah: • a) Tirah Baring • b) Makanan lunak dan bila belum nafsu makan di beri minum 1,5 – 2 liter dalam 24 jam ( susu, air dengan gula, atau sirop )atau air tawar di tambah garam. • c) Antibiotik di berikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi sekunder. • Pada pasien dengan tanda renjatan dilakukan, yaitu : • a) Pemasangan infus dan di pertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan diatasi. • b) Observasi keadaan umum, nadi tekanan darah,suhu dan pernafasan tiap jam, serta HB dan HT tiap 4 – 6 jam pada hari pertama selanjutnya tiap 24 jam. • c) Pada pasien DSS diberi cairan intervena yang diberikan dengan di guyur, seperti NaCl, RL yang di pertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila tak tampak perbaikan dapat di berikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran atau preparat hemasel sejumlah 15 – 29 ml/kg berat badan dan di pertahankan selama 12 – 48 jam setelah renjatan teratasi. Bila pada pemeriksaan didapatkan penurunan kadar HB dan HT maka di beri trnsfusi darah (Mansjoer dkk, 2000 ).