Anda di halaman 1dari 7

DISPEPSIA

Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani "δυς-" (Dys-), berarti sulit , dan "πέψη" (Pepse),
berarti pencernaan (N.Talley, et al., 2005). Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala
klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau
mengalami kekambuhan. Keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada
(heartburn) dan regurgitasi asam lambung, kini tidak lagi termasuk dispepsia. Pengertian
dispepsia terbagi dua, yaitu :
Dispepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya.
Sindroma dispepsi organik terdapat kelainan yang nyata terhadap organ tubuh misalnya
tukak (luka) lambung, usus dua belas jari, radang pankreas, radang empedu, dan lain-lain.
Dispepsia nonorganik atau dispepsia fungsional, atau dispesia nonulkus (DNU), bila tidak
jelas penyebabnya. Dispepsi fungsional tanpa disertai kelainan atau gangguan struktur organ
berdasarkan pemeriksaan klinis, laboratorium, radiologi, dan endoskopi (teropong saluran
pencernaan).
Definisi lain, dispepsia adalah nyeri atau rasa tidak nyaman pada perut bagian atas atau
dada, yang sering dirasakan sebagai adanya gas, perasaan penuh atau rasa sakit atau rasa
terbakar di perut. Setiap orang dari berbagai usia dapat terkena dispepsia, baik pria maupun
wanita. Sekitar satu dari empat orang dapat terkena dispepsia dalam beberapa waktu
Penyebab Dispepsia adalah :
• Bakteri (helikobakterpilori)
• Perubahan pola makan
• Obat-obatan
• Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
• Iritasi lambung (gastritis)
• Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
• Kanker lambung (CA LAMBUNG)
• Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
• Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
• Kelainan gerakan usus
• Kecemasan atau depresi
• Patofisiologi
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta adanya kondisi kejiwaan stres, pemasukan
makanan menjadi kurang sehingga lambung akan kosong, kekosongan
lambung dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara
dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat mengakibatkan peningkatan
produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung,
sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah
sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun cairan.
• Manifestasi Klinik
• a. nyeri perut (abdominal discomfort)
• b. Rasa perih di ulu hati
• c. Mual, kadang-kadang sampai muntah
• d. Nafsu makan berkurang
• e. Rasa lekas kenyang
• f. Perut kembung
• g. Rasa panas di dada dan perut
• h. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-
tiba)
0bat
• Bila Bila tidak ditemukan penyebabnya,dokter
akan mengobati gejala-gejalanya.
Antasid atau penghambat H2 seperti
cimetidine, ranitidine atau famotidine dapat
dicoba untuk jangka waktu singkat. Bila orang
tersebut terinifeksi Helicobacter pylori di
lapisan lambungnya, maka biasanya diberikan
bismuth subsalisilate dan antibiotik seperti
amoxilin atau metronidazole.
• Test Diagnostik
• Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama, seperti halnya pada sindrom dispepsia,
oleh karena dispepsia hanya merupakan kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu
dipastikan penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa pemeriksaan,
selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium, radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.
• a. Laboratorium
• Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk menyingkirkan penyebab
organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional
biasanya hasil laboratorium dalam batas normal.
• b. Radiologis
• Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan. Setidak-tidaknya
perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan bagian atas, dan sebaiknya menggunakan
kontras ganda.
• c. Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
• Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya normal atau sangat tidak
spesifik.
• d. USG (ultrasonografi)
• Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan untuk membantu
menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak menimbulkan efek samping, dapat
digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang beratpun dapat dimanfaatkan
• e. Waktu Pengosongan Lambung
• Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia fungsional terdapat
pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.

Anda mungkin juga menyukai