Anda di halaman 1dari 14

Laporan Pendahuluan

Dengue Hemorrhagic Fever (DHF)

1.1 Pengertian

Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010)

Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang
disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina)
(Soedarto, 2012)

Jadi kesimpulannya Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit


infeksi yang terjadi pada anak dan orang dewasa yang disebabkan oleh virus
dengue yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypty
dengan gejala demam, nyeri otot dan nyeri sendi diserti ruam atau tanpa ruam.

Klasifikasi DHF, menurut WHO berdasarkan tanda klinisnya, dibagi


menjadi empat derajat yaitu:

a. Derajat 1
Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Uji torniquet
+trombosit dan hemokonsentrasi.
b. Derajat 2
Derajat 1 disertai perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain.
c. Derajat 3
Ditemukan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah
rendah, gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari.

d. Derajat 4
Syok hebat dengan nadi tak teraba dan tekanan daraqh tidak dapat diukur,
biasa disebut DSS (Dengue Syock Syndrom).

1.2 Etiologi

Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dari kelompok arbovirus B,


yaitu arthropod-born envirus atau virus yang disebarkan oleh artropoda. Vector
utama penyakit DBD adalah nyamuk aedes aegypti (didaerah perkotaan) dan
aedes albopictus (didaerah pedesaan) (Soedarto, 2012)

Seseorang yang digigit oleh nyamuk yang membawa virus ini akan tertulari
dan akan mengalami viremia yang menunjukkan tanda-tanda khas seperti demam,
nyeri otot dan atau sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati,
trombositipenia, dan diathesis hemoragik (Hadinegoro, 2006)

1.3 Manifestasi klinis

Kriteria kliniknya yaitu demam tinggi mendadak dan terus menerus selama 2-7 hari
dengan ebab yang tidak jelas dan hampir tidak dapat dipengaruhi oleh
antipiretika,maanifestasi perdarahan,manipulasi ( uji torniquet positif ) dan spontan
(petekie,ekimose,perdarahan gusi, hemetemesis atau melena), hepatomegali dan syok.
Sedangkan kriteria laboratoriknya adalah trombositopenia, jumlah trombosit ≥
100.000/mm3 dan hemokonsentrasi. Meningginya nilai hematokrit atau Hb ≥ 20%
dibandingkan dengan nilai masa konvalesense (Misnadiarly, 2009)

Menurut Misnadiarly (2009) demam berdarah memiliki tanda sebagai berikut yaitu :

a. Tidak nafsu makan


b. Muntah
c. Nyeri kepala
d. Nyeri otot dan persendian
Keluhan – keluhan beberapa pasien DBD, antara lain :

a. Nyeri tenggorokan
b. Rasa tidak enak
c. Nyeri tekan lengkung iga kanan
d. Rasa nyeri perut yang menyeluruh
e. Suhu badan biasanya tinggi

Sedangkan menurut (Soedarto, 2012) demam dengue menunjukkan gejala-gejala klinis


sebagai berikut :

a. Demam tinggi yang timbul mendadak


b. Sakit kepala yang berat, terutama dikepala bagian depan
c. Nyeri di belakang
d. Sakit seluruh badan
e. Mual dan muntah

1.4 Patofisiologi

Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan


viremia. Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan ( pelepasan zat bradikinin, serotinin,
trombin, Histamin) terjadinya: peningkatan suhu. elain itu viremia
menyebabkan pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan
perpindahan cairan dan plasma dari intravascular ke intersisiel yang
menyebabkan hipovolemia. Trombositopenia dapat terjadi akibat dari, penurunan
produksi trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus

Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit


seperti petekia atau perdarahan mukosa di mulut. Hal ini mengakibatkan adanya
kehilangan kemampuan tubuh untuk melakukan mekanisme hemostatis secara
normal. Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak tertangani
maka akan menimbulkan syok. Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari, rata-rata
5-8 hari (Soegijanto, 2006).
Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentukla kompleks virus
antibodi. Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan akan di lepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya
untuk melepaskan histamin dan merupaka mediator kuat sebagai faktor
meningkatnya permeabilitas dinding kapile pembuluh darah yang mengakibtkan
terjadinya pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler. Pembesaran plasma ke
ruang eksta selule mengakibatkan kekurangan volume plasma, terjadi hipotensi
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok
Hemokonsentrasi (peningatan hematokrit >20%) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nila hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intraven

Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler di buktikan dengan


ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritonium,
pleura, dan pericardium yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang
diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah
trombosit menunjukan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian
cairan intravena harus di kurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadi edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapat cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan
mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan. Jika
renjatan atau hipovolemik berlangsung lam akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
(Soegeng, 2006)
1.5 Pemeriksaan Penunjang

Untuk menegakkan diagnostik DHF perlu dilakukan berbagai pemeriksaan penunjang,


diantaranya adalah pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi, (Hadinegoro, 2006:
17).

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai :
a) IgG dengue positif (dengue blood)
b) Trombositipenia
c) Hemoglobin meningkat >20%
d) Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat)
e) Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinema, hiponatremia,
hipokalemia
f) SGOT dan SGPT mungkin meningkat
g) Ureum dan pH darah mungkin meningkat
h) Waktu perdarahan memanjang
i) Pada analisa gas darah arteri menunjukkan asidois metabolik PCO2 <35-40
mmHg, HCO3 rendah.
2) Pemeriksaan urine
Pada pemeriksaan urine dijumpai albumin ringan.
3) Pemeriksaan serologi
Beberapa pemeriksaan serologis yang biasa dilakukan pada klien yang diduga terkena
DHF adalah:
a) Uji hemaglutinasi inhibisi (HI test)
b) Uji komplemen fiksasi (CF test)
c) Uji neutralisasi (N test)
d) IgM Elisa (Mac. Elisa)
e) IgG Elisa (Hadinegoro, 2006: 19).
4) Pemeriksaan radiology
a) Foto thorax
Pada foto thorax mungkin dijumpai efusi pleura.
b) Pemeriksaan USG
Pada USG didapatkan hematomegali dan splenomegali.

1.6 Komplikasi

Menurut (Hadinegoro,2006) komplikasi DHF adalah :

1. Ensefelopati dengue
Pada umumnya ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan
dengan pendarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DBD yang tidak disertai syok.
Gangguan metabolik seperti hipoksemia, hiponatremia, atau perdarahan, dapat
menjadi penyebab terjadinya ensefalopati. Melihat ensefalopati DBD bersifat
sementara, maka kemungkinan dapat juga disebabkan oleh trombosis pembuluh
darah otak, sementara sebagai akibat dari koagulasi intravaskular yang menyeluruh.
Dilaporkan bahwa virus dengue dapat menembus sawar darah otak. Dikatakan pula
bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
2. Hepatomegali
Hati umumnya membesar dengan perlemakan yang dihubungkan dengan
nekrosis karena perdarahan yang terjadi pada lobulus hati dan sel-sel kapiler.
Terkadang tampak sel metrofil dan limphosit yang lebih besar dan lebih banyak
dikarenakan adanya reaksi atau komplek virus antibodi
3. Efusi pleura
Terjadi karena kebocoran plasma yang mngekibatkan ekstrasi cairan intravaskuler sel,
hal tersebut dibuktikan dengan adanya cairan dalam rongga pleura dan adanya
dipsnea
4. Kelainan ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari syok
yang tidak teratasi dengan baik. Dapat dijumpai sindrom uremik hemolitik walaupun
jarang. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok diobati dengan
menggantikan volume intravaskular, penting diperhatikan apakah benar syok telah
teratasi dengan baik.
1.7 Penatalaksanaan

Menurut WHO (2009) tatalakana DHF adalah :


a. Tata laksana DHF tanpa syok
1. Berikan oralit,jus buah atau susu untuk mengganti cairan yang hilang akbiat
kebocoran plasma,demam dan muntah diare.
2. Berikan parasetamol jika demam, janga berikan ibuprofen atau asetosal karena dapat
merangsang terjadinya perdarahan
3. Berikan cairan infus hanya larutan isotonis seperti RL sesuai dengan dehidrasi
sedang.
4. Pantau TTV dan diuresis
5. Periksa laboratorium, apabila terjadi penurunan hematokrit dan keadaan klinis
membaik turunkn jumlah caran secara bertahap sampai keadaan stabil. Apabila terjadi
perburukaan klinis berikan tatalaksana sesuai dengan tatalaksana syok terkompensasi
b. Tata laksana DHF dengan syok
1. Berikan oksigen 2-4L/menit
2. Berikan cairan kristaloid seperti RL/asetat secepatnya. Jika tidak menunjukkan
perbaikan ulangi pemberian kristaloid secepatnya atau petimbangkan pemberian
koloid.
3. Jika tidak ada perbaikan klinis tetapi hematokrit dan Hb menurun pertimbangkan
terjadinya perdarahan tersembunyi
4. Jika terdapat perbaikan klinis, maka kurangi pemberian jumlah cairan secara
bertahap sesuai dengan kondisi klinis dan laboratorium.
c. Tatalaksana komplikasi perdarahan
Jika terjadi peradrahan berat segera beri darah bila mungkin. Bila tidak beri koloid dan
segerarujuk.
Konsep Asuhan Keperawatan
Decompensasi Cordis

1.1 Pengkajian

a. Identitas meliputi nama,umur,jenis kelamin,tanggal MRS,nomer RM,diagnosa dll

b. Keluhan,riwayat penyakit saat ini dan terdahulu

c. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

1) Riwayat hipertensi (Hadinegoro, 2006)

2) Ketidakpatuahn terhadap diet

3) Kebiasaan merokok

4) Kebiasaan minum obat yang dibeli diwarung

d. Pola nutrisi metabolic

Gejala : Penurunan nafsu makan, mual muntah, haus, sakit saat menelan.

Tanda : Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, nyeri tekan pada ulu hati.

e. Pola eliminasi

Tanda : Konstipasi, penurunan berkemih, melena, hematuri, (tahap lanjut).

f. Pola aktivitas dan latihan

Tanda : Dispnea, pola nafas tidak efektif, karena efusi pleura.

g. Pola tidur dan istirahat

Gejala : Kelelahan, kesulitan tidur, karena demam/ panas/ menggigil.


Tanda : Nadi cepat dan lemah, dispnea, sesak karena efusi pleura, nyeri epigastrik, nyeri
otot/ sendi.

h. Pola persepsi sensori dan kognitif


Gejala : Nyeri ulu hati, nyeri otot/ sendi, pegal-pegal seluruh tubuh.
Tanda : Cemas dan gelisah.
i. Persepsi diri dan konsep diri
Tanda : Ansietas, ketakutan, gelisah.
j. Gejala : Sakit kepala/ pusing, gelisah
Tanda : Nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, dispnea, perdarahan nyata
(kulit epistaksis, melena hematuri), peningkatan hematokrit 20% atau lebih, trombosit
kurang dari 100.000/mm.
k. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik meliputi :
1) Keadaan umum pasien : lemah.
2) Kesadaran : kompomentis, apatis, somnolen, soporocoma, koma refleks, sensibilitas,
nilai gasglow coma scale (GCS).
3) Tanda-tanda vital : tekanan darah (hipotensi), suhu (meningkat), nadi(takikardi),
pernafasan (cepat).’
4) Keadaan : kepala (pusing), mata, telinga, hidung (epistaksis), mulut (mukosa kering,
lidah kotor, perdarahan gusi), leher, rektum, alat kelamin, anggota gerak (dingin),
kulit (ptekie).
5) Sirkulasi : turgor (jelek).
6) Keadaan abdomen :
Inspeksi : datar
Palpasi : teraba pembesaran pada hati
Perkusi : bunyi timpani
Auskultasi : peristaltik usus
1.2 Diagnosa Keperawatan

a. Hipertermi ( 00007 )

b. Kekurangan volume cairan (00027)


c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002)

d. Intoleransi aktivitas (00092)

1.3 Kriteria hasil dan Intervensi keperawatan

Diagnosa NOC NIC


keperawatan
Hoertermia Setelah dilakukan tindakan asuhan Perawatan Hipertermia ( 3786 )
berhubungan keperawatan 2x24 jam,diagnosa 1. Pastikan kepatenan jalan nafas
dengan dapat teratasi dengan kriteria hasil 2. Monitor TTV
peningkatan laju : 3. Berikan cairan rehidrasi oral
metabolisme a) Termoregulasi ( 0800 ) 4. Pasang akses IV
ditandai dengan Kode Indicator SA ST 5. Instruksikan pasien mengenai
080019 Hipertermia
hipoensi, tindakan untuk mencegah
080014 Dehidrasi
takikardi dan Keterangan : kondisi sakit
gelisah 1 : Berat 6. Instruksikan pasien mengenai
2 : Cukup berat tanda dan gejala awal dari sakit
3 : sedang yang berhubungan dengan
4 : ringan panas
5 : tidak ada

b) Tanda tanda vital( 0802 )


Kode Indicator SA ST
080201 Suhu
080203 Denyut
nadi radial
080205 Tekanan
darah
sistolik
080206 Tekanan
darah
diastolik

1 : deviasi berat
2 : deviasi cukup berat
3 : deviasi sedang
4 : deviasi ringan
5 : tidak ada deviasi
Daftar Pustaka

Hadinegoro. (2006). Demam berdarah Dengue. Jakarta : FKUI.

Misnadiarly. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.

Soedarto. (2012). Demam Berdarah Dengue Haemoraghic Fever. Jakarta: Sugeng seto.

Soegeng, S. (2006). Demam Berdarah Dengue. Surabaya: Airlangga.

Sudoyo. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai