Anda di halaman 1dari 16

TINJAUAN PUSTAKA A.

PENGERTIAN Adapun definisi demam berdarah atau Dangeu hemorrhagic Fever antara lain; Demam dengue adalah demam akut dengan ciri-ciri demam, maniefestasi perdarahan dan beretendensi mengakibatkan renjatan yang dapat menyebabkan kematian. Demam dengue adalah sebuah penyakit yang disebarkan oleh vector. Penyakit disebabkan oleh virus yang disebarkan melalui populasi manusia melalui nyamuk aedes agyepati. (suddart,2001). Demam dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, sering kali disertai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leucopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh empat manifestasi klinis utama : demam tinggi, fenomena hemoragic, sering dengan hepatomegali dan pada kasusu berat mengalami syok hipovolemi yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. (World health organization :EGC, 2005) Demam dengue adalah infeksi akut yang disebabkan oleh arbovirus (arthropodborn virus) dan ditularkan melalui nyamuk aedes (aedses albocpictus dan aedes agypati). Dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakityang disebabkan oleh virus dan disebabkan oleh nyamuk aides.

B. ETIOLOGI Penyebab dengue hemorrhagic fever adalah virus, yaitu; 1. Virus dengue sejenis arbovirus (group B arbovirus) Arbovirus merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu kelompok besar virus yang memilki siklus biologic yang melibatkan arthropod dan vertebrate. 2. Ditularkan oleh nyamuk A. aegypati dan A. albopictus yang terutama memiliki habitat perkotaan dan mendapatkan virus sewaktu menghisap darah manusia yang terinfeksi.

3. Virus ini merupakan Flavivirus RNA dengan 4 serotif setiap tipe dapat menginfeksikan manusia, virus 1 dan 2 dapat menyebabkan penyakit sedangkan yang ke3 dan keempat dan menjadi asimtomatik. Beberapa faktor yang diketahui berkaitan dengan peningkatan tranmisi virus dengue yaitu: 1. Vektor Perkembang biakan vector, kebiasaan mengigit, kepadatan vector di lingkungan, transportasi vector di lingkungan, transportasi vektor dari satu tempat ke tempat lain. 2. Pejamu atau Host Terdapatnya penderita di lingkungan/keluarga, mobilisasi dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin. 3. Lingkungan Lingkungan, suhu, curah hujan, sanitasi dan kepadatan penduduk. C. MANIFESTASI KLINIK Berdasarkan Klasifikasi DHF a. Derajat 1 Demam disertai gejala klinis lain,uji tornikuet positif, tromboisopeni dan hemokonsentrasi. b. Derajat II Maniefestasi klinik dengan derajat I dengan maniefestasi perdarahan spontan dibwah kulit seperti peteki,hematoma dan perdarahan dari lain tempat. c. Maniefestasi klinik pada derajat ke II dapat ditemukan manifestasi kegagalan sistem rekulasi berupa nadi yang cepat dan lemah,hipotesi pada kulit yang lembab dingin dan pasien gelisahh. d. Derajat IV Maniefestasi derajat III ditambah dengan renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

Manifestasi klinik DHF secara umum

Manifestasi klinis DHF sangat bervariasi, Ia dapat menginfeksi manusia tanpa menimbulkan gejala (Asymptomatic) maupun symptomatic, yaitu gejala yang muncul antara lain; a. Fase Demam Secara tipikal penyakit DBD diawali dengan fese demam tinggi dengan onset yang mendadak disertai dengan manifestasi facial flush dan nyeri kepala yang muncul segera setelah masa inkubasi akibat infeksi dengue hemoragic fever yang umumnya berlangsung selama 4-6 hari berlalu. Beberapa pasien dengan infeksi farings mungkin mengeluh nyeri tenggorokan, namun jarang disertai dengan rhinitis dan batuk. Manifestasi klinis lain yang seringkali menyertai fase awal DBD adalah anoreksia, mual, muntah, rasa tidak nyaman di epigastrum, dan nyeri abdominal. Selama beberapa hari pertama fase demam yang umumnya berakhir dalam 2-7 hari. Fenomena diathesis hemoragic umumnya muncul dalam fase demam berupa bercak-bercak kecil kemerahan yang terdapat pada ekstremitas, aksila, punggung, dan wajah. Jenis perdarahan terbanyak adalah perdarahan kulit seperti uji tornikuet (+),petikie,perdarahan konjungtiva. Perdarahan lain dapat berupa perdarahan gusi,mimisan melena atau hematuri. b. Fase Kritis Fase kritis merupakan periode pembesaran plasma dijumpai pada saat demam mereda (setelah durasi 2-7 hari). Bersamaam dengan atau segera setelah penurunan cepat temperature tubuh terjadi berbagai derajat gangguan sirkulasi. Pasien umumnya berkeringat, gelisah disertai dengan ekstremitas yang teraba dingin. Seringkali pasien mengeluh nyeriperut akut dekat sebelum onset syok. Pada pasien dengan derajad DBD yang lebih ringan, terjadi perubahan minimal dan sepintas dari tanda-tanda vital dan pasien dapat sembuh secara spontan atau setelah periode singkat terapi. Pada pasien dengan derajat yang lebih parah terjadi syok yang ditandai dengan kulit teraba dingin dan lembab disertai tekanan nadi yang memendek atau hipotensi, pasien tampak lesu untuk kemudian menjadi gelisah. Manifestasi syok berlangsung singkat jika tidak ditangani kondisi akan semakin jelek menuju syok yang semakin dalam disertai denyut nadi yang tidak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur dan dapat meninggal dunia dalam 12-24 jam. Syok yang memanjang seringkali merupkan

komplikasi dari asidosis metabolic dan perdarahan hebat, dan hal ini mencerminkan prognosis yang jelek. Dan kadang-kadang dapat terjadi manifestasi klinis ensefalitis yang berkaitan dengan gangguan metabolic, perdarahan intracranial, atau kegagalan fungsi hati. Fase kritis ini umumnya berlangsung selama 24-48 jam. c. Fase Penyembuhan Fase penyembuhan umumnya berlangsung singkat. Pada fase ini biasanya dijumpai sinus bradikardi. Selain itu pada ekstremitas seringkali dijumpai manifestasi khas berupa bercak-bercak merah yang dikelilingi oleh kulit yang pucat. Tanpa komplikasi, penyakit ini biasanya berlangsung sekitar 7-10 hari.

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Pemeriksaan diagnostic menurut Suroso dkk,2004 hal.16 a. Pemeriksaan laboratorium 1. Trombosit menurun (< 100.000/ul) 2. Hematokrit meningkat 20% atau lebih 3. Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3 4. Kadar albumin menurun sedikit dan bersifat sementara b. Pemeriksaan radiologi Pada foto thorax grade II/IV didapati efusi pleura. c. Pemeriksaan seurologis Dengan uji hemaklutinasi inhibisi untuk diagnosis pasien dengan cara kenaikan titer konvalensen 4xlipat dari titer serum akut dan titer tinggi (<1280) diduga positif infeksi dengue.

E. PATOFISIOLOGI

1. Kondisi Vector(A. aegypati dan A. albopictus) 2. Pejamu/Host 3. Lingkungan: suhu, curah hujan, sanitasi, kepadatan penduduk dll.

Infeksi virus dengue

Asymptomatic

Symptomatic

Derajat 1, Derajat II, kegagalan sistem ,Derajat IV

Fase demam (2-7 hari)

Fase krisis (24-48 jam)

Fase Penyembuhan (7-10 hari)

Peningkatan suhu MK: hipertermi

Anoreksia , mual, muntah MK: ketdkseimb angan nutrisi kurang dari kebutuhan kekurangan vol cairan

Rasa tdk nyaman di epigastrum Nyeri kepala Nyeri abdominal

Perdarahan pd kulit, konjungtiva, GIT

gangguan sirkulasi berkeringat, gelisah disertai dengan ekstremitas yang teraba dingin, hipotensi kulit teraba dingin dan Syok lembab hipovolemi disertai tekanan nadi kematian yang memendek atau hipotensi, pasien tampak lesu untuk kemudian

sinus bradikardi bercakbercak merah yang dikelilingi oleh kulit yang pucat
sembuh

MK: Nyeri akut

MK: kekurangan vol cairan

MK: Resiko konstipasi

dehidrasi

Kelainan ginjal, ensefalopati dengue

MK: syok

MK: ansietas

F. KOMPLIKASI Komplikasi dari demam berdarah menurut suroso,dkk.2004 hal.23 diantaranya yaitu: a. Ensefelopati dengue Pada umumnya ensefelopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan perdarahan. Ensefelopati dengue dapat menyebabkan kesadaran pasien terjadi apatis dan somnolen,dapat juga disertai kejang. b. Kelainan ginjal Kelainan ginjal umumnya bisa terjadi pada fase terminal sebagai akibat syok yang tidak teratasi dengan baik. c. Odem paru Odem paru merupakan komplikasi yang mungkin terjadi akibat pemberian cairan yang berlebihan.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS Pada dasarnya pengobatan pasien DHF bersifat simtomasis dan suportif. Menurut ngastiyah (2005: hal 344). DHF tanpa renjatan a. Tirah baring b. Pemberian makan lunak c. Demam tinggi,anoreksia dan sering muntah dapat menyebabkan dehidrasi, maka pasein dapat minum 1 L-2 L dalam 24 jam. d. Demam tinggi diobati dengan obat antiperatik dan air hangat. Jika kejang berikan luminal dan anti konsulan lainnya

H. PENGKAJIAN

Pengkajian merupakan pendekatan yang sistematis untuk pengumpulan data dan analisa data sehingga dapat diketahui masalah yang dihadapi oleh klien.

a).

Pengumpulan Data a.1. Identitas klien meliputi nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, bahasa, status perkawinan, kebangsaan, pekerjaan, pendidikan, tanggal MRS, nomer register dan diagnosa medis. a.2. Keluhan utama Pada umumnya klien merasa deman, mual, muntah, anoreksia, pendarahan, nyeri kepala sampai dapat terjadi syok berat. a.3. Riwayat kesehatan Riwayat kesehatan sekarang Hal ini meliputi keluhan utama mulai sebelum ada keluhan sampai terjadi demam, mual, muntah, pendarahan, anoreksia, nyeri, syok sampai klien masuk rumah sakit. Riwayat kesehatan dahulu Klien merasa mual, muntah, demam, anoreksia, pendarahan, nyeri, syok apakah terdapat hubungan dengan penyakit yang diderita sebelumnya. Riwayat kesehatan keluarga Hal ini meliputi tentang bagaimana kesehatan dalam keluarga apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit menular. a.4. Pola-pola fungsi kesehatan Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat. Tanggapan klien mengenai kesehatan dan kebiasaan yang kurang menjaga kebersihan meliputi 3M : menguras, mengubur dan menutup sehingga perkembangan nyamuk pembawa virus DBD berkurang. Pola nutrisi dan metabolisme. Pada umumnya klien DBD nafsu makannya menurun, ada mual dan muntah. Pola aktivitas dan latihan. Pada klien DBD akan mengalami gangguan karena, bedrest, anoreksia, mual, muntah, demam dan nyeri akan membuat penurunan aktivitas klien.

Pola eliminasi. Eliminasi alvi Kx kadang mengalami konstipasi sedangkan pada eliminasi urine tidak mengalamai gangguan hanya warna urine menjadi kecoklatan.

Pola istirahat dan tidur. Pola tidur dan istirahat akan menurun karena pasien dengan DHF terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak sehingga istirahat menurun juga disertai dengan nyeri epigastrium.

Pola persepsi dan konsep diri. Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya, dampak psikologis klien terjadi perubahan konsep diri antara lain: body image, ideal diri

Pola hubungan peran. Bagaimana peran kx dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga dan orang lain.

Pola penanggulangan stress. Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas atas keadaan penyakit.

Pola tata nilai dan kepercayaan. Biasanya klien akan terganggu dalam hal ibadanya karena harus berobat sehingga aktivitas klien dibantu oleh keluarganya.

a.5. Pemeriksaan fisik Keadaan umum Didapatkan saat keadaan klien waktu pengkajian k/u lemah, suhu tubuh meningkat (28-41C) muka kemerahan, mual + muntah, nyeri (kepala, perut, sendi dll). Pemeriksaan tanda-tanda vital. Peningkatan suhu tubuh.

Penurunan denyut nadi (bradikardi). Tingkat kesadaran. Tekanan darah menurun.

Pemeriksaan kepala dan leher. Mukosa bibir kering dan pecah, wajah pucat, mata cowong, wajah menyeringai kesakitan.

Pemeriksaan sistem integumen. Kulit terlihat kering, turgor kulit menurun, muka kemerahan, petakie, sianosis, keringat dingin, adanya ptechie yang diketahui dengan rempelit test.

Pemeriksaan sistem respirasi. Pada klien DBD pernafasan rata-rata ada peningkatan inspirasi dan eskspirasi.

Pemeriksan sistem kardiovaskuler. Terjadi penurunan tekanan darah (bradikardi), relatik haemoglobin rendah, tidak ada kelainan suara jantung, dan dapat terjadi perdarahan pada sistem kardiovaskuler.

Pemeriksaan gastrointestinal tract. Pada klien DBD lidah kotor, mual (+), muntah (+) dan anoreksia peningkatan peristaltik usus, perut kembung, sering haus, hematomesis (+).

Pemeriksaan muskuloskeletal. Adanya kelemahan otot karena kehilangan cairan dan nutrisi tubuh.

Pemeriksaan sistem endokrin. Tidak ada yang mempengaruhi terjadinya DBD dalam sistem endokrin.

Pemeriksan ganitouria.

Tidak terdapat dysuria, retensi urine dan inkontinersia urine, dan bisa terjadi hematuri dan melena. Pemeriksaan sistem persyarafan. Pada umumnya motorik dan sensorik terjadi gangguan.

b).

Analisa Data. DS : pasien mengatakan nyeri ulu hati. DO : mual (+) muntah (+) nyeri asigastriom (+). Masalah : gangguan rasa nyaman karena nyeri. Kemungkinan penyebab : peningkatan asam lambung.

DS : pasien mengatakan badannya panas. DO : - suhu tinggi (38-40C). - keluar keringat dingin. - Demam. - Mukosa bibir kering. Masalah : peningkatan suhu tubuh. Kemungkinan penyebab : adanya invasi virus. I. DIAGNOSA KEPERAWATAN Adapun diagnose yang muncul antara lain: 1. Hipertermia b.d penyakit (infeksi virus DHF) 2. ketdkseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan b.d ketidakmampuan mencerna makanan 3. kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif 4. Nyeri akut agen cedera biologis 5. Syok b.d hipovolemia 6. Ansietas b.d infeksi

7. Resiko konstipasi dengan factor resiko asupan serat tidak cukup

J. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL


NO 1. Dx.Keperawatan Hypertermia b.d proses penyakit Subjektif:Px.mengeluh Mual Objektif: Kulit memerah Suhu tubuh meningkat diatas rentang normal Frekuensi nafas meningkat Kejang/konvulsi (Kulit) hangat bila disentuh Takikardia Tujuan Kriteria Standart Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,Px akan menunjukkan Termoregulasi,dibuktikan dengan indikator gangguan sbb:(sebutkan 15:ekstrem,berat,sedang,ringan ,atau tidak ada gangguan) Suhu kulit dalam rentang yg diharapkan Suhu tubuh dlm batas normal Nadi dan pernafasan dlm rentang yg diharapkan Perubahan warna kulit tidak ada Keletihan dan mudah tersinggung tidak tampak Intervensi 1. Pantau aktivitas kejang 2. Pantau hidrasi (misalnya,turgor kulit,klembaban membran mukosa) 3. Pantau tek.darah,nadi,dan pernafasan 4. Pantau suhu minimal 2j am sesuai dengan kebutuhan 5. Pantau warna kulit dan suhu. Pendidikan untuk px/keluarga: 6. Ajarkan pasien atau keluarga dalam pengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia. Regulasi suhu (NIC): 7. Ajarkan indikasi keletihan karena panas dan tindakan kedaruratan yang dibutuhkan. Aktivitas kolaborasi: 8. Regulasi suhu (NIC):berikan obat antiperatik,sesuai dengan kebutuhan: gunakan matras dingin dan mandi air hangat untuk mengatasi gangguan suhu tubuh,sesuai dengan kebutuhan. Rasional 1. Untuk mengetahui drajat demam pasien. 2. Demam tinggi dan gejala lainnya pada DHF menimbulkan kehilangan cairan. 3. untuk mengetahui kondisi umum pasien. 4. adanya hipertermi pada gejala DHF. 5. untuk mengetahui tanda-tanda kekurangan cairan. 6. Agar klien mandiri sehingga dapat meminta pertolongan medis secara cepat. 7. Agar klien mampu mengatasi permasalahan secara cepat. 8. Untuk menurunkan atau menormalkan suhu tubuh. 9. Agar panas dapat menguap, sehingga suhu dapat stabil. 10. Untuk mengompres pasien. 11. Untuk mengganti kehilangan cairan 12. Untuk mengurangi panas pada tubuh pasien (menurunkan suhu) 13. Sebagai penurun suhu tubuh 14. menangani permasalahan dengan tepat.

Aktivitas lain: 9. Lepaskan pakaian yg berlebihan dan tutupi Px dengan hanya selembar pakaian 10. Gunakan waslap dingin pada axila,kening,leher,d an lipat paha 11. Anjurkan asupan cairan oral 12. Gunakan kipas yg berputar di ruangan Px 13. Gunakan selimut pendingin 14. Untuk hipertermia maligna:Lakukan perawatan kedaruratan sesuai dengan protokol;Pertahank an peralatan kedaruratan di area operasi sesuai dengan protokol 2 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan Subjektif: Kram abdomen Nyeri abdomen dengan atau tanpa penyakit Merasakan ketidakmampua n untuk mengingesti makanan Melaporkan perubahan sensasi rasa Melaporkan kurangnya makanan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,Px akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan nutrisi status Gizi:Asupan makanan,cairan,dan Zat gizi,ditandai dengan indikator berikut :(sebutkan 1-5:tidak adekuat,ringan,sedang,kuat,at au adekuat total) Makanan oral Pemberian makanan lewat selang Nutrisi parenteral total Asupan cairan oral atau IV Pengkajian: 1. Tentukan motivasi Px untuk mengubah kebiasaan makan. 2. Pantau nilai Lab,khususnya transferin,albumin, dan elektrolit 3. Pengelolaan nutrisi (NIC): Ketahui makanan kesukaan Px,Tentukan kemampuan Px untuk memenuhi kebutuhan nutrisi 4. Pantau kandungan nutrisi dan kalori pd catatan asupan,Timbang Px 1.Untuk meningkatkan nafsu makan pasien. 2. Mengetahui status gizi pasien secara biocemical. 3. Meningkatkan nafsu makan pasien. 4. Mengetahui kondisi kekurang nutrisi pasien. 5. Untuk mengurangi hambatan dalam makan. 6. Agar klien mampu memenuhi nutrisi dengan baik. 7. Agar klien mampu mengatur dan memenuhi kebutuhan nutrisinya dengan baik. 8. Protein sangat

Merasa kenyang segera setelah mengingesti makanan Indigesti (nonNANDA)

Objektif: Tidak tertarik untuk makan Kerapuhan kapiler Diare dan steatore Adanya bukti kekurangan makanan Kehilangan rambut yang berlebihan Bising usu hiperaktif Kurang informasi Kurangnya minat pd makanan Miskonsepsi Konjungtiva dan membran mukosa pucat Tonus otot buruk Menolak untuk makan (nonNANDA) Luka,rongga mulut inflamasi Kelemahan otot yg dibutuhkan untuk menelan atau mengunyah

pd interval yg tepat Pendidikan untuk Px/Keluarga: 5. Ajarkan metode untuk perencanaan makan 6. Ajarkan Px/keluarga tentang makanan yg bergizi dan tidak mahal 7. Pengelolaan Nutrisi (NIC):Berikan informasi yg tepat tentang kebutuhan nutrisi dan bagaimana memenuhinya. Aktivitas kolaboratif: 8. Diskusikan dengan ahli gizi dlm menentukan kebutuhan protein untuk Px dengan ketidakadekuatan asupan protein atau kehilangan protein 9. Diskusikan dengan dokter kebutuhan stimulasi nafsu makan,makanan pelengkap,pemberi an makanan melalui selang,atau nutrisi parenteral total agar asupan kalori yang adekuat dapat dipertahankan. 10. Rujuk keprogam gizi dikomunitas yang tepat,jika px tidak dapat membeli atau menyiapkan makanana yang adekuat

penting sebagai pembangun tubuh, dengan adanya ahli gizi kebutuhan dapat terpenuhi dengan mudah. 9 untuk mengatasi masalah klien dalam mengasup nutrisi. 10 Klien dapat memenuhi kebutuhan nutrisinya sekalipun terdapat kekurangan. 11 Sebagai upaya untuk mengatasi masalah klien dalam pemenuhan nutrisinya.

Aktivitas lain: 11. Pemgelolaan nutrisi NIC: anjurkan px untuk mengguanakan gigi palsu atau perawatan gigi,berikan px camilan dan minuman bergizi,tinggi protein,tinggi kalori yang siap dikonsumsi. 3 Kekurangan volume cairan Subjektif: Px.mengeluh Haus Objektif: Perubahan status mental Penurunan tekanan darah Penurunan volume/ tekanan nadi Penurunan turgor kulit/lidah Penurunan haluaran urine Penurunan pengisian vena Kulit/membran mukosa kering Hematokrit meningkat Suhu tubuh meningkat Frekuensi nadi meningkat Konsentrasi urine meningkat Penurunan Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam,Px akan terpenuhinya volume cairan Kekuranga volume cairan yang teratasi, dibuktikan dengan keseimbangan cairan, keseimbangan elektrolit dan asam-basa, hidrasi yang adekuat, dan status nutrisi yang adekuat: asupan makanan dan cairan. Keseimbangan elektrolit dan asam-basa akan dicapai, dibuktikan dengan indikator gangguan berikut (dengan ketentuan 1-5: berat, substansial, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan). Frekuensi nadi dan irama dalam rentang yang Pengkajian: 1. Pantau warna,jumlah dan frekuensi kehilangan cairan 2. Observasi khususnya terhadap kehilangan cairan yang tinggi eloktrolit 3. Pantau perdarahan 4. Tinjau ulang elektrolit,natrium,k alium,klorida dan kreatinin. 5. Pengelolaan cairan NIC: pantau status hidrasi, pantau hasil lab dengan keseimbangan cairan,timbang BB dan pantau kemajuannya. Pendidikan utuk keluarga: 6. Anjurkan px untuk menginformasikan perawaat bila haus. Aktivitas kolaboratif: 7. Lapirkan dan catat keluaran kurang dari....ml Aktivitas lain: 1. Untuk mengkaji drajad kehilangan cairan pada klien. 2. Agar tidak terjadi kehilangan cairan berlebih. 3. untuk mengatasi masalah secara cepat dan menghindari resiko syok hipovolemik. 4. Untuk memastikan keseimbangan elektrolit dan kehilangan cairan yang dialami klien. 5. Untuk mengetahui tingkat balance cairan 6. Agar perawat dapat memantau intake cairan pasien. 7 Observasi output cairan. 8. Memenuhi kebutuhan PH, meningkatkan nafsu makan (intake) 9. Untuk mempermudah pernafsan dan menurunkan kerja jantung. 10. untuk menyeibangkan cairan klien.

berat badan yang tiba-tiba (kecuali dalam lapisan ketiga) Kelemahan

diharapkan. Frekuensi dan irama nafas dalam rentang yang diharapkan. Kewaspadaan mental dan orientasi kognitif tidak ada gangguan. Elektrolit serum (misalnya, natrium, kalium, kalsium, dan magnesium) dalam batas normal. Serum dan pH urine dalam batas normal.

8. Bersihkan mulut secara teratur 9. Posisikan dalam trendelenburg atau tinggikan kaki px bila hipotensi 10. Pengaturan cairan NIC: tingkatan asupan oral,pasang kateter urin,berikan caoiran sesuia dengan kebutuhan.

K. DAFTAR PUSTAKA Brunner & Sudart . 2001.Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah. Edisi 8. Jakarta: EGC Djunaedi, Djoni.(2006). Demam Berdarah (dengue DBD).Malang: UNIVERSITAS Muhammadiyah Malang. Nanda International.(2011). Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi.Jakarta : EGC. WHO(2005). Demam Berdarah Dengue:diagnosis, pengibatan, pencegahan &

pengendalian.Jakarta: EGC Wilkinson, Judith. (2007).Buku Saku Diagnosis Kperawatan Dengan Intervaensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai