Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE


(DBD)

Oleh:
Julia Mangera, S.Kep
NS0623032

CI Lahan CI Institusi

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2024
BAB I
KONSEP MEDIS
A. DEFINISI
Demam berdarah adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot, nyeri sendi
yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia, dan
ditesis hemoragik. Pada DBD terjadi pembesaran plasma yang ditandai
dengan hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit) atau penumpukan
cairan dirongga tubuh. (Mansjoer Arif,dkk. 2007)
Demam berdarah dengue adalah penyakit yang terdapat pada anak
dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi, yang
biasanya memburuk setelah dua hari pertama. (Wijaya.S.2013)
DHF (Dengue Hemoragic Fever) adalah penyakit ayng
disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan
masuk kedalam tubuhpenderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti
(betina). (Padila. 2013)
B. ETIOLOGI
Virus dengue, termaksud genus flavivirus, keluarga flaviridae,.
Terdapat 4 serotype virus yaitu, DEN -1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Keempatnya ditemukan di indonesia, dengan DEN-3 serotipe terbanyak.
Infeksi salah satu serotipe alan menimbulkan antibodi terhadap serotipe
yang bersangkutan, sedangkan antibodi terbentuk terhadap serotipe lain
sangat kurang , sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang
memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal endemis
dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 seroptipe selama hidupnya. Keempat
serotipe virus dengue dapat ditemukan diberbagai daerah di Indonesia.
(Mansjoer Arif,dkk. 2007)
C. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi DBD di tandai oleh perembesan plasma dan
hemostasis yang abnormal. Perembesan plasma Nampak dari peningkatan
hematokrit yang berlangsung secara cepat, efusi pleura, asites,
hiponatremia dan penurunan volume plasma. Kehilangan plasma secara
signifikan pada giliranya dapat bermuara pada syok hipofolemik dan
kematian. Onset syok yang berlangsung secara akut, cepat dan seringkali
di ikuti oleh perbaikan klinis yang berlangsung secara dramatis apabila
pasien memperoleh perawatan yang tepat tanpa di sertai adanya lesi
inflamasi vaskuler, mencerminkan adanya peningkatan fungsional sekilas
dalam permiabilitas vaskuler yang menghasilkan perembesan plasma.
Ganguan hemostasis melibatkan perubahan vaskuler, torniguet test yang
positif dan mudah mengalami memar, serta trombositopenia dan
koaguolopati. Tipe akut DIC ( disseminated intravascular
clottimg/cungulation ) di jumpai pada kasus berat di sertai syok dan
bertanggung jawab terhadap pendarahan hebat. (Mansjoer Arif,dkk. 2007)
D. KLASIFIKASI
Klasifikasi derajat penyakit infeksi virus dengue (Nurarif & Kusuma.
2015) :

DD/DBD Derajat Derajat Laboraturium


DD Demam disertai 2 atau Leukopenia serolgi,
lebih tanda, mialgia, Trobositopenia, tidak dengue
sakit kepala nyeri, ditemukan bukti ada positif
retro-orbital, artralgia kebocoran plasma.
DBD I Gejala diatas ditambah Trombositopenia (<100.000/ul)
uji bendung positif bukti ada kebocoran plasma
DBD II Gejala diatas ditambah
pendarahan spontan
DBD III Gejala diatas ditambah
kegagalan sirkulasi
(kulit dingin lembab
serta gelisah)
DBD IV Syok berat disertai
dengan tekanan darah
dan nadi tidak terukur

Klasifikasi derajat DBD menurut WHO :


Derajat 1 Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya
manifestasi perarahan adalah uji coba torniquet positif.
Derajat 2 Derajat 1 disertai pendarahan spontan dikulit dan atau
pendarahan lain.
Derajat 3 Ditemukan tanda kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan
lembut, tekanan nadi menurun (≤ 20 mmHg) atau hipotensi
disertai kulit dingin, lembab, dan pasien menjadi gelisah.
Derajat 4 Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.

E. MANIFESTASI KLINIS
Adapun manifestasi klinis DHF yaitu : (Mansjoer Arif,dkk. 2007)
1. Demam dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan
dua atau lebih manifestasi klinis sebagai berikut :
a. Nyeri kepala
b. Nyeri retro-orbital
c. Mialgia
d. Ruam kulit
e. Manifestasi perdarahan
f. Leukopenia
g. Pemeriksaan serologi dengue positif
2. Demam Berdarah Dengue
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila
semua hal dibawah ini terpenuhi :
a. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari biasanya
bersifat bifasik.
b. Mabifestasi perdarahan yang biasanya berupa :
 Uji torniquet positif
 Petekie, ekimosis, atau purpura
 Perdarahan mukosa (epistaksis, perdarahan gusi),
saluran cerna, tempat bekas suntika.
 Hematemesis atau melena
c. Trombositopenia < 100.00/ul
d. Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
 Peningkatan nilai hemaktorit ≥ 20 % dari nilai baku
sesuai umur dan jenis kelamin .
 Penurunan nilai hemaktorit ≥ 20 % setelah
pemberiam cairan yang adekuat.
e. Tanda kebocoran plasma seperti , hipoproteinemi, asites,
efusi pleura .
3. Sindrom syok dengue
Seluruh kriteria DBD diatas ditandai dengan tanda kegagalan
sirkulasi yaitu :
a. Penurunan kesadaran, gelisah
b. Nadi cepat, lemah
c. Hipotensi
d. Tekanan darah turun ≤ 20 mmHg
e. Perfusi perifer menurun
f. Kulit dingin-lembab.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG (Wijaya S. 2013)
1. Darah
Pada DD terdapat leukopenia pada hari kedua atau hari ketiga.
Pada DBD dijumpai trombositopenia dan hemokonsentrasi. Masa
pembekuan masih normal, masa perdarahan biasanya memanjang,
dapat ditemukan penurunan faktor II, V, VII, IX, dan XII. Pada
pemeriksaan kimia darah tampak hipoproteinemia, hiponatremia,
hipokloremia. SGOT, serum glutamik piruvat transaminase
(SGPT), ureum, dan pH darah mungkin meningka, reserve alkali
menurun.

2. Air seni
Mungkin ditemukan albuminuria ringan
3. Sumsum tulang
Pada awal sakit biasanya hiposelular, kemudian menjadi
hiperselular, kemudian menjadi hiperselular pada hari ke lima
dengan gangguan maturasi dan pada hari ke sepuluh sudah kembali
normal untuk semua sistem
4. Uji serologi
a. Uji serologi memakai serum ganda, yaitu serum diambil
pada masa akut dan konvalesen, yaitu uji pengikatan
komplemen (PK), uji netralisasi (NT) dan uji dengue blot .
pada uji ini dicari kenaikan antobodi antidengue sebanyak
minimal empat kali.
b. Uji serologi memakai serum tungga, yaitu uji dengue blot
yang mengukur antobodi antidengue tanpa memandang
kelas antibodinya, uji IgM antidengue yang mengukur
hanya anti bodi antidengue dari kelas IgM. Pada uji ini
dicari adalah ada tidaknya atau titer tertentu antibodi
antidengue.
5. Isolasi virus, yang diperiksa adalah darah pasien dan jaringan.
G. PENATALAKSANAAN (Mansjoer Arif, 2007)
1. Tirah baring
2. Makanan yang lunak dan bila belum nafsu makan diberi minum
1,5 – 2 liter dalam 24 jam (susu, air dengan gula atau sirup) atau air
tawar ditambah garam.
3. Medikamentosa yang bersifat simtomatis. Untuk hipereksia dapat
diberi kompres, antiseptik golongan asetaminofen, eukinin, atau
dipiron dan jangan berikan asetosal larena bahaya perdarahan.
4. Antibiotik diberikan bila terdapat kemungkinan terjadi infeksi
sekunder.

Pada pasien dengan tanda renjatan renjatan,dilakukan :


1. Pemasangan infus dan dipertahankan selama 12 – 48 jam setelah
renjatan diatasi.
2. Observasi keadaan umum, nadi, tekanan darah, suhu, pernafasan
tiap jam, serta Hb dan Ht tiap 4 – 6 jam pada hari pertama
selanjutnya tiap 24 jam.

BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian (Wijaya.S.2013)
a. Identitas pasien
Terdiri dari nama, alamat, umur, status, diagnosa medis, tanggal MRS,
keluarga yang dapat dihubungi, catatan kedatangan, nomor MR.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan demam lebih
dari 3 hari, tidak mau makan terdapat bintik merah pada tubuh.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
a) Suhu tubuh meningkat sehingga menggigil yang
menyebabkan sakit kepala.
b) Tidak nafsu makan, mual dan muntah, sakit saat
menelan, lemah.
c) Nyeri otot dan persendian
d) Konstipasi dan bisa juga diare
e) Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor
f) Batuk ringan
g) Mata terasa pegal, sering mengeluarkan air mata
(lakrimasi), foto fobia.
h) Ruam pada kulit (kemerahan)
i) Perdarahan pada kulit ptekie, ekimosis, hematoma, dan
perdarahan lain : epistaksis, hematemesis, hematuria
dan melena.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Pernah menderita DHF
b) Riwayat kurang gizi
c) Riwayat aktivitas sehari-hari
d) Pola hidup (life style)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya penderita DHF dalam keluarga
d. Pemeriksaan Fisik
1) Pengkajian umum
o Tingkat kesadaran : komposmentis, apatis, somnolen,
sopor, koma.
o Keadaan umum : sakit ringan, sedang, berat.
o Keadaaan gizi : tinggi badan dan berat dengan gizi
baik, sedang, buruk.
o Tanda – tanda vital : suhu meningkat, tekanan darah
pada DF dan DHF dapat meningkat, sedangkan pada
DSS dapat menurun, nadi pada DF dan DHF takikardi,
sedangkan pada DSS dapat cepat dan lemah serta ada
proses penyembuhan bradikardi, pernafasan dapat
normal dan meningkat, pada DSS cepat dangkal.
2) Pengkajian sistem tubuh
o Integumen : ruam, ptekie, ekimosis, purpura, hematom,
hiperemi, sedangkan pada DSS, dapat lembab, dingin
dan sianosis, pada hidung, kuku, kaki dan tangan.
o Kepala dan leher : pembesaran kelenjarlimfe (+) dan (-)
o Mata : conjungtiva hiperemi, lakrimasi, foto fobia.
o Sistem kardiovaskuler : pada DHF dapat hipotensi dan
hipertensi, takikardi dan dapat bradikardi
o Abdomen : hepatomegali, splenomwgali dan nyeri
tekan hepar
o Muskuloskeletal : nyeri sendi dan otot.
h. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
dengue adalah :
1) Uji rumple leed / tourniquet positif
2) Darah, akan ditemukan adanya trombositopenia,
hemokonsentrasi, masa perdarahan memanjang, hiponatremia,
hipoproteinemia.
3) Air seni, mungkin ditemukan albuminuria ringan
4) Serologi
Dikenal beberapa jenis serologi yang biasa dipakai untuk
menentukan adanya infeksi virus dengue antara lain : uji IgG
Elisa dan uji IgM Elisa.
5) Isolasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
technique test secara langsung / tidak langsung menggunakan
conjugate (pengaturan atau penggabungan)
6) Identifikasi virus
Identifikasi virus dengan melakukan fluorescence anti body
tehnique test secara langsung atau tidak langsung dengan
menggunakan conjugate
7) Radiology
Pada fhoto thorax selalu didapatkan efusi pleura terutama
disebelah hemi thorax kanan.
2. Diagnosa (Nurarif & Kusuma. 2015)
a. Hipertemi
b. Resiko perdarahan
c. Resiko syok hipovolemik
d. Kekurangan volume cairan
e. Ketidakefektifan pola nafas
f. Nyeri
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
3. Intervensi dan Implementasi

Rencana Tindakan Keperawatan


No. Diagnosa Keperawatan
NOC (Tujuan dan Kriteria Hasil) NIC (Intervensi) Rasional
1 Hipertermi Tanda-tanda vital 3 Monitor tanda-tanda vital :
Domain : 11 Termoregulasi 4
Kelas : 6 Suhu tubuh 4 1. monitor tekanan nadi, Untuk mengetahui TTV
Definisi : Hidrasi 4 suhu tubuh, dan status
Suhu inti tubuh diatas Turgor kulit 3 pernafasan
kisaran normal karena Haus 4 2. monitor warna kulit, suhu Untuk mengetahui turgor
kegagalan termogulasi Peningkatan suhu tubuh 3 dan kelembaban. kulit

Batasan karakteristik : Ket : Menajemen lingkungan


Hipotensi, gelisah, kulit 1. berat 1. ciptakan lingkungan yang Pasien merasa aman
terasa hangat, 2. cukup berat aman bagi pasien
takikardia 3. sedang 2. sediakan tempat tidur dan Meningkatkan
4. ringan lingkungan yang bersih kenyamanan pasien
5. tidak ada dan nyaman

Menajemen pengobatan
1. tentukan obat apa yang Kolaborasi bersama
diperlukan dan dikelola tenaga kesehatan
menurut resep/protokol
2. tentukan dampak Menyesuaikan dengan
penggunaan obat pada kebutujan pasien
gaya hidup pasien
3. buang obat yang sudah Tidak menambah
kadaluarsa atau yang sudah masalah kesehatan
diberhentikan yang
mempunyai kontraindikasi.
2 Kekurangan volume  Keseimbangan cairan Monitor tanda-tanda vital :
cairan atau defisien Tekanan darah 3 1. monitor tekanan nadi, Untuk mengetahui TTV
cairan Kehausan 3 suhu tubuh, dan status
Domain : 2 Pusing 4 pernafasan
Kelas : 5  Hidrasi 2. monitor warna kulit, suhu Untuk mengetahui turgor
Definisi Turgor kulit 4 dan kelembaban. kulit
Penurunan cairan Haus 4
intravaskular Peningkatan suhu tubuh 3 Perawatan demam
interstitial, atau  Nafsu makan 1. pantau suhu dan TTV Mengetahui perubahan
intraselular. Ini Malaise 3 TTV
mengacu dehidrasi Tidur terganggu 3 2. monitor warna kulit dan Mengetahu perubahan
kehilangan cairan saja Ansietas 3 suhu kulit
tanpa adanya perubahan 3. dorong konsumsi cairan Mencegah dehidrasi
natrium.
Manajemen nutrisi
Batasan karakteristik : 1. tentukan status gizi pasien Membantu pasien dalam
Membran mukosa dan kemampuan untuk meningkatkan status gizi
kering, peningkatan memenuhi kebutuhan gizi
suhu tubuh, kelemahan, 2. identifikasi alergi atau Mencegah masalah
haus. intoleransi makanan yang keperawatan yang baru
dimiliki pasien
3. ciptakan lingkungan yang Memberikan keadaan
optimal pada saat yang aman bagi pasien
mengkonsumsi makanan
yang dimiliki pasien
4. pastikan makanan Meningkatkan nafsu
disajikan dengan cara yang makan pasien
menarik dan pada suhu
yang paling cocok untuk
konsumsi secara optimal.
3 Ketidakseimbangan  Asupan nutrisi Terapi nutrisi
nutrisi Asupan kalori 3
Domain : 2 Asupan protein 3 1. monitor intake makanan Mengetahui jumlah
Kelas : 1 Vitamin 3 atau cairan dan hitung makanan
Definisi  Tingkat kecemasan masukan kalori perhari
Asupan nutrisi tidak Tidak dapat beristirahat 4 sesuai kebutuhan
cukup untuk memenuhi Perasaan gelisah 3 2. pilih suplemen sesuai Meningkatkan nafsu
kebutuhan metabolik. Gangguan tidur 3 kebutuhan makan
Perubahan pada pola makan 3
Batasan karakteristik :  Kontrol diri terhadap kelainan Pemberian makan
Enggan makan, kurang makanan
minat pada makanan, Menentukan target BB ideal 3 1. identifikasi diet yang Mempertahankan diet
gangguan sensasi tubuh Monitor berat badan 3 disarankan
Mengikuti pola makan yang sehat 3 2. Atur meja dan nampan Menciptakan rasa
agar nampak menarik nyaman
3. ciptakan lingkungan yang Meningktkan rasa aman
menyenangkan selama
makan
4. tanyakan pasien makanan Dapat tertarik makan
apa yang disukai
5. sediakan cemilan yang Tidak memberikan rasa
sesuai bosan
4. Implementasi
Impelementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi seorang
kestatus kesehatan yang lebih baik yang digambarkan dengan kriteria hasil
yang diharapkan
5. Evaluasi
Evaluasi adalh tahap penilaian atau perbandingan yang sistematik yang
terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara yang berkesinambungan dengan melibatkan klien
dengan tenaga kesehatan lainnya.
Merupakan tahapan akhir dari proses keperawatan yang berguna apakah
tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan atau diperluksn
pendekatan yang lain.
6. Discharge Planning
a) Pelajari cara perawatan anak, pemberian makanan dan minuman yang
benar
b) Ketahui tanda-tanda dehidrasi (ubun-ubun dan mata cekung, tirgor
kulit tidak elastis, membran mukosa kering) dan segera dibawa ke
dokter
c) Asupan nutrisi harus diteruskan untuk mencegah atau meminimalkan
gangguan gizi yang terjadi
d) Banyak minum air
e) Hindari konsumsi minuman bersoda/glukosa karena dapat
memperberat diare
f) Biasakan cuci tangan
g) Imunisasi
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek M Gloria, DKK, 2016. “Nursing Interventions Classification (NIC)edisi


6”. Elsiver Global Rights. Mocomedika : Yogyakarta
Mansjoer Arif, DKK. 2007. “Kapita Salekta Kedokteran, media Aesculapius Edisi
ketiga jilid”. Media Aesculapius : Jakarta
Moorhead Sue, DKK 2016, “Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5”,
Elsiver Global Rights. Mocomedika : Yogyakarta
Nurarif Huda amin & Kusuma Hardhi, Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis Nanda NIC –NOC jilid 1, 2015. Media
Action : jogja
Padila. 2013. “Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam”. Nuha Medika :
Yogyakarta
Wijaya, Saferi andra, putrid M.Y, 2013, “KMB 2 Keperawatan Medical Bedah”
Nuha Medika : yogyakarta
Pathway (Nurarif H & Kusuma, 2015)

Arbovirus (melalui nyamuk aedes aegypti) Beredar dalam aliran darah Infeksi virus dengue (viremia)

PGE2 Hipothalamus Membentuk & melepaskan zat C3a, C5a Mengaktifkan sistem komplemen

Hipertemi Peningkatan reabsorpsi Na+ & H2O Permeabilitas membran meningkat

Agregasi trombosit Kerusakan endotel pembuluh darah Resiko syok hipovolemik

Renjatan hipovolemik dan hipotensi


Trombositopeni Merangsang dan mengaktivasi faktor pembekuan

Resiko pendarahan Kebocoran plasma


DIC

Perdarahan Kekuragan volume Ke ekstravaskuler


cairan
Resiko perfusi jaringan tidak efektif
Abdomen
Hepar
Asidosis metabolik Hipoksia jaringan Ascites, mual muntah
Hepatomegali
Resiko syok Paru-paru Efusi pleura
Ketidak seimbangan
hipovolemik Nyeri
nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan pola nafas
kebutuhan

Anda mungkin juga menyukai