ABSTRAK
Latar Belakang: Bayi yang diberi minum ASI lebih awal dengan efektif dan pemberian kolostrum
diyakini dapat mengurangi kejadian hiperbilirubinemia fisiologis. Salah satu faktor utama yang
mempengaruhi AKB di Indonesia yaitu ikterus pada bayi baru lahir (5%), di RSUD dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin pada tahun 2016, menunjukan 205 (7,7%) bayi mengalami ikterus.
Tujuan: Menganalisis Hubungan Frekuensi Pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus pada Bayi
Baru Lahir di RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017.
Metode: Penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional. Populasi penelitian ini
adalah ibu yang memiliki bayi dan dilakukan rawat gabung diruang nifas RSUD dr. H. Moch
Ansari Saleh sebanyak 243 orang. Sampel berjumlah 71 orang dengan teknik Accidental Sampling.
Data dianalisis menggunakan uji chi-square.
Hasil: Dari 71 responden yang diteliti, frekuensi pemberian ASI yang tidak sering sebesar 63,3%
mengalami ikterus, dan 36,7% yang tidak mengalami ikterus. frekuensi pemberian ASI yang sering
sebesar 68,3% bayi tidak mengalami ikterus, dan 31,7% mengalami ikterus. Adapun hubungan
antara frekuensi pemberian ASI dengan Kejadian Ikterus pada bayi baru lahir di RSUD dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin (ρ=0,016 =0,05)
Simpulan: Ada hubungan yang signifikan antara frekuensi pemberian ASI dengan kejadian ikterus
pada bayi baru lahir.
1
THE CORRELATION FREQUENCY OF BREASTFEEDING
WITH INCIDENCE OF NEONATAL JAUNDICE
AT DR. H. MOCH ANSARI SALEH HOSPITAL BANJARMASIN
ABSTRACT
Introduction: Breastfed infants fed early with effective and giving colostrum is believed to reduce
the incidence of physiological hyperbilirubinemia. One of the main factors that affect the IMR in
Indonesia, namely jaundice in newborns (5%), at dr. H. Moch Ansari Saleh hospital of Banjarmasin
in 2016, showed 205 (7.7%) babies have jaundice.
Objective: This research is aimed to analyze about the correlation Frequency of Breastfeeding with
Incidence of Jaundice in Newborns at dr. H. Moch Ansari Saleh hospital of Banjarmasin in 2017.
Method: Quantitative research with cross sectional study design. Population in this research is 243
mother who have babies and conducted rooming-in postpartum room in Hospital dr. H. Moch
Ansari Saleh. The sample is 71 people, in this research with Accidental Sampling technique. The
data were analyzed using chi-square test.
Results: Of 71 respondents studied, frequent breastfeeding frequencies of not often 63.3% had
jaundice, and 36.7% had no jaundice. Frequent breastfeeding frequency of 68.3% of infants did not
have jaundice, and 31.7% had jaundice. The correlation between the frequency of breastfeeding
with the incidence of jaundice in newborns at dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Hospital
(ρ=0.016 = 0.05).
Conclusion: There is a significant correlation between the frequency of breastfeeding and the
incidence of jaundice in newborns.
didapatkan pemberian ASI tidak sering dengan frekuensi kurang dari 8 kali
perhari (setiap > 4 jam) sebanyak 30 sebanyak 32 bayi (45,1%) dan yang tidak
orang (42,3%) dan ibu yang memberikan ikterus sebanyak 39 bayi (54,9%).
ASI pada bayinya dengan frekuensi Ikterus ialah warna kuning yang
sering yakni 8 sampai 12 kali perhari dapat terlihat pada sklera, selaput lendir,
(setiap per 2,5-4 jam) sebanyak 41 orang kulit atau organ lain akibat penumpukan
(57,7%). bilirubin (Marmi, 2012). Ikterus
Prasetyono (2012) mengatakan fisiologis adalah ikterus dengan kadar
bahwa ASI merupakan makanan alami bilirubin <10 mg% timbul pada hari
pertama dan utama selama tahun pertama kedua dan ketiga yang tidak memiliki
bayi dan menjadi makanan penting dasar patologis dan tidak memilki potensi
selama tahun kedua. ASI juga untuk terjadi kern-ikterus serta tidak
dikondisikan untuk memenuhi kebutuhan menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
bayi, mengandung nutrisi dan Pada bayi normal, kadar bilirubin akan
kemampuan biologis tinggi untuk meningkat mulai hari ke 2-3, mencapai
pertumbuhan. puncaknya pada hari ke 5-7 dan menurun
Sebagian besar bayi yang baru lahir kembali sampai hari ke 10-14. Kulit
akan menyusu ASI sebanyak 8-12 jam biasanya nampak kuning bila kadar
sehari atau setiap 2-3 jam sekali dengan bilirubin mencapai 5-7 mg% mulai dari
lama 5-7 menit, karena umumnya perut muka, leher, kemudian turun ke badan
bayi akan kosong kembali dalam waktu dan ekstremitas (Maryunani, 2008).
tersebut. Ikterus pada bayi baru lahir yang
Faktor pertumbuhan dan nutrisi yang terjadi pada hari ke 2-3 dikarena organ
terdapat dalam ASI sangat menentukan hati pada bayi baru lahir belum matang
proses pertumbuhan dan perkembangan dengan sempurna, sehingga
bayi. Oleh karena itu sangat diperlukan mengakibatkan kuning pada kulit atau
perhatian dalam frekuensi pemberian organ lain karena penumpukan bilirubin.
ASI, bayi yang sehat akan menyusu 8 Marmi (2012) mengatakan bahwa
hingga 12 kali per hari (Arif 2009). Ikterus dapat disebabkan karena hati
2. Ikterus pada bayi baru lahir dalam bayi tersebut belum matang atau
Berdasarkan hasil penelitian yang disebabkan kadar penguraian sel darah
telah dilakukan di RSUD Dr. H. Moch merah yang cepat. Dalam kadar tinggi
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2017 bilirubin bebas ini bersifat racun dan sulit
didapatkan bayi yang mengalami ikterus larut dalam air. Beberapa organ bayi baru
lahir belum dapat berfungsi secara
optimal dalam mengeluarkan bilirubin
karena masa matang organ hati pada bagi bayi, Pemberian ASI juga dapat
setiap hati berbeda-beda, namun meningkatkan dan mengeratkan jalinan
umumnya pada hari ketujuh organ hati kasih sayang antara ibu dengan bayi serta
mulai melakukan fungsinya dengan baik. meningkatkan kekebalan tubuh bagi bayi
Menurut Yang et al, (2013), itu sendiri. Ikterus merupakan penyakit
penyebab ikterus pada bayi baru lahir yang sangat rentang terjadi pada bayi
dapat berdiri sendiri maupun disebabkan baru lahir, terutama dalam 24 jam setelah
oleh beberapa faktor. Menurut adanya kelahiran, dengan pemberian ASI yang
peningkatan kadar bilirubin pada ikterus sering bilirubin yang dapat menyebabkan
dapat disebabkan peningkatan pemecahan terjadinya ikterus akan dihancurkan dan
sel darah merah atau heme, fungsi hepar dikeluarkan melalui feses bayi. Oleh
yang belum sempurna, peningkatan sebab itu, pemberian ASI sangat baik dan
sirkulasi enterohepatik pada bilirubin, dianjurkan guna mencegah terjadinya
dan intake nutrisi yang tidak adekuat. ikterus pada bayi baru lahir.
3. Hubungan Frekuensi Pemberian ASI Rentang frekuensi menyusui yang
dengan Kejadian Ikterus pada bayi baru optimal adalah antara 8 hingga 12 kali
lahir setiap hari, salah satu manfaat pemberian
Hasil penelitian yang telah dilakukan ASI bagi bayi adalah menjadikan bayi
di RSUD Dr.H.Moch Ansari Saleh yang diberi ASI lebih mampu
Banjarmasin, dapat diketahui bahwa ibu menghadapi efek penyakit kuning
yang menyusui bayinya tidak sering (ikterus). Jumlah bilirubin dalam darah
sebesar 63,3% bayi mengalami ikterus, bayi banyak berkurang seiring
dan sebesar 36,7% yang tidak mengalami diberikannya kolostrum yang dapat
ikterus, frekuensi pemberian ASI yang mengatasi kekuningan, asalkan bayi
sering yaitu sebesar 68,3% bayi tidak tersebut disusui sesering mungkin dan
mengalami ikterus, dan sebesar 31,7% tidak diberi pengganti ASI (Sunar 2009).
mengalami ikterus. Berdasarkan hasil uji Prasetyono, (2012) juga
statistik nilai ρ=0,016 =0,05 maka menyebutkan bahwa kolostrum yang
dapat disimpulkan ada hubungan yang terdapat saat ASI keluar pertama kali
signifikan antara frekuensi pemberian memiliki efek laktasif yang dapat
ASI dengan kejadian ikterus pada bayi membantu bayi baru lahir untuk
baru lahir. mengeluarkan mekonium dari usus.
ASI merupakan sumber makanan Bersamaan dengan keluarnya mekonium,
terbaik bagi bayi selain mengandung dikeluarkan pula kelebihan bilirubin,
komposisi yang cukup sebagai nutrisi