UNIVERSITAS INDONESIA
NAMA
: RIADINNI ALITA
NPM
: 1506779076
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan uji/ test Guaiac untuk melihat
positif atau negatif darah dalam tinja bayi, apakah darah yang terdapat di tinja
darah samar atau darah nyata (segar), dan melihat resiko bayi mengalami feeding
intolerance (Toleransi minum) atau Enterokolitis Nekrotikans (NEC). Darah
samar apabila hanya sebagian tipis atau sedikit tinja terdapat bercak atau bintik
darah, sedangkan darah nyata apabila darah segar terdapat di tinja dan banyak
(tampak jelas). Diperoleh pula penyebab adanya darah samar atau darah nyata
dalam tinja yaitu disebabkan dua faktor : 1) Faktor fisik bayi, 2) Faktor
Pengobatan Bayi. Hasil tiga pengkajian keperawatan pada bayi berat lahir rendah
dan prematur dengan dugaan darah samar atau darah nyata dalam tinja adalah : (1)
faktor pengobatan bayi, (2) faktor fisik bayi, dan (3) muncul tanda intoleransi
minum
Maka pengkajian yang dapat dilakukan bila ditemukan darah samar atau darah
nyata pada tinja pada berat bayi lahir rendah yaitu:
1) Ditemukan alergi susu sapi (intoleransi protein susu sapi) maka dapat muncul
diare dan tampak bercak/bintik darah sehingga perawat perlu mengevaluasi
toleransi pada makanan lainnya serta meninjau grafik pola penyertaan
ketergantungan atau perubahan makanan secara enteral.
2) Ditemukan virus/bakteri pada saluran gastrointestinal (viral gastroenteritis)
maka tinja akan cair, diare (air dan lendir) sehingga perawat kaji evaluasi jika
terdapat intoleransi pada makanan lainnya, gejala seperti pada NEC, kaji
adanya distensi abdomen, demam, lemas, apneu, muntah.
3) Ditemukan fisura pada rectal maka ada coret/ bercak darah di tinja sehingga
perawat kaji riwayat BAB (berapa banyak BAB, adakah konstipasi, tindakan
baru atau sering dilakukan pemberian gliserin, laporan stimulasi digital, amati
fisura atau hemoroid yang tampak.
4) Apabila bayi menelan darah atau amnion ibu saat dalam kandungan maka
muncul darah nyata ditinja terjadi di 5 hari pertama kehidupan bayi sehingga
kaji riwayat persalinan. Jika bayi minum, nilai tanda/gejala intoleransi minum
namun jika bayi muntah lakukan tes Apt-Downey untuk membedakan apakah
darah tersebut berasal dari darah ibu atau darah bayi
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
dan
nekrotikans
perjalanan
termasuk
penyakitnya
penyebab
utama
sulit
kesakitan
diprediksi. Enterokolitis
dan
kematian
pada
neonatus. Masalah lain yang dihadapi bayi dengan berat lahir rendah yaitu
intoleransi minum. Hal tersebut dapat dilakukan dengan tes Guaiac sehingga jika
hasil positif akan muncul darah samar.
Apabila seorang perawat mengetahui bagaimana kondisi bayi lahir dengan berat
rendah dan bila ditemukan darah dalam tinja maka perawat harus melakukan
pengkajian keperawatan secara tepat. Tes Guaiac ini dapat membantu perawat
dalam memutuskan pengkajian dan tanda/gejala apakah yang muncul bila bayi
dengan intoleransi minum ataupun enterokolitis nekrotikans.
2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fenomena diatas, perlu lebih dalam lagi membahas perbedaan jenis
darah dalam tinja bayi berat lahir rendah dengan uji Guaiac dan artikel Nursing
Assesment of Guaiac-Positive and Occult Blood in Preterm Infant Stool, sebagai
kajian utama dalam penyusunan makalah ini dengan membandingkan kejadian di
Indonesia. Tujuan penulisan makalah ini untuk mengeksplorasi perbedaan
gambaran darah dalam tinja bayi berat lahir rendah, menentukan perlakuan bila
ditemukan darah samar, serta memandu/membimbing saat melakukan pengkajian
keperawatan.
3. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini terdiri dari ringkasan artikel, pendahuluan,
analisa pustaka, pembahasan, implikasi keperawatan dan kesimpulan.
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS PUSTAKA
Angka kematian bayi dan balita untuk periode lima tahun (2008 2012) bahwa
semua Angka kematian bayi dan balita hasil Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012 lebih rendah dari pada hasil SDKI 2007. Angka
kematian bayi hasil SDKI 2012 adalah 32 kematian per 1000 kelahiran hidup dan
kematian balita adalah 40 kematian per 1000 kelahiran hidup dan mayoritas
kematian bayi terjadi pada neonatus. Pada tahun 2012 Angka kematian bayi
tertinggi di Indonesia diduduki oleh Gorontalo dan Papua Barat dengan jumlah
kematian 67 jiwa dan 74 jiwa dari 1.283 jiwa (SDKI, 2012).
Saat ini Indonesia masih menghadapi masalah tingginya angka kematian bayi.
Dituturkan oleh Dr. dr. Slamet Riyadi Yuwono, DTM&H, MARS, Direktur
Jenderal Bina Gizi dan KIA Kemenkes dalam acara peluncuran Program EMAS
di gedung Kemenkes bahwa sekitar 56% kematian bayi terjadi pada masa neonatal
atau baru lahir hingga usia 28 hari. Kematian bayi disebabkan adanya masalah
pada neonatal seperti afiksia, BBLR dan infeksi neonatus. Masalah lain yang bisa
menjadi penyebab kematian pada bayi seperti pneumonia, diare serta masalah gizi
buruk dan gizi kurang yang biasanya mulai terjadi sejak masa kehamilan. Beliau
menambahkan, terdapat 5 provinsi yang menyumbang 50 persen kematian bayi di
Indonesia atau sekitar 86.111 kematian bayi yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Sumatera Utara dan Banten (health.detik.com, 2012)
Menurut Ersdal, et al. (2012), di Tanzania, masalah bayi baru lahir 61%
mengalami asfiksia, 15% mengalami prematur, 8% mengalami berat badan lahir
rendah, 2% mengalami infeksi, 8% mengalami anomali kongenital, dan 2%
mengalami masalah yang tidak jelas. Masalah kesehatan pada neonatus
mengharuskan neonatus untuk di rawat di ruang perawatan perinatologi dan
dikategorikan sebagai bayi baru lahir yang berisiko.
Menurut Dokter spesialis anak dari Divisi Neonatologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), Risma
Kerina Kaban (2013) faktor risiko BBLR antara lain dibagi menjadi risiko
demografik, risiko medis, risiko perilaku dan lingkungan, dan faktor risiko
fasilitas kesehatan. Faktor risiko demografik meliputi usia ibu terlalu muda, yaitu
kurang dari 16 tahun atau terlalu tua, yaitu lebih dari 35 tahun, status sosio-
UNIVERSITAS INDONESIA
ekonomi yang merupakan salah satu penentu utama status gizi, serta tingkat
pendidikan yang rendah. Faktor usia ibu terlalu muda biasanya banyak ditemukan
di pedesaan yang budayanya menuntut anak untuk cepat-cepat dinikahkan.
Sebaliknya, usia terlalu tua banyak ditemukan di perkotaan, wanita terlalu asyik
bekerja, lupa menikah. Faktor risiko medis meliputi kehamilan multipel yang
biasanya karena tnecik bayi tabung sehingga menghasilkan bayi kembar lebih dari
dua, kenaikan berat badan ibu tidak optimal, jarak kehamilan sekarang dengan
kehamilan
sebelumnya
pendek,
tekanan
darah
rendah
atau
UNIVERSITAS INDONESIA
predisposisi
terjadinya NEC pada bayi kurang bulan. Sekresi asam lambung, mukus,
peristaltik saluran cerna, dan secretory IgA yang dibentuk oleh dinding usus
masih terbatas pada bayi kurang bulan. Disamping itu, fungsi tight junctions
untuk menjaga barrier epitel usus masih kurang, sehingga risiko kolonisasi
kuman patogen enterik sangat tinggi. Peningkatan permeabilitas saluran cerna
terhadap
protein
dan karbohidrat
melalui mukosa ke dalam kelenjar getah bening dan sirkulasi darah. Sepsis
ditemukan sebagai
pada
penelitian
(96%)
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
10
kecil dimulai pada hari ke 5-7 atau setelah bising usus normal dan feses tidak
berdarah (Manoe dan Amir, 2003).
Melihat gambaran masalah diatas, dapat diketahui melalui feses bayi. Feces (tinja)
normal terdiri dari sisa- sisa makanan yang tidak tercerna, air, bermacam produk
hasil pencernaan makanan dan kuman- kuman nonpatogen. Terdiri dari 60- 70%
merupakan air dan sisanya terdiri dari substansi solid (10-20%) yang terdiri dari
makanan yang tidak tercerna (selulosa), sisa makanan yang tidak terabsorbsi, selsel saluran pencernaan (sel epitel) yang rusak, bakteri dan unsur- unsur lain (+
30%). Tinja yang dikeluarkan merupakan hasil pencernaan dari + 10 liter cairan
masuk dalam saluran cerna. Tinja normal menggambarkan bentuk dan ukuran
liang kolon. Perhatian terhadap pemeriksaan tinja di laboratorium dan pada
umumnya masih kurang. Tinja merupakan specimen
yang
penting
untuk
UNIVERSITAS INDONESIA
11
stress ulcer, dan sepsis ditemukan saat pengkajian dan hasil pemeriksaan
pernapasan ditemukan adanya retraksi dinding dada minimal, napas cepat dan
dangkal, dan tidak ada sianosis, abdomen distensi, bising usus tidak ada.
Kasus penelitian mengalami intoleransi minum yang dapat menganggu kebutuhan
nutrisi yang merupakan komponen penting dalam proses pemulihan, pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Fungsi motorik intestinal juga merupakan masalah kritis
yang menyebabkan intoleransi minum pada bayi prematur (Neu, 2007). Kondisi
bayi prematur pada kelima kasus juga mengalami masalah kesehatan akibat
prematuritas dan kelainan kongenital. Adapun masalah yang menyertai kelima
kasus adalah NEC, perdarahan lambung, distres pernapasan, peptic ulcer,
gastroschisis,
dan
GERD.
Masalah-masalah
tersebut
menyebabkan
dan
bahwa
intoleransi
minum
adalah
enteral
atau
pasien
dipuasakan.
Hal
tersebut
dilakukan
untuk
UNIVERSITAS INDONESIA
12
masalah
kesehatan.
Imaturitas
dan
rendahnya
imunitas
bayi
DAFTAR PUSTAKA
UNIVERSITAS INDONESIA
13
Badan Pusat Statistik. 2013. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
2012. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Bararah,V.F.2012. Kematian Bayi di Indonesia Banyak Terjadi di Masa
Neonatal.Detik.health.com,http://health.detik.com/read/2012/01/26/142
448/1825789/1300/kematian-bayi-di-indonesia-banyak-terjadi-di-masaneonatal, diakses 3 November 2015
Carter, B. M. (2012). Feeding intolerance in preterm infants and standard of care
guidelines for nursing assessments. Newborn and Infant Nursing
Review, 12(4), 187-201.
Ersdal, H.L., Mduma, E., Svensen, E., & Perlman, J. (2012). Birth asphyxia: A
major cause of early neonatal mortality in a Tanzanian rurral hospital.
Pediatrics, 129, e1238.
Gomella, T. L., Cunningham, M. D., & Eyal, F. G. (2009). Neonatologi:
Management, procedures, on-call problems, diseases, and drug (6th
ed.). New York: Mc. Graw Hill.
Harahap, dkk. 2013. Peran eritromisin terhadap toleransi minum bayi premature
Sari
Pediatri,
Vol.
15,
No.
3,
Oktober
2013,
UNIVERSITAS INDONESIA
14
UNIVERSITAS INDONESIA
15
UNIVERSITAS INDONESIA