Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN NY.

K DENGAN OLIGOHIDRAMNION

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Stase Keperawatan Maternitas Islami

Dosen Pembimbing :

Disusun Oleh :

Nindi Puspita Sari (42022094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS UNIVERSITAS AISYIYAH BANDUNG


2022
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Sholawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada junjunan kita Nabi Muhammad SAW, berkat
Rahmat dan Hidayah-nya penulis dapat menyelesaikan tugas Laporan
pendahuluan ini.

Laporan pendahuluan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Keperawatan Maternitas. Penulis juga menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan
ini masih ada kekurangan dan penulis mengharapkan saran dan kritikan agar bisa
memyempurnakan Laporan ini, sehingga Laporan ini dapat memberikan manfaat
dibidang pendidikan dan juga dapat dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena itu
perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya .

Bandung, Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare saat ini masih merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada
masyarakat. Diare juga merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di
berbagai negara. Diare dapat menyerang semua kelompok usia terutama pada anak. Anak
lebih rentan mengalami diare, karena sistem pertahanan tubuh anak belum sempurna.

World Health Organizatin (WHO) (2018), menyatakan bahwa diare merupakan 10


penyakit penyebab utama kematian. Tahun 2012 terjadi 1,5 juta kematian akibat diare.
Sepanjang tahun 2012, terdapat sekitar 5 juta bayi meninggal pada tahun pertama
kehidupan. Kematian tersebut disebabkan karena pneumonia (18%), komplikasi kelahiran
preterm (14%) dan diare (12%).

Hasil Riskesdas (2018), menyatakan bahwa insiden diare pada anak di Indonesia
adalah 6,7 persen. Lima provinsi dengan insiden diare tertinggi adalah Aceh (10,2%),
Papua (9,6%), DKI Jakarta (8,9%), Sulawesi Selatan (8,1%), dan Banten (8,0%).
Karakteristik diare balita tertinggi terjadi pada kelompok umur 12-23 bulan (7,6%), laki-
laki (5,5%), perempuan (4,9%). Angka morbiditas dan mortalitas akibat penyakit diare di
Indonesia masih tinggi. Proporsi terbesar penderita diare pada balita adalah kelompok
umur 6 – 11 bulan yaitu sebesar 21,65% lalu kelompok umur 12-17 bulan sebesar
14,43%, kelompok umur 24-29 bulan sebesar 12,37%, sedangkan proporsi terkecil pada
kelompok umur 54 – 59 bulan yaitu 2,06% (Kemenkes, 2011).

Diare pada bayi dan balita ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:
yaitu infeksi, malabsorbsi, makanan, dan psikologis anak. Infeksi enteral merupakan
infeksi saluran percernaan, yang menjadi penyebab utama diare pada anak. Infeksi enteral
disebabkan karena bakteri, virus dan parasit. Sedangkan infeksi parenteral merupakan
infeksi dari luar pencernaan seperti otitis media akut (OMA), bronkopneumonia,
ensefalitis. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur di bawah 2 tahun
(Ngastiyah, 2014).
Pengkajian keperawatan terhadap diare dimulai dengan mengamati keadaan umum
dan perilaku anak. Pengkajian selanjutnya yang dilakukan pada pasien diare dengan
gangguan keseimbangan cairan yaitu pengkajian dehidrasi seperti berkurangnya keluaran
urine, turgor kulit yang jelek, ubun-ubun yang cekung. Nursalam (2008), mengatakan
dampak yang dapat ditimbulkan jika mengalami gangguan keseimbangan cairan yaitu
terjadi hal-hal seperti dehidrasi pada bayi dan balita, hipoglikemia, mengalami gangguan
gizi, gangguan sirkulasi, hingga terjadi komplikasi pada anak

Dampak masalah fisik yang akan terjadi bila diare tidak diobati akan berakibat
kehilangan cairan dan eletrolit secara mendadak. Pada balita akan menyebabkan
anoreksia (kurang nafsu makan) sehingga mengurangi asupan gizi, dan diare dapat
mengurangi daya serap usus terhadap sari makanan. Dalam keadaan infeksi, kebutuhan
sari makanan pada anak yang mengalami diare akan meningkat, sehingga setiap serangan
diare akan menyebabkan kekurangan gizi. Jika hal ini berlangsung terus menerus akan
menghambat proses tumbuh kembang anak. Sedangkan dampak psikologis terhadap
anak-anak antara lain anak akan menjadi rewel, cengeng, sangat tergantung pada orang
terdekatnya.

Diagnosis keperawatan yang sering muncul pada pasien yang menderita diare adalah
kekurangan volume cairan dan ketidakseimbangan nutrisi. Peran perawat sebagai pemberi
pelayanan keperawatan pada anak yang dirawat dengan diare, diantaranya memantau
asupan dan pengeluaran cairan. Anak yang mendapatkan terapi cairan melalui intravena
perlu pengawasan untuk asupan cairan, kecepatan tetesan harus diatur untuk memberikan
cairan dengan volume yang dikehendaki dalam waktu tertentu dan lokasi pemberian infus
harus dijaga.

Tindakan keperawatan yang harus dilakukan selanjutnya yaitu menimbang berat


badan anak secara akurat, memantau input dan output yang tepat dengan meneruskan
pemberian nutrisi per oral dan melakukan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan
laboratorium. Selain dari tindakan keperawatan, orang tua dan keluarga juga ikut
memberikan perawatan seperti memberikan perhatian, semangat dan mendampingi anak
selama dirawat dirumah sakit. Selain dari perawatan anak di rumah sakit, pengetahuan
orang tua tentang terjadinya diare sangatlah penting. Hal ini disebabkan karena sebagian
ibu belum mengetahui tentang perilaku sehat untuk menjaga kesehatan keluarga seperti
selalu menjaga kebersihan diri dan makanan, menjaga kebersihan lingkungan rumah,
memeriksakan kondisi kesehatan ketika terdapat gejala suatu penyakit ke puskesmas,
menjaga pola istirahat serta menyempatkan untuk berekreasi guna menghilangkan stres
yang dapat memicu suatu penyakit (Subakti, 2015).
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Tinjauan Teori
1. Oligohidramnion
a) Pengertian

Oligohidramnion adalah suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari normal, yaitu
kurang dari 500 cc. Definisi lainnya menyebutkan sebagai AFI yang kurang dari 5 cm.
Karena VAK tergantung pada usia kehamilan maka definisi yang lebih tepat adalah AFI
yang kurang dari presentil 5 ( lebih kurang AFI yang <6.8 cm saat hamil cukup bulan).

b) Etiologi

Penyebab oligohydramnion tidak dapat dipahami sepenuhnya. Mayoritas wanita


hamil yang mengalami tidak tau pasti apa penyebabnya. Penyebab oligohydramnion
yang telah terdeteksi adalah cacat bawaan janin dan bocornya kantung/ membran cairan
ketuban yang mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang
mengalami oligohydramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan ginjal dan
saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin berkurang.

Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion menurut Eny Rahmawati (2011)


masih belum diketahui. Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion
hampir selalu berhubungan dengan obtruksi saluran traktus urinarius janin atau
renal agnesis. Penyebab primer: mungkin oleh karena pertumbuhan amnion
kurang baik. Penyebab sekunder misalnya pada ketuban pecah dini (premature
rupture of the membrane = PROM). Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan
oligohidramnion adalah

1) Kelainan kongenital.
2) PJT
3) Ketuban Pecah Dini.
4) Kehamilan Postterm.
5) Insufisiensi plasenta.
6) Obat - obatan (misalnya dari golongan antiprostaglandin)
c) Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala oligohidramnion menurut Y. L. Latin (2014) adalah
1) “Molding” uterus mengelilingi janin.
2) Janin dapat diraba dengan mudah.
3) Tidak ada efek pantul (ballotement) pada janin.
4) Penambahan tinggi fundus uteri berlangsung lambat (Varney, 2006).
5) Adanya keadaan lain yang menyertai (Tekanan darah yang tinggi dan
Edema).
6) Tinggi fundus yang lebih rendah sedikitnya 3 cm atau lebih
dibandingkan tinggi fundus pada usia kehamilannya. (Jumlah cairan
amnion yang secara klinis berkurang dan Tanda retardasi pertumbuhan
intrauteri/IUGR atau insufisiensi plasenta)
d) Patofisologis
Patofisiologi oligohidramnion menurut Y. L. Latin (2014) adalah:
1) Produksi cairan amnion yang abnormal.
2) Perfusi plasenta yang buruk.
3) Tekanan darah Tinggi (hipertensi).
4) Pertumbuhan janin yang kurang baik/ IUGR.
5) Produksi urine janin yang rendah.
6) Intoksikasi renal.
7) Nefrosis.
8) Ketuban pecah dini
e) Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang oligohidramnion menurut Y. L. Latin (2014) adalah
1) USG
 MVP (maximum vertical pocket) < 3 cm. 2)AFI (amniotic fluid
index) < 5 cm
 Keberadaan anomali janin
 Pemeriksaan Doppler dapat membantu menegakkan diagnosis
penurunan perfusi plasenta (Arteri serebri media dan Arteri
umbilikalis)
f) Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara konservatif menurut Varney (2006) meliputi:
1) Tirah baring.
2) Pemberian cairan cukup.
3) Asupan nutrisi yang seimbang.
4) Pemantauan kesejahteraan janin (menghitung gerakan janin, NST, profil
bifisik, velocimetri Doppler).
5) Pengukuran volume cairan amnion dengan ultrasonografi secara teratur.
6) Amniofusi
7) Induksi dan Pelahiran.
8) Terminasi kehamilan jika terdapat anomali janin. (Y. L. Latin, 2014).
9) SC jika kemungkinan anomali janin sudah disingkirkan. (Y. L. Latin,
2014).
g) Komplikasi

Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan ketuban


berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion dapat terjadi di masa
kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia kehamilan cenderung berakibat
serius dibandingkan jika terjadi di masa kehamilan trimester terakhir. Terlalu
sedikitnya cairan ketuban dimasa awal kehamilan dapat menekan organ-organ janin
dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.

Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga meningkatkan


resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam kandungan. Jika
ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin
berhubungan dengan pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir
kehamialn, oligohydramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan
kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin
dan menyebabkan kematian janin. Wanita yang mengalami oligohydramnion lebih
cenderung harus mengalami operasi caesar disaat persalinannya.

h) Konsep Asuhan Keperawatan


1) Pengkajian
a) Identitas

Anamnesis: pengkajian mengenai nama lengkap, jenis kelamin, tanggal lahir,


umur, tempat lahir, asal suku bangsa, nama orang tua, pekerjaan orang tua, dan
penghasilan.
b) Keluhan Utama

Biasanya pasien mengalamin buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB
< 4 kali dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/
sedang), atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat). Apabila diare berlangsung <14 hari
maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsungselama 14 hari
atau lebih adalah diare persisten.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Biasanya pasien mengalami:

a) Bayi atau anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat,
nafsu makan berkurang atau tidak ada, dan kemungkinan timbul diare.
b) Tinja makin cair, mungkin disertai lendir atau lendir dan darah. Warna tinja
berubah menjadi kehijauan karena bercampur empedu.
c) Anus dan daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan sifatnya
makin lama makin asam.
d) Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah diare.
e) Apabila pasien telah banyak kehilangan cairan dan eletrolit, maka gejala
dehidrasi mulai tampak.
f) Diuresis: terjadi oliguri (kurang 1 ml/kg/BB/jam) bila terjadi dehidrasi. Urine
normal pada diare tanpa dehidrasi. Urine sedikit gelap pada dehidrasi ringan
atau sedang. Tidak ada urine dalam waktu 6 jam (dehidrasi berat)
d) Riwayat Penyakit Dahulu
a) Kemungkinan anak tidak dapat imunisasi campak Diare lebih sering
terjadi pada anak-anak dengan campak atau yang baru menderita campak
dalam 4 minggu terakhir, sebagai akibat dari penuruan kekebalan tubuh
pada pasien. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat
imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG, imunisasi DPT, serta
imunisasi polio.
b) Adanya riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antibiotik),
makan makanan basi, karena faktor ini merupakan salah satu kemungkinan
penyebab diare.
c) Riwayat air minum yang tercemar dengan bakteri tinja, menggunakan
botol susu, tidak mencuci tangan setelah buang air besar, dan tidak
mencuci tangan saat menjamah makanan.
d) Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak berusia dibawah 2 tahun
biasanya adalah batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelumnya,
selama, atau setelah diare. Informasi ini diperlukan untuk melihat tanda
dan gejala infeksi lain yang menyebabkan diare seperti OMA, tonsilitis,
faringitis, bronkopneumonia, dan ensefalitis
e) Riwayat Penyakit Keluarga

Adanya anggota keluarga yang menderita diare sebelumnya, yang dapat


menular ke anggota keluarga lainnya. Dan juga makanan yang tidak dijamin
kebersihannya yang disajikan kepada anak. Riwayat keluarga melakukan
perjalanan ke daerah tropis

f) Riwayat Nutrisi

Riwayat pemberian makanan sebelum mengalami diare, meliputi:

a) Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi
resiko diare dan infeksi yang serius.
b) Pemberian susu formula. Apakah dibuat menggunakan air masak dan
diberikan dengan botol atau dot, karena botol yang tidak bersih akan
mudah menimbulkan pencemaran.
c) Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum
biasa). Pada dehidrasi ringan atau sedang anak merasa haus ingin minum
banyak. Sedangkan pada dehidrasi berat, anak malas minum atau tidak
bisa minum

g) Pola Aktifitas Spiritual Pasien

Kaji apakah pasien saat sakit mengalami distress spiritual atau tidak

h) Keadaan Umum
a) Diare tanpa dehidrasi: baik, sadar
b) Diare dehidrasi ringan atau sedang: gelisah, rewel
c) Diare dehidrasi berat: lesu, lunglai, atau tidak sadar
i) Berat badan

Anak yang mengalami diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan


berat badan, sebagai berikut:

Tingkat Dehidrasi % Kehilangan Berat Badan


Bayi Anak
Dehidrasi ringan 5% (50 ml/kg) 3% (30 ml/kg)
Dehidrasi sedang 5-10% (50-100 ml/kg) 6% (60 ml/kg)
Dehidrasi berat 10-15% (100-150 ml/kg) 9% (90 ml/kg)

j) Pemeriksaan Fisik
a) Kepala

Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi, ubun-ubunnya


biasanya cekung

b) Mata

Anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal.
Apabila mengalami dehidrasi ringan atau sedang kelopak matanya cekung
(cowong). Sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat, kelopak matanya
sangat cekung.

c) Hidung

Biasanya tidak ada kelainan dan gangguan pada hidung, tidak sianosis, tidak
ada pernapasan cuping hidung.

d) Telinga

Biasanya tidak ada kelainan pada telinga.

e) Mulut dan Lidah

Diare tanpa dehidrasi: Mulut dan lidah basah

Diare dehidrasi ringan: Mulut dan lidah kering

Diare dehidrasi berat: Mulut dan lidah sangat kering


f) Leher

Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening, tidak ada kelainan pada
kelenjar tyroid.

g) Thorak
Jantung
- Inspeksi
Pada anak biasanya iktus kordis tampak terlihat.
- Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi
ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga meningkat,
diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien mengalami takikardi dan
bradikardi.

Paru-paru

- Auskultasi
Pada diare tanpa dehidrasi denyut jantung normal, diare dehidrasi
ringan atau sedang denyut jantung pasien normal hingga
meningkat, diare dengan dehidrasi berat biasanya pasien
mengalami takikardi dan bradikardi.
h) Abdomen
- Inspeksi
Anak akan mengalami distensi abdomen, dan kram.
- Palpasi
Turgor kulit pada pasien diare tanpa dehidrasi baik, pada pasien
diare dehidrasi ringan kembali < 2 detik, pada pasien dehidrasi
berat kembali > 2 detik.
- Auskultasi
Biasanya anak yang mengalami diare bising ususnya meningkat
i) Ektremitas

Anak dengan diare tanpa dehidrasi Capillary refill (CRT) normal, akral
teraba hangat. Anak dengan diare dehidrasi ringan CRT kembali < 2 detik,
akral dingin. Pada anak dehidrasi berat CRT kembali > 2 detik, akral
teraba dingin, sianosis.
j) Genitalia

Anak dengan diare akan sering BAB maka hal yang perlu di lakukan
pemeriksaan yaitu apakah ada iritasi pada anus.

k) Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan laboratrium
a) Pemeriksaan AGD, elektrolit, kalium, kadar natrium serum
Biasanya penderita diare natrium plasma > 150 mmol/L, kalium > 5
mEq/L (b)
b) Pemeriksaan urin
Diperiksa berat jenis dan albuminurin. Elektrolit urin yang diperiksa
adalah Na+ K+ dan Cl. Asetonuri menunjukkan adanya ketosis.
c) Pemeriksaan tinja
Biasanya tinja pasien diare ini mengandung sejumlah ion natrium,
klorida, dan bikarbonat.
d) Pemeriksaan pH, leukosit, glukosa
Biasanya pada pemeriksaan ini terjadi peningkatan kadar protein
leukosit dalam feses atau darah makroskopik. pH menurun disebabkan
akumulasi asama atau kehilangan basa.
e) Pemeriksaan biakan empedu bila demam tinggi dan dicurigai infeksi
sistemik.

2) Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respons klien


terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi
respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan. Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada kasus diare menurut PPNI
(2017) sebagai berikut :

a) Diare b.d fisiologis (proses infeksi)


b) Hipovolemi b.d kehilangan cairan aktif
c) Defisit Nutrisi b.d penurunan intake makanan
d) Gangguan integritas kulit b.d ekskresi/BAB sering
e) Risiko syok
3) Rencana Intervensi Keperawatan
Rencana Intervensi keperawatan sebagai berikut:

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 Diare b.d Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
fisiologis keperawatan diharapkan 1) Identifikasi penyebab diare 1) Mengetahui penyebab, Riwayat
(proses eliminasi fekal pasien membaik 2) Identifikasi riwayat pemberian pemberian makan sebelum diare
dengan kriteria hasil:
infeksi) makan 2) Memantau dan mengetahui
a. Konsistensi feses
3) Identifikasi gejala invaginasi warna, volume, frekuensi,
meningkat
4) Monitor warna, volume, frekuensi, konsistensi tinja dan jumlah
b. Frekuensi defekasi/bab
dan konsistensi tinja pengeluaran diare
meningkat
5) Monitor jumlah pengeluaran diare
c. Peristaltik usus meningkat
d. Kontrol pengeluaran feses
Terapeutik
meningkat
1) Berikan asupan cairan oral (oralit) Terapeutik
e. Nyeri abdomen menurun
2) Pasang jalur intravena 1) Memenuhi kebutuhan cairan dan

3) Berikan cairan intravena mengganti cairan yang telah

4) Ambil sample darah untuk keluar akibat diare

pemeriksaan darah lengkap


5) Ambil sample feses untuk kultur,
jik perlu.
Edukasi
1) Anjurkan manghindari makanan Edukasi
pembentuk gas, pedas, dan 1) Mencegah keparahan akibat diare
mengandung laktosa
2) Anjurkan makanan porsi kecil dan
sering secara bertahap

Kolaborasi
Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat
1) Mengurangi dan meberhentikan
pengeras feses
diare
2) Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
2 Hipovolemi Setelah dilakukan intervensi Obsevasi Obsevasi
b.d keperawatan diharapkan 1) Periksa tanda dan gejala 1) Mengetahui perubahan dalam
kehilangan status cairan pasien membaik hypovolemia (misal frekuensi tubuh yang merupakan tanda
cairan aktif dengan kriteria hasil nadi meningkat, nadi teraba hypovolemia
a. Turgor kulit membaik lemah, tekanan darah menurun,
b. Frekuensi nadi membaik tekanan nadi menyempit, turgor
c. Tekanan darah membaik kulit menurun, membrane
d. Membrane mukosa mukosa kering, volume urin
membaik
e. Intake cairan membaik menurun,haus,lemah).
f. Output urine meningkat 2) Monitor intake dan output cairan

Terapeutik Terapeutik

1) Hitung kebutuhan cairan 1) Mengetahui kebutuhan cairan

2) Berikan asupan cairan oral agar tepat dalam pemberian cairan

Edukasi Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan 1) Menghindari terjadinya dehidrasi

cairan oral
2) Anjurkan menghidari posisi
mendadak

Kolaborasi
Kolaborasi
1) Membantu menyuplai kebutuhan
1) Kolaborasi pemberian cairan
cairan yang telah keluar akibat
isotonis (Nacl.RL)
diare
2) Kolaborasi pemberian infus
cairan kristaloid 20 ml/kg bb
untuk anak.

3 Defisit Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi


keperawatan diharapkan 1) Identifikasi status nutrisi 1) Mengetahui status nutrisi, alergi
Nutrisi b.d
status nutrisi pasien membaik 2) Identifikasi alergi dan intoleransi dan intoleransi makanan.
penurunan dengan kriteria hasil : makanan 2) Mengetahui makanan yang
a. Porsi makanan yang 3) Identifikasi makanan yang disukai disukai
intake
dihabiskan meningkat 4) Identifikasi keburuhan kalori dan 3) Mengetahui kebutuhan kalori dan
makanan b. Diare menurun nutrisi jenis nutrient agar sesuai
c. Frekuensi makan 5) Monitor asupan makanan kebutuhan
membaik 6) Monitor berat badan 4) Mengetahui kemampuan makan
d. Nafsu makan membaik 7) Monitor hasil pemeriksaan
e. Bising usus membaik laboratorium
Terapeutik
Terapeutik 1) Makanan yang sajian menarik dapat
1) Berikan makanan secara menarik meningkatkan nafsu makan
dan suhu yang sesuai
2) Berikan makanan tinggi kalori
dan protein
Edukasi
Edukasi 1) Memberikan nutrisi yang sesuai
1) Anjurkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi 1) Memberikan makanan yang seuai
1) Kolaborasi dengn ahli gizi untuk dengan jumlah kalori, jenis kebutuhan
menetukan jumlh kalori dan jenis yang dibutuhkan
nutsisi yang dibutuhkan jika
perlu.
2) Kolaborasi pemberian obat
antimetik jika perlu
4 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi
keperawatan diharapkan 1) Identifikasi penyebab gangguan 1) Mengetahui penyebab gangguan
integritas
integritas kulit dan jaringan integritas kulit integritas kulit
kulit b.d meningkat dengan kriteria
hasil:
ekskresi/BAB
a. Kerusakan lapisan kulit Terapeutik Terapeutik
sering menurun 1) Ubah posisi tiap 2 jam jika tirah 1) Menghindari terjadinya ruam
baring yang lebih parah
b. Nyeri menurun 2) Bersihkan perineal dengan air
c. Kemerahan menurun hangat, terutama selama periode
d. Tekstur membaik diare
3) Gunakan petroleum berbahan
petroleum atau minyak pada kulit
kering
Edukasi
Edukasi
1) Mengurangi ruam dan mencegah
1) Anjurkan menggunakan pelembab
terjadinya gangguan integritas
2) Anjurkan minum air yang cukup
kulit di lokasi lain
3) Anjurkan meningkatkan asupan
buah dan sayur
4) Anjurkan mandi dan
menggunakan sabun secukupnya
Kolaborasi
Kolaborasi 1) Meringankan gejala
1) Kolaborasi pemberian obat topical

5 Risiko Syok Setelah dilakukan intervensi Observasi Observasi


keperawatan diharapkan 1) Monitor status kardiopulmonal 1) Mengetahui tanda-tanda syok
tingkat syok pasien menurun 2) Monitor frekuensi nafas
dengan kriteria hasil: 3) Monitor status oksigenasi
a. Kekuatan nadi 4) Monitor status cairan
meningkat 5) Monitor tingkat kesdaran dan
b. Output urine meningkat respon pupil
c. Frekuensi nafas 6) Monitor jumlah,warna,dan berat
membaik jenis urine
d. Tingkat kesadaran Terapeutik
meningkat Terapeutik 1) Mencegah penurunan saturasi
e. Tekanan darah 1) Berikan oksigen untuk 2) Mengembalikan cairan yang telah
sistolik,diastolic mempertahankan saturasi oksigen keluar aibat diare
membaik >94%
2) Pasang jalur IV, jika perlu
Edukasi
Edukasi 1) Memberikan penjelasan prosedur
1) Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2) Jelaskan penyebab/factor risiko
syok
3) Anjurkan memperbanyak asupan
cairan oral
Kolaborasi
Kolaborasi 1) Membantu penyetabilan kondisi
1) Kolaborasi pemberian IV, jika
perlu
4) Implementasi Keperawatan

Implementasi Keperawatan Pelaksanaan adalah realisasi rencana tindakan untuk


mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kegiatan dalam pelaksanaan juga meliputi
pengumpulan data berkelanjutan, mengobservasi respon klien selama dan sesudah
pelaksaan tindakan, serta menilai data yang baru. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan keperawatan antara lain:

a) Kemampuan intelektual, teknikal, dan interpersonal.


b) Kemampuan menilai data baru.
c) Kreativitas dan inovasi dalam membuat modifikasi rencana tindakan.
d) Penyesuaian selama berinteraksi dengan klien.
e) Kemampuan mengambil keputusan dalam memodifikasi pelaksanaan.
f) Kemampuan untuk menjamin kenyamanan dan keamanan serta efektivitas tindakan.

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang
berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu
pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan
pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan klien.
Penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai. Evaluasi selalu berkaitan
dengan tujuan yaitu pada komponen kognitif, afektif, psikomotor, perubahan fungsi dan
tanda gejala yang spesifik.

Anda mungkin juga menyukai