Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH SOSIOLOGI EKONOMI

UNDANG-UNDANG BPJS DAN PELAYANAN BPJS


Diajukan untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Sosiologi Ekonomi
Diampu Oleh: Dra. Hj. Neneng Nurbaeti Amin, SE., M.Si

Disusun Oleh:
Rima Sulisyaning Tyas ( 200313214 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANDUNG
2022/2023

1
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang karena
kekuatan dan kekuasaannya kami dapat menyusun makalah ini guna pemenuhan tugas Mata
Kuliah Sosiologi Ekonomi dengan makalah yang berjudul “Undang-Undang BPJS dan
Pelayanan BPJS” ini dengan baik. Selain itu tak lupa bacaan shalawat serta salam kami
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai manusia yang berpengaruh besar pada
peradaban manusia hingga menjadi sekarang ini. Di zaman sekarang ini tentu saja banyak
perubahan yang terjadi tidak terkecuali di dunia pendidikan, yaitu proses pembelajaran. Dalam
makalah ini diuraikan tentang salah satu model pembelajaran yang saat ini cukup sering
digunakan dalam proses belajar mengajar yaitu model pembelajaran mandiri.

Meskipun kami sudah menyampaikan banyak referensi untuk menunjang penyusunan


makalah ini, namun kami menyadari bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih
terdapat banyak kesalahan serta kekurangan. Sehingga kami mengharapkan saran serta
masukan dari para pembaca. Tidak lupa kami menyampaikan rasa terima kasih kepada rekan-
rekan mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya baik secara langsung maupun tidak
langsung sehingga makalah ini bisa selesai. Akhir kata, kami berharap agar makalah ini bisa
memberikan banyak manfaat baik bagi kita sebagai penyusun ataupun rekan-rekan yang
membaca makalah ini.

Bandung, 9 Oktober 2022

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2
BAB I 4
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 4
1.1. LATAR BELAKANG MASALAH ............................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ....................................................................................... 7
BAB II........................................................................................................................................ 8
PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 8
A. Undang-undang BPJS Dasar Hukum .............................................................................. 8
2.2 Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan ............................................................. 8
2.3 Kewajiban Peserta ....................................................................................................... 8
2.5 Jaminan Kesehatan dalam Peraturan Prundang-Undangan ......................................... 9
2.6 Manfaat Jaminan Kesehatan...................................................................................... 10
2.7 Pembayar Iuran ......................................................................................................... 11
2.8 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan....................................................................... 12
2.9 Kepesertaan Pendaftaran BPJS ................................................................................. 13
B. Mutu Pelayanan BPJS ................................................................................................... 15
3.1 Mutu Pelayanan Kesehatan ....................................................................................... 15
C. Pendekatan Teori Sosiologi Ekkonomi ............................................................................... 17
D.Analisa Undang-Undang BPJS dan Pelayanan BPJS dengan Teori Sosiologi Ekonomi .... 19
BAB III .................................................................................................................................... 22
PENUTUP................................................................................................................................ 22
Kesimpulan .............................................................................................................................. 22
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 23

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan)merupakan Badan Usaha


Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintahuntuk menyelenggarakan jaminan
pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama untuk Pegawai Negeri Sipil,
Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya
dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.

Setiap warga negara wajib mengikuti BPJS sesuai ketentuan Pasal 14 Undang-Undang Nomor
24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial. Untuk perusahaan diwajibkan
untuk mendaftarkan karyawannya mengikuti BPJS, sedangan untuk orang atau keluarga yang
tidak bekerja pada perusahaan wajib mendaftarkan diri dan anggota keluarganya pada BPJS.
Dan untuk warga miskin nantinya BPJS akan ditanggung pemerintah sebagai Program Bantuan
Iuran.

BPJS Kesehatan mulai diberlakukan sejak tahun 2014. Dan diberlakukan sistem mandiri bagi
peserta kategori Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) yang sistem pembayarannya
ditagihkan secara per individu. Namun dengan sistem ini didapati rendahnya tingkat kepatuhan
terutama terjadi pada peserta mandiri mencapai 50 persen lebih dari total 19 juta peserta pada
2015 lalu. Karenanya BPJS Kesehatan membuat sistem baru yakni 1 Virtual Accont untuk
meningkatkan tingkat kepatuhan masyarakat untuk aktif sebagai peserta BPJS Kesehatan dan
menekankan sistem gotong royong sebagai peserta BPJS Kesehatan. Status aktivasi peserta
sebelum pembayaran bulan September 2016 akan disesuaikan dengan status aktivasi pada
masing-masing peserta sebelumnya. Sedangkankan status peserta yang telah membayar iuran
pada bulan September 2016 adalah sama aktif untuk seluruh anggota keluarga.

4
Sistem pambayaran BPJS mulai 1 September 2016, peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS) di kategori Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau mandiri
dapat melakukan pembayaran dengan sistem satu VA untuk seluruh anggota keluarganya atau
VA Keluarga.
“Dalam sistem baru ini peserta mandiri diharuskan membayar iuran secara kolektif
yang mencakup seluruh nama dalam satu Kartu Keluarga (KK) yang terdaftar.
Artinya, setiap bulan, peserta mandiri harus membayar total tagihan seluruh
anggota keluarga secara akumulatif.”

Seluruh anggota keluarga wajib mengikuti dan membayar iuran BPJS Kesehatan agar
anggota keluarga lain bisa dinyatakan aktif mengikuti BPJS Kesehatan. Sesuai Peraturan
Presiden No 19/2016 pasal 17A.1 keterlambatan bayarlebih dari 1 bulan sejak tanggal 10
maka status penjamin peserta BPJS akan dihentikan sementara.

Dalam waktu 45 hari sejak status diaktifkan kembali, peserta wajib membayarkan denda
kepada pihak\ BPJS untuk setiap pelayanan
rawat inap. Besaran denda yang dimaksud adalah sebesar 2,5% dari setiap biaya
pelayanan kesehatan untuk setiap bulan tertunggak. Ketentuan ini berlaku jika peserta
menunggak sampai paling banyak 12 bulan dengan besar denda paling banyak Rp.
30.000.000. Kemudahahannya, saat ingin membayar iuran peserta tidak perlu harus
mencatat dan menunjukkan seluruh nomor peserta keluarganya ketika mendaftar.
Selain itu peserta juga akan lebih hemat ketika membayar iuran di outlet PPOB yang
telah menerima sistem pembayaran iuran BPJS Kesehatan, karena biaya administrasi
transaksi yang dikenakan hanya 1x (satu kali) untuk
transaksi seluruh anggota keluarga.

Namun pada kenyataannya banyak ditemukan fakta di lapangan bahwa sistem ini malah
memberatkan masyarakat yang berpenghasilan rendah serta
memiliki tanggungan anggota keluarga yang lebih dari 4 (empat) orang karena tidak bisa
lagi melakukan pencicilan dalam pembayaran BPJS Kesehatan untuk keluarganya sesuai
prioritas kebutuhan.

Mekanisme pembayaran iuran BPJS Kesehatan yang baru dianggap tidak fleksibel,
walaupun secara administratif
5
pembayaran kolektif dianggap lebih efisien. potensi penurunan kolektabilitas iuran
sangat tinggi. Ketidakmampuan untuk membayar secara kolektif di kelas yang sama akan
mengakibatkan penundaan atau bahkan gagal bayar seluruh keluarga.
Aturan ini dinilai justru akan menyurutkan minat masyarakat untuk mendaftar secara
mandiri menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS)
mengingat nominal yang harus dibayarkan cukup besar JKN semestinya bersifat inklusif
yang berarti memudahkan akses seluruh masyarakat terhadap jaminan kesehatan,
terlepas dari kemampuan ekonomi, jenis pekerjaan, latar belakang pendidikan, maupun
determinan lainnya.

Dengan ketentuan tagihan 1 Virtual Account maka tunggakan iuran salah satu anggota
keluarga akan mempengaruhi status kepesertaan BPJS anggota keluarga lainnya. Jika
salah satu atau beberapa anggota keluarga menunggak maka anggota lain harus
membayar seluruh tunggakan agar kartu semua peserta dalam satu KK bias kembali aktif.
Hal ini tentunya akan sangat membebani masyarakat golongan kebawah yang hanya
mampu membayar sebagian tagihan BPJS sesuai kebutuhan. Jika salah satu tidak
membayar maka tentu anggota keluarga lainnya tidak bisa aktif
dalam BPJS Kesehatan karena sistem memberlakukan harus melalui satu Kartu Keluarga
aktif. Karena meskipun pada bulan-bulan sebelumnya aktif melakukan pembayaran,
namun pada bulan terakhir ada tunggakan pembayaran karena tidak mampu menanggung
pembayaran untuk seluruh anggota keluarga maka pelayanan untuk seluruh anggota
keluarga akan terganggu dan tidak bisa dilakukan klaim pelayanan dengan BPJS
Kesehatan.

Dilihat dari kasus yang terjadi di kalangan masyarakat, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut mengenai kebijakan BPJS Kesehatan tentang sistem
pembayaran 1 Virtual Account untuk satu Kartu Keluarga yang masih banyak
menimbulkan persoalan di masyarakat, khususnyapada golongan menegah kebawah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan pokok
permasalahan sebagai berikut:

6
1. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap jaminan kesehatan yang dilaksanakan
oleh BPJS?
2. Bagaimanakah konsep kedepan perlindungan hukum yang baik terhadap peserta
jaminan kesehatan oleh BPJS?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan penjelasan tersebut diatas, penelitian mempunyai tujuan sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap jaminan kesehatan yang
dilaksanakan oleh BPJS.
b. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang baik dalam pelaksanaan jaminan
kesehatan oleh BPJS

7
BAB II

PEMBAHASAN

A. Undang-undang BPJS Dasar Hukum

1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem


Jaminan Sosial Kesehatan
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2012 Tentang
Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan
4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan
Kesehatan.

2.2 Hak dan Kewajiban Peserta BPJS Kesehatan


a. Mendapatkan kartu peserta sebagai bukti sah untuk memperoleh pelayanan
kesehatan
b. Memperoleh manfaat dan informasi tentang hak dan kewajiban serta prosedur
pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
c. Mendapatkan pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan
BPJS Kesehatan; dan
d. Menyampaikan keluhan/pengaduan, kritik dan saran secara lisan atau tertulis ke
Kantor BPJS Kesehatan

2.3 Kewajiban Peserta


1. Mendaftarkan dirinya sebagai peserta serta membayar iuran yang besarannya sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
2. Melaporkan perubahan data peserta, baik karena pernikahan, perceraian, kematian,
kelahiran, pindah alamat atau pindah fasilitas kesehatan tingkat
3. Menjaga Kartu Peserta agar tidak rusak, hilang atau dimanfaatkan oleh orang yang
tidak berhak. Mentaati semua ketentuan dan tata cara pelayanan kesehatan

8
2.4 Perlindungan Hukum
Perlindungan hukum merupakan suatu hal yang melindungi subyeksubyek hukum
melalui peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dipaksakan pelaksanaanya
dengan satu sanksi. Perlindungan hukum dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Perlindungan Hukum Preventif
Perlindungan yang diberikan oleh pemerintah dengan tujuan untuk mencegah
sebelumnya terjadi pelanggaran. Hal ini terdapat dalam peraturan perundang-
undangan dengan maksud untuk mencegah suatu pelanggaran serta memberikan
rambu-rambu atau batasan-batasan dalam melakukan suatu kewajiban.
b. Perlindungan Hukum Represif
Perlindungan hukum represif merupakan perlindungan akhir berupa sanksi seperti
denda, penjara, dan hukuman tambahan yang diberikan apabila suterjadi sengketa
atau telah dilakukan suatu pelanggaran.

2.5 Jaminan Kesehatan dalam Peraturan Prundang-Undangan

Jaminan kesehatan adalah suatu perlindungan bagi tenaga kerja dalam bentuk santunan
berupa uang sebagai pengganti sebagian dari penghasilan yang hilang atau berkurang dan
pelayanan sebagai akibat peristiwa atau keadaan yang dialami oleh tenaga kerja berupa
kecelakaan kerja, sakit, hamil, bersalin, hari tua, dan meninggal dunia.
Pasal 99 UU No.13 menyatakan bahwa setiap pekerja/buruh dan keluarganya berhak
untuk memperoleh jaminan sosial tenaga kerja yang salah satu ruang lingkupnya adalah
jaminan kesehatan. Ayat 2 pasal 99 selanjutnya menentukan bahwa jaminan sosial tenaga
kerja dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kewajiban mengikut sertakan tenaga kerjanya dalam program jaminan sosial (jamianan
kesehatan) tenaga kerja bagi setiap perusahaan ini dibatasi dengan ketentuan bahwa
hanya pengusaha yang memperkejakan tenaga kerja sebanyak 10 orang atau lebih,atau
membayar upah paling sedikit Rp 1.000.000,- sebulan (Pasal 2 ayat 3 PP No.14 Tahun
1993). Menurut Undang-Undang No.3 Tahun 1992 jaminan pemeliharaan kesehatan
adalah upaya penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan
pemeriksaan, pengobatan dan perawatan termasuk pemeriksaan kehamilan dan
pertolongan persalinan.
Yang berhak memperoleh pemeliharaan jaminan kesehatan ialah tenaga kerja, suami atau
istri dan anak.14 Jaminan pemeliharaan kesehatan meliputi:

9
a. Rawat jalan tingkat pertama
b. Rawat jalan tingkat lanjuta
c. Rawat inap
d. Pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
e. Penungjang diagnostic
f. Pelayanan khusus
g. Pelayanan gawat darurat

2.6 Manfaat Jaminan Kesehatan


Manfaat jaminan pemeliharaan kesehatan bagi perusahaan adalah perusahaan dapat
memiliki tenaga kerja yang sehat, dapat konsentrasi dalam bekerja sehingga lebih
produktif. Manfaat jaminan pemeliharaan kesehatan bagi tenaga kerja merupakan upaya
penanggulangan dan pencegahan gangguan kesehatan yang memerlukan pemeriksaan,
pengobatan, dan/atau perawatan termasuk kehamilan dan persalinan.

Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional


Ada 2 (dua) manfaat Jaminan Kesehatan, yakni berupa pelayanan kesehatan dan manfaat
non medis meliputi akomodasi dan ambulans. Ambulans hanya diberikan untuk pasien
rujukan dari Fasilitas Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS
Kesehatan Paket manfaat yang diterima dalam program JKN ini adalah komprehensive
sesuai kebutuhan medis. Dengan demikian pelayanan yang diberikan bersifat paripurna
(preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif) tidak dipengaruhi oleh besarnya biaya
Premi bagi peserta. Promotif dan preventif yang diberikan dalam konteks upaya
kesehatan perorangan (personal care).

Manfaat pelayanan promotif dan preventif meliputi pemberian pelayanan:


a. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai
pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat.
b. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus
dan HepatitisB (DPTHB), Polio, dan Campak.
c. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi,
dantubektomi bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana.
Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.

10
d. Skrining kesehatan, diberikan secara selektif yang ditujukan untuk
mendeteksiRisiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan dari risiko penyakit
tertentu. Meskipun manfaat yang dijamin dalam JKN bersifat komprehensif namun
masih ada yang dibatasi, yaitu kaca mata, alat bantu dengar (hearing aid), alat bantu
gerak (tongkat penyangga, kursi roda dan korset). Sedangkan yang tidak dijamin
meliputi:
a. Tidak sesuai prosedur
b. Pelayanan diluar Faskes Yg bekerjasama dng BPJS
c. Pelayanan bertujuan kosmetik
d. General check up, pengobatan alternatif
e. Pengobatan untuk mendapatkan keturunan, Pengobatan Impotensi
f. Pelayanan Kesehatan Pada Saat Bencana
g. Pasien Bunuh Diri /Penyakit Yg Timbul Akibat Kesengajaan Untuk Menyiksa
Diri Sendiri/ Bunuh Diri/Narkoba

Iuran Jaminan Kesehatan adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh
Peserta, Pemberi Kerja, dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan Kesehatan (pasal
16, Perpres No. 12/2013 tentang Jaminan Kesehatan).
Tarif Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka oleh
BPJS Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlahpelayanan kesehatan
yang diberikan. Tarif Non Kapitasi adalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS
Kesehatan kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama berdasarkan jenis dan
jumlahpelayanan kesehatan yang diberikan.
Tarif Indonesian - Case Based Groups yang selanjutnya disebut Tarif
INACBG’sadalah besaran pembayaran klaim oleh BPJS Kesehatan kepada Fasilitas
Kesehatan Tingkat Lanjutan atas paket layanan yang didasarkan kepada
pengelompokan diagnosis penyakit.

2.7 Pembayar Iuran


1. Bagi Peserta PBI, iuran dibayar oleh Pemerintah.
2. Bagi Peserta Pekerja Penerima Upah, Iurannya dibayar oleh Pemberi Kerja dan
Pekerja.
3. Bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran

11
4. Dibayar oleh Peserta yang bersangkutan.
5. Besarnya Iuran Jaminan Kesehatan Nasional ditetapkan melalui Peraturan Presiden
dan ditinjau ulang secara berkala sesuai dengan perkembangan sosial, ekonomi, dan
kebutuhan dasar hidup yang layak.

Setiap Peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan persentase
dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan
penerima upah dan PBI). Setiap Pemberi Kerja wajib memungut iuran dari pekerjanya,
menambahkan iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya, dan membayarkan iuran
tersebut setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala (paling lambat tanggal 10
setiap bulan). Apabila tanggal 10 (sepuluh) jatuh pada hari libur, maka iuran dibayarkan
pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran JKN dikenakan denda
administratif sebesar 2% (dua persen) perbulan dari total iuran yang ertunggak dan
dibayar oleh Pemberi Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta bukan Pekerja wajib membayar iuran
JKN pada setiap bulan yang dibayarkan palinglambat tanggal 10 (sepuluh) setiap bulan
kepada BPJS Kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan diawal. BPJS
Kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai dengan Gaji atau
Upah Peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan pembayaran iuran, BPJS
Kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada Pemberi Kerja dan/atau Peserta paling
lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak diterimanya iuran. Kelebihan atau kekurangan
pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran Iuran bulan berikutnya.
Iuran premi kepesertaan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pekerja
informal. Besaran iuran bagi pekerja bukan penerima upah itu adalah Rp25.500 per bulan
untuk layanan rawat inap kelas III, Rp42.500 untuk kelas II dan Rp59.500 untuk kelas I.
Untuk standar tarif pelayanan kesehatan pada Fasilitas kesehatan tingkat pertama ada di
lampiran 1.

2.8 Cara Pembayaran Fasilitas Kesehatan


BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan
Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehata membayar
dengan sistem paket INA CBG’s. Mengingat kondisi geografis Indonesia, tidak semua
Fasilitas Kesehatan dapat dijangkau dengan mudah. Maka, jika di suatu daerah tidak
memungkinkan pembayaran berdasarkan Kapitasi, BPJS Kesehatan diberi wewenang

12
untuk melakukan pembayaran dengan mekanisme lain yang lebih berhasil guna. Semua
Fasilitas Kesehatan meskipun tidak menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan wajib
melayani pasien dalam keadaan gawat darurat, setelah keadaan gawat daruratnya teratasi
dan pasien dapat dipindahkan, maka fasilitas kesehatan tersebut wajib merujuk ke
fasilitas kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan akan
membayar kepada fasilitas kesehatan yang tidak menjalin kerjasama setelah memberikan
pelayanan gawat darurat setara dengan tarif yang berlaku di wilayah tersebut.

2.9 Kepesertaan Pendaftaran BPJS


Beberapa pengertian:
Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam)
bulan di Indonesia, yang telah membayar Iuran. Pekerja adalah setiap orang yang bekerja
dengan menerima gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lain. Pemberi Kerja adalah
orang perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan lainnya yang mempekerjakan
tenaga kerja, atau penyelenggara negara yang mempekerjakan pegawai negeri dengan
membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk lainnya. Peserta tersebut meliputi:
Penerima Bantuan Iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan Kesehatan meliputi orang yang tergolong fakir miskin dan
orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan orang tidak
mampu yang terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:


a. Pegawai Negeri Sipil;
b. Anggota TNI;
c. Anggota Polri;
d. Pejabat Negara;
e. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;
f. Pegawai Swasta; dan
g. Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf f yang menerima Upah.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:


a. Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan
b. Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan penerima Upah.

13
c. Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b, termasuk warga negara
asing yang bekerja di Indonesia paling singkat 6 (enam) bulan.
3) Bukan Pekerja dan anggota keluarganya terdiri atas:
a. Investor;
b. Pemberi Kerja;
c. Penerima Pensiun;
d. Veteran;
e. Perintis Kemerdekaan; dan
f. Bukan Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan huruf yang
mampu membayar Iuran.

4) Penerima pensiun terdiri atas:


a. Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
b. Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak pensiun;
c. Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
d. Penerima Pensiun selain huruf a, huruf b, dan huruf c; dan
e. Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun sebagaimana dimaksud pada
huruf a sampai dengan huruf d yang mendapat hak pensiun. Anggota keluarga bagi
pekerja penerima upah meliputi ( Istri atau suami yang sah dari Peserta; dan Anak
kandung, anak tiri dan/atau anak angkat yangsah dari Peserta, dengan kriteria tidak atau
belum pernah menikah atau tidak mempunyai penghasilan sendiri; dan belum berusia 21
(dua puluh satu) tahun atau belum berusia 25 (duapuluh lima) tahun yang masih
melanjutkan pendidikan formal. Sedangkan Peserta bukan PBI JKN dapat juga
mengikutsertakan anggota keluarga yang lain.
5) WNI di Luar Negeri
Jaminan kesehatan bagi pekerja WNI yang bekerja di luar negeri diatur dengan ketentua
peraturan perundang-undangan tersendiri.
6) Syarat pendaftaran
Syarat pendaftaran akan diatur kemudian dalam peraturan BPJS.
7) Lokasi pendaftaran
Pendaftaran Peserta dilakukan di kantor BPJS terdekat/setempat.

8) Prosedur pendaftaran Peserta


a. Pemerintah mendaftarkan PBI JKN sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
14
b. Pemberi Kerja mendaftarkan pekerjanya atau pekerja dapat mendaftarkan
diri sebagai Peserta kepada BPJS Kesehatan.
c.Bukan pekerja dan peserta lainnya wajib mendaftarkan diri dan keluarganya sebagai
Peserta kepada BPJS Kesehatan.
9) Hak dan kewajiban Peserta
Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berhak mendapatkan
a) identitas Peserta dan
b) manfaat pelayanan kesehatan di Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
Kesehatan. Setiap Peserta yang telah terdaftar pada BPJS Kesehatan berkewajiban untuk:
a. membayar iuran dan
b. melaporkan data kepesertaannya kepada BPJS Kesehatan dengan
menunjukkan identitas Peserta pada saat pindah domisili dan atau pindah kerja.
10) Masa berlaku kepesertaan
a. Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional berlaku selama yang
bersangkutan membayar Iuran sesuai dengan kelompok peserta.
b. Status kepesertaan akan hilang bila Peserta tidak membayar Iuran atau
meninggal dunia.
c. Ketentuan lebih lanjut terhadap hal tersebut diatas, akan diatur oleh Peraturan BPJS.
11) Pentahapan kepesertaan
Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional dilakukan secara bertahap, yaitu
Tahap pertama mulai 1 Januari 2014, kepesertaannya paling sedikit meliputi:
PBI Jaminan Kesehatan; Anggota TNI/PNS di lingkungan Kementerian
Pertahanan dan anggota keluarganya; Anggota Polri/PNS di lingkungan Polri
dan anggota keluarganya; peserta asuransi kesehatan PT Askes (Persero)
beserta anggota keluarganya, serta peserta jaminan pemeliharaan kesehatan
Jamsostek dan anggota keluarganya. Selanjutnya tahap kedua meliputi seluruh
penduduk yang belum masuk sebagai Peserta BPJS Kesehatan paling lambat
pada tanggal 1 Januari 2019.

B. Mutu Pelayanan BPJS


3.1 Mutu Pelayanan Kesehatan
Menurut Azwar (1996:39), menyatakan bahwa “mutu pelayanan kesehatan adalah
menunjukkan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan,
yang disatu pihak dapat menimbulkan kepuasan pada setiap pasien atau pemakai jasa

15
pelayanan, dan dipihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta
standar yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk”.
Mengacu kepada Undang-Undang nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial menjelaskan fungsi dan tugas BPJS Kesehatan sebagai berikut:
• Fungsi:
BPJS Kesehatan berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dijelaskan
dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
bahwa Jaminan Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
asuransi sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh
manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan.
• Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana tersebut diatas BPJS
Kesehatan bertugas untuk:
1. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta.
2. Memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja.
3. Menerima bantuan iuran dari Pemerintah.
4. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan peserta.
5. Mengumpulkan dan mengelola data peserta program jaminan sosial.
6. Membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai denga
ketentuan program jaminan sosial.
7. Memberikan informasi

MACAM- MACAM PELAYANAN


1. Jenis Pelayanan
Ada 2 (dua) jenis pelayanan yang akan diperoleh oleh Peserta JKN, yaitu
berupa pelayanan kesehatan (manfaat medis) serta akomodasi dan ambulans
(manfaat non medis). Ambulanshanya diberikan untuk pasien rujukan dari Fasilitas
Kesehatan dengan kondisi tertentu yang ditetapkan oleh BPJS Kesehatan.
2. Prosedur Pelayanan
Peserta yang memerlukan pelayanan kesehatan pertama-tama harus Memperoleh
pelayanan kesehatan pada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama. Bila Peserta
memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan, maka hal itu harus dilakukan

16
melalui rujukan oleh Fasilitas Kesehatan tingkat pertama, kecuali dalam keadaan
kegawatdaruratan medis.
3. Kompensasi Pelayanan
Bila di suatu daerah belum tersedia Fasilitas Kesehatan yang memenuhi syarat guna
memenuhi kebutuhan medis sejumlah Peserta, BPJS Kesehatan wajib memberikan
kompensasi, yang dapat berupa: penggantian uang tunai, pengiriman tenaga
kesehatan atau penyediaan Fasilitas Kesehatan tertentu. Penggantian uang tunai
hanya digunakan untuk biaya pelayanan kesehatan dan transportasi.
4. Penyelenggara Pelayanan Kesehatan
Penyelenggara pelayanan kesehatan meliputi semua Fasilitas Kesehatan yang
menjalin kerja sama dengan BPJS Kesehatan baik fasilitas kesehatan milik
Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan swasta yang memenuhi persyaratan melalui
proses kredensialing dan rekredensialing.

C. Pendekatan Teori Sosiologi Ekkonomi

Pendekatan Teori Sosiologi Ekonomi yang digunakan


Dalam pembahasan mengenai Pendekatan Sosiologi Ekonomi, akan ada beberapa hal yang
yang akan dibahas.
Dalam pembahasan ini akan dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:
1. Hambatan pada tindakan ekonomi
2. Hubungan ekonomi dan masyarakat
3. Tujuan analisis
4. Penerapan Metode
5. Teori sosiologi sebagai pendekatan

Pembahasan lebih lanjut mengenai 5 komponen tersebut sebagai berikut:


1. Hambatan Pada Tindakan Ekonomi
Biasanya tindakan ekonomi tidak berada dalam ruang lingkup yang kosong, suatu ruang yang
tidak melibatkan hubungan kelompok sosial dengan kelompok yang lainnya. Pada dasarnya
hubungan ekonomi tersebut saling berkaitan dengan hubungan sosial dengan orang lain.
Bukan hanya sekedar hubungan ekonomi saja, yaitu hubungan yang terkait dengan suatu

17
interaksi masyarakat di dalam suatu pasar, aksi yang terjadi sering kali seperti penawaran
permintaan suatu barang berkembang lebih jauh dan menjadi suatu hubungan sosial.
2. Hubungan Ekonomi Dan Masyarakat
- Analisis sosiologi terhadap proses ekonomi,
misalnya proses pembentukan harga antara pelaku ekonomi, atau proses terjadinya.
- Perselisihan dalam tindakan ekonomi, atau proses terjadinya perselisihan dalam tindakan
ekonomi.
- Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi lain dari masyarakat, seperti
hubungan antara ekonomi dengan agama, pendidikan stratifikasi sosial, demokrasi atau
politik.
- perselisihan dalam tindakan ekonomi, atau proses terjadinya perselisihan dalam tindakan
ekonomi.
- Analisis hubungan dan interaksi antara ekonomi dan institusi lain dari masyarakat, seperti
hubungan antara ekonomi dengan agama, pendidikan stratifikasi sosial, demokrasi atau
politik.

3. Tujuan Analisis
Ekonomi lebih cenderung melakukan prediksi dan eksplanasi, sangat sedikit membuat
deskripsi. Yang artinya dalam analisis ekonomi cenderung melakukan ramalan tentang masa
depan dengan membentangkan kemungkinan kecendrungan yang akan terjadi serta
menjelaskan hubungan atau pengaruh antar variabel. Sedangkan sosiologi lebih cenderung
kepada deskripsi dan eksplanasi dan jarang membuat deskripsi. Dengan kata lain, dalam
analisis sosiologi lebih menekankan pada kedalaman suatu fenomena dan kualitas, apa yang
ada dibalik kenyataan, dan melihat tembus pandang terhadap realitas yang ada.

4. Penerapan Metode
Karena ekonomi terlalu menekankan prediksi maka metode yang cocok dengan itu adalah
metode yang ditujukan untuk penerapan hipotesa dan penggunaan model-model dalam
bentuk penerapan oleh karena itu ekonomi sering menggunakan data resmi atau dikenal
dengan data sekunder dan tidak mempunyai data sendiri. Sedangkan sosiologi lebih
menggunakan beberapa metode yang berbeda satu sama lain seperti hermeneutik, etnografi,
dan fenomenologi termasuk metode historis dan perbandingan. Para sosiolog lebih sering
mencari data sendiri di lapangan.

18
5. Teori Sosiologi Terhadap Pendekatan
Salah satu pendekatan sosiologi adalah teori sosiologi. Teori merupakan alat untuk
melakukan analisis. Oleh sebab itu teori bukan merupakan tujuan analisis melainkan alat
untuk memahami kenyataan atau fenomena dalam hal ekonomi. Dalam sosiologi, teori telah
mengalami perkembangan yang sangat pesat. Dalam pembahasan ini kita hanya membatasi
empat teori saja, dua teori mikro (teori interasionisme simbolis dan teori pertukaran) dan dua
teori makro (teori struktural dan fungsional dan teori struktural konflik).

Faktor-faktor serta pandangan sosiolog sangat berpengaruh terhadap suatu kenyataan sosial,
dalam hal ini sosiologi ekonomi selalu memusatkan perhatian pada:
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
empiris. Pada penelitian empiris yang diteliti pada awalnya adalah data sekunder,
kemudian dilanjutkan dengan penelitian pada data primer di lapangan atau terhadap
masyarakat.
2. Sifat Penelitian
Penelitian hukum ini bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif adala penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan,
gejala atau kelompok tertentu atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara
suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif ini merupakan tata cara penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, yaitu apa yang dinyatakan oleh responden secara tertulis atau
lisan, dan perilaku nyata.19 Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
dilakukan dengan melakukan pengumpulan data berupa kata-kata, gambargambar,
serta informasi verbal maupun normative dan bukan dalam bentuk
angka-angka.

D. Analisa Undang-Undang BPJS dan Pelayanan BPJS dengan Teori Sosiologi Ekonomi

Teori tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial atau BPJS merupakan lembaga yang dibentuk untuk menyelenggarakan program
jaminan sosial di Indonesia menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 dan Undang-

19
Undang Nomor 24 Tahun 2011. Sesuai Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang
Sistem Jaminan Sosial Nasional, BPJS merupakan badan hukum nirlaba. Selama ini
pelayanan kesehatan yang menggunakan kartu penerima bantuan dari pemerintah hanya
dilayani oleh rumah rumah sakit milik pemerintah. Kementerian Kesehatan mencatat saat ini
jumlah rumah sakit swasta di seluruh Indonesia sekitar dua ribu rumah sakit.

Pembentukan BPJS menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial. Undang-undang ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat
(1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial dan
transformasi kelembagaan PT Askes (Persero), PT Jamsostek (Persero), PT TASPEN
(Persero) dan PT ASABRI (Persero) menjadi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial.

Transformasi tersebut diikuti adanya pengalihan peserta, program, aset dan liabilitas, pegawai
serta hak dan kewajiban. Undang-Undang ini membentuk 2 (dua) BPJS yaitu BPJS
Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan menyelenggarakan program jaminan
kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan program jaminan kecelakaan kerja,
jaminan hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Terbentuknya dua BPJS ini
diharapkan secara bertahap akan memperluas jangkauan kepesertaan progam jaminan sosial.
Teori tentang pelayanan Kesehatan Menurut Gilang (2007), pelayanan kesehatan adalah
pelayanan oleh kebanyakan institusi kesehatan atau tenaga kesehatan kepada pasiennya.
Kualitas pelayanan kesehatan biasanya mengacu pada kemampuan rumah sakit dalam
memberikan pelayanan yang sesuai dengan standar profesi kesehatan dan dapat diterima
pasiennya yang nantinya akan mendorong tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan (Tjiptono, 2007:33).

Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang bersifat tidak kasat mata
(tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi antara konsumen dengan karyawan atau hal-
hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksud untuk
memecahkan persoalan konsumen (Ratminto dan Winarsih, 2005:45). Pemanfaatan
pelayanan kesehatan adalah penggunaan fasilitas pelayanan yang disediakan baik dalam
bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas kesehatan ataupun bentuk
kegiatan lain dari pemanfaatan pelayanan tersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan

20
kesinambungan pelayanan, penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh
masyarakat, terjangkau serta bermutu (Azwar,1999).

Jaminan sosial juga dijamin dalam Pasal 34 ayat 2 dan 3 Dan UUD 1945 “Negara
mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. Negara bertanggung jawab
atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak“
Program jaminan sosial yang diselenggaran oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
Kesehatan dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan diatur melalui
Undang-Undang No. 24 tahun 2011 yang di tetapkan tanggal 25 November 2011 dimana
seharusnya Undang-Undang BPJS ini ditetapkan 5 tahun sejak diberlakukannya yaitu 19
Oktober 2004 berdasarkan Undang-undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional. Sinkronisasi dan harmonisasi pengaturan jaminan sosial sangat diperlukan
mengingat Undang-Undang No. 24 tahun 2011 berkaitan dengan Undang-Undang No 36 tahun
2009 tentang Kesehatan dan Undang-Undang No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Dimana
Undang-Undang kesehatan dan Undang-Undang Rumah Sakit belum mengakomodir anak
berkebutuhan khusus dan penyandang disabilitas, penyakit akibat kerja dan diperlukannya
aturan standar kelas rawat inap seperti yang tercantum dalam pasal 23 ayat 4 Undang-Undang
No. 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasioal..sebalinya Undang-Undang BPJS
tidak mengatur kewengan BPJS Kesehatan untuk menyesuaikan paket manfaat program JKN-
KIS dengan mempertimbangkan kebutuhan medis dan kemampuan keuangan BPJS Kesehatan.

21
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan
hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan sosial. BPJS
terdiri dari BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. BPJS Kesehatan adalah
badan hukum yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan.
2. BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama dengan
Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan.
3. BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang diberikan
kepada Peserta paling lambat 15 (lima belas) hari sejak dokumen klaim diterima
lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan


Arief, Budiman. 1997. Teori Negara, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Bessant, Judith, Rob Watts, Tony Dalton dan Paul Smith. 2006. Talking Policy:
Building a Safer Health System, Washington, National Academy Press.

Dunn, William N. 1999. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Gadjah Mada


Fatir, Darwin. 2017. Pemkot Gowa Kembali Kerjasama BPJS Kesehatan.
field. American Sociological Review.

http://makassar.antaranews.com. Diakses pada tanggal 1 oktober 2017

Huda, Miftahul.2009. Pekerjaan Sosial dan Kesejahteraan Sosial: Sebuah


Institutional isomorphism and collective rationality in organizational
Iva, Muhammad Irvan Nur. 2015.”Implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan
Kediri”. Surabaya: Jurnal UNESA

Kesehatan Di Kota Makassar”. Majene: Jurusan Ilmu Administrasi


Kesejahteraan Sosial. Lembaga Penerbitan FEUI. Jakarta

Lina, Pamella Rina Maha. 2015. “Kualitas Pelayanan BPJS Kesehatan (Badan
Nasional Melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (Bpjs)
Pengantar. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Penyelenggara Jaminan Sosial) Di Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota


Universitas Sulawesi Barat
University Press.

23

Anda mungkin juga menyukai