Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL

(BPJS)

Disusun oleh :

Tingkat 2B

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN SEMARANG

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOERTO

PROGRAM DIPLOMA III

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat-Nya
kepada kita semua, sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan berkat-Nya.
Atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan
rencana. Makalah ini yang berjudul “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial” disusun guna
mengetahui sistem Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang diselenggarakan di
Indonesia.

Selanjutnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada segala pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini hingga selesai. Penulis mohon maaf yang sebesar-
besarnya apabila dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan didalamnya.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi tercapainya kesempurnaan
makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak. Amin.

Purwokerto, 8 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................................. ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii
BAB I........................................................................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................ 3
C. Tujuan........................................................................................................................... 3
BAB II...................................................................................................................................... 4
A. Pengertian BPJS Kesehatan........................................................................................ 4
B. Visi dan Misi BPJS....................................................................................................... 6
C. Bagaimana kepesertaan dari BPJS Kesehatan......................................................... 7
D. Iuran BPJS kesehatan.................................................................................................. 9
E. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan........................... 10
BAB III................................................................................................................................... 14
A. Kesimpulan................................................................................................................. 14
B. Saran............................................................................................................................ 14
Daftar Pustaka....................................................................................................................... 15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jaminan kesehatan merupakan hak konstitusional setiap warga Negara, dengan


memiliki jaminan kesehatan tersebut setiap warga Negara berhak mendapat layanan
kesehatan. Jaminan ini diatur dalam pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI Tahun 1945), yang menegaskan bahwa
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak mendapatkan
layanan kesehatan. Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatan sejak 1
Januari 2014 menyelenggarakan jaminan kesehatan bagi masayrakat melalui Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) menyelenggarakan Jaminan Kesehatan.
Dengan demikian pemerintah wajib menyediakan pelayanan kesehatan yang
berkualitas. Pelayanan kesehatan adalah hak asasi manusia yang harus dipenuhi oleh
pemerintah, hal tersebut tercantum didalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan Pasal 15 yang menyatakan bahwa: “Pemerintah bertanggung jawab
atas ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas kesehatan baik fisik maupun sosial
bagi masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya”.
Berdasarkan hal itu, pemerintah berkewajiban untuk menyediakan fasilitas atau
layanan kesehatan melalui BPJS Kesehatan dengan pelayanan yang berkualitas, dalam
rangka memenuhi kepuasan pasien.
Ketertarikan masyarakat terhadap program BPJS ditunjukkan dengan besarnya
minat masyarakat menjadi peserta program BPJS. Data bulan september 2014 jumlah
peserta BPJS Kesehatan di Indonesia sebanyak 127,3 juta jiwa (65%) dan terus
meningkat, pada bulan November 2017 tercatat 183.579.086 peserta atau sekitar 70%.
BPJS merupakan program yang dicanangkan pemerintah untuk pemerataan pelayanan
kesehatan dan juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima
oleh masyarakat, namun kenyataannya, banyak penelitian yang melaporkan bahwa
kepuasan masyarakat terhadap pelayanan BPJS masih kurang, seperti penelitian
Ahmad, dkk. (2014) melaporkan bahwa kualitas pelayanan pasien BPJS di Rumah
Sakit Mojowarno Kabupaten Jombang masih rendah. Penelitian Ulinuha (2014) yang

1
meneliti kepuasan pasien BPJS terhadap pelayanan di Unit Rawat Jalan Rumah Sakit
Permata Medika Semarang Tahun 2014 Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa
kepuasan pasien terhadap kualitas pelayanan relatif rendah, yaitu ratarata kepuasan
yang dicapai berkisar antara 50%-55%. Wahyuni, dkk. (2015) meneliti tentang
perbandingan preferensi peserta BPJS terhadap kualitas pelayanan di Rumah Sakit
DR. Pirngadi dan Rumah Sakit Martha Friska Medan tahun 2015 menyimpulkan
bahwa preferensi kualitas pelayanan pasien BPJS di kedua rumah sakit relatif sama,
yaitu faktor kecepatan pengambilan tindakan merupakan faktor yang paling dominan
menurunkan penilaian pasien terhadap kualitas pelayanan.
Mote (2008) berpendapat bahwa pelayanan kesehatan khususnya sektor publik
masih banyak kendala dan hambatan terutama dalam hal kualitas pelayanan,
sedangkan Endang (2008) melaporkan bahwa menurut laporan Bank Dunia dari 157
Negara, Indonesia berada pada urutan ke-135 dalam kualitas layanan publik. Suatu
pelayanan dinilai memuaskan apabila pelayanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan
dan harapan masyarakat. Apabila masyarakat merasa tidak puas terhadap suatu
pelayanan yang disediakan, maka itu menandakan bahwa pelayanan publik di suatu
negeri tersebut berada dalam keadaan tidak efektif dan tidak efisien. Pelayanan
kesehatan, tidak baik akan berakibat merugikan kepentingan masyarakat yang
memerlukan pelayanan medis. Terlebih apabila rumah sakit tidak memberikan
pelayanan yang layak sesuai prosedur yang diatur dalam Kitab UndangUndang
Hukum Pidana, yang dapat menyebabkan pasien menderita kerugian sehingga
mengakibatkan menderita kecacatan ataupun kematian maka hal tersebut merupakan
tindak pidana dan dapat dipidanakan sesuai hukum yang berlaku di Indonesia. Pada
dasarnya kesalahan atau kelalaian yang dilakukan rumah sakit yang mengakibatkan
kerugian pasien, seharusnya perlu adanya perhatian pemerintah untuk menangani
permasalahan ini lebih serius lagi sehingga tidak akan terjadi kerugian yang lebih
parah bagi masyarakat. Banyaknya kasus Rumah Sakit yang mengakibatkan kerugian
pada pasien merupakan contoh buruknya pelayanan rumah sakit terhadap pasien.
Salah satu contoh terhadap buruknya pelayanan kesehatan yaitu: Dera meninggal
setelah ditolak delapan rumah sakit saat membutuhkan perawatan medis. Bayi Dera
memiliki kelainan pencernaan sehingga kondisi fisiknya naik turun. Hermansyah,
sudah berusaha sekuat tenaga membawa Dera ke Rumah Sakit. Awalnya, dia
membawa bayi itu ke RS pemerintah dikawasan Jaksel, RS Fatmawati. Namun pihak
rumah sakit mengatakan penuh, tidak ada kamar kosong untuk bayi. Kemudian,

2
mereka membawa Dera ke RSCM di Salemba, Jakarta Pusat. Namun hasilnya sama.
Selanjutnya, Eliyas (ayah dera) dengan ditemani ayahnya bergerak ke RS Harapan
Kita di Slipi, Jakarta Barat, jawaban yang diterima tidak jauh beda, yakni tidak ada
kamar kosong. Mereka terus menyisir seluruh Rumah Sakit besar di Jakarta. Antara
lain, RS Harapan Bunda Pasar Rebo, RS Tria Dipa, RS Asri Duren Tiga, RS Budi
Asih, dan RS Jakarta Medical Center (JMC) Buncit. Namun dalam lima hari tak ada
yang bisa merawat putri pertama pasangan itu. Akhirnya, Dera meninggal
dunia.Tindakan penolakan dalam bidang kesehatan diketahui sebagai tindakan yang
telah melanggar Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, salah
satunya tenaga kesehatan atau rumah sakit dilarang menolak pasien yang
membutuhkan pertolongan pertama dengan alasan apapun, sehingga pasien BPJS
harus mendapatkan perlindungan hukum terhadap jaminan kesehatan yang
dilaksanakan oleh BPJS. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin mengetahui
sejauh mana perlindungan hukum terhadap jaminan kesehatan yang dilakukan oleh
BPJS.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari BPJS Kesehatan?


2. Apa visi dan misi BPJS Kesehatan?
3. Bagaimana kepesertaan dari BPJS Kesehatan?
4. Bagaiaman iuran dari BPJS Kesehatan?
5. Apa manfaat Jaminan Kesehatan?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari BPJS Kesehatan.


2. Mengetahui apa visi dan misi BPJS Kesehatan
3. Mengetahui siapa saja kepesertaan dari BPJS Kesehatan.
4. Mengetahui berapa iuran dari BPJS Kesehatan.
5. Mengetahui manfaat Jaminan Kesehatan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian BPJS Kesehatan

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan


Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia,
terutama untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI,
Veteran, Perintis Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun
rakyat biasa.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk
dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan perogram jaminan sosial. BPJS
menurut UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah
trasformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan
dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika
perkembangnan jaminan sosial.
Tiga kriteria di bawah ini digunakan untuk menentukan bahaw BPJS merupakan
badan hukum publik, yaitu:
a. Cara pendiriannya atau terjadinya badan hukum itu, diadakan dengan konstruksi
hukum publik, yaitu didirikan oleh penguasa (Negara) dengan Undang-Undang
b. Lingkungan kerjanya, yaitu dalam melaksanakan tugasnya badan hukum
tersebut pada umumnya dengan publik dan bertindak dengan kedudukan yang
sama dengan publik
c. Wewenangnya, badan hukum tersebut didirikan oleh penguasa Negara dan
diberi wewenang untuk membuat keputusan, ketetapan, atau peraturan yang
mengikat umum.
BPJS merupakan badan hukum publik karena memenuhi ketiga persyaratan
tersebut di atas. Ketiga persyaratan tersebut tercantum dalam berbagai norma dalam
UU BPJS, yaitu:
a. BPJS dibentuk dengan Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.

4
b. BPJS berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu sistem
Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat
dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
c. BPJS diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum
d. BPJS bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk
kepentingan peserta.
e. BPJS berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan
peserta dan pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangundangan jaminan sosial nasional.
f. BPJS bertindak mewakili Negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga
internasional.
g. BPJS berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi
kerja yang tidak memenuhi kewajibannya.
h. Pengangkatan anggota Dewan Pengawas dan anggota Direksi oleh Presiden,
setelah melalui proses seleksi publik.
BPJS wajib menyampaikan pertanggungjawabkan atas pelaksanaan tugasnya
dalam bentuk laporan penggelolan program dan laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit oleh akuntan publik kepada Presiden, dengan tembusan kepada DJSN, paling
lambat 30 Juni tahun berikutnya.
BPJS mengumumkan laporan pengelolan program dan laporan keuangan tahunan
kepada publik dalam bentuk ringkasan eksekutif melalui website BPJS dan melalui
paling sedikit 2 (dua) media massa cetak yang memiliki peredaran luas secara
nasional, paling lambat tanggal 31 Juli tahun berikutnya.
Pasal 9 ayat (1) Undang-Undang BPJS menyebutkan bahwa BPJS Kesehatan
berfungsi menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dijelaskan dalam Undang-
Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional bahwa
Jaminan kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi
sosial dan prinsip ekuitas, dengan tujuan menjamin agar peserta memperoleh manfaat
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan. Disebutkan dalam Pasal 10 bahwa dalam melaksanakan fungsinya, BPJS
bertugas untuk:
a. Melakukan dan/atau menerima pendaftaran Peserta;
b. Memungut dan mengumpulkan Iuran dari Peserta dan Pemberi Kerja;
c. Menerima Bantuan Iuran dari Pemerintah;

5
d. Mengelola Dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta;
e. Mengumpulkan dan mengelola data Peserta program Jaminan Sosial;
f. Membayarkan Manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan
ketentuan program Jaminan Sosial; dan
g. Memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial
kepada Peserta dan masyarakat.
Pada 1 Januari 2014 Pemerintah mengoprasikan BPJS Kesehatan atas perintah
UU BPJS. Pada saat BPJS Kesehtan mulai beroprasi, terjadi serangkaian peristiwa
sebagai berikut:
a. PT Askes (Persero) dinyatakan bubar tanpa likuidasi dan semua aset dan
liabilitas serta hak dan kewajiban hukum PT Askes (Persero) menjadi aset dan
kewajiban hukum BPJS Kesehatan;
b. Semua pegawai PT Askes (Persero) menjadi pegawai BPJS kesehatan;
c. Menteri Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham
mengesahkan laporan posisi keuangan penutup PT Askes (Persero) setelah
dilakukan audit oleh kantor akuntan publik;
d. Menteri Keuangan mengesahakan laporan posisi keuangan pembuka BPJS
Kesehatan dan laporan posisi keuangan pembuka dana jaminan kesehatan.
Sejak BPJS Kesehatan beroprasi menyelenggarakan program-program pelayanan
kesehatan perorangan kepada BPJS Kesehatan. Mulai 1 Januari 2014 terjadi
pengalihan program sebagai berikut:
a. Kementerian Kesehatan tidak lagi menyelenggarakan program Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas);
b. Kementerian Pertanahan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Republik
Indonesia tidak lagi menyelenggarakan program pelayanan kesehatan bagi
pesertanya, kecuali untuk pelayanan kesehatan tertentu berkaitan dengan
kegiatan operasionalnya, yang ditetapkan dengan Peraturan Presiden;
c. PT Jamsostek (Persero) tidak lagi menyelenggarakan program jaminan
pemeliharaan kesehatan.

B. Visi dan Misi BPJS

 Visi BPJS Kesehatan :


“Cakupan Semesta 2019”. paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk
Indonesia memiliki jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat

6
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar
kesehatannya yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul
dan terpercaya.
 Misi BPJS Kesehatan :
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan
mendorong partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan mamantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan
yang efektif efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan
yang optimal dengan fasilitas kesehatan
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana
BPJS Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi
pegawai untuk mencapai kinerja unggul
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen resiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan
komunikasi untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan

C. Bagaimana kepesertaan dari BPJS Kesehatan

Semua penduduk Indonesia wajib menjadi peserta jaminan kesehatan yang dikelola
oleh BPJS termasuk orang asing yang telah bekerja paling singkat enam bulan di
Indonesia dan telah membayar iuran. Peserta BPJS Kesehatan dibagi menjadi:

1. PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan

Penerima Bantuan Iuran (PBI) adalah peserta Jaminan Kesehatan bagi fakir
miskin dan orang tidak mampu sebagaimana diamanatkan UU SJSN yang
iurannya dibayari pemerintah sebagai peserta program Jaminan Kesehatan.
Peserta PBI adalah fakir miskin yang ditetapkan oleh pemerintah dan diatur
melalui peraturan pemerintah. Selain fakir miskin, yang berhak menjadi

7
peserta PBI Jaminan Kesehatan lainnya adalah yang  mengalami cacat total
tetap dan tidak mampu.

2. Bukan PBI (Penerima Bantuan Iuran) Jaminan Kesehatan


a. Pekerja penerima upah dan anggota keluarganya
Pekerja penerima upah adalah setiap orang yang bekerja pada pemberi
kerja dengan menerima gaji atau upah, seperti Pegawai Negeri Sipil
(PNS), anggota TNI, anggota POLRI, pejabat negara, pegawai pemerintah
non pegawai negeri (pegawai honorer, staf khusus, staf ahli), pegawai
swasta dan pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja penerima upah.
b. Pekerja bukan penerima upah dan anggota keluarganya
Pekerja bukan penerima upah adalah setiap orang yang bekerja atau
berusaha atas risiko sendiri, seperti pekerja di luar hubungan kerja atau
pekerja mandiri atau pekerja lain yang memenuhi kriteria pekerja bukan
penerima upah
c. Bukan pekerja dan anggota keluarganya
Bukan pekerja adalah setiap orang yang tidak bekerja tapi mampu
membayar iuran jaminan kesehatan. Yang termasuk kategori bukan
pekerja adalah:
1) Investor yaitu perorangan yang melakukan suatu investasi (bentuk
penanaman modal sesuai dengan jenis investasi yang dipilihnya) baik
dalam jangka pendek atau jangka panjang.
2) Pemberi Kerja yaitu orang perseorangan yang mempekerjakan tenaga
kerja,  dengan membayar gaji, upah, atau imbalan dalam bentuk
lainnya.
3) Penerima Pensiun, terdiri dari:
 Pegawai Negeri Sipil yang berhenti dengan hak pensiun;
 Anggota TNI dan Anggota Polri yang berhenti dengan hak
pensiun;
 Pejabat Negara yang berhenti dengan hak pensiun;
 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun yang
mendapat hak pensiun;
 Penerima pensiun lain; dan

8
 Janda, duda, atau anak yatim piatu dari penerima pensiun lain yang
mendapat hak pensiun.
4) Veteran  adalah warga negara Indonesia yang bergabung dalam
kesatuan bersenjata resmi yang diakui oleh pemerintah yang berperan
secara aktif dalam suatu peperangan menghadapi negara lain dan atau
gugur dalam pertempuran untuk membela dan mempertahankan
kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau warga negara
Indonesia yang ikut serta secara aktif dalam pasukan internasional di
bawah mandat PBB untuk melaksanakan misi perdamaian dunia, yang
telah ditetapkan sebagai penerima Tanda Kehormatan Veteran
Republik Indonesia.
5) Perintis kemerdekaan adalah Pejuang yang diangkat, ditetapkan, diakui
dan disahkan sebagai Perintis Kemerdekaan dengan surat Keputusan
Menteri Sosial RI sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1964 tentang Pemberian Penghargaan/Tunjangan
Kepada Perintis Pergerakan Kebangsaan/ Kemerdekaan.
6) Bukan Pekerja lain yang memenuhi kriteria bukan pekerja penerima
upah.

D. Iuran BPJS kesehatan

Setiap peserta wajib membayar iuran yang besarnya ditetapkan berdasarkan


persentase dari upah (untuk pekerja penerima upah) atau suatu jumlah nominal
tertentu (bukan penerima upah dan PBI). Setiap pemberi kerja wajib memungut iuran
dari pekerjanya, menambah iuran peserta yang menjadi tanggung jawabnya dan
membayarkan iuran tersebut setiap bulan kepada BPJS kesehatan secara berkala
(paling lambat tanggal 10 setiap bulan). Apabila tanggal 10 jatuh pada hari libur,
maka iuran dibayarkan pada hari kerja berikutnya. Keterlambatan pembayaran iuran
JKN dikenakan denda administrative sebesar 2% perbulan dari total iuran yang
tertunggak dan dibayar oleh pemberi kerja.
Peserta pekerja bukan penerima upah dan peserta bukan pekerja wajib
membayar iuran JKN pada setiap bulan yang dibayarkan paling lambat tanggal 10
setiap bulan kepada BPJS kesehatan. Pembayaran iuran JKN dapat dilakukan di awal.
BPJS kesehatan menghitung kelebihan atau kekurangan iuran JKN sesuai
dengan gaji atau upah peserta. Dalam hal terjadi kelebihan atau kekurangan

9
pembayaran iuran, BPJS kesehatan memberitahukan secara tertulis kepada pemberi
kerja atau peserta paling lambat 14 hari kerja sejak diterima iuran. Kelebihan atau
kekurangan pembayaran iuran diperhitungkan dengan pembayaran iuran bulan
berikutnya.
Pemerintah secara rutin memperbarui iuran BPJS kesehatan, terakhir kali iuran
BPJS kesehatan mengalami perubahan di awal tahun. Besaran iuran BPJS kesehatan
merujuk pada presiden (Perpres) Nomor 64 Tahun 2020 tentang Jaminan Kesehatan.
Dalam regulasi itu, ketentuan bagi peserta mandiri diatur dalam pasal 34 Perpres
Nomor 64 Tahun 2020. Jumlah iuran BPJS kesehatan peserta mandiri kelas III
ditetapkan sebesar Rp 42.000 perbulan. Namun, yang perlu diketahui, tarif komponen
yakni iuran BPJS kesehatan yang dibayarkan peserta dan subsidi dari pemerintah.
Sebelum perpres Nomor 64 Tahun 2020 mulai berlaku, peserta mandiri kelas
III membayar iuran BPJS kesehatan sebesar 25.500 setiap bulan karena mereka
menerima subsidi senilai Rp 16.500. Dengan subsidi itu, total iuran BPJS kesehatan
per peserta tetap sebesar Rp 42.000 mulai Januari 2021, subsidi yang diberikan
pemerintah berkurang menjadi Rp 7000 per orang per bulannya. Sehingga peserta
kelas III BPJS kesehatan harus membayar iuran BPJS kesehatan sebesar Rp 35.000
per bulan dan pembayaran iuran paling lambat tanggal 10 setiap bulannya.
- Peserta Mandiri Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dan Bukan Pekerja
(BP):
1. Kelas I: Rp 150.000
2. Kelas II: Rp 100.000
3. Kelas III: Rp 35.000
- Pekerja Penerima Upah (PPU) atau karyawan:
a. Pekerja membayar iuran BPJS kesehatan sebesar 1 persen dari total
gajinya
b. Pemberi kerja atau perusahaan membayar iuran 4 persen dari total
gaji pekerja atau karyawan
c. Batas atas atau gaji maksimal yang diperhitungkan Rp 2 juta
- Penerima Bantuan Iuran (PBI) :
Iuran BPJS kesehatan dibayarkan oleh pemerintah senilai Rp 42.000

E. Manfaat Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) BPJS Kesehatan

1. Pelayanan kesehatan tingkat pertama

10
Adalah pelayanan kesehatan perorangan yang bersifat non spesialistik (primer)
meliputi, pelayanan rawat jalan dan rawat inap yang diberikan oleh :
- Puskesmas atau setara
- Praktik Mandiri Dokter
- Praktik Mandiri Dokter Gigi
- Klinik Pertama atau yang setara termasuk fasilitas kesehatan tingkat
pertama milik TNI/Polri
- Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara
- Fasilitas Kesehatan Penunjang : Apotek dan Labolatorium
2. Rawat Jalan Tingkat Pertama (RJTP)
d. Manfaat yang diberikan
1) Pelayanan promosi kesehatan dan pencegahan (promotif preventif):
a) Penyuluhan kesehatan perorangan
b) Imunisasi rutin
c) Keluarga Berencana yang meliputi konseling dan pelayanan
kontrasepsi, termasuk vasektomi dan tubektomi bekerja sama
dengan BKKBN.
d) Skrining riwayat kesehatan dan pelayanan penapisan (skrining
kesehatan tertentu), diberikan untuk mendeteksi resiko penyakit
dengan metode tertentu, dan juga untuk mendeteksi resiko penyakit
serta mencegah dampak lanjutan dari resiko penyakit tertentu.
e) Peningkatan kesehatan bagi peserta penderita penyakit kronis.
2) Pelayanan kuratif dan rehabilitatif (pengobatan) mencakup:
a) Administrasi pelayanan;
b) Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis;
c) Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun operatif;
d) Pelayanan obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai;
e) Pemeriksaan penunjang diagnostik laboratium tingkat pertama.
3) Pemeriksaan, pengobatan dan tindakan pelayanan kesehatan gigi tingkat
pertama.
e. Prosedur pelayanan
1) Peserta datang ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FTKP) tempat
peserta terdaftar dan mengikuti prosedur pelayanan kesehatan,

11
meunjukkan kartu identitas peserta JKN-KIS/KIS Digital dengan status
aktif dan/atau identitas lain yang diperlukan (KTP, SIM, KK).
2) Peserta memperoleh pelayanan kesehatan pada FTKP tempat peserta
terdaftar.
3) Apabila peserta melakukan kunjungan ke luar domisili karena tujuan
tertentu yang bukan merupakan kegiatan rutin, atau dalam keadaan
darurat medis, peserta dapat mengakses pelayanan RJTP pada FKTP lain
yang luar wilayan FKTP terdaftar, paling banyak 3 (tiga) kali kunjungan
dalam waktu maksimal 1 (satu) bulan di FTKP yang sama.
4) Setelah mendapatkan pelayanan, peserta menandatangani bukti
pelayanan pada lembar bukti pelayanna yang disediakan oleh masing-
masing FKTP.
5) Atas indikasi medis apabila peserta memerlukan pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan, peserta akan dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Rujukan
Tingkat Lanjutan (FKRTL) yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan,
sesuai dengan sistem rujukan berjenjang secara online.
3. Rawat Inap Tingkat Pertama (RITP)
Manfaat yang diberikan :
a. Pendaftaran dan administrasi;
b. Akomodasi rawat inap;
c. Pemeriksaa, pengobatan dan konsultasi medis;
d. Tindakan medis non spesialistik, baik operatif maupun non operatif;
e. Pelayanan kebidanan, ibu, bayi, dan balita meliputi:
- Persalinan pervaginam yang bukan resiko tinggi;
- Persalinan dengan koplikasi dan/atau penyulit pervaginam bagi
Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetri Neonatus Essensial Dasar).
- Pertolongan neonatal dengan komplikasi;
f. Pelayanan obat dan bahan medis habis pakai; dan
g. Pemeriksaan penunjang diagnostik labolatorium tingkat pertama.
4. Pelayanan Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan
adalah upaya pelayanan kesehatan perorangan bersifat spesialistik atau sub
spesialistik yang meliputi rawat jalan tingkat lanjutan, rawat inap tingkat lanjutan,
dan rawat inap di ruang perawatan khusus, yang diberikan oleh :
- Klinik utama atau yang setara.

12
- Rumah Sakit Umum baik milik Pemerintah maupun Swasta.
- Rumah Sakit Khusus
- Fasilitas Kesehatan Penunjang : Apotek, Optik dan Labolatium.
6. Rawat Jalan Tingkat Lanjutan (RJTL)
Manfaat yang diberikan :
1. Administrasi pelayanan;
2. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis dasar yang dilakukan di unit
gawat darurat;
3. Pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi spesialistik;
4. Tindakan medis spesialistik, baik bedah maupun non bedah sesuai dengan
indikasi medis;
5. Pelayan obat, alat kesehatan dan bahan medis yang habis pakai;
6. Pelayanan penunjang diagnostik lanjutan (labolatorium, radiologi, penunjang
diagnostik lainnya) sesuai dengan indikasi medis;
7. Rehabilitasi medis;
8. Pelayanan darah.
7. Rawat Inap Tingkat Lanjutan (RTIL)
Manfaat yang diberikan :
1. Perawatan inap non intensif, dan
2. Perawatn inap intensif (ICU, ICCU, NICU, PICU)

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan


Badan Usaha Milik Negara yang ditugaskan khusus oleh pemerintah untuk
menyelenggarakan jaminan pemeliharaan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) adalah badan hukum yang dibentuk
dengan Undang-Undang untuk menyelenggarakan perogram jaminan sosial. BPJS
menurut UU Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah
trasformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang sekarang telah berjalan dan
dimungkinkan untuk membentuk badan penyelenggara baru sesuai dengan dinamika
perkembangnan jaminan sosial.
BPJS Kesehatan akan membayar kepada Fasilitas Kesehatan tingkat pertama
dengan Kapitasi. Untuk Fasilitas Kesehatan rujukan tingkat lanjutan, BPJS Kesehatan
membayar dengan sistem paket INA CBG’s.
BPJS Kesehatan wajib membayar Fasilitas Kesehatan atas pelayanan yang
diberikan kepada peserta paling lambat 15 hari sejak dokumen klaim diterima
lengkap. Besaran pembayaran kepada Fasilitas Kesehatan ditentukan berdasarkan
kesepakatan antara BPJS Kesehatan dan asosiasi Fasilitas Kesehatan di wilayah
tersebut dengan mengacu pada standar tarif yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

B. Saran

Suistainabilitas program atau bahwa program jaminan sosial harus berkelanjutan


selama negara ini ada, oleh karena itu harus dikelola secara prudent, efisien dengan
tetap mengacu pada budaya pengelolaan korporasi.
Kenyataannya 80% penyakit yang ditangani oleh rumah sakit rujukan di Provinsi
adalah penyakit yang seharusnya ditangani di Puskesmas. Tingkat okupansi tempat
tidur yang tinggi di RS rujukan Provinsi bukan indikator kesuksesan suatu Jaminan
Kesehatan. Hal ini berdampak pada beban fisikal daerah yang terlalu tinggi. Oleh
karna itu Pelaksanaan Jaminan Kesehatan membutuhkan sistem rujukan berjenjang
dan terstruktur maka setiap Provinsi harap segera menyusun peraturan terkait sitem
rujukan.

14
Daftar Pustaka

RI, Kementrian Kesehatan. 2013. BPJS Kesehatan . Diakses pada 7 Maret 2022, dari
https://id.scribd.com/doc/183779786/Buku-Saku-FAQ-Frequently-Asked-Questions-BPJS-
Kesehatan

BPJS, Humas . 2020. Peserta BPJS Kesehatan. Diakses pada 7 Maret 2022,dari https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/11

Idris, Muhammad. 2022. Rincian Iuran BPJS Kesehatan Semua Kelas Terbaru 2022. Diakses
pada 7 Maret 2022, dari https://money.kompas.com/read/2021/06/18/020600526/rincian-
iuran-bpjs-kesehatan-semua-kelas-terbaru-2022

Wijaya,Faris . MAKALAH PERMASALAHAN BPJS“TUGAS AKHIR ISBD”. Makalah,


Fakultas Ekonomi , Universitas Negeri Padang). Online : https://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&ved=2ahUKEwjrlq362LP2AhV-6XMBHc
JBisQFnoECAcQAQ&url=https%3A%2F%2Fosf.io%2Fzht5a%2Fdownload%2F%3Fformat
%3Dpdf&usg=AOvVaw0g48Hxetcjf0x4D0-h7ewC

BPJS, Humas. 2019. Manfaat BPJS Kesehatan. Diakses pada 7 Maret 2022, dari
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/index.php/pages/detail/2014/12

Solechan . (2019). Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Sebagai


Pelayanan Publik. Adminitrative Law & Governance Journal, Volume 2 Issue 4, Nov 2019
ISSN. 2621 – 2781 .Online :
https://ejournal2.undip.ac.id/index.php/alj/article/download/6594/3468

BPJS, Admin. 2021. Tugas dan Fungsi BPJS Kesehatan. Diakses pada 7 Maret 2021, dari
https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/pages/detail/2021/30.

Pratiwi, Adhista Bondan, dkk. 2015. Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS).
(Makalah,Stikes Muhammadiyah Klaten,2015) Diakses dari
https://www.academia.edu/11287263/Makalah_BPJS.

15

Anda mungkin juga menyukai