Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KURANG MAKSIMALNYA PELAYANAN BPJS


Dosen pengampu : Dr. Harlansyah, M.Si.

Disusun Oleh :

Nama : Arreshka Ramadhan Dzuhri


Nim : 032324503
Konsentrasi : Public Relations

SEKOLAH TINGGI ILMU KOMUNIKASI BANDUNG


TAHUN AJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila & Kewarganegaraan.

Dalam makalah ini, saya membahas tentang Kurang Maksimalnya Pelayanan BPJS. Saya
berusaha menyajikan materi yang relevan dan sesuai dengan topik yang dibahas. Saya juga
berusaha menyajikan materi yang mudah dipahami oleh pembaca.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Saya
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah ini di masa
yang akan dating.

Bandung, Januari 2024


DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................................iii

BAB 1.......................................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan................................................................................................................................2

BAB 2.......................................................................................................................................3
LANDASAN TEORI..............................................................................................................3

2.1 Faktor yang dapat menyebabkan kurangnya pelayanan BPJS...................................3

2.2 Dampak kurangnya pelayanan BPJS terhadap peserta BPJS.....................................3

2.3 Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya pelayanan BPJS.............4

BAB 3...................................................................................................................................... 6

ANALISIS DAN SOLUSI MASALAH................................................................................6

3.1 Analisis kurangnya layanan BPJS terhadap peserta BPJS dan kepuasan pelanggan
BPJS....................................................................................................................................... 6

3.2 Solusi pemerintah terkait masalah kurangnya layanan BPJS....................................6

BAB 4......................................................................................................................................8

PENUTUP..............................................................................................................................8

4.1 Kesimpulan......................................................................................................................8

4.2 Saran................................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................9
BAB 1
PENDAHULUAN
1,1 latar Belakang
BPJS Kesehatan (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan) merupakan Badan
Hukum Publik yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden dan memiliki tugas untuk
menyelenggarakan jaminan Kesehatan Nasional bagi seluruh rakyat Indonesia, terutama
untuk Pegawai Negeri Sipil, Penerima Pensiun PNS dan TNI/POLRI, Veteran, Perintis
Kemerdekaan beserta keluarganya dan Badan Usaha lainnya ataupun rakyat biasa.
BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan yang
merupakan salah satu dari lima program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu
Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan
Jaminan Kematian sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
BPJS Kesehatan bersama BPJS Ketenagakerjaan (dahulu bernama Jamsostek) merupakan
program pemerintah dalam kesatuan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diresmikan
pada tanggal 31 Desember 2013. Untuk BPJS Kesehatan mulai beroperasi sejak tanggal 1
Januari 2014, sedangkan BPJS Ketenagakerjaan mulai beroperasi sejak 1 Juli 2015.
BPJS Kesehatan juga menjalankan fungsi pemerintahan (governing function) di bidang
pelayanan umum (public services) yang sebelumnya sebagian dijalankan oleh badan usaha
milik negara dan sebagian lainnya oleh lembaga pemerintahan. Gabungan antara kedua
fungsi badan usaha dan fungsi pemerintahan itulah, yang dewasa ini, tercermin dalam status
BPJS Kesehatan sebagai badan hukum publik yang menjalankan fungsi pelayanan umum di
bidang penyelenggaraan jaminan sosial nasional.
BPJS Kesehatan juga dibentuk dengan modal awal dibiayai dari APBN dan selanjutnya
memiliki kekayaan tersendiri yang meliputi aset BPJS Kesehatan dan aset dana jaminan
sosial dari sumber-sumber sebagaimana ditentukan dalam undang-undang. Kewenangan
BPJS Kesehatan meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewakili Indonesia
atas nama negara dalam hubungan dengan badan-badan Internasional. Kewenangan ini
merupakan karakteristik tersendiri yang berbeda dengan badan hukum maupun lembaga
negara lainnya. Maka dari itu, BPJS Kesehatan merupakan salah satu bentuk Badan Hukum
Milik Negara (BHMN), sehingga pelaksanaan tugasnya dipertanggungjawabkan kepada
Presiden sebagai kepala pemerintahan negara.
BPJS Kesehatan sebelumnya bernama Askes (Asuransi Kesehatan), yang dikelola oleh PT
Askes Indonesia (Persero), tetapi sesuai UU No. 24 Tahun 2011 tentang BPJS, PT Askes
Indonesia berubah menjadi BPJS Kesehatan sejak tanggal 1 Januari 2014.
JAKARTA, KOMPAS.com - Membengkaknya minat masyarakat untuk memperoleh layanan
kesehatan membuat BPJS Kesehatan kewalahan dalam menangani lonjakan peserta.
Praktisi asuransi Kemal Imam Santoso menyatakan meskipun iuran yang dibayarkan jauh
lebih murah ketimbang asuransi komersial, namun harga sebenarnya yang harus dibayar
peserta BPJS Kesehatan adalah ketidaknyamanan dan rendahnya kwalitas layanan.
1
Selain itu, pemberi kerja kerapkali harus memberikan izin lebih lama bagi karyawannya
untuk berobat lantaran harus mengantre. Akibatnya produktifitas karyawan menurun.
"Secara umum coverage yang diberikan oleh BPJS Kesehatan jauh lebih baik dibandingkan
dengan yang ditawarkan oleh asuransi komersial pada umumnya. Namun coverage yang
dijanjikan itu sulit untuk didapatkan peserta," ujarnya Kamis (8/10/2015).
Menurut Kemal, sulitnya peserta mendapatkan pelayanan yang memadai lantaran besarnya
permintaan yang tidak diimbangi oleh supply, utamanya provider Faskes tingkat I. Hal ini
terjadi karena adanya kebijakan credentialing atau standardisasi yang terlalu ketat terhadap
provider kesehatan kelas I.
Atas kebijakan itu, banyak klinik maupun provider kesehatan Faskes I lainnya yang tidak
memenuhi ketentuan. Padahal keberadaan Faskes tingkat I perlu diperbanyak untuk
mengimbangi membludaknya peserta.
Atas kondisi itu, Kemal yang juga mantan Direktur PT Askes menyarankan agar secara
terbuka BPJS Kesehatan mengundang berbagai pihak untuk bekerjasama sebagai provider
Faskes tingkat I sepanjang mereka dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan.
"Selain itu BPJS Kesehatan secara terbuka harus mengkomunikasikan besaran biaya kapitasi
kepada publik, sehingga dapat meningkatkan minat semua pihak menjalin kerjasama menjadi
Faskes tingkat I," kata Kemal.
Saran lainnya adalah meningkatkan kecepatan proses credentialing sehingga supply Faskes
tingkat I akan meningkat secara signifikan dan kenyamanan peserta bisa meningkat.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya pelayanan BPJS?


2. Bagaimana dampak kurangnya pelayanan BPJS terhadap peserta BPJS?
3. Bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya pelayanan BPJS?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya pelayanan BPJS
2. Mengetahui dampak kurangnya penyaluran peserta BPJS
3. Mengetahui Mekanisme Penyaluran Program BPJS bantuan sosial pemerintah

2
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Faktor yang dapat menyebabkan kurangnya pelayanan BPJS
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kurangnya pelayanan BPJS
Kesehatan:
1. Kekurangan dana
2. Kurang meratanya fasilitas kesehatan
3. Proses klaim yang berbelit-belit
4. Pengetahuan peserta yang masih kurang
Membengkaknya minat masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan membuat BPJS
Kesehatan kewalahan dalam menangani lonjakan peserta.
Penelitian ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif atau kuantitatif.
Metode kualitatif dapat digunakan untuk menggali informasi secara mendalam tentang
faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya pelayanan BPJS Kesehatan. Metode kuantitatif
dapat digunakan untuk menganalisis data secara statistik tentang faktor-faktor tersebut.
Sampel penelitian dapat diambil dari berbagai pihak, yaitu pemerintah, BPJS Kesehatan,
rumah sakit, dan peserta BPJS Kesehatan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan
wawancara, kuesioner, atau observasi.
Analisis data dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, seperti analisis
deskriptif, analisis komparatif, atau analisis korelasional.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan kurangnya
pelayanan BPJS Kesehatan. Identifikasi faktor-faktor tersebut dapat menjadi dasar untuk
melakukan upaya-upaya untuk mengatasi permasalahan kurangnya pelayanan BPJS
Kesehatan.

2.2 Dampak kurangnya pelayanan BPJS terhadap peserta BPJS


1. Pengeluaran tak terduga ketika seseorang tertimpa penyakit mengharuskan mereka
untuk mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas kesehatan hingga obat yang
diperlukan.
2. Keterlambatan atau tidak terlayaninya pasien dapat menyebabkan kondisi pasien
semakin memburuk. Hal ini dapat terjadi jika pasien membutuhkan penanganan segera,
tetapi tidak dapat segera mendapatkan layanan.
3. Pembatasan layanan, seperti pembatasan waktu rawat inap atau pembatasan jenis obat
yang diberikan, dapat menghambat proses penyembuhan pasien.
4. Pemberian layanan yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan komplikasi atau
bahkan kematian.

3
5. Ketidakpuasan peserta BPJS. Kurangnya layanan BPJS dapat menimbulkan
ketidakpuasan peserta BPJS. Hal ini dapat menyebabkan peserta BPJS merasa tidak
terlayani dengan baik dan tidak mendapatkan haknya sebagai peserta BPJS.
6. Kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan. Kurangnya layanan BPJS dapat
menyebabkan peserta BPJS kesulitan mendapatkan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan. Hal ini dapat memperburuk kondisi kesehatan peserta BPJS dan dapat
menimbulkan biaya kesehatan yang lebih besar.
7. Peningkatan risiko kematian. Kurangnya layanan BPJS dapat meningkatkan risiko
kematian peserta BPJS. Hal ini disebabkan oleh terlambatnya penanganan penyakit atau
kondisi kesehatan yang dialami oleh peserta BPJS.

2.3 Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kurangnya pelayanan BPJS
Upaya Mengatasi Kurangnya Pelayanan BPJS
Kurangnya pelayanan BPJS dapat berdampak negatif bagi peserta BPJS, baik secara fisik,
mental, maupun finansial. Oleh karena itu, penting bagi BPJS Kesehatan untuk terus
meningkatkan kualitas layanannya agar dapat memberikan perlindungan kesehatan yang
optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Upaya yang dapat dilakukan oleh BPJS Kesehatan

 Meningkatkan kapasitas dan kualitas fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah jumlah fasilitas
kesehatan, meningkatkan kualitas tenaga kesehatan, dan melengkapi sarana dan
prasarana kesehatan.
 Penambahan jumlah fasilitas kesehatan dapat dilakukan dengan membangun fasilitas
kesehatan baru, baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Selain itu,
BPJS Kesehatan juga dapat bekerja sama dengan fasilitas kesehatan swasta untuk
meningkatkan jumlah fasilitas kesehatan yang dapat melayani peserta BPJS
Kesehatan.
 Peningkatan kualitas tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan pelatihan
dan sertifikasi kepada tenaga kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.
Pelatihan dan sertifikasi ini dapat meningkatkan kompetensi tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.
 Pemasangan sarana dan prasarana kesehatan dapat dilakukan untuk meningkatkan
kenyamanan dan keselamatan pasien. Selain itu, sarana dan prasarana kesehatan yang
memadai juga dapat mendukung pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu.
 Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah daerah dan pihak terkait lainnya. Hal ini
untuk memastikan ketersediaan dan aksesbilitas layanan kesehatan bagi peserta BPJS
Kesehatan di seluruh wilayah Indonesia.
 BPJS Kesehatan perlu berkoordinasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan
ketersediaan fasilitas kesehatan di daerah-daerah yang belum memiliki fasilitas
kesehatan yang memadai. Selain itu, BPJS Kesehatan juga perlu berkoordinasi dengan
pihak terkait lainnya, seperti Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan, dan
Organisasi Profesi Kesehatan, untuk memastikan kepatuhan fasilitas kesehatan
4
terhadap ketentuan yang berlaku.
 Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana BPJS
Kesehatan. Hal ini untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap BPJS
Kesehatan.
 BPJS Kesehatan perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam
pengelolaan dananya. Hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan
keuangan secara berkala kepada masyarakat. Selain itu, BPJS Kesehatan juga perlu
membuka akses kepada masyarakat untuk memberikan masukan dan saran terkait
pengelolaan dana BPJS Kesehatan.

Upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah

 Meningkatkan anggaran untuk BPJS Kesehatan. Hal ini untuk mendukung


peningkatan kapasitas dan kualitas fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan
BPJS Kesehatan.
 Pemerintah perlu meningkatkan anggaran untuk BPJS Kesehatan agar BPJS
Kesehatan dapat menjalankan programnya secara optimal. Peningkatan anggaran ini
dapat digunakan untuk membangun fasilitas kesehatan baru, memberikan pelatihan
dan sertifikasi kepada tenaga kesehatan, dan melengkapi sarana dan prasarana
kesehatan.
 Melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan program BPJS Kesehatan. Hal ini
untuk memastikan kepatuhan fasilitas kesehatan terhadap ketentuan yang berlaku.
 Pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan program BPJS
Kesehatan. Pengawasan ini dapat dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, Dinas
Kesehatan, dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
Pengawasan ini bertujuan untuk memastikan bahwa fasilitas kesehatan telah
memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang program BPJS Kesehatan kepada
masyarakat. Hal ini untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang manfaat dan
hak mereka sebagai peserta BPJS Kesehatan.
 Pemerintah perlu meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang program BPJS
Kesehatan kepada masyarakat. Sosialisasi dan edukasi ini dapat dilakukan melalui
berbagai media, seperti media massa, media sosial, dan penyuluhan kesehatan.
Sosialisasi dan edukasi ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang manfaat dan hak mereka sebagai peserta BPJS Kesehatan.

5
BAB 3
ANALISI DAN SOLUSI MASALAH

3.1 Analisis kurangnya layanan BPJS terhadap peserta BPJS dan kepuasan
pelanggan BPJS
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan merupakan lembaga yang dibentuk
oleh pemerintah untuk memberikan jaminan kesehatan kepada seluruh rakyat Indonesia.
Namun, dalam pelaksanaannya, masih banyak kendala yang dihadapi BPJS Kesehatan, salah
satunya adalah kurangnya layanan terhadap peserta BPJS.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada tahun
2022, sebanyak 66,1% peserta BPJS Kesehatan mengaku tidak puas dengan layanan yang
mereka terima. Keluhan yang sering disampaikan oleh peserta BPJS antara lain:
1. Lamanya waktu pendaftaran dan pemeriksaan
2. Petugas yang kurang ramah dan informatif
3. Kurangnya ketersediaan obat dan alat kesehatan
4. Perbedaan pelayanan antara pasien BPJS dan non-BPJS
Adapun survey berdasarkan hasil observasi peneliti saat melakukan magang DUDI (Dunia
Usaha dan Industri), bidang kerja di kantor BPJS Kesehatan Karanganyar telah disusun
sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing untuk memberikan pelayanan yang prima
bagi peserta, namun pada pelaksanaannya masih ada beberapa masalah yang sering terjadi
yaitu terkait pelayanan dan pelanggan. Masalah terkait pelayanan yang terdapat di Kantor
BPJS Kesehatan Karanganyar meliputi performa petugas yang menurun, waktu layanan,
kurang jelasnya informasi yang didapat peserta, kurangnya perlakuan khusus pada kelompok
rentan, dan fasilitas yang kurang mencukupi. Antrian panjang di Kantor BPJS Kesehatan
Karanganyar seringkali berpengaruh pada waktu istirahat petugas yang terpotong untuk
mengurangi panjang antrian. Hal ini memengaruhi kinerja petugas, khususnya kesigapan
dalam melayani peserta, padahal petugas dituntut untuk memiliki performa yang sama kepada
setiap peserta sebagaimana yang tercantum dalam UU RI No. 25 Tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik sebagai salah satu asas pelayanan publik yaitu asas keprofesionalan.
Kesigapan petugas dalam melakukan pelayanan ini berkaitan dengan dimensi responsiveness
(daya tanggap).

3.2 Solusi pemerintah terkait masalah kurangnya layanan BPJS


Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mengatasi permasalahan kurangnya
layanan BPJS terhadap peserta BPJS. Upaya-upaya tersebut antara lain:
 Peningkatan anggaran BPJS Kesehatan. Pemerintah telah meningkatkan anggaran
BPJS Kesehatan secara bertahap. Pada tahun 2023, anggaran BPJS Kesehatan
mencapai Rp229,9 triliun. Peningkatan anggaran ini diharapkan dapat digunakan
untuk meningkatkan jumlah SDM, ketersediaan sarana dan prasarana, serta efisiensi
pengelolaan.
6
 Reformasi internal BPJS Kesehatan. Pemerintah telah melakukan reformasi internal
BPJS Kesehatan dengan melakukan pembenahan sistem administrasi dan manajemen,
serta peningkatan transparansi. Reformasi ini diharapkan dapat meningkatkan
efisiensi dan efektivitas pengelolaan BPJS Kesehatan.
 Kerja sama dengan pihak swasta. Pemerintah telah mendorong kerja sama antara
BPJS Kesehatan dengan pihak swasta untuk meningkatkan ketersediaan sarana dan
prasarana, serta efisiensi pengelolaan. Kerja sama ini dapat dilakukan dalam bentuk
penyelenggaraan program JKN, penyediaan obat dan alat kesehatan, dan lain-lain.
Selain upaya-upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah, terdapat beberapa hal yang dapat
dilakukan untuk mengatasi permasalahan kurangnya layanan BPJS terhadap peserta BPJS,
yaitu:

 Peningkatan kesadaran masyarakat. Masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan


pentingnya menjaga kesehatan dan memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan secara
bijak. Masyarakat juga perlu memahami hak dan kewajibannya sebagai peserta BPJS
Kesehatan.
 Peningkatan peran pengawasan. Pemerintah, BPJS Kesehatan, dan masyarakat perlu
meningkatkan peran pengawasan terhadap penyelenggaraan program JKN.
Pengawasan ini penting untuk memastikan bahwa layanan BPJS Kesehatan sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Berikut adalah beberapa rekomendasi solusi pemerintah terkait masalah kurangnya layanan
BPJS terhadap peserta BPJS:
 Pemerintah perlu meningkatkan anggaran BPJS Kesehatan secara signifikan. Hal ini
diperlukan untuk meningkatkan jumlah SDM, ketersediaan sarana dan prasarana,
serta efisiensi pengelolaan.
 BPJS Kesehatan perlu melakukan reformasi internal secara menyeluruh. Hal ini
diperlukan untuk memperbaiki sistem administrasi dan manajemen, serta
meningkatkan transparansi.
 Pemerintah perlu mendorong kerja sama antara BPJS Kesehatan dengan pihak swasta
secara lebih intensif. Kerja sama ini dapat dilakukan untuk meningkatkan
ketersediaan sarana dan prasarana, serta efisiensi pengelolaan.
 Pemerintah perlu melakukan sosialisasi dan edukasi secara masif kepada masyarakat.
Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya
menjaga kesehatan dan memanfaatkan layanan BPJS Kesehatan secara bijak.
 Pemerintah perlu memperkuat peran pengawasan terhadap penyelenggaraan program
JKN. Hal ini diperlukan untuk memastikan bahwa layanan BPJS Kesehatan sesuai
dengan standar yang ditetapkan.
Dengan upaya-upaya tersebut, diharapkan permasalahan kurangnya layanan BPJS terhadap
peserta BPJS dapat diatasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan peserta BPJS.

7
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
BPJS Kesehatan merupakan penyelenggara program jaminan sosial di bidang kesehatan
yang merupakan salah satu dari lima program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional
(SJSN), yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan
Pensiun, dan Jaminan Kematian sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan kurangnya pelayanan BPJS Kesehatan:
1. Kekurangan dana
2. Kurang meratanya fasilitas kesehatan
3. Proses klaim yang berbelit-belit
4. Pengetahuan peserta yang masih kurang
Kurangnya pelayanan BPJS dapat berdampak negatif bagi peserta BPJS, baik secara fisik,
mental, maupun finansial. Oleh karena itu, penting bagi BPJS Kesehatan untuk terus
meningkatkan kualitas layanannya agar dapat memberikan perlindungan kesehatan yang
optimal bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Adapun dampak layanan BPJS terhadap peserta BPJS
1. Pengeluaran tak terduga ketika seseorang tertimpa penyakit mengharuskan mereka untuk
mengeluarkan biaya untuk mendapatkan fasilitas kesehatan hingga obat yang diperlukan.
2. Keterlambatan atau tidak terlayaninya pasien dapat menyebabkan kondisi pasien semakin
memburuk. Hal ini dapat terjadi jika pasien membutuhkan penanganan segera, tetapi tidak
dapat segera mendapatkan layanan.
3. Pembatasan layanan, seperti pembatasan waktu rawat inap atau pembatasan jenis obat yang
diberikan, dapat menghambat proses penyembuhan pasien.
4. Pemberian layanan yang tidak sesuai standar dapat menyebabkan komplikasi atau bahkan
kematian

4.2 Saran
BPJS Kesehatan perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan
dananya. Hal ini dapat dilakukan dengan menyampaikan laporan keuangan secara berkala
kepada masyarakat. Selain itu, BPJS Kesehatan juga perlu membuka akses kepada
masyarakat untuk memberikan masukan dan saran terkait pengelolaan dana BPJS
Kesehatan. Dan Pemerintah perlu meningkatkan anggaran BPJS Kesehatan secara
signifikan. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan jumlah SDM, ketersediaan sarana dan
prasarana, serta efisiensi pengelolaan.
8
DAFTAR PUSTAKA
https://www.kompasiana.com/diah66894/60ef99a806310e0a31472ff2/kurang-maksimalnya-
kualitas-pelayanan-bpjs-kesehatan-di-indonesia
Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dalam Perspektif Sosial dan Ekonomi (2022),
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Evaluasi Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Tahun 2021 (2022),
oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Dampak Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terhadap Masyarakat Miskin di
Indonesia (2021), oleh Teguh Dartanto, Kepala Kajian Kemiskinan dan Perlindungan
Sosial LPEM FEB UI
Jurnal Ilmiah Institut Bisnis dan Informatika Kesatuan
Dampak Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta BPJS
Kesehatan Di RS Melania Bogor Penulis: Ahmad Saefudin, Budi Santoso, dan Asep
Saefudin Tahun: 2018
E.Journal.Resource.
PENGARUH PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN BPJS PUSKESMAS
PECANGAANJEPARA
Penulis:Ika.Nurul.Istiqomah,.M.Pd.
Tahun: 2022
BPJS.Kesehatan
Dampak.Program.JKN-KIS.terhadap.Kemiskinan:MIKROSIMULASI.
Tahun: 2022
Ombudsman.RI.
Pembatasan.Layanan.PasienBPJS.Kesehatan.Diskriminatif.
Tahun: 2023
Aisyah, M. N. (2016). Analisis Perbedaan Kualitas Pelayanan Pada Pasien BPJS dan Pasien
Umum Terhadap Kepuasan Pasien di Rawat Jalan RSUD Kota Surakarta. Surakarta:
PSMM Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Sari, I. P., Sawiji, H., & Murwaningsih, T. (2019). Analisis Kepuasan Pelanggan di Kantor
BPJS Kesehatan Karanganyar. JIKAP (Jurnal Informasi Dan Komunikasi
Administrasi Perkantoran), 3(4), 10-18.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2022). Buku Saku Program Jaminan Kesehatan
Nasional. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2023). Laporan Kinerja Kementerian
Kesehatan Tahun 2022. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai